- KARAKTERISTIK PROPELLER
CONTOH KASUS
EKSITASI ENGINE
GAYA DINAMIS DARI
ENGINE
Mekanisme engkol mengubah gerak
bolak-balik menjadi gerak putaran.
Mekanisme engkol sederhana terdiri atas
sebuah piston yang bergerak di dalam
silinder. Pengubahan gerak bolak-balik ini
dilakukan dengan kombinasi poros engkol
dan connecting rod.
Massa-massa yang bergerak dalam engine secara umum
dibedakan menjadi dua, yaitu seluruh massa yang mengalami
gerak bolak-balik (mrec) dan seluruh massa yang mengalami
gerak rotasi (mrot). Kedua gerakan massa ini akan
menimbulkan gaya inersia pada arah gerakan piston (sumbu-
Z) sebesar PZ dan gaya inersia pada arah tegak lurus gerakan
piston ( sumbu-X) sebesar PX.
Pada mesin bersilinder banyak, gaya induksi yang terjadi
diperhitungkan secara terpisah pada tiap silindernya. Sebagian
dari gaya induksi ini akan menjadi momen induksi. Momen-
momen induksi tersebut harus dijumlahkan secara aljabar
antar silindernya.
PZ = PZ 1 + PZ 2 Px = Px1 + Px 2
π π
PZ = 2rωm2 (mrec + mrot ) cos ωmt + Px = 2rω m2 m rot sin ω m t +
4 4
EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN
TORSIONAL
Eksitasi engine untuk getaran torsional terjadi karena adanya
pulsa tangensial akibat adanya gaya yang bekerja pada poros
engkol. Pulsa ini menghasilkan perubahan torsi secara periodik
sehingga dapat membangkitkan getaran torsional pada poros.
dimana
Pr : Ω2 r mr, gaya dari masa berotasi
P0 : gaya dari masa berosilasi
P : gaya dari gas.
KARAKTERISTIK DAN
EKSITASI PROPELLER
KARAKTERISTIK PROPELLER
Massa Propeller
Massa dari propeller bisa didapatkan dari perhitungan.
Rumus pendekatan yang diberikan untuk menghitung
massa propeller adalah:
=m Z *blade +mhub
∂
γ γ r (x)
m
= hub ∫g
= dv ∫ ∫r
0
x
2π rdrdx
v g0 i ( )
γ γ r
m=
blade ∫g
= dv ∫r
trip
As (r )dr
v g hub
dimana
z = jumlah blade
x = posisi axial
g = gravitasi = 384.6 in/s2
γ = weight density [lbf/in]
t(x) r
x=
rti
Area fraction = Az (x) = as tc
Momen Inersia dari Propeller Torsional
Perhitungan momen inersia dari propeller dapat menggunakan
prosedur perhitungan sebagai berikut :
J A = ∫ r 2dA in 4
A
Massa moment inersia menjadi :
2 2 2γ
=J ∫M
=
r dm lb min ∫ ∫ r dAdl lbfins 2
γA g
Maka, untuk propeller didapatkan :
J =∗
Z J blade + J hub + J shaftinhub
γ Z
Jd = ∫ gZ dV
V
m δx
m 0 δ
y
m δz ..
[ ] X = ∑ fi =fh + fs + fc
= m
0 J Θx − i
Jd Θy
J d Θz
Lq(r) = ρ U2 R CLq(r)
dengan:
Vr (r ) l (r )
C Lq (r ) = π Vvq (r )C s (r , k * )e −iqα s ( r )
dimana : U R
U : Kecepatan kapal
R : Jari-jari Propeller
Vr(r) : kecepatan relatif tangensial
Vr(r) = V 2 + Ω 2 r 2
a
Vnq(r): kecepatan normal dari wake untuk blade section pitch pada
jarak r.
Besarnya Alternating Thrust yang terjadi yang merupakan
penyebab dari getaran longitudinal adalah :
F1pm = C1pm ρ U2 R2
Prosedur Estimasi Gaya Vertikal dan Horizontal dari
Propeller
Dalam penentuan gaya vertikal dan horizontal dari propeller
pada bearing, Lewis(1963) juga menggunakan metode Ghust
Theory. Dari teori ini, eksitasi dari propeller dengan jumlah
daun N dihasilkan oleh orde N-1 dan N+1 circumferential
components dari wake. Melalui metode ini koefisien gaya
diberikan dengan persamaan :
ψ ( N −1), A = ∫ EAN −1 s' N −1 d ( r / R)
ψ ( N +1), A = ∫ EAN +1 s' N +1 d (r / R)
ψ ( N −1), B = ∫ EB N −1 s' N −1 d (r / R)
ψ ( N +1), B = ∫ EB N +1 s' N +1 d (r / R)
Sedangkan koefisien gaya getar K ( KN-1,A, KN+1,A, KN-1,B, KN+1,B )
diberikan dengan persamaan :
ψU
K=
100nD
dimana n adalah putaran propeller dalam rps
Gaya Horizontal
FH =
ρnUD 3
100
[(ψ N −1, A + ψ N +1, A ) + (ψ N −1, B + ψ N +1, B )
2
]
2 1/ 2
Gaya Vertikal
FV =
ρnUD 3
100
[(ψ N −1, A − ψ N +1, A ) + (ψ
2
N −1, B − ψ N +1, B ) ]
2 1/ 2
Contoh Kasus
Sebagai studi kasus,
ambil suatu sistem yang
terdiri dari poros pejal
dengan diameter 2,5 ft,
panjang L dan diameter
baling-baling 20 ft
(sekitar 6 m).
Parameter getaran:
1. Kekakuan Pegas K
2. Inersia Luas
3. Momen Inersia Massa
4. Momen Inersia Massa Poros
5. J baling-baling
1. KEKAKUAN PEGAS K
Perhatikan gambar berikut ini:
The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.
Di mana:
JA adalah momen inersia polar penampang
G adalah modulus geser / shear modulus
Apabila kedua ruas persamaan diintegralkan maka
The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.
Pada
Dari sini didapatkan definisi K sebagai berikut:
The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.
2. INERSIA LUAS
3. MOMEN INERSIA MASSA
4. MOMEN INERSIA MASSA POROS
5. J BALING_BALING
Sekian
TERIMA KASIH