Anda di halaman 1dari 37

EKSITASI ENGINE,

KARAKTERISTIK DAN EKSITASI


PROPELLER

Muhammad Fahri Ramadhan


(5019201008)
Steeven Ramzy Albert Sirait
(5019201013)
Edgar Kazakti Widyas Putra
(5019201021)
Ari Yuda Dwitama Hamdono
(5019201028)
Gilang Gerarda Pratama
(5019201031)
Outline
 EKSITASI ENGINE

- GAYA DINAMIS DARI ENGINE

- EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN LONGITUDINAL

- EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN AXIAL

- EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN TORSIONAL

 KARAKTERISTIK DAN EKSITASI PROPELLER

- KARAKTERISTIK PROPELLER

- GAYA EKSITASI PROPELLER

 CONTOH KASUS
EKSITASI ENGINE
 GAYA DINAMIS DARI
ENGINE
Mekanisme engkol mengubah gerak
bolak-balik menjadi gerak putaran.
Mekanisme engkol sederhana terdiri atas
sebuah piston yang bergerak di dalam
silinder. Pengubahan gerak bolak-balik ini
dilakukan dengan kombinasi poros engkol
dan connecting rod.
 Massa-massa yang bergerak dalam engine secara umum
dibedakan menjadi dua, yaitu seluruh massa yang mengalami
gerak bolak-balik (mrec) dan seluruh massa yang mengalami
gerak rotasi (mrot). Kedua gerakan massa ini akan
menimbulkan gaya inersia pada arah gerakan piston (sumbu-
Z) sebesar PZ dan gaya inersia pada arah tegak lurus gerakan
piston ( sumbu-X) sebesar PX.
 Pada mesin bersilinder banyak, gaya induksi yang terjadi
diperhitungkan secara terpisah pada tiap silindernya. Sebagian
dari gaya induksi ini akan menjadi momen induksi. Momen-
momen induksi tersebut harus dijumlahkan secara aljabar
antar silindernya.

 Gaya induksi pada silinder sepanjang sumbu silinder /arah


vertikal adalah Pz1 dan Pz2. Sedangkan untuk arah melintang
adalah Px1 dan Px2.

 Gaya total pada sumbu vertikal & Horizontal

PZ = PZ 1 + PZ 2 Px = Px1 + Px 2
 π  π
PZ = 2rωm2 (mrec + mrot ) cos ωmt +  Px = 2rω m2 m rot sin  ω m t + 
 4  4
EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN
TORSIONAL
 Eksitasi engine untuk getaran torsional terjadi karena adanya
pulsa tangensial akibat adanya gaya yang bekerja pada poros
engkol. Pulsa ini menghasilkan perubahan torsi secara periodik
sehingga dapat membangkitkan getaran torsional pada poros.

T = (P+P0) (sin Φ + ½ λ sin 2Φ)


dimana
P0 : gaya dari massa yang berosilasi
P : Tekanan gas
λ : connecting rod ratio (r/l)
EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN
AKSIAL
 Getaran aksial yang terjadi pada crankshaft dari motor diesel
memberikan bending stress tambahan khususnya pada daerah
fillet. Disamping itu juga mengakibatkan getaran pada struktur
lambung pada arah longitudinal maupun vertikal.
 Untuk perhitungan getaran aksial, metode yang digunakan
diusahakan mendekati kondisi asli. Matrik kekakuan dari
separuh crankthrow dibuat dengan model finite elemen.
Pengurangan derajat kebebasan atau Degree of Freedom
(DOF) menjadi 4 dilakukan pada tiap pusat Main Journal dan
Crankpin. Defleksi dari semua DOF crankthrow
direpresentasikan dengan vektor {δ}. Sehingga:

[S] {δ} = {F}


dimana [S] adalah matrik kekakuan
{F} adalah vektoe gaya eksternal
EKSITASI ENGINE UNTUK GETARAN
LONGITUDINAL
 Gaya radial yang terjadi pada crankshaft motor diesel juga
akan mengakibatkan terjadinya getaran longitudinal. Gaya
radial akan mengakibatkan crankpin dan weks menjadi
bengkok sehingga terjadi deformasi dalam arah longitudinal.

 Perubahan dari gaya radial menjadi gaya eksitasi getaran


longitudinal merupakan gaya penyebab deformasi per siklus
getaran. Gaya (Q) ini normalnya terjadi pada 0.2 – 0.4 R untuk
crankshaft konvensional dan berbeda untuk setiap crankshaft.
Gaya radial (R) pada crank (φ) besarnya sesaui persamaan:

R = (P + P0) [Cos φ – ½ λ(1-cos 2φ)] – Pr

dimana
Pr : Ω2 r mr, gaya dari masa berotasi
P0 : gaya dari masa berosilasi
P : gaya dari gas.
KARAKTERISTIK DAN
EKSITASI PROPELLER
 KARAKTERISTIK PROPELLER
 Massa Propeller
Massa dari propeller bisa didapatkan dari perhitungan.
Rumus pendekatan yang diberikan untuk menghitung
massa propeller adalah:
=m Z *blade +mhub

γ γ r (x)
m
= hub ∫g
= dv ∫ ∫r
0
x
2π rdrdx
v g0 i ( )

γ γ r
m=
blade ∫g
= dv ∫r
trip
As (r )dr
v g hub
dimana
z = jumlah blade
x = posisi axial
g = gravitasi = 384.6 in/s2
γ = weight density [lbf/in]
t(x) r
x=
rti
Area fraction = Az (x) = as tc
 Momen Inersia dari Propeller Torsional
Perhitungan momen inersia dari propeller dapat menggunakan
prosedur perhitungan sebagai berikut :

Untuk torsional stiffness : dφ Q


=
dl GJ A
Q
dφ = dl
GJ A
Q
φ ( L ) − φ (o) =
GJ A
Q GJ A  inlbf 
K
= =
GJ A L  rad 
JΟ =∑ Qi
i
dimana area (polar) momen inersia:

J A = ∫ r 2dA in 4 
A
Massa moment inersia menjadi :
2 2 2γ
=J ∫M
= 
r dm lb min  ∫ ∫ r dAdl lbfins 2 
γA g
Maka, untuk propeller didapatkan :
J =∗
Z J blade + J hub + J shaftinhub

dan untuk blade-nya :


2
4γ R 5 1.0 2  t  C 
rtrip 2
J blade ∫=
= 2
( r ) dr
r dm ∫γ r As= ∫ X ' as  C   dx '
m
hub g X D
  hub
 Momen Inersia Propeller Diametral
Pada getaran internal, kita membutuhkan massa momen
inersia dari propeller dalam hal axis vertikal (Z) atau axis
transverse (Y). Hal ini dapat dihitung dengan persamaan :

γ Z
Jd = ∫ gZ dV
V

Hasil untuk lempengan solid sering digunakan sebagai


alternatif. Untuk lempengan solid, massa momen inersianya
mengenai diameter yang satu-setengah dari polar massa
momen inersia. Selanjutnya, yang paling baik adalah
pengasumsian
Jd = ½ J untuk propeller
 Penambahan Massa dan Peredam Propeller

Getaran propeller dalam air menimbulkan tekanan


hidrodinamik yang menahan gerakannya. Komponen dari
tekanan ini yang proporsional dengan percepatan, biasanya
disebut penambahan massa (virtual massa atau massa
entrained) dan penambahan massa momen inersia.

Sedangkan komponen yang proporsional dengan kecepatan


disebut linear peredam, relational peredam dan kopling
kecepatan.
 Jika kita memberikan Hukum Newton untuk meng-rigid body
propeller kita dapatkan persamaan matrik:

m   δx 
 m 0  δ 
  y 
 m   δz  ..
    [ ] X = ∑ fi =fh + fs + fc
= m
 0 J   Θx  − i
 Jd  Θy 
  
 J d   Θz 

 fc = tekanan eksitasi dan momen untuk operasi dalam


medan gelombang circumferentially yang bervariasi
fh = tekanan hidrodinamik dan momen untuk getaran
dalam medan gelombang yang seragam
 Eksitasi Propeller
 Pengoperasian propeller pada daerah wake
cenderung meningkatkan gaya permukaan
dibandingkan bila propeller beroperasi pada aliran
yang uniform. Kenaikkan ini disebut dengan wake
reflection-tip clerance force atau wake reflection-axial
clerance force.
 Sedangkan wake bearing force adalah gaya yang
bekerja pada propeller, yang dihasilkan oleh interaksi
propeller dengan wake. Bearing force memiliki batas
yang nyata untuk penerapan pada sumbu poros (
shaft center ) dan pada bidang dari propller ( plane
of propeller ). Gaya ini dapat menghasilkan gerakan
vertikal pada badan kapal, gerakan transversal dan
rotasi.
 Gaya Eksitasi Propeller
 Gaya Eksitasi Propeller dihasilkan oleh interaksi dari
propeller dengan wake pada kondisi pengoperasiannya.
Dan dengan metode untuk menghitung gaya tersebut
yang didasari pada asumsi quasi steady state, dimana
diasumsikan bahwa gaya pada elemen daun propeller
untuk setiap saat adalah sama jika bekerja pada aliran
steady untuk kecepatan sama.
 Hal penting yang bisa diamati adalah:

1. Propeller bearing force adalah periodik dengan fundamental


frekuensi yang sama dengan kecepatan anguler propeller
dikalikan dengan jumlah daun.
2. Unsteady blade lift dan hull wake memberikan kontribusi pada
bearing force. Ketika gaya pada single blade terdiri dari
komponen-komponen yang berhubungan dengan semua
harmonik wake, seleksinya muncul ketika blade force berada
diatas hub propeller.
 Prosedur Estimasi dari Gaya Alternating Thrust

Sebagaimana diuraikan pada sub bab sebelumnya, eksitasi


propeller terdiri dari tiga komponen gaya dan tiga komponen
momen yang timbul dari pengoperasian propeller pada daerah
wake yang tidak uniform.

Perhitungan komponen-komponen tersebut yang dituliskan


pada persamaan diatas diturunkan melalui distribusi dari
unsteady blade lift, Lq(r) yang memiliki keakurasian tinggi.
Disamping itu salah satu prosedur yang relatif sederhana untuk
diterapkan dan memiliki keakurasian yang cukup baik yang telah
kembangkan adalah metode Gust Theory ( Lewis, 1988 ). Dengan
metode ini distribusi dari unsteady blade lift, Lq(r) diberikan dengan
persamaan :

Lq(r) = ρ U2 R CLq(r)
dengan:
Vr (r ) l (r )
C Lq (r ) = π Vvq (r )C s (r , k * )e −iqα s ( r )
dimana : U R
U : Kecepatan kapal
R : Jari-jari Propeller
Vr(r) : kecepatan relatif tangensial
Vr(r) = V 2 + Ω 2 r 2
a
Vnq(r): kecepatan normal dari wake untuk blade section pitch pada
jarak r.
Besarnya Alternating Thrust yang terjadi yang merupakan
penyebab dari getaran longitudinal adalah :

F1pm = C1pm ρ U2 R2
 Prosedur Estimasi Gaya Vertikal dan Horizontal dari
Propeller
Dalam penentuan gaya vertikal dan horizontal dari propeller
pada bearing, Lewis(1963) juga menggunakan metode Ghust
Theory. Dari teori ini, eksitasi dari propeller dengan jumlah
daun N dihasilkan oleh orde N-1 dan N+1 circumferential
components dari wake. Melalui metode ini koefisien gaya
diberikan dengan persamaan :
ψ ( N −1), A = ∫ EAN −1 s' N −1 d ( r / R)
ψ ( N +1), A = ∫ EAN +1 s' N +1 d (r / R)
ψ ( N −1), B = ∫ EB N −1 s' N −1 d (r / R)
ψ ( N +1), B = ∫ EB N +1 s' N +1 d (r / R)
 Sedangkan koefisien gaya getar K ( KN-1,A, KN+1,A, KN-1,B, KN+1,B )
diberikan dengan persamaan :

ψU
K=
100nD
dimana n adalah putaran propeller dalam rps

 Gaya eksitasi dalam arah tegak lurus poros propeller yang


dihasilkan oleh propeller secara umum diberikan dengan
persamaan:
ρψnUD 3
F = K ρ n D atau F =
2 4
100
 Dengan memperhatikan koefisien dan arah gaya, maka Gaya
eksitasi peopeller dalam arah vertikal dan horizontal masing-
masing diberikan dengan persamaan :

Gaya Horizontal

FH =
ρnUD 3
100
[(ψ N −1, A + ψ N +1, A ) + (ψ N −1, B + ψ N +1, B )
2
]
2 1/ 2

Gaya Vertikal

FV =
ρnUD 3
100
[(ψ N −1, A − ψ N +1, A ) + (ψ
2
N −1, B − ψ N +1, B ) ]
2 1/ 2
Contoh Kasus
 Sebagai studi kasus,
ambil suatu sistem yang
terdiri dari poros pejal
dengan diameter 2,5 ft,
panjang L dan diameter
baling-baling 20 ft
(sekitar 6 m).

Parameter getaran:
1. Kekakuan Pegas K
2. Inersia Luas
3. Momen Inersia Massa
4. Momen Inersia Massa Poros
5. J baling-baling
 1. KEKAKUAN PEGAS K
 Perhatikan gambar berikut ini:
The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.

 Dari strength of material diketahui bahwa batang berbentuk bulat


The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.

 Di mana:
JA adalah momen inersia polar penampang
G adalah modulus geser / shear modulus
 Apabila kedua ruas persamaan diintegralkan maka
The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.

dengan asumsi G dan JA konstan sepanjang l.

l = 0 Φ (l=0) -> const=0, sehingga pada l = L maka


The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.

Pada
Dari sini didapatkan definisi K sebagai berikut:
The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location.
 2. INERSIA LUAS
 3. MOMEN INERSIA MASSA
 4. MOMEN INERSIA MASSA POROS
 5. J BALING_BALING
Sekian

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai