Anda di halaman 1dari 12

INDEPT, Vol. 3, No.

3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

ANALISIS FAILURE RATE MESIN REVERSE


OSMOSIS DENGAN PERHITUNGAN EVALUASI
SISTEM PERAWATAN DI PT. XYZ
Andy Purwanto, ST.
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Nurtanio Bandung

ABSTRAK
Mesin Industri yang menjadi penelitian adalah Reverses Osmosis yang berfungsi untuk
pensterilan air. Salah satu agar usia pakai mesin tersebut tidak menurun kualitas dan kuantitas maka
diperlukannya kegiatan maintenance yang optimal. Dengan adanya kegiatan maintenance yang
optimal maka diharapkan dapat membantu dalam meminimasikan ongkos maintenance.
Mesin reverses osmosis memiliki beberapa bagian yang harus mendapatkan perlakuan
maintenance, dari hasil penelitian bagian yang sering mengalami service pada reverses osmosis
adalah Softener, Multi media & Carbon filter serta continious de ionization atau electroda de
ionization. Frekwensi kerusakan paling tinggi dialami oleh bagian CDI/EDI. Dengan melakukan
beberapa pengujian maka didapat kegiatan maintenance / penjadwalan yang optimal, dengan
demikian didapat penghematan terhadap ongkos maintenance untuk RO Fm 1 sebesar 4,50 %
sedangkan untuk RO Fm 2 sebesar 3,69 %.
Dengan adanya penjadwalan yang optimal maka diharapkan usia pakai mesin tersebut dapat
terjaga dan resiko tingkat kerusakannya pun dapat berkurang. Salah satu keberhasilan dalam
mempertahankan nilai usia pakai yang tepat guna dan selalu terjaga hasil produksinya baik input
maupun outputnya adalah adanya kegiatan maintenance yang baik. Pengujian terhadap
penjadwalan dilakukan dengan evaluasi sistem perawatan, metode weibull dan metoda ABC.
Sedangkan ongkos maintenance dilakukan dengan pengujian total ongkos maintenance (Tc).

Kata kunci : Failure Rate, evaluation Maintenance.

PENDAHULUAN
Perusahaan yang diteliti adalah sebuah kan air tersebut, perusahaan menggunakan
perusahaan yang bergerak dibidang farmasi. mesin yang disebut reverse osmosis.
Dalam kegiatan proses produksi diperusahaan
ini prosesnya selalu menggunakan air, dan air Dalam kondisi seperti ini maka untuk
ini harus sudah dinyatakan benar-benar murni / masalah perawatan mesin merupakan hal yang
steril. Oleh karenanya salah satu kegiatan sangat penting dalam mendukung kelancaran
dalam proses produksi ini adalah melakukan suatu proses produksi. Hal ini dikarenakan
pensterilan terhadap air. Dan untuk mensteril- mesin-mesin yang ada memiliki kemampuan

8
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

yang terbatas secara teknis. Sehingga dapat KAJIAN PUSTAKA


dikatakan bahwa mesin tersebut akan Maintenance atau perawatan merupakan
kehilangan daya kerjanya secara lambat laun suatu kegiatan merawat fasilitas, sehingga
sesuai dengan usia pemakaiannya, dengan fasilitas tersebut berada pada kondisi siap pakai
demikian maka akan mengganggu kelanjutan sesuai kebutuhan atau dengan kata lain
proses produksi. perawatan adalah kegiatan / effort dalam
rangka mengupayakan fasilitas produksi pada
Mesin Reverses Osmosis yang digunakan di
kondisi / kemampuan produksi yang di
PT XYZ berjumlah dua unit, masing-masing
kehendaki. Perawatan pada umumnya dilihat
memiliki tipe dan merek yang berbeda, namun
sebagai kegiatan fisik seperti membersihkan
fungsi dan kegunaannya sama. Mesin Reverses
peralatan yang bersangkutan, memberi
Osmosis pada Farmasi satu menggunakan
pelumas, memperbaiki kerusakan, mengganti
sistem kerja CDI (Controled De Ionization)
komponen dan semacamnya jika diperlukan.
sedangkan Reverses Osmosis pada Farmasi dua
menggunakan sistem kerja EDI (Electroda De Dalam Perawatan dikenal dengan yang
Ionization). namanya 4 M yaitu salah satu faktor yang
mempengaruhi perawatan antara lain : Man,
1. Reverses Osmosis (RO) Pada Farmasi satu
Machine, Materiil and Money. Namun dalam 4
Merek : ION PURE
M tersebut belum menjamin efisiensi dan
Type / Model : Z FROL 3131
efektifitas perawatan, untuk itu diperlukan
Seri Number (SN) : F2PM 051 W
adanya Management perawatan, sehingga
CDI : US FILTER
sumber daya yang diperlukan dapat
Type / Model : CDI LX 30 SINGLE
dimanfaatkan dengan efisiensi yang tinggi, dan
Seri Number (SN) : 11524
kegiatan-kegiatan perawatan berlangsung
Year Prod : 2005
dengan efektifitas yang tinggi dalam mencapai
Fungsi : Pemurnian air
sasaran yang dikehendaki.

2. Reverses Osmosis ( RO ) Pada Farmasi dua


Kebijaksanaan Perawatan dibagi menjadi dua
Merek : OSMONICS
bagian yaitu :
Type / Model : PHARM 2 FLOW 23 GPM
EDI : OSMONICS
1. Perawatan terencana (schedule) arahnya
Type / Model : E4H – 38 K - PRMO
pada pencegahan.
Seri Number (SN) : 00-405-2507
2. Perawatan tidak terencana (unscheduled)
Date Prod : 24 Maret 2000
arahnya pada kerusakan.
Fungsi : Pemurnian air

9
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

Perancangan sistem maintenance yang menggunakan mesin, karena hal ini sangat
baik seharusnya sudah diikutsertakan sejak diperlukan sekali. Pembagian tentang klasifikasi
awal perancangan sistem produksi di mulai. pekerjaan maintenance ini dapat digambarkan
Ruang lingkup sistem maintenance cukup luas pada bagan sebagai berikut :
tidak hanya menyangkut langsung peralatan MAINTENANCE

produksi tetapi juga menyangkut sarana dan


PLANNED UNPLANNED
MAINTENANCE MAINTENANCE
pra sarana lainnya yang ada kaitannya langsung
maupun tidak langsung dengan sistem PREVENTIVE
MAINTENANCE
CORRECTIVE
MAINTENANCE
EMERGENCY
MAINTENANCE

produksi.
SHUT DOWN
MAINTENANCE
Secara garis besar maintenance dapat
diklasifikasikan dalam planned Maintenance CLEANING BREAK DOWN
MAINTENANCE
(terencana) dan Unplanned (tidak terencana).
INSPECTION
Dalam planned maintenance terbagi lagi MINOR OVERHOUL MAJOR OVERHOUL

menjadi dua bagian yaitu : Preventive and


corrective maintenance. Yang termasuk SMALL REPAIR

Preventive maintenance adalah Cleaning,


RUNNING MAINTENANCE

Inspection, Running Maintenance and shut


down. Di dalam perhitungan evaluasi sistem
Sedangkan yang termasuk ke dalam perawatan terbagi dalam bagian perhitungan
Corrective maintenance adalah shut down and sebagai berikut :
breakdown maintenance dimana di dalamnya
1. Mean Time Beetwen Failure (MTBF) :
sudah termasuk minor Overhoul dan mayor
merupakan suatu kegiatan perawatan
overhoul. Yang termasuk unplanned
yang dilaksanakan untuk memperbaiki
maintenance adalah emergency maintenance
kerusakan sampai mesin dapat berfungsi
yang sifatnya sangat darurat .
kembali.
Salah satu dari tujuan maintenance sendiri
2. Mean Time To Repaire (MTTR) : Suatu
adalah untuk menemukan suatu tingkat
perhitungan untuk mengukur panjangnya
keadaan yang menunjukan gejala kerusakan
waktu yang dihabiskan setiap kali
sebelum alat-alat tersebut mengalami
perawatan .
kerusakan yang fatal.
Oleh karena itu adanya suatu kegiatan 3. Avaibility : Merupakan suatu kemampuan

yang menangani Maintenance untuk saat ini dari rata-rata Mean Time Beetwen Failure

harus sudah ada di setiap perusahaan, apalagi yang dibagi dari nilai Mean Time Beetwen

perusahaan yang memiliki banyak Failure per Mean Time To Repaire .

10
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

Biasanya digunakan untuk mengukur Distribusi Weibull adalah suatu distribusi


kinerja sistem perawatan yang berorientasi empiric yang terkait dengan sejumlah besar
pada kinerja mesin atau kinerja produksi. karakteristik kerusakan dari pada peralatan.
Peralatan ini dapat ekivalen dengan distribusi
Dari Definisi-definisi diatas dapat
lainnya, tergantung dari parameter pem-
disimpulkan bahwa masalah perawatan
bentuknya () = 1, maka distribusi weibull
berkaitan erat dengan tindakan pencegahan
ekivalen dengan distribusi eksponensial, serta
perbaikan, yang dapat berupa beberapa
jika 3 <  < 4 mendekati distribusi normal.
tindakan sebagai berikut :
Untuk dapat mengetahui bahwa distribusi
a. Pemeriksaan (inspection), Yaitu Tindakan
pengamatan sesuai dengan yang diharapkan,
yang ditunjukan terdapat sistem atau
maka perlu dilakukan pengujian kecocokan
mesin untuk mengetahui apakah sistem
distribusi dengan menggunakan metode
berada dalam keadaan yang memenuhi
statistik pengujian tertentu. Pengujian
syarat yang diinginkan.
kecocokan ini salah satunya dapat
b. Service yaitu tindakan untuk menjaga
dikembangkan oleh kelompok penguji distribusi
keberadaan suatu sistem yang biasa telah
weibull dua parameter yang mana penguji ini
diatur dalam buku petunjuk pemakaian
menggunakan permisalan :
sistem tersebut.
1. H0 : Distribusi sample mengikuti distribusi
c. Penggantian komponen (replacement)
weibull 2 parameter
yaitu melakukan penggantian komponen
2. H1 : Distribusi sample tidak mengikuti
yang tidak dapat berfungsi lagi.
distribusi weibull 2 parameter
d. Repair dan Overhaul yaitu tindakan
Hipotesa nol H0 dapat diterima jika memenuhi
melakukan perbaikan secara cermat,
persyaratan nilai M < F critic. Penolakan
tindakan overhaul merupakan kegiatan
hipotesa nol memberi arti bahwa distribusi
perbaikan yang dilakukan sebelum sistem
sample tersebut bukan distribusi weibull 2
mencapai kondisi gagal beroperasi,
parameter, tetapi dapat didistribusikan tiga
sedangkan tindakan repair dilakukan
parameter ataupun situasi lainnya.
setelah kondisi kegagalan terjadi. Didalam
Didalam membahas masalah perawatan
masalah perawatan, terdapat beberapa
sebenarnya terdapat beberapa fungsi distribusi
fungsi distribusi yang digunakan untuk
kontinyu yang digunakan untuk menganalisis
menganalisa kerusakan suatu mesin salah
kerusakan suatu mesin atau peralatan
satunya yang akan dipergunakan dalam
diantaranya :
pengolahan data ini adalah distribusi
1. Distribusi Normal
weibull.
2. Distribusi eksponensial negatif

11
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

3. Distribusi hiper-eksponensial ekivalen sama dengan distribusi eksponensial,


4. Distribusi Weibull serta jika 3 <  < 4 mendekati distribusi normal.
Distribusi weibull mempunyai beberpa
1. Distribusi Normal
kelebihan , hal ini dapat dilihat dari parameter
Distribusi normal adalah distribusi yang
bentuk () yang dimiliki oleh distribusi weibull,
memiliki bentuk kurva seperti genta, dengan
yaitu sebagai berikut :
dua parameter pembentuk yaitu  dan . Kurva
1. Jika  = 1, didapat fungsi keandalan
distribusi normal berbentuk simetris terhadap
eksponensial dengan laju kerusakan tetap
nilai rataan. Fungsi distribusi ini paling banyak
2. Jika  < 1, didapat fungsi keandalan
digunakan, terutama untuk menggambarkan
dengan laju kerusakan menurun
laju kerusakan alat / mesin yang rusak menaik.
3. Jika  > 1, didapat fungsi keandalan

2. Distribusi Eksponensial Negatif dengan laju kerusakan meningkat

Distribusi eksponensial negatif adalah 4. Jika 3,3 <  > 3,5 didapat fungsi keandalan

distribusi yang mempunyai laju kerusakan yang yang mendekati distribusi normal

tetap terhadap waktu, atau dengan kata lain


bahwa probabilitas terjadinya kerusakan tidak PEMBAHASAN MASALAH

tergantung pada unsure alat. Distribusi ini Hasil perhitungan yang dipergunakan

paling dikenal dan digunakan secara luas dalam dalam pengelolahan data terhadap kegiatan

perhitungan keandalan. maintenance ini merupakan kriteria minimasi


ongkos perawatan (spare part) mesin reverses
3. Distribusi Hiper-Eksponensial osmosis terhadap failure rate. Pada bagian
Jika suatu peralatan memiliki waktu analisa ini, analisa yang akan dilakukan
kerusakan operasi yang sangat singkat ataupun mencakup : analisa terhadap tujuan penelitian,
sangat lama, maka distribusi kegagalannya analisa kebijakan perawatan yang sedang
sering dinyatakan dengan distribusi hiper berjalan, Evaluasi sistem perawatan terhadap
eksponensial. laju kerusakan (failure rate), analisa distribusi
ongkos maintenance ( sapre part ), dan analisa
4. Distribusi Weibull
keputusan dalam kebijakan perawatan untuk
Distribusi weibull adalah suatu distribusi
membuat jadwal maintenance yang optimal.
empirik yang terkait dengan sejumlah besar
Kebijakan Maintenance yang sedang berjalan di
karakteristik kerusakan daripada peralatan.
perusahaan sekarang ini lebih banyak
Peralatan ini dapat ekivalen dengan distribusi
diarahkan pada kegiatan perawatan yang
lainnya, tergantung dari parameter pem-
bersifat rutinitas (routine maintenance),
bentuknya () = 1, maka distribusi weibull
kegiatan harian ini dilakukan dengan pedoman

12
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

berupa check list. Setiap harinya para teknisi time to repair 8 jam dan avaibility 8 jam
bagian perawatan akan melakukan kegiatan sedangkan untuk multi media dan carbon filter
preventive ini dengan mengecek semua yang memiliki laju kerusakan sebesar  = 0.016
sudah ada pada lembaran check list harian. dengan mean time beetwen failure 62.5 jam,
Kegiatan Preventive harian ini yang di cek setiap mean time to repair 4 jam dan avaibility 4 jam
harinya berupa : pengecekan PH air, level air, dan untuk continious de ionization memiliki laju
Hardness, hot water tank (HWT), warm water kerusakan sebasar  = 0.0013 dengan mean
tank (WWT), multi media Pin dan Pout, Carbon time beetwen failure 767 jam , mean time to
filter Pin dan Pout, Softener Pin dan Pout, repair 107.35 jam dan avaibility 107.36 jam.
Prefilter Pin dan Pout, RO feed, ROpermeate, % Dari data yang sudah dikelola tersebut didapat
rejection, permeate flow, Reject flow, pump bahwa untuk multi media dan carbon filter
discharge, reject pressure, resistifitas, Pompa mendapatkan nilai laju kerusakan terbesar
sirkulasi, pompa pressure tank, holding tank, dibanding dengan bagian yang lainnya. Dengan
ruangan dan lantai RO, panel RO, primary menggunakan perhitungan dan pengujian
pressure, final pressure, temperature, panel dan metode abc didapat untuk waktu interval
display EDI, DC ampere, VDC, bagian-bagian kerusakan kumulatif pada softener adalah
EDI, CDI, dan PHE system. Ketentuan normalnya 5.767 Jam, untuk multi media & carbon filter
lebih lengkap bisa dilihat pada lembaran check waktu interval kerusakannya adalah 125 jam,
list harian pada bagian lampiran. Adapun dan untuk continious de ionization waktu
kegiatan Maintenance yang dilakukan bulanan interval kerusakan kumulatifnya 5768 jam.
atau tahunan pada periode tertentu, contohnya Dilihat dari tabel 3.7 dengan jam operasi dan
seperti : Regenerasi Softener, Back wash multi interval jam kerusakan maka perlu dilakukan
media filter and carbon filter, Cleaning RO, perawatan terhadap softener sebulan sekali
Sanitasi jaringan RO, Sanitasi EDI dan CDI dan yang wajib dilakukan diluar kegiatan rutinitas
lain sebagainya. preventive harian berupa checklist hal ini
ditujukan agar tidak terjadi laju kerusakan yang
Jadi pada dasarnya kegiatan maintenance lebih cepat lagi. Untuk multi media & carbon
pada reverses osmosis ini lebih banyak filter sendiri perlu dilakukan perawatan dua
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan / minggu sekali yang wajib dilakukan diluar
pengecekkan. Dari hasil perhitungan pada kegiatan preventif harian yang berupa check
pengolahan data didapat laju kerusakan pada list. Sedangkan untuk CDI sendiri perawatan
mesin reverses osmosis bagian farmasi 1 untuk dilakukan dua bulan sekali yang wajib dilakukan
softener adalah sebesar  = 0.00136 dengan diluar kegiatan preventive harian berupa
mean time beetwen failuere 732 jam, mean checklist. Semua ini dilakukan guna mencegah

13
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

laju kerusakan yang tinggi, dengan melakukan diluar kegiatan rutinitas preventive harian
perawatan yang teratur maka diharapkan berupa checklist hal ini ditujukan agar tidak
mesin memiliki usia pakai yang cukup lama dan terjadi laju kerusakan yang lebih cepat lagi.
mesin juga dapat terbebas dari gangguan- Untuk pompa sendiri perlu dilakukan
gangguan yang membuat mesin cepat perawatan dua bulan sekali yang wajib
mengalami kerusakan. dilakukan diluar kegiatan preventif harian yang
berupa check list. Sedangkan untuk EDI sendiri
Sedangkan pada reverses osmosis bagian perawatan dilakukan dua bulan sekali yang
farmasi 2 untuk softener mendapatkan laju wajib dilakukan diluar kegiatan preventif
kerusakan sebesar  = 0.00198, mean time harian berupa checklist. Semua ini dilakukan
beetwen failure 504 jam, mean time to repair guna mencegah laju kerusakan yang tinggi,
12 jam, dan avaibility 12 jam. Untuk electrode dengan melakukan perawatan yang teratur
de ionization (fungsinya sama dengan maka diharapkan mesin memiliki usia pakai
continious de ionization) memiliki laju yang cukup lama dan mesin juga dapat
kerusakan sebasar  = 0.00456, mean time terbebas dari gangguan-gangguan yang
beetwen failure 219 jam, mean time to repair membuat mesin cepat mengalami kerusakan.
26.43 jam dan avaibility 26.43 jam, sedangkan Reverses Osmosis bagian farmasi 1 dengan

untuk pompa memiliki laju kerusakan sebesar  bagian farmasi 2 yang memiliki tingkat laju

= 0.00472, mean time beetwen failure 212 jam, kerusakan paling besar adalah terjadi pada

mean time to repair 24.45 jam dan avaibility reverses osmosis bagian farmasi 2, dan hal ini

24.45 jam. Dari data yang sudah dikelolah terlihat jelas bahwa tingkat laju kerusakannya

tersebut didapat bahwa untuk pompa terjadi pada bagian mesin pompa nya.
mendapatkan nilai laju kerusakan terbesar Berdasarkan informasipun bagian mesin pompa
dibanding dengan bagian yang lainnya. Dengan ini sudah pernah mengalami overhoul, sehingga

menggunakan perhitungan dan pengujian dalam kegiatan perawatan kedepannya bagian

metode abc didapat untuk waktu interval ini harus mendapatkan perawatan yang rutin
kerusakan kumulatif pada softener adalah 3962 agar dapat mengurangi laju kerusakan sehingga

Jam,untuk pompa waktu interval kerusakannya usia pakainya pun dapat bertahan lebih lama

adalah 3759 jam,dan untuk electroda de lagi. Dipilihnya mesin reverses osmosis sebagai

ionization waktu interval kerusakan objek penelitian didasarkan pada pertimbangan


kumulatifnya 5404 jam. Dilihat dari tabel 3.15 sebagai berikut : faktor peranan pada mesin

dengan jam operasi dan interval jam kerusakan reverses osmosis yang mempunyai peranan

maka perlu dilakukan perawatan terhadap penting dalam proses produksi, baik untuk

softener sebulan sekali yang wajib dilakukan menghasilkan out put sebuah produk maupun

14
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

sebagai cleaning / pencucian alat-alat dilakukan selama 28 jam / unit untuk RO Fm 1


produksinya itu sendiri. Sehingga apabila mesin dan 23 jam / unit untuk RO Fm 2. Namun
tersebut rusak maka sangat kecil kemungkinan setelah dilakukan pengujian maka Tp pada RO
produksi akan berjalan apabila cadangan airnya FM 1 untuk softener dilakukan setiap 242 jam
diholding tanknya sudah tidak cukup lagi. Selain kerja sekali, multi media & carbon filter
itu apabila mesinnya rusak dan tidak dapat dilakukan setiap 159 jam kerja sekali dan
dijalankan hal ini juga akan mengganggu continious de ionization dilakukan setiap 452
kelancaran proses produksi. Pertimbangan jam kerja sekali. Sedangkan Tp pada RO Fm 2
lainnya yaitu faktor usia dari mesin reverses untuk softener dilakukan setiap 762 jam kerja
osmosis dan besarnya asset yang ditanamkan sekali, Pompa dilakukan setiap 347 jam kerja
pada mesin reverses osmosis, perawatannya sekali dan electroda de ionization dilakukan
pun benar-benar harus dijaga, sampai kedalam selama 421 jam kerja sekali. Hal ini guna
ruangan dan lantai-lantai harus tetap terjaga mendapatkan hasil yang optimal baik dalam
kondisi kebersihannya. Adapun bagian kritis kegiatan maintenance sendiri maupun dalam
yang dipilih adalah bagian CDI untuk mesin pengeluaran / pembayaran biaya maintenance
reverses osmosis pada farmasi 1 hal ini itu sendiri.
mendapatkan hasil perhitungan kritis paling
4.5 Analisa Perawatan Pencegahan Dengan
besar dibanding dengan bagian lainnya yaitu
Pengujian Weibull 2 Parameter
dengan persentase frekwensi kerusakan
sebesar 45.46%, sedangkan untuk reverses
Dari hasil perhitungan dengan
osmosis pada farmasi 2 bagian kritisnya yang
menggunakan pengujian weibull 2 parameter
dipilih adalah bagian EDI yang mendapat
didapat rata-rata waktu interval kumulatif
Persentase frekwensi kerusakan sebesar
perawatan pencegahan pada reverses osmosis
42.31%. Dasar pemilihan ini dilihat dari
bagian farmasi 1 untuk softener adalah 4354
besarnya frekwensi kerusakan dan seringnya
jam kerja. Untuk multi media & carbon filter
mengalami service selama periode waktu
476 jam kerja, sedangkan untuk continious de
agustus 2004 sampai dengan agustus 2006.
ionization 3164 jam kerja. Ketiga bagian ini
Dari hasil perhitungan terhadap penentuan
setelah dilakukan dengan pengujian weibull 2
bagian kritis ini, disini juga dihitung waktu
parameter mendapatkan hasil uji yang masuk
perawatan pencegahannya (Tp), dari hasil
kedalam kriteria diterima dalam H0 karena
perhitungan waktu perawatan pencegahan (Tp)
rata-rata semua hasil perhitungannya nilai M
harian berupa checklist rata-rata dilakukan
hitung < dari nilai F critic, sehingga dalam hal ini
setiap hari selama 1:05 jam baik untuk RO Fm 1
dapat disimpulkan bahwa ketiga bagian ini
dan RO Fm 2, sedangkan Tp sebelum pengujian
waktu antar kerusakannya berdistribusi weibull.

15
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

Sedangkan reverses osmosis bagian farmasi 2 Setiap tahunnya perusahaan menyediakan


hasil perhitungan dengan menggunakan dana sebesar Rp 750.000.000 untuk pengadaan
pengujian weibull 2 parameter didapat rata- bahan spare part reverses osmosis bagian
rata waktu interval kumulatif perawatan farmasi 1 dan farmasi 2. Dari hasil perhitungan
pencegahan untuk softener 3808 jam kerja, pada bagian pengolahan data didapat : Dengan
untuk multi media & carbon filter 1388 jam menggunakan metode ABC, maka dana
kerja sedangkan untuk electrode de ionization kumulatif yang diserap terbagi menjadi 3 kelas ,
6314 jam kerja .Dalam pengujian dengan yaitu kelas A, B dan C. Masing-masing kelas
metoda weibull 2 parameter ketiga bagian ini mengeluarkan nominal kumulatif yang
juga mendapatkan hasil uji yang masuk terserap. Pada reverses osmosis bagian farmasi
kedalam kriteria yang diterima dalam H0 1 dana kumulatif yang terserap kelas A sebesar
karena rata-rata semua hasil perhitungannya Rp 138.290.886 dengan persentase 80.92%
nilai M hitung < dari nilai F critic, sehingga spare part yang masuk dalam kelas A ini adalah
dalam hal ini dapat disimpulakan bahwa ketiga spare part berkode 132- dan 132-135. (Nama
bagian ini waktu antar kerusakannya spare part dapat dilihat pada tabel
berdistribusi weibull. Didalam kegiatan pengumpulan data yang sudah ada pada
maintenance pastinya tidak akan terlepas dari pembahasan sebelumnya). Kelas B adalah sapre
biaya, karna salah satu keberhasilan kegiatan part berkode 132-134 dan 132-217 sebesar
maintenance sendiri adalah dengan adanya Rp 30.707.601 dengan persentase 17.97% dan
ketersediaan bahan-bahan spare part / kelas C spare part berkode 132-129 dan 132-
pengadaan bahan, selain itu juga ongkos 126 sebesar Rp 1.905.070 dengan persentase
tenaga kerja perawatan perlu diperhatikan, 1.11 %. Dari hasil perhitungan dengan metode
ongkos pesan bahan spare part, ongkos ABC maka spare part yang harus diutamakan
simpan, pajak, dan lain sebagainya. Kegiatan untuk penyediaan barang / pengadaan adalah
maintenance ini tidak terlepas dari yang spare part kelas A, karena pada kelas A ini
namanya biaya / ongkos. Oleh karena itu merupakan kelas yang mendapatkan dana
ongkos perawatan ini perlu adanya perhatian kumulatif yang terserap paling besar
yang cukup, agar biaya yang disediakan tidak nominalnya dan juga persentasenya, oleh
mengalami kekurangan sehingga dapat karena itu setiap kali pengadaan barang spare
mengakibatkan pemborosan serta kerugian part kelas A ini harus mendapatkan urutan yang
yang cukup besar. Biaya perawatan yang sudah utama. Sama halnya pada reveses osmosis pada
disediakan oleh perusahaan sebaik mungkin farmasi 2 dengan menggunakan metode ABC
dapat dikelola dengan baik, jangan sampai dana kumulatif yang terserap paling besar
pengeluaran lebih besar dari pada pemasukan. adalah kelas A. Karena pada kelas A

16
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

mendapatkan nilai nominal terbesar yaitu dengan pengujian terhadap ongkos total
sebesar Rp 1.051.485.825 dengan persentase persediaan (Tc) didapat jumlah dipesan tiap kali
99 %, spare part berkode 248-129,248-135,248- pesan sejumlah 46 maka ongkos total
105,248-101,248-141 dan 248-109, sedangkan persediaan hanya sebesar Rp 105.824.162
kelas C dana kumulatif yang terserap sebesar dengan demikian kita akan dapat menghemat
Rp 1.350.000 dengan persentase 0% dengan biaya sebesar Rp 66.674.293 dengan tingkat
spare part berkode 248-139,248-117,248- persentase sebesar 4.50%. Penghematan
127,248-125,248-126 dan 248-224, pada kelas sebesar Rp 66.674.293 ini dalam perhitungan
B dana kumulatif yang terserap sebesar Rp jangka waktu 2 tahun (periode agustus 2004
12.229.522 dengan persentase 1%, spare part sampai dengan agustus 2006). Sedangkan
berkode 248-123,248-209,248-221,248- Untuk RO FM 2 jika jumlah dipesan tiap kali
215,248-123 dan 248-119. pesan (q) sejumlah 30 dengan biaya pengadaan
/ ongkos total persediaan Rp 1.309.540.504
Pada perhitungan ongkos pengadaan maka dengan pengujian terhadap ongkos total
merupakan dari ongkos pengadaan selama persediaan (Tc) didapat jumlah dipesan tiap kali
terjadinya pemesanan, dan sebagai pesan sejumlah 33 maka ongkos total
perhitungan dalam meminimalkan ongkos total persediaan hanya sebesar Rp 761.368.862
persediaan didapat bahwa jumlah dipesan tiap dengan demikian kita akan dapat menghemat
pesanan (q) yang optimal adalah 46 untuk RO biaya sebesar Rp 548.171.642 dengan tingkat
Fm 1 dan 33 untuk RO FM 2. Sebelum persentase sebesar 36.99%. Penghematan
pengujian, diketahui dari data mentah bahwa sebesar Rp 548.171.642 ini dalam perhitungan
pemesanan / jumlah dipesan tiap kali pesan jangka waktu 2 tahun (periode agustus 2004
rata-rata sejumlah 30 untuk RO FM 1 dan RO sampai dengan agustus 2006).
FM 2. Namun setelah dilakukan pengujian
Karena ongkos persediaan dipengaruhi
maka jumlah dipesan tiap kali pesan (q) yang
oleh ongkos pengadaan sedangkan ongkos
optimal dianjurkan sejumlah 46 untuk RO FM 1
pengadaannya sendiri dipengaruhi oleh
dan 33 untuk RO FM 2. Dengan demikian dapat
kuantitas pesanan, dan jika semakin besar
mengurangi dari ongkos pesan, dan itu artinya
kuantitas pesanan maka ongkos pengadaan
dapat membantu dalam penghematan biaya
yang terjadi akan semakin kecil, dan sebaliknya
pesan terhadap ongkos maintenance, sehingga
semakin kecil kuantitas pesanan maka ongkos
biaya maintenance pun dapat diminimasikan.
pengadaan yang harus dikeluarkan oleh
Untuk RO FM 1 jika jumlah dipesan tiap kali
perusahaan semakin besar pula. Hal ini
pesan (q) sejumlah 30 dengan biaya pengadaan
disebabkan apabila perusahaan melakukan
/ ongkos total persediaan Rp 172.498.455 maka
pemesanan spare part dengan kuantitas

17
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

pemesanan yang jumlah sedikit maka KESIMPULAN


perusahaan tersebut akan sering melakukan
1. Berdasarkan frekwensi kerusakan yang
proses pemesanan barang untuk mencukupi
terjadi pada mesin reverses osmosis bagian
permintaan (demand), sehingga ongkos yang
farmasi 1 dan mesin reverses osmosis
harus dikeluarkan oleh perusahaan akan
bagian farmasi 2 yang diteliti maka didapat
semakin besar. Sebaliknya apabila perusahaan
hasil perhitungan dengan penjadwalan
melakukan pemesanan spare part dengan
maintenance yang optimal sebagai berikut:
kuantitas yang besar maka persediaan barang
untuk kebutuhan dapat dicukupi sehingga
Softener MM & CF CDI / EDI
proses pemesanan barang tidak sering
Sebelum | Sebelum | Sebelum |
dilakukan.
Sesudah Sesudah Sesudah
RO 2 1 1 2 3 2
Dari hasil perhitungan diatas dan analisa
Bag. bulan bulan bulan minggu bulan bulan
maka kita dapat mengetahui bahwa ongkos
total persediaan dalam jangka waktu 2 tahun FM sekali sekali sekali sekali sekali sekali
untuk RO FM 1 dan RO FM 2 diperlukannya 1
cukup sebesar Rp 867.193.024 dari biaya yang RO 2 1 1 3 3 2

seharusnya dikeluarkan sebesar Rp Bag. bulan bulan bulan minggu bulan bulan

1.482.038.959 (sabelum dilakukan pengujian). Fm


2 sekali sekali sekali sekali sekali sekali
Dengan melakukan pengujian ongkos total
maintenance maka kita dapat meminimasikan
Dengan adanya penjadwalan yang optimal
ongkos perawatan itu sendiri hingga Rp
maka diharapkan dapat mengurangi
307.422.968 pertahunnya. Hasil perhitungan
frekwensi laju kerusakan yang tinggi.
ongkos maintenance ini tidak termasuk ongkos
perawatan tenaga kerja, hanya sebatas
2. Hasil perhitungan dan analisa yang sudah
perhitungan pengadaan serta pemakaian bahan
dilakukan maka didapat biaya
spare part saja. Hal ini dikarenakan biaya
maintenance (ongkos perawatan) dapat
perawatan tenaga kerja hanya dapat diketahui
diminimasikan dari ongkos pemesanan.
oleh pihak-pihak tertentu saja yang memang
Untuk mesin reverses osmosis pada bagian
memiliki hak untuk mengetahui (sifatnya
farmasi 1 ongkos maintenance dapat
interen).
diminimasikan hingga 4.50 % sedangkan
untuk mesin reverses osmosis bagian
farmasi 2 ongkos maintenance dapat
diminimasikan hingga 3.69 %

18
INDEPT, Vol. 3, No. 3 Desember 2013 ISSN 2087 – 9245

DAFTAR PUSTAKA

1. A. K. S. Jardine Maintenance, Replacement


& Reliability.
2. Antony Corde., Maintenance Management
Techniqus.
3. Balbir S. Dhillon., Reliability &
Maintenance Managemen.
4. G. P. Sullivan, R. Pugh, A. P. Melendes &
W.D.Hunt., Operations & Maintenance (O
& M) Best Practices, release 2.0, Pacific
Northwest National Laboratory, July 2004.
5. Ir. Suwandi Suparlan., MME., Perawatan
Mesin, Penerbit Institut Teknologi
Bandung (ITB), Desember 1999.
6. Mc Graw-Hill & Charles E. Ebeling, An
Introduction To Reliability and
Maintainability Engineering International
Editions, University of Dayton Ohio., 1997
7. Osmonics Electrodeionization (EDI),
Instruction Manual, Version 1.1
8. P. Gopalakrishnan & AK. Sanerji
Maintenance and Spare Parts
Management.
9. Salvendy, Gavriel., Handbook Of Industrial
Engineering, Edisi kedua, Penerbit John
Wiley and Sons, New York, 1922.

19

Anda mungkin juga menyukai