Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA


MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN
DI SMK NEGERI 7 MEDAN
T.P. 2013/2014

Oleh: Irma Nopiana Br Sembiring


Pembimbing Skripsi : Drs. Addin Sihotang, M.Si

ABSTRAK

Irma Nopiana Br sembiring, NIM : 709341058, Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Di SMK Negeri 7 Medan T.P 2012/2013.
Skripsi, Jurusan Pendidikan Ekonomi Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Medan 2014.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Kewirausahaan Di SMK Negeri 7 Medan T.P 2013/2014.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas X ADM SMK Negeri 7 Medan Semester Ganjil yang terdiri dari 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara cluster sampling yaitu kelas X ADM3 sebagai kelas eksperimen dan X ADM4 sebagai kelas kontrol.
Kelas eksperimen berjumlah 40 orang dan kelas kontrol berjumlah 40 orang. Instrumen yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa adalah tes hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda berjumlah 20 soal,
dimana sebelumnya telah diujicobakan untuk mengetahui tingkat validitas tes, dan realibilitas tes.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pre test kelas eksperimen 41.375 dengan standar deviasi
10,12 dan nilai rata-rata kelas kontrol 38.25 dengan standar deviasi 8.81. Berdasarkan hasil uji normalitas dan
uji homogenitas pada data hasil tes kedua kelompok tersebut diperoleh bahwa data kedua sampel normal dan
homogen. Setelah pembelajaran selesai diberikan, diperoleh nilai rata-rata post test pada kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran Talking Stick sebesar 70.125 dengan standar deviasi 11.12 dan pada
kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional sebesar 62.75 dengan standar deviasi 8.95.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus Uji-t dengan dk (n 1+ n2- 2) pada taraf
signifikansi 95% dan α = 0,05. Dari data perhitungan hipotesis diperoleh thitung= 3,32 sedangkan untuk ttabel=
1,667 sehingga thitung > ttabel (3,32> 1,667). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 3,32>
1,667 dengan kata lain Ha diterima diterima dan H0 ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan antara model pembelajaran
Talking Stick terhadap hasil belajar Kewirausahaan siswa kelas X di SMK Negeri 7 Medan T.P. 2013/2014.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Talking Stick, Pembelajaran Konvensional


dan Hasil Belajar

1.1 Latar Belakang Masalah satu tujuan belajar dalam pembelajaran sudah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan tercapai sehingga diharapkan mutu pendidikan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan dapat meningkat. Untuk meningkatkan mutu
proses pembelajaran agar peserta didik secara pendidikan tersebut seharusnya proses belajar
aktif mengembangkan dirinya untuk mencapai mengajar yang diselenggarakan di kelas benar-
kesuksesan dan kemajuan bangsa. Untuk itu, benar efektif dan berguna. Karena pada dasarnya
pemerintah Republik Indonesia melalui proses belajar mengajar merupakan inti dari
Departemen Pendidikan Nasional berupaya proses pendidikan secara keseluruhan dan guru
mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem faktor penting dalam menentukan berhasilnya
pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan proses belajar mengajar tersebut. Siswa juga tidak
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. dapat dilupakan, karena siswa adalah sasaran
Pendidikan berkaitan erat dengan utama yang ingin dicapai dalam proses belajar
bagaimana proses belajar yang dilakukan di mengajar tersebut melalui hasil belajar yang
sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memuaskan. Antara guru dan siswa harus dapat
adalah sekolah yang menekankan penguasaan bekerja sama untuk mencapai keberhasilan proses
keahlian bagi setiap siswa yang diharapkan siap belajar tersebut.
memasuki dunia kerja dengan keterampilan yang Berdasarkan hasil wawancara yang
mereka peroleh selama duduk di bangku sekolah. dilakukan dengan guru pengampu mata pelajaran
Dalam proses belajar mengajar, tujuan yang ingin Kewirausahaan di SMK Negeri 7 Medan, hasil
dicapai pastilah hasil belajar yang memuaskan. belajar siswa pada mata pelajaran Kewirausahaan
Bila hasil belajar siswa memuaskan, maka salah masih relatif rendah, dari 40 orang siswa di kelas

1
X Administrasi Perkantoranhanya 16 orang siswa siswa untuk belajar sendiri dan mengingat materi
(40%) yang dinyatakan lulus dan sisanya 24 orang pelajaran yang telah dibacanya serta membuat
siswa (60%) dinyatakan tidak lulus. Padahal kesimpulan sendiri.
seharusnya siswa harus mencapai standart Model pembelajaran talking stick
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai alternatif dalam menyelesaikan masalah-
kewirausahaan dengan nilai 70. Hal ini dapat masalah pembelajaran yang ada di kelas seperti
diperkuat oleh hasil nilai siswa yang terdapat pada yang telah diuraikan diatas yaitu kemampuan
DKN (Daftar Kumpulan Nilai) siswa kelas X berfikir siswa yang masih belum dikembangkan
Administrasi Perkantoran SMK Negeri 7 Medan dengan maksimal karena pembelajaran cenderung
Tahun Ajaran 2012/2013 diperoleh nilai rata-rata berpusat kepada guru (teacher centred).
dari tiap kelas X ADM3 dan X ADM4 dinyatakan
dalam persentase jumlah siswa yang tuntas 1.2. Identifikasi Masalah
sebesar 60% dan sisanya 40% tidak tuntas. Berdasarkan latar belakang masalah
Setelah diamati, didapati bahwa dalam yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
proses pembelajaran guru masih menggunakan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
model pembelajaran konvensional dalam 1. Mengapa guru cenderung menerapkan
mengajar mata pelajaran kewirausahaan. Proses metode konvensional dalam proses belajar
belajar mengajarnya dimulai dari guru mengajar?
menjelaskan materi, memberi contoh dan 2. Bagaimana cara meningkatkan hasil belajar
dilanjutkan dengan latihan soal-soal, sehingga siswakelas X Administrasi Perkantoran pada
dalam proses pembelajaran guru yang berperan mata pelajaran kewirausahaan di SMK Negeri
lebih aktif daripada siswa, dan guru lebih 7 Medan?
mendominasi saat proses pembelajaran. Proses 3. Apakah model pembelajaran talking stick
pembelajaran seperti ini menciptakan suasana dapat meningkatkan hasil belajar
dan kondisi belajar yang kaku serta komunikasi kewirausahaan siswakelas X Administrasi
satu arah yang menjadikan siswa pasif, padahal Perkantoran di SMK Negeri 7 Medan?
dalam proses pembelajaran diharapkan terjadi
komunikasi dua arah antara guru dan siswa. 1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, perludikembangkan Berdasarkan identifikasi masalah diatas,
model pembelajaran yang dapat meningkatkan maka yang menjadi batasan masalah dalam
hasil belajar siswa. Sementara fenomena yang penelitian ini adalah :
sering dialami guru berkaitan dengan model 1. Model pembelajaran yang diteliti adalah
pembelajaran adalah kurang kreatifnya guru model pembelajaran Talking Stick.
dalam memilih serta menciptakan model-model 2. Hasil belajar yang diteliti adalah hasil
pembelajaran yang terbaru untuk meningkatkan belajar kewirausahaan siswa kelas X
hasil belajar siswa. Dalam perkembangan seperti Administrasi Perkantoran di SMK Negeri
sekarang ini guru dituntut agar penerapannya 7 Medan Tahun Pembelajaran
tidak lagi sebagai pemberi informasi (transmission 2013/2014.
of knowledge), melainkan sebagai pendorong
belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri 1.4. Rumusan Masalah
pengetahuannya melalui berbagai aktivitas seperti Berdasarkan batasan masalah di atas,
pemecahan masalah dan komunikasi, sehingga maka yang menjadi rumusan masalah dalam
pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh model
melainkan bersifat pada siswa (student centred). pembelajaran Talking Stick terhadap hasil belajar
Dengan demikian, perlu dirancang suatu kewirausahaan siswa kelas X Administrasi
pembelajaran yang mengikut sertakan seluruh Perkantoran di SMK Negeri 7 Medan Tahun
siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan Pembelajaran 2013/2014.
yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih 1.5. Tujuan Penelitian
memahami konsep yang diajarkan serta mampu Berdasarkan rumusan masalah di atas,
mengkomunikasikan pikirannya baik dengan guru, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
teman, maupun terhadap materipelajaran itu pengaruh model pembelajaran Talking Stick
sendiri dan nantinya diharapkan hal tersebut terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa kelas
dapat membantu siswa sehingga tercapai hasil X Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 7
belajar yang baik. Salah satu cara yang dapat Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014.
dilakukan adalah dengan menggunakan model
pembelajaran talking stick. 1.6. Manfaat Penelitian
Penerapan model pembelajaran talking Manfaat dari penelitian ini adalah :
stick merupakan salah satu model yang 1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam
menciptakan interaksi antara guru dengan siswa menambah wawasan mengenai model
dan interaksi siswa dengan siswa lainnya. Dengan pembelajaran, khususnya model
model ini diharapkan dapat memacu hasil belajar pembelajaranTalking Stickdalam mendidik
siswa. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa pada masa yang akan datang.

2
2. Sebagai sumbangan pemikiran kepada 1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas
pihak sekolah dalam rangka 5 orang
meningkatkan mutu pendidikan dan 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang
sebagai bahan pertimbangan /alternatif panjangnya 20 cm
dalam memilih model pembelajaran yang 3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan
tepat dipelajari, kemudian memberikan
3. Sebagai bahan masukan dan referensi kesempatan kepada setiap kelompok untuk
bagi civitas akademika Program Studi membaca dan mempelajari materi pelajaran
Administrasi Perkantoran, Jurusan 4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang
Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi terdapat didalam wacana
Universitas Negeri Medan serta pihak 5. Setelah kelompok selesai membaca materi
lain dalam melakukan penelitian pelajaran dan mempelajari isinya, guru
selanjutya. memepersilahkan anggota kelompok untuk
menutup isi bacaan
KAJIAN PUSTAKA 6. Guru mengambil tongkat dan memberikan
Kerangka Teoritis kepada salah satu anggota kelompok, setelah
2.1 Model Pembelajaran Talking Stick itu guru memberi pertanyaan dan anggota
Model adalah suatu pola atau kerangka kelompok yang memegang tongkat tersebut
konseptual. Sedangkan pembelajaran adalah suatu harus menjawabnya, demikian seterusnya
rencana mengajar yang didesain oleh guru dalam sampai sebagian besar siswa mendapat
menyampaikan materi bagian untuk menawab setiap pertanyaan
dalam mengorganisasikan pengalaman dari guru
belajar untuk mencapai pelajaran kepada siswa. 7. Siswa lain boleh membantu menjawab
Banyak permasalahan yang menyangkut pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak
pelaksanaan dalam proses pembelajaran maka bisa menjawab pertanyaan
dibutuhkan model pembelajaran yang mampu 8. Guru memberikan kesimpulan
disesuaikan untuk mengatasi permasalahan guru 9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik
dalam menyampaikan materi pembelajaran dan secara kelompok maupun individu
mengatasi kesulitan siswa dalam menyerap materi 10. Guru menutup pelajaran.
yang disampaikan guru di sekolah.
Menurut Soekamto (dalam Trianto, 2009: 22) : Istarani (2012:89) menyatakan bahwa
Mengemukakan maksud dari model pembelajaran kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
adalah: ”Kerangka konseptual yang melukiskan Talking Stick adalah sebagai berikut.
prosedur yang sistematis tujuan belajar tertentu, a. Kelebihan model pembelajaran Talking Stick:
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para 1. Siswa lebih dapat memahami materi karena
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam diawali dari penjelasan seorang guru
merencanakan aktivitas belajar mengajar”. 2. Siswa lebih dapat menguasai materi ajar
karena ia diberikan kesempatan untuk
Ada banyak model pembelajaran yang mempelajarinya kembali melalui buku
dapat digunakan dalam penerapan pembelajaran paket/LKS yang tersedia
aktif disekolah. Salah satu model pembelajaran 3. Daya ingat siswa lebih baik sebab ia akan
aktif adalah model pembelajaran Talking Stick. ditanyai kembali tentang materi yang
Model pembelajaran Talking stick merupakan diterangkan dan dipelajarinya
model pembelajaran yang menggunakan sebuah 4. Siswa tidak jenuh karena ada tongkat sebagai
tongkat sebagi alat penunjuk giliran dimana siswa pengikat daya tarik siswa mengikuti pelajaran
yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan tersebut
dan harus menjawabnya kemudian secara estafet 5. Pelajaran akan tuntas sebab pada bagian
tongkat tersebut berpindah ke tangan siswa akhir akan diberikan kesimpulan oleh guru.
lainnya secara bergiliran, demikian seterusnya b. Kelemahan model pembelajaran Talking Stick
sampai seluruh siswa mendapat tongkat dan 1. Membuat siswa senam jantung
pertanyaannya. (ketakutan mendapat pertanyaan)
Suprijono (2009:109) mengungkapkan 2. Membuat siswa penasaran
bahwa : Model pembelajaran Talking stick
mendorong peserta didik untuk berani Berdasarkan uraian diatas model
mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan pembelajaran Talking Stick membantu siswa
metode talking stick diawali oleh penjelasan guru untuk lebih aktif, berani, terampil dalam
mengenai materi pokok yang akan dipelajari. menjawab dan mengemukakan pendapat,
Peserta didik diberikan kesempatan membaca dan sehingga siswa yang selama ini tidak mau terlibat
mempelajari materi tersebut. akan ikut serta dalam pembelajaran secara aktif.
Sedangkan menurut Tarmizi (dalam
http://jurnal.wordpress.com) langkah-langkah
penerapan Talking Stick adalah sebagai berikut:
2.2 Metode Pembelajaran Konvensional

3
Metode pembelajaran konvensional Peranan siswa dalam metode ceramah
(ceramah, diskusi, Tanya jawab dan penugasan) adalah mendengarkan dengan teliti kemudian
dalam kegiatan proses belajar mengajar yang mencatat pokok penting yang dikemukakan oleh
berpusat pada guru sebagai pusat ilmu dan guru. Selanjutnya Sagala (2011:202)
berfungsi hanya sebagai penyampai ilmu pada menambahkan kurang efektifnya metode ceramah
siswanya. Guru biasanya mengajar dengan disebabkan oleh karena metode itu sendiri yaitu:
berpedoman pada buku teks dengan 1. Metode ceramah tidak dapat memberikan
mengutamakan metode ceramah dan kadang- kesempatan untuk berdiskusi memecahkan
kadang tanya jawab. Tes atau evaluasi yang masalah sehingga proses menyerap
bersifat sumatif dengan maksud untuk pengetahuannya kurang tajam.
mengetahui perkembangan peserta didik jarang 2. Metode ceramah kurang member kesempatan
dilakukan oleh guru sehingga siswa hanya sebagai kepada para peserta didik untuk
pengikut dan penerima pasif pembelajaran yang mengembangkan keberanian mengemukakan
disampaikan oleh dengan satu arah. Peran guru pendapatnya.
tidak lagi sebagai fasilitator dan mediator yang 3. Pertanyaan lisan dalam ceramah kurang
baik melainkan guru memegang otoritas dapat ditangkap oleh pendengarnya, apalagi
pembelajaran. menggunakan kata-kata asing.
Metode pembelajaran konvensional 4. Metode ceramah kurang cocok dengan
cenderung berasumsi bahwa siswa memilki tingkah laku kemampuan anak yang masih
kebutuhan yang sama, belajar dengan cara yang kecil. Taraf berpikir anak masih berada dalam
sama dan pada waktu yang sama didalam ruang taraf yang kurang konkret.
kelas yang didominasi oleh guru.
Depdiknas (dalam http://digilib. Unnes.ac.id Pengertian Hasil Belajar
akses 14 April 2013) mengatakan bahwa: Dalam proses belajar mengajar, sikap
Pembelajaran konvensional cenderung pada dan perilaku guru dalam pengajaran akan
belajar hafalan yang mentolerir respon-respon menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Oleh
yang bersifat konvergen, menekankan karena itu, pendidikan mempunyai peranan
informasi konsep, latihan soal dalam teks, penting dan diharapkan dapat membimbing siswa
serta penilaian masih bersifat tradisional agar dapat menguasai ilmu dan keterampilan yang
dengan paper dan pensil test yang hanya berguna serta memilki sifat positif.
menuntut pada satu jawaban benar. Belajar Menurut Agus Suprijono (2009:4)
hafalan mengacu pada penghafalan fakta, menyatakan: “Belajar merupakan proses. Belajar
hubungan, prinsip, dan konsep. Di sini terlihat terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan
bahwa proses pembelajaran lebih banyak yang ingin dicapai. Belajar adalah proses
didominasi pendidik sebagai “pen-transfer” sistematis yang dinamis, konstruktif, dan organik.
ilmu, sementara peserta didik lebih pasif Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
sebagai “penerima” ilmu. berbagai komponen belajar”.

Selanjutnya Sadia (dalam Sedangkan Sanjaya (2010:112) Belajar adalah


http://hemow.eordpress.com, diakses 21 April suatu aktivitas mental atau psikis yang
2013) menyatakan: berlangsung dalam interaksi aktif dengan
Metode pembelajaran konvensional sebagai lingkungan, sehingga mengakibatkan perubahan-
rangkaian kegiatan belajar yang dimulai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
dengan orientasi dan penyajian informasi yang keterampilan dan sikap belajar. Perubahan-
berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, prubahan ini bersifat relatif, konstan dan
dilanjutkan dengan pemberian ilustrasi atau membekas.
contoh soal oleh guru, diskusi dan tanya jawab
sampai akhirnya guru merasa bahwa apa yang Jadi, belajar adalah proses yang di tandai
telah diajarkan dapat dimengerti siswa. dengan adanya perubahan pada diri seseorang,
perubahan sebagai hasil proses belajar dapat
Menurut Sagala (2011:201) ”ceramah adalah ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
sebuah bentuk interaksi melalui penerangan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan
dan penuturan lisan dari guru kepada peserta tingkah laku serta perubahan aspek-aspek yang
didik. Ceramah merupakan penuturan lisan ada pada individu yang belajar.
dari guru kepada peserta didik, ceramah juga Sedangkan, Sudarmanto (2006:38 Vol: 2
sebagai kegiatan memberikan informasi diakses 21 Febuari 2013) menyatakan bahwa
dengan kata-kata sering mengaburkan dan “Bahwa hasil belajar merupakan hasil belajar
kadang ditafsirkan salah. Kemungkinan akhir tentang rendahnya siswa selama mengikuti
terjadinya hal ini adalah karena proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan
penceramahnya kurang pandai menyampaikan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa
informasi dan mungkin juga karena bertambah dari sebelumnya”.
khalayaknya bukan pendengar yang baik”. Jadi, setiap apa yang dilakukan dengan
tekun pasti mendapatkan hasil yang diinginkan.

4
Begitu juga dengan belajar, perubahan dalam hasil
belajar dapat berupa perkembang pengetahuan, b. Faktor Intrusmental
sikap, keterampilan yang diharapkan mampu 1. Kurikulum dapat dipakai oleh guru
memecahkan masalah-masalah atau tuntutan dalam menggunakan program
hidupnya. Oleh karena itu seseorang dapat pengajaran.
dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut 2. Program sekolah dapat dijadikan acuan
terjadi proses yang mengakibatkan perubahan untuk meningkatkan kualitas belajar
tingkah laku. Kegiatan atau usaha untuk mencapai mengajar.
perubahan tingkah laku merupakan proses belajar 3. Saranan dan fasilitas mencakup gedung,
sedangkan tingkah laku merupakan hasil belajar. buku-buku di perpustakaan, buku
Menurut David (dalam pegangan anak didik, buku pegangan
http://www.ombar.net, diakses21 April 2013) guru dan alat peraga.
“Kewirausahaan adalah suatu pengetahuan 4. Guru dituntut tidak hanya memiliki sikap
terapan dari konsep dan teknik manajemen yang mental yang baik, namaun juga harus
disertai risiko dalam merubah atau memproses memiliki keterampilan yang memadai
sumberdaya menjadi output yang bernilai tambah untuk memberikan pengajaran dengan
tinggi (value edded)”. berbagai variasi yang menarik perhatian
Dapat disimpulkan bahwa siswa.
kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber c. Faktor Fisiologis
daya untuk mencari peluang sehingga 1. Kondisi fisiologis yaitu jasmani yang
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda sehat dan tidak sehat.
dalam menghadapi tantangan hidup. 2. Kondisi panca indera yaitu mata, hidung,
Jadi jika dihubungkan dengan hasil pengecap, telinga dan tubuh.
belajar, maka hasil belajar kewirausahaan adalah
kemampuan yang diperoleh siswa baik secara d. Faktor Psikologis
individu maupun kelompok setelah mengikuti 1. Minat yaitu suatu rasa suka dan
proses belajar mengajar kewirausahaan yang keterikatan pada suatu aktivitas tanpa
dinilai melalui evaluasi.Dalam hal ini ada hal menyuruh.
kewirausahaan sangat penting pada lingkungan 2. Kecerdasan yaitu kecerdasan yang tinggi
masyarakat untuk mengembangkan kemampuan dan kecerdasan yang rendah.
kreatif dan inovatif dalam menciptakan sesuatu 3. Bakat yaitu kemampuan bawaa yang
yang berbeda. merupakan potensi yang masih perlu
Menurut Bloom (dalam Sardiman dilatih.
2008:23) ada tiga kemampuan yang diharapkan 4. Motivasi yaitu kondisi psikologis yang
siswa sebagai hasil belajar yaitu : mendorong seseorang untuk melakukan
1. Koognitif Domain, yaitu perilaku yang sesuatu.
berhubungan dengan pengetahuan ingatan, 5. Kemampuan kognitif yaitu persepsi,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan mengingat dan berpikir.
penilaian.
2. Affective Domain, yaitu perilaku yang Untuk dapat mengetahui tingkat hasil
berhubungan dengan sikap menerima, belajar siswa, maka perlu dilakukan pengukuran
memberikan respons, menghargai, organisasi terhadap pengetahuan siswa. Arikunto (2006:151)
dan karakteristik. menyatakan pendapatnya bahwa “Tes prestasi
3. Psycomotor Domain, yaitu kemampuan untuk atau achievement test adalah tes yang digunakan
melakukan gerakan-gerakan yang untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
terkoordinir yang memungkinkan seseorang mempelajari sesuatu. Tes prestasi diberikan
menjadi terampil dalam perbuatan. sesudah orang yang dimaksud mempelajari hal-
Ketiga kawasan tersebut menjadi objek hal sesuai dengan yang akan diteskan”. Artinya
penilaian hasil belajar. Diantara ketiga kawasan dalam mengukur hasil belajar siswa dapat
tersebut, kawasan koognitiflah yang paling banyak digunakan alat yang biasanya disebut evaluasi
dinilai oleh para guru karena berkaitan dengan atau tes.
kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran. METODOLOGI PENELITIAN
Djamarah (2008;142) mengemukakan 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas
belajar yaitu: X SMK Negeri 7 Medan, Jln. STM No 12 E Kampung
a. Faktor Lingkungan Baru Medan, pada semester ganjil tahun
1. Lingkungan alami yaitu lingkungan pembelajaran 2013/2014.
hidup (tempat tinggal).
2. Lingkungan sosial budaya yaitu 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
lingkungan di dalam sekolah dan di luar Populasi
sekolah.

5
Populasi adalah keseluruhan objek yang Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian
didalamnya terdapat subjek yang dapat dijadikan ini adalah seluruh siswa kelas X ADM SMK Negeri
sumber data yang diharapkan dapat memberikan 7 Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014 yang
data-data yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 155 siswa.
Tabel
Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah
1 X ADM-1 38 orang
2 X ADM-2 37 orang
3 X ADM-3 40 orang
4 X ADM-4 40 orang
Jumlah 155 orang

3.3 Sampel ADM-3 sebanyak 40 orang (diterapkan model


Dalam penelitian ini pengambilan pembelajaran Talking Stick) dan kelas kontrol
sampel dilakukan secara random sampling. kelas X ADM-4 sebanyak 40 orang (diterapkan
Sampel yang akan diteliti yaitu sebanyak 2 kelas metode pembelajaran konvensional).
dan sebagai kelas eksperimen terpilih kelas X

Tabel
Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah
1 Eksperimen 40 orang
2 Kontrol 40 orang
Total 80 rang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pemberian post-tes kepada kelas


Hasil pemberian pre-tes pada kelas eksperimen dengan jumlah sampel 40 orang
eksperimen dengan jumlah sampel 40 orang diperoleh nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 90.
diperoleh dengan nilai terendah 15 dan nilai Hasil untuk kelas kontrol dengan jumlah sampel
tertinggi 65. Hasil untuk kelas kontrol dengan 40 orang diperoleh nilai terendah 50 dan nilai
jumlah sampel 40 orang diperoleh nilai terendah tertinggi 85.
15 dan tertinggi 55.
Tabel
Rangkuman Data Hasil Penelitian
Eksperimen Kontrol
Keterangan
Pre-tes Post-tes Pre-tes Post-tes
Rata-rata 41.375 70.125 38.25 62.75
Standar Deviasi 10.12 11.12 8.81 8.95
Varians 102.54 123.70 77.62 80.19

Dari tabel diatas dapat kita lihat pada 1. Uji Validitas Tes
kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil Post-tes Hasil uji validitas
kelas eksperimen mengalami peningkatan, artinya dengan jumlah siswa 40, dan taraf kepercayaan α
dalam hal ini hasil yang dicapai oleh siswa siswi = 0,05 maka di perolehrtabel = 0,312. Kriteria
telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Dan penilaian adalah jika rhitung> rtabel maka tes tersebut
terkhususnya pada kelas eksperimen, perubahan dapat dikatakan valid. Dari 20 items tes yang
hasil yang terjadi lebih besar daripada hasil yang sudah diujicobakan maka dapat dikatakan seluruh
didapat pada kelas kontrol. Sehingga dapat items tes adalah valid. Validitas tes dapat diukur
disimpulkan bahwa model pembelajaran Talking dengan rumus korelasi product moment (Arikunto,
Stick membawa pengaruh yang positif dan 2006:170), sebagai berikut :
signifikan. Dan pada hasil Standar Deviasi juga rXY
menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, yaitu
terjadi penurunan di kelas eksperimen dan di
kelas kontrol. Artinya dari penurunan angka
tersebut, penyimpangan yang terjadi dengan
kenyataan yang diharapkan sudah semakin kecil
(homogen).
Uji Instrumen Penelitian 2. Uji Reliabilitas Tes

6
Realibilitas tes adalah kemampuan tes (Arikunto, 2006:213)
dapat mengukur kestabilan skor atau kekonstanan Daya beda tes untuk kategori 20 soal tes
hasil pengukuran. Tes tersebut dikatakan reliable yang valid, daya beda tes umumnya
artinya dapat dipercaya jika memberikan hasil dapat dikatakan baik dan cukup dan
yang tetap apabila diteskan berkali-kali. biasa untuk digunakan sebagai bahan uji.
Untuk mengukur reabilitas tes digunakan
rumus Kudder-Rchardson (KR-20) sebagai berikut 4. Tingkat Kesukaran Tes
: Tingkat kesukaran soal dicari untuk
melihat apakah soal yang digunakan sukar, sedang,
atau mudah. Untuk mengetahui tingkat kesukaran
r11 =
soal digunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2006:100) P=
Dari uji reliabilitas tes penelitian ini
diperoleh nilai rhitung = 0,81 dengan (Arikunto, 2006:208)
mengkonsultasikannya dengan harga rtabel dengan Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh
n =40 pada taraf nyata α = 0,05 diperoleh r tabel = semua soal sebanyak 20 soal dikategorikan sedang
0,312 ternyata rhitung> rtabel sehingga tes yang dan mudah.
disajikan seluruhnya reliable.
3. Daya Beda Tes Analisis Data
Untuk mengetahui daya beda masing- 4.1. Uji Normalitas
masing tes digunakan rumus sebagai Uji normalitas data yang digunakan
berikut : adalah uji liliefors pada signifikansi 95% dan α =
0,05 dengan tujuan untuk mengetahui apakah
data baik pretes maupun post tes kedua kelompok
D= = PA - P B siswa berdistribusi normal atau tidak. Kriteria
pengujian yang digunakan adalah berdistribusi
normal jika Lhitung< Ltabel. Diperlihatkan pada tabel
4.2.
Tabel
Uji Normalitas Pre-Tes dan Pos-Tes
No Data Kelas Lhitung Ltabel (α = 0,05 , n = 40 ) Keterangan
1 Pre-tes Eksperimen 0.1094 0,1401 Berdistribusi Normal
2 Post-tes Eksperimen 0.0936 0,1401 Berdistribusi Normal
3 Pre-tes Kontrol 0.1306 0,1401 Berdistribusi Normal
4 Post-tes Kontrol 0.1283 0,1401 Berdistribusi Normal

4.2. Uji Homogenitas Ftabel. Menurut Sudjana (2002 : 250), untuk uji
Pengujian homogenitas data homogenitas data populasi digunakan uji
dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang kesamaan varians, dengan rumus :
digunakan dalam penelitian ini homogen atau
Varian Terbesar S 12
tidak, artinya apakah sampel yang dipakai dalam F= atau F  2
penelitian ini dapat mewakili seluruh populasi Varian Terkecil S2
yang ada. Pengujisn homogenitas data dilakukan
Ringkasan uji homogenitas varians
dengan uji F, data dikatakan homogen jika F hitung<
kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut :

Tabel Ringkasan Uji Homogenitas Varians


No Data Kelas Varians Fhitung Ftabel Kesimpulan
1 Pre-tes Eksperimen 102.54
1.32 1.704 Homogen
2 Pre-tes Kontrol 77.62
3 Post-tes Eksperimen 123.70
1.54 1.704 Homogen
4 Post-tes Kontrol 80.19

Berdasarkan tabel 4.3 Fhitung < Ftabel , maka


data hasil belajar siswa dengan menggunakan 4.3. Uji Hipotesis
metode pembelajaran Talking Stick terhadap Setelah data memenuhi persyaratan
metode pembelajaran konvensional dinyatakan normalitas dan homogenitas, maka pengujian
memiliki varians yang sama atau homogen. hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada beda (uji t).
lampiran 15. Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui hasil
perbedaan antara hasil belajar siswa kelas

7
eksperimen dan kelas kontrol. Untuk mengetahui kontrol diperoleh thitung = 1,667 maka dapat
hasil tersebut digunakan uji t. Rumus untuk uji t disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara
adalah: nilai pre-tes kedua kelas. Ini berarti terdapat
kesamaan kemampuan belajar siswa sebelum
diberikan perlakuan.
Kemudian setelah diberikan perlakuan,
hasil pemberian post-tes kedua kelas eksperimen
dan kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar untuk kelas eksperimen adalah 70.125 dan
kelas kontrol adalah 62.75. Dari perhitungan uji
perbandingan nilai rata-rata post-tes untuk kelas
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh t hitung =
3,32> ttabel = 1,667. Sehingga diperoleh kesimpulan
( Sudjana, 2002 : 238-239) bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan
Hasil pemberian pre-tes kepada kelas antara model pembelajaran Talking stick terhadap
eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai rata- hasil belajar siswa pada mata pelajaran
rata untuk kelas eksperimen adalah 41.375 dan kewirausahaan kelas X SMK Negeri 7 Medan
kelas kontrol adalah 38.25. Dari uji perbandingan Tahun Pembelajaran 2013/2014.
rata-rata pre-tes kelas eksperimen dan kelas

Tabel Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis


No Data Kelas thitung ttabel Kesimpulan
1. Pre-tes Eksperimen 41.375 1.50
1,667 Tidak ada pengaruh
2. Pre-tes Kontrol 38.25
3. Post-tes Eksperimen 70.125
3.32 1,667 Ada pengaruh
4. Post-tes Kontrol 62.75

Berdasarkan tabel 4.4. diatas dapat


dijelaskan bahwa ketika pre-tes diadakan sebelum 2. Saran
perlakuan, belum ada pengaruh yang tampak jelas Adapun yang menjadi saran peneliti
dimana dapat kita lihat dari thitung< ttabel (1.50< adalah sebagai berikut :
1,667). Dan setelah dilakukan perlakuan, barulah 1. Diharapkan kepada guru sebagai
tampak jelas terlihat pengaruh yang positif dan pendidik harus mampu memilih model
signifikan antara model pembelajarantalking stick pembelajaran yang sesuai yang mampu
yang diterapkan dengan hasil belajar yang dicapai, melibatkan keaktifan siswa yang
yaitu terbukti dari thitung> ttabel (3.32> 1,667). berkaitan dengan materi yang diajarkan.
2. Pengaruh model pembelajaran Talking
KESIMPULAN DAN SARAN Stick terhadap hasil belajar
1 Kesimpulan kewirausahaan siswa kelas X SMK Negeri
Berdasarkan hasil analisis dan uji 7 Medan termasuk dalam kategori yang
statistik serta pembahasan maka dapat ditarik tinggi, maka sebaiknya guru dapat
kesimpulan : menerapkan model pembelajaran
1. Hasil belajar siswa setelah diterapkan model Talking Stick sesuai dengan materi atau
pembelajaran Talking Stick pada mata pokok bahasan pelajaran untuk
pelajaran kewirausahaan lebih baik memperoleh hasil belajar siswa yang
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang lebih baik.
diajarkan dengan metode konvensional. Hal 3. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil permasalahan yang sama hendaknya
belajar siswa dengan model pembelajaran lebih memperhatikan kelemahan dan
Talking Stick = 70.125 dan untuk metode kelebihan Model Pembelajaran Talking
konvensional nilai rata-rata hasil belajar Stick agar diperoleh hasil yang baik dan
siswa = 62,75. berguna bagi guru maupun siswa
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan
antara model pembelajaran Talking Stick
terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran kewirausahaan di kelas X SMK
Negeri 7 Medan Tahun Pembelajaran
2013/2014. Hal tersebut dibuktikan dengan
perhitungan uji t, dimana diperoleh thitung> ttabel
(3.32> 1,667).

8
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta.

Carol Locust. 2011. http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-talking-stick.html . (Diakses


14 April 2013).
David, Rye.E. 2009. Pengertian Kewirausahaan. http://www.ombar.net. Diakses 21 April 2013.

Depdiknas. 2010. Metode Konvensional http://digilib.Unnes.ac.id/ gsdl/collect/ skripsi/archives


HASHcea/7c4d72ac.dir/doc.pdf . Diakses 21 April 2013
Djamarah, Saiful Bahri dan Azwan Zain. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Endro Dwi. 2010. Metode Pengajaran Konvensional sebabkan siswa kurang berpikir kritis.
http://www.umy.ac.id/metode-pengajaran konvensional-sebabkan-siswa-kurang-berpikir-kritis.html.
Diakses 25 April 2013.

Garris, dkk . 2009. Learning is a part of our everyday lives. Through formal and
informal training and experience, we develop our procedural, declarative, and strategic knowledge .
Volume 40 Number 2 April 2009.
http://online.sagepub.com.kanagawa.cmu.edu/11780/sites/default/pdf (akses 12 Mei 2013).

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran. Medan: Media Persada

Joyce, Weil. 2012. http://nataliatunas.blogspot.com/2012/12/skripsi-model-pembelajaran-talking.html .


(Akses 14 April 2013)
Sabri, Ahmad. 2010. Strategi Belajar Mengajar & Mikro Teaching. Ciputat: Quantum Teaching
Sadia. 2008. http://hemow.wordpress.com. Diakses 21 April 2013.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sanjaya,Ade.2011.http://adesanjaya.blogspot.com/2011/03/pengertian-definisi-hasil- belajar.html (diakses 5


Mei 2013 )

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar – Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Slameto (2003). Belajar dan Faktor-faktor mempengaruhinya “Jurnal Ketercapaian Prestasi Belajar”
57 hal :15 diakses 30 Maret 2013.
http//ketercapaian belajar slameto.co.id Vol: 344

Sudarmanto, R, Gunawan. 2006. Peningkatan kreativitas dan hasil belajar. Jurnal hasil belajar vol 2 edisi 1
hal:38.
http://blog.mila.ac.id/radengnawan/files/1010/07/jurnal2005-2006.pdf. (diakses 21 Februari 2013).

Sudjana, 2005. Metode Statistika, Transito, Bandung.


Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Tarmizi (2010) “Kelebihan dan Kekurangan Talking Stick. Jurnal Kependidikan. 8, (11), 25 Jakarta Pusat.
http://jurnal.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick.html. Diakses 21 April 2013.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta. Kencana.

Uno B Hamzah, Nurdin Mohamad. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pailkem. Jakarta. Bumi Aksara.

Widodo, http://ihwanaridanu.blogspot.com/p/pembelajaran.html (Akses 14 April 2013).

Anda mungkin juga menyukai