Anda di halaman 1dari 17

Lanjutan Dwinda

9. Membuat Landasan Lilin

Landasan dibuat dengan shelac base plate yang telah dilunakan dan ditekan pada model.

Kemudian malam ditekan sedemikian rupa lalu dipotong sesuai keadaan anatomi model. Potongan

tersebut tepat pada perbatasan mukosa bergerak dan tidak bergerak.

Syarat pembuatan landasan :

o Berada pada mukobucobuccalfold

o Perluasan posterior pada RA adalah AH line dan RB adalah retromolarpad

Fungsi landasan adalah merupakan bentuk sementara dari landasan gigi tiruan sebenarnya

dan sebagai stabilisasi.

10. Pembuatan Tanggul Gigitan

 Dibuat dari malam type sedang


 Tanggul gigitan dibuat diatas puncak linggir

 Tinggi tanggul gigitan di anterior + 7-10 mm dan di posterior + 5-7 mm

 Lebar tanggul gigitan di anterior + 5-7 mm dan di posterior + 7-10 mm

 Antara permukaan bukal dan permukaan bidang orientasi membentuk sudut yang tajam

 Permukaan labial tanggul gigitan RA + 8-10 mm dari pusat papilla incisivus

 Permukaan bidang orientasi tanggul gigitan RB tidak melebihi tinggi retromolar pad.

Fungsi :

 Merupakan bidang oklusal sementara

 Mencatat hubungan rahang vertikal dan horisontal

 Untuk menempatkan gigi buatan (artificial teeth)

11. Uji coba tanggul gigitan

A. Rahang Atas

 Adaptasi landasan

 Bidang orientasi tanggul gigitan 2 mm di bawah LLL (low lip line)

 Bidang orientasi anterior sejajar garis pupil

 Bidang orientasi posterior sejajar camper’s line  digunakan fox plane

 Adanya dukungan labial dan bukal (labial dan buccal support)

 Lengkung tanggul gigitan sesuai dengan lengkung rahang, berada dalam daerah netral

(neutral zone)
Uji coba tanggul gigitan Rahang Bawah

B. Rahang Bawah

 Adaptasi landasan

 Permukaan bidang orientasi tidak melebihi (sedikit di bawah) permukaan lidah, atau sudut

mulut

 Adanya dukungan labial dan bukal (labial dan buccal support)

 Permukaan labial hampir tegak terhadap bidang orientasi

 Lengkung tanggul gigitan sesuai dengan lengkung rahang, berada dalam daerah netral

(neutral zone)

12. Dimensi Vertikal

 Dimensi vertikal adalah jarak vertikal antara 2 titik di RA dan RB


 DV saat relasi/oklusi sentrik adalah jarak vertikal antara 2 titik di RA dan RB saat

tanggul gigitan kontak. Rahang dalam posisi sentrik. Otot-otot rahang dalam keadaan

relaks.

 DV saat istirahat (physiologic rest position ) adalah jarak vertikal antara 2 titik di RA

dan RB saat tanggul gigitan tidak kontak. Rahang dalam posisi istirahat. Otot-otot

rahang dalam keadaan relaks.

 Jarak antar tanggul gigitan = interocclusal space = free way space = 2-3 mm.

Penentuan dimensi vertikal

 Tentukan 2 titik yang diam di RA dan RB

 DV saat pasien mengucapkan “mmmm…..” (tanpa tanggul gigitan) merupakan DV

saat istirahat.

 Tanggul gigitan dalam mulut, dalam keadaan tidak kontak, merupakan DV saat

istirahat.

 DV saat relasi sentrik = DV saat istirahat – free way space

 Free way space = 2-3 mm

13. Penentuan relasi sentrik

A. Tanpa alat

1. Pasien menengadahkan kepala

2. Gerakan menelan

3. Menempatkan ujung lidah pada bulatan lilin (Nucleus Walkhof) di garis tengah

landasan paling posterior.


4. Operator mendorong RB ke posisi paling belakang

B. Dengan alat  Gothic Arch Tracer

• Intra oral dan extra oral

• Gothic arch tracer terdiri dari 2 bagian:

- central bearing pin

- registration plate/tracing plate

• Central bearing pin di RA  gambaran Gothic

• Central bearing pin di RB  gambaran gull wing

Pada pasien GTL RAB, penentuan relasi sentrik dilakukan setelah penentuan DV, sedangkan pada

pasien GTL tunggal, penentuan relasi sentrik dan DV dilakukan bersama sama.

14. Fiksasi Tanggul Gigitan

 Buat lekukan bentuk V pada tanggul gigitan RB

 Pasien dilatih menempatkan RB pada posisi relasi sentrik

 Registration wax yang telah dilunakkan ditempatkan pada lekukan V

 Pasien diinstruksikan menempatkan RB pada posisi relasi sentrik

 Setelah wax mengeras  landasan dan tanggul gigitan RA-RB dilepaskan dari mulut

pasien

 Landasan dan tanggul gigitan RA-RB siap untuk dipasang di artikulator


15. Persiapan Pemasangan di Artikulator

 garis median model berhimpit dg bidang median artikulator

 bidang orientasi tanggul gigitan sejajar bidang lantai

 petunjuk insisal horisontal menyentuh titik potong grs median – grs insisal

 petunjuk insisal vertikal menyentuh meja insisif

Pemasangan Artikulator

A. Dengan Alat

 Pemindahan tanggul gigitan dengan menggunakan busur muka ( face bow transfer)

 umumnya pada adjustable articulator, seperti Hanau, Dentatus articulator

 pemindahannya dapat RA saja atau RA-RB bersama-sama.

 jarak RA terhadap kondilus sama dengan di dalam mulut pasien

 kemiringan bidang orientasi sama dengan dalam mulut pasien

 hasil akan lebih baik karena sesuai dengan keadaan sebenarnya

B. Tanpa alat

Tanggul gigitan RA-RB difiksir di dalam mulut dan dikeluarkan bersama-sama  di

pasang di free plane articulator  dapat menirukan gerakan rahang dan keadaan lain secara umum

16. Penyusunan Gigi

A. Penyusunan Gigi Anterior Rahang Atas


Penyusunan gigi anterior atas, pada permukaan labial setiap gigi yang akan disusun kita

tarik porosnya.

Tanggul gigitan malam dipotong bertahap supaya tidak kehilangan jejak selebar mesio-distal

dan sedalam lebar antero-posterior gigi yang akan disusun ditempat tersebut. Gigi yang disusun

harus memenuhi syarat inklinasi mesio-distal dan inklinasi anterio-posteriornya serta dilihat dari

bidang oklusal, tepi insisal gigi anterior atas berada diatas lingir rahang dan sesuai lengkung lingir

rahang. Untuk memudahkan penyusunan gigi gambaran lengkung puncak lingir rahang kita

pindahkan ke meja artikulator dan incisal edge gigi anterior atas menyentuh lengkung ini pada

meja artikulator saat penyusunan gigi.

1. Gigi I-1 atas

Tanggul gigitan malam dipotong secukup gigi I-1 atas,lalu gigi I-1 atas yang telah

digambar porosnya digambar diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi

mesio-distal.

2. Gigi I-2 atas

Tanggul gigitan malam dipotong secukup gigi I-2 atas, lalu gigi I-2 atas yang telah

digambar porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal,

long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal dan tepi oklusalnya 1 mm

diatas bidang oklusal.

3. Gigi C/ kaninus atas

Tanggul gigitan malam dipotong secukup gigi C atas lalu gigi C yang telah digambar

porosnya diletakkan ditempat ini dengan memperhatikan inklinasi mesio-distal : long

axisnya hampir sama dengan gigi I-1 atas atau paling condong garis luar distal tegak lurus

bidang oklusi atau meja artikulator dan inklinasi antero posterior : bagian servikal tampak
lebih menonjol dan ujung cusp lebih kepalatal dan menyentuh bidang orientasi dilihat dari

bidang oklusal.

Kemudian gigi I-1, I-2 dan C atas lainnya disusun seperti syarat-syarat diatas.

B. Uji Coba Estetik

Setelah gigi tiruan lengkap dilakukan penyusunan gigi anterior rahang atas,

kemudian kita lihat secara estetik apakah gigi tiruan sudah sesuai syarat. Gigi tiruan

dipasangkan ke pasien dan dilihat apakah sudah sesuai mulai dari garis-garis orientasinya,

dukungan dari pipi terlihat cembung, cekung, atau normal, dukungan bibir dilihat normal,

tegang, atau kendor, kesimetrisan, bentuk muka, dan lain-lain.


C. Penyusunan Gigi Anterior Rahang Bawah

1. Insisiv sentral

 Inklinasi mesiodistal 90° terhadap bidang oklusal.

 Inklinasi labiolingual 85° terhadap bidang horizontal.

2. Insisiv lateral

 Inklinasi sedikit ke mesial dibandingkan insisiv sentral.

 Inklinasi abiolingual sama dengan insisiv sentral.

3. Kaninus

 Inklinasi lebih ke mesial daripada insisiv lateral.

 Inklinasi labiolingual tampak tegak.


Pada penyusunan gigi anteriuor rahang bawah, tepi inisial berada pada satu garis. Bidang

insisal tidak menyentuh lingual gigi anterior rahang atas. Sepertiga bagian labial gigi rahang bawah

ditutupi oleh bagian lingual dari gigi anterior rahang atas mengikuti konsep overbite dan overjet.

D. Penyusunan Gigi Posterior Rahang Atas


1. Premolar pertama

 Inklinasi mesio distal 90° terhadap bidang horizontal

 Cusp bukal palatal menyentuh tanggul gigitan rahang bawah.

2. Premolar kedua

 Inklinasi mesiodistal 90° terhadap bidang horizontal.

 Cusp bukal dan palatal menyentuh tanggul gigitan rahang bawah.

3. Molar pertama

 Inklinasi mesio distal membentuk kemiringan terhadap bidang horizontal.

 Cusp mesiopalatal meneyntuh tanggul gigitan rahang bawah.


 Cusp mesiobukal, distobukal, dan distopalatal melayang.

 Dari bukal, cusp distobukal lebih tinggi daripada mesiobukal jika ditarik garis dengan cusp

bukal premolar pertama dan premolar kedua, membentuk kurva spee.

 Dari bidang frontal cusp bukal lebih tinggi daripada palatal. Garis dari molar pertama kiri

sampai molar pertama kanan membentuk kurva Wilson.

4. Molar kedua

 Inklinasi mesiodistal membentuk kemiringan terhadap bidang horizontal.

 Semua bonjol melayang.

Dari permukaan okluasal terlihat permukaan bukal kaninus, premolar, dan cusp

mesiobukal terletak pada satu garis. Permukaan molar pertama dan molar kedua pada satu garis.

Tidak ada step di oklusal dan garis tengah dalam satu garis dengan puncak tulang alveolar.

E. Penysunan Gigi Posterior Rahang Bawah


1. Molar pertama

 Inklinasi mesiodistal 90° terhadap bidang horizontal.

 Dari bukal terlihat cusp tip mesiobukal dan mesiopalatal diantara cusp premolar pertama

rahang atas, serta cusp distobukal pada sentral fossa molar pertama rahang atas.

 Dari frontal terlihat cusp bukal diantara fosa molar dan premolar pertama rahang atas serta

cusp palatal berkontak rapat dengan cusp premolar kedua dan molar pertama rahang atas.

2. Premolar kedua

 Inklinasi mesiodistal 90° terhadap bidang horizontal.

 Dari bukal terlihat cusp bukal dan palatal diantara cusp premolar pertama dan molar

rahang atas.

 Dari frontal terlihat cusp bukal diantara mesial fosa gigi premolar dan molar dengan

kontak maksimal.

3. Molar kedua

 Inklinasi mesiodistal 90° terhadap bidang horizontal.


 Dari bukal terlihat cusp mesiobukal dan mesiolingual berrada diantara cusp molar pertama

dan molar kedua rahang atas, serta cusp distobukal pada sentral fossa molar kedua rahang

atas.

 Dari frontal terlihat cusp bukal diantara fosa molar pertama dan molar kedua rahang atas,

serta cusp palatal kontak rapat dengan cusp molar pertama dan molar kedua rahang atas.

4. Premolar pertama

 Posisi rahang bawah lebil ke lingual dibanding premolar rahang atas.

 Dari bukal terlihat cusp bukal dan palatak diantara bonjol kaninus dan premolar pertama

rahang atas menempel pada marginal ridge premolar pertama dan kaninus rahang atas.

 Dari frontal terlihat cusp bukal diantara mesial fossa premolar pertama dan kaninus rahang

atas dengan kontak maksimal.

Syarat penyusunan gigi posterior

1. Gigi posterior rahang atas dan rahang bawah harus berkontak maksimal saat relasi sentrik.

2. Working siden dan balancing side.

3. Balancing occlusion

Mempertahankan kedudukan selama gerakan lateral.

4. Balancing contact pada gerakan protusif

Gigi posterior bersentuhan ketika gigi anterior saling kontak.

17. Pencobaan Gigi Tiruan Malam

Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu dilakukan
pengamatan pada :
a) Oklusinya
b) Retensi GTL, faktor yang mempengaruhi adalah
 tepi GTL harus mengikuti batas forniks
 jaringan keras harus dihindari utuk memberi kesempatan bergerak
 protesa harus berelief sesuai dengan keadaan mulut
c) Stabilisasinya dengan working side dan balancing side
d) Estetis dengan melihat garis kaninus dan garis ketawa
e) Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain sampai tidak ada
gangguan
f) Vertikal Dimensi

18. Kontur Gusi

Di bawah ini merupakan yang harus diperhatikan saat membuat kontur gusi:

1. Cervical line

Batas tegas yang memisahkan gigi dan gusi

2. Interdental papilla

Sudut aksial antar gigi. Pada orang muda meruncing, makin tua akan semakin tumpul.

3. McCalls festoon

Tonjolan sepanjang servikal line berbentuk landau.

4. Rugae palatine

tonjolan di palatal.

5. Root prominence

Tonjolan kar yang memanjang sepanjang akar masing-masing gigi.

6. Strippling

Tarikan jaringan ikat di gusi lekat.


19. Pemendaman di Kuvet

Gips menutupi sebagian landasan lilin, tepi gips dilandaikan serta pinggiran kuvet tidak

tertutup gips. Jika gips sudah kering, permukaannya dioles dengan Vaseline. Lalu dilanjutkan

dengan mengisi kuvet atas dengan gips plaster. Bertujuan untuk membentuk cetakan yang akan

diisi oleh akrilik.

20. Waxing out

Kuvet direbus di dalam air. Panas yang dihasilkan air akan membuat lilin meleleh sehingga

terbentuk ruang yang digunakan untuk packing akrilik. Gips harus benar-benar bersih dari lilin

21. Packing Akrilik

Akrilik dimanipulasi dengancara mencampurkan cairan dengan bubuk di dalam mixing jar.

Saat akrilik dalam fase dough like, akrilik dimasukkan ke dalam kuvet. Lalu di press hingga tidak

ada lagi kelebihan akrilik di sekitar cetakan. Kuvet ditutup dengan rapat, dan harus metal to metal.

22. Meratakan, Menghaluskan dan Mengilapkan.

Setelah akrilik direbus, akrilik dikeluarkan dari kuvet. Lalu akrilik diratakan dan

dihaluskan dengan frazer, batu merah, batu hijau dan ampelas. Setelah rata dan halus, lalu

dikilapkan menggunakan feltcon dengan bantuan bubuk pumice , lalu dilanjutkan dengan bulu

domba yang dibantu dengan kapur poles.


23. Insersi Gigi Tiruan Akrilik

Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut kemudian dilakukan
remounting. Tujuan remounting adalah:

a. untuk mengecek oklusi protesa pada sebelum dan sesudah dipasang

b. untuk mengetahui selective grinding

c. untuk mengetahui premature contact

Jadi, pada saat dilakukan insersi harus diperhatikan :

1. Retensi

Pengecekan dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
Perhatikan apakah tepi GTL mengikuti fornik, jaringan yang bergerak harus dihindari dari plat
GTL agar bebas bergerak dan tidak melepas GTL, protesa harus berelief sesuai dengan keadaan
mulut.

2. Oklusi

Pengecekan balancing side, working side, serta ada tidaknya kontak prematur.
Pengecekan oklusi dilakukan dalam kondisi sentrik dan eksentrik. Apabila oklusinya terganggu,
dilakukan grinding atau penambahan. Pengecekan dilakukan dengan articulating paper yang
diletakkan pada oklusi, kemudian pasien diminta menggerakkan gigi seperti mengunyah.
Apabila ada traumatic oklusi dilakukan selective grinding, yaitu penggrindingan permukaan
oklusal gigi tiruan untuk mendapatkan suatu sentrik oklusi gigi tersebut. Pengurangan
menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada
rahang atas dan pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah) hinga diperoleh
warna dengan tebal yang sama.

3. Stabilisasi

Pengecekan saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan, bicara,
ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka protesa dapat dipolish.
Diberikan instruksi kepada pasien untuk:

1) Cara pemakaian protesa


2) Adaptasi, dengan menganjurkan pasien untuk memakai protesa secara terus menerus selama
2x24 jam. Pasien diingatkan bahwa akan mengalami hipersalivasi selama satu minggu.
3) Cara pemeliharaan protesa:
a. malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot dibawahnya dapat
beristirahat
b. protesa direndam dalam air sewaktu dilepas
c. protesa dibersihkan dengan sikat berbulu halus setiap kali sehabis makan
d. Ketika hendak mencuci protesa harus dilakukan di atas wadah yang diisi air untuk
mengantisipasi jika gigi tiruan terjatuh, maka tidak akan terjatuh di lantai.

4) Kontrol
a. apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan untuk
segera kembali ke klinik
b. kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan
bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus memakai protesa tersebut.

24. Penyesuaian
Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol. Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada saat kontrol :

a) Pemeriksaan subyektif : Pasien ditanya apakah ada keluhan atau tidak, apakah ada gangguan
atau tidak, dan apakah ada rasa sakit.
b) Pemeriksaan obyektif : dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan dan
diperiksa retensi dan stabilisasi

Anda mungkin juga menyukai