ITS Undergraduate 14539 Paperpdf PDF
ITS Undergraduate 14539 Paperpdf PDF
Oleh:
SURABAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Perawatan
Kegiatan perawatan ditujukan untuk meyakinkan bahwa aset fisik
yang dimiliki dapat terus berlanjut memenuhi apa yang diinginkan oleh
pengguna (user) terhadap fungsi yang dijalankan oleh aset tersebut
(Moubray, 1997). Perawatan merupakan salah satu cara efektif untuk
meningkatkan keandalan suatu sistem (Aggarwal, 1993). Kegiatan tersebut
dapat bersifat terencana (planned) dan tidak terencana (unplanned). Hanya
ada satu bentuk kegiatan perawatan yang tidak terencana yakni breakdown
maintenance, dimana perawatan yang dilakukan setelah terjadinya
kerusakan. Sistem perawatan ini tidak melakukan kegiatan perawatan
apapun sebelum kerusakan terjadi. Sedangkan planned perawatan terbagi
atas dua bagian utama yakni preventive (scheduled) dan corrective
(unscheduled).
b. Kegagalan Fungsi
Sasaran yang ingin dicapai dalam menjalankan kegiatan perawatan
adalah sama seperti apa yang telah didefinisikan dalam fungsi dan
standar performansinya. Namun bagaimana mencapai sasaran tersebut
itulah yang dipertanyakan. Satu satunya kejadian yang dapat
menghentikan aset untuk dapat menjalankan apa yang menjadi tugasnya
adalah terjadinya failure. Untuk itu diperlukan sebuah manajemen
failure, dengan memperhatikan bagaimana terjadinya kegagalan tersebut.
Proses RCM untuk mengetahui kegagalan adalah melalui 2 level :
- Pertama, adalah dengan mengidentifikasi penyebab yang mengarah
pada kondisi kegagalan (failed state).
- Selanjutnya, dengan mempertanyakan kejadian yang dapat
menyebabkan aset gagal (failed state) menjalankan fungsinya. Dalam
RCM, failed state dikenal sebagai functional failure karena hal
tersebut terjadi ketika sebuah aset tidak dapat memenuhi fungsinya
sesuai performansi standar yang dapat diterima / diinginkan oleh user.
c. Bentuk Kegagalan
Setelah mengetahui functional failure, selanjutnya yang harus
dilakukan adalah mengidentifikasi semua peristiwa/kejadian yang
memungkinkan dapat menjadi penyebab terjadinya tiap-tiap kondisi
kegagalan (failed state). Hal ini dikenal dengan sebutan failure
modes/bentuk-bentuk kegagalan. Seringnya setiap daftar bentuk
kegagalan disebabkan karena penurunan kemampuan akibat pemakaian.
Meskipun demikian, setiap daftar kerusakan juga dapat mencantumkan
kegagalan yang disebabkan karena human error (baik karena operator
maupun mainteners) maupun karena kesalahan desain.
d. Efek Kegagalan
Langkah keempat dalam proses RCM adalah membuat daftar
efek dari kegagalan, yang menjelaskan apa saja yang terjadi ketika
failure mode berlangsung. Pendeskripsian tersebut harus mencantumkan
semua informasi yang dibutuhkan untuk mendukung evaluasi terhadap
konsekuensi yang ditimbulkan oleh failure, yang meliputi :
1. Bukti (jika ada) bahwa failure telah terjadi ?
2. Dengan cara bagaimana (jika ada) failure tersebut mengancam
keselamatan dan lingkungan?
3. Dengan cara bagaimana (jika ada) failure tersebut berakibat pada
produksi dan operasional ?
4. Kerusakan fisik seperti apa (jika ada) yang disebabkan oleh failure?
5. Apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki failure tersebut?
f. Proactive Task
Tindakan ini diambil sebelum failure terjadi, dengan harapan dapat
mencegah item/ peralatan mengarah pada kondisi gagal (failed state). Hal
ini dikenal dengan istilah predictive dan preventive maintenance.
Sedangkan dalam RCM sendiri digunakan pendekatan scheduled
restoration, scheduled discard serta on-condition task. Proactive task
dapat menjadi sangat bermanfaat (worth doing) apabila dapat
mengurangi konsekuensi kegagalan yang ada. Selain itu juga perlu
ditambahkan pula bahwa sebelum ditentukan bahwa task tersebut telah
sesuai (worth doing), kita juga harus menentukan bahwa hal tersebut
tecnically feasible. Technically feasible dimaksudkan bahwa kegiatan
yang diberikan memungkinkan atau sesuai diambil untuk dapat
menurunkan konsekuensi dari failure mode yang ada dan masih dapat
diterima/ dijalankan oleh pemilik atau pengguna dari aset tersebut.
- Scheduled restoration task
Merupakan tindakan pemulihan kemampuan item/komponen
(remanufacturing component) pada saat atau sebelum batas umurnya,
tanpa memperhatikan kondisinya pada saat itu. Kegiatan yang
dilakukan seperti ovehauls atau mengubah performansi seperti pada
kondisi mesin sebelumnya dengan tujuan untuk mencegah terjadinya
failure mode yang disebabkan karena umur peralatan. Dalam
penentuan scheduled restoration task ini, terdapat beberapa kriteria
yang harus dipenuhi/ dapat dikatakan technically feasible apabila :
a. Telah dilakukan pengidentifikasian umur dimana item menunjukkan
peningkatan laju terjadinya kegagalan
b. Kebanyakan dari item-item tersebut dapat bertahan pada umur
tersebut (jika kegagalan yang ditimbulkan memiliki
dampak/konsekuensi terhadap safety atau environment)
c. Dapat dilakukan pemulihan daya tahan item terhadap kegagalan
yang terjadi
- Scheduled discard task
Merupakan tindakan mengganti item/ komponen ketika atau sebelum
batas umur, tanpa memperhatikan kondisinya pada saat itu. Scheduled
discard task dikatakan technicaly feasible apabila :
a. Telah dilakukan pengidentifikasian umur dimana item menunjukkan
peningkatan laju terjadinya kegagalan
b. Kebanyakan dari item-item tersebut dapat bertahan pada umur
tersebut (jika kegagalan yang ditimbulkan memiliki
dampak/konsekuensi terhadap safety atau environment)
- Scheduled on-condition task
Merupakan scheduled task yang diberikan untuk
mendeteksi/memeriksa terjadinya kegagalan potensial (potential
failures), sehingga dapat ditentukan tindakan untuk mencegah
terjadinya functional failures atau menghindari konsekuensi dari
functional failures. Scheduled on-condition task dapat dikatakan
technically feasible apabila :
a. Memungkinkan untuk dilakukan penentuan kondisi kegagalan
potensial secara jelas
b. P-F interval relatif konsisten
c. Dapat dilakukan monitoring terhadap item pada interval kurang
dari P-F interval.
d. P-F interval cukup panjang untuk bisa dilakukan beberapa hal
(dengan kata lain, cukup panjang untuk dapat dilakukan tindakan
untuk mengurangi atau mengeliminasi konsekuensi dari functional
failures).
Gambar 2.1 interval P-F
(Sumber : John Moubray, 1997)
Berikut ini akan digambarkan apa yang terjadi pada fase failure
terakhir yang disebut dengan kurva P-F, karena kurva ini menjelaskan
awal terjadinya kegagalan (failure). Titik terdeteksinya penurunan
kondisi (titik P), jika kondisi ini tidak terdeteksi dan tidak diperbaiki
maka akan berlanjut pada kerusakan sampai suatu titik functional
failure (titik F).
g. Default Action
Tindakan ini diambil setelah tindakan proaktif tidak dapat
diberikan dalam menghadapi failure mode yang terjadi. Default action
yang diambil ditentukan berdasarkan konsekuensi yang ditimbulkan oleh
failure, sebagai berikut :
1. Jika proaktif task tidak dapat diberikan untuk menurunkan resiko
terhadap multiple failure yang berkaitan dengan hidden function,
maka kegiatan periodik failure finding dapat diberikan.
2. Jika tindakan proaktif tidak dapat diberikan untuk menurunkan resiko
kegagalan yang dapat berpengaruh pada safety atau environment,
maka item tersebut harus diredesain atau proses yang dijalankan harus
diubah.
3. Jika tindakan proaktif tidak dapat diberikan dimana biaya yang
diberikan selama periode waktu tertentu kurang dari kegagalan yang
disebabkan karena operational consequences, default action yang
dapat diberikan adalah no scheduled maintenance. Jika hal tersebut
terjadi, namun konsekuensi operasionalnya masih tetap tidak dapat
diterima, default action yang dapat diberikan adalah redesign.
4. Jika tindakan proaktif tidak dapat diberikan dimana biaya yang
diberikan selama tenggang waktu/periode tertentu kurang dari
kegagalan yang ditimbulkan akibat non-operational consequence,
default action yang dapat diberikan adalah no scheduled maintenance.
dan jika biaya perbaikan terlalu tinggi, default action kedua dapat
diberikan yakni melakukan redesign.
Kolom H Failure modes tidak dapat Failure modes dapat diketahui secara
(Hidden diketahui secara langsung oleh langsung oleh operator dalam kondisi
Function) operator dalam kondisi normal normal
Kolom S Failure Mode berdampak pada Failure Mode tidak berdampak pada
(Safety) Keselamatan Kerja Operator Keselamatan Kerja Operator
Kolom E Failure Mode berdampak pada Failure mode tidak berdampak pada
(Environment) Lingkunagan sekitar Lingkunagan sekitar
Kolom O Failure Mode berdampak pada Failure Mode tidak berdampak pada output
(Operational) output produksi yang dihasilkan produksi yang dihasilkan
(Sumber : John Mourbray, 1997)
- Distribusi Weibull
Selain distribusi eksponensial yang sering dipakai didalam
mengevaluasi keandalan sistem, distribusi weibul juga banyak dipakai
karena distribusi ini memiliki shape parameter sehingga distribusi
mampu untuk memodelkan berbagai data. Jika Time to Failure dari
suatu komponen adalah T mengikuti distribusi weibull dengan tiga
parameter β, η, dan γ maka fungsi padat distribusi dapat diekspresikan
sebagai berikut :
Jika nilai γ = 0 maka akan diperoleh distribusi weibull dengan dua
parameter,seberapa karakteristik dari distribusi weibull adalah :
• Untuk 0 < β < 1, laju kegagalan (failure rate) akan berkurang seiring
bertambahnya waktu.
• Untuk β = 1, maka failure rate-nya adalah konstan
• Untuk β > 1, laju kegagalan (failure rate) akan bertambah seiring
bertambahnya waktu.
Sedangkan fungsi reliabilitynya adalah :
Laju kegagalannya :
- Distribusi Normal
Distribusi normalsering disebut juga dengan distribusi gaussian adalah
salah satu jenis distribusi yang paling sering digunakan dalam
menjelaskan sebaran data. Fungsi padat peluang distribusi normal
adalah:
Dimana: µ = rata-rata/mean
σ = standar deviasi/varian
Fungsi keandalan dari sebuah komponen yang memiliki distribusi
normal dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan :
VH and H : Very High Risk dan High Risk, perlu perhatian dari
senior managemen, perencanaan tindakan penanggulangan
segera, dan menetapkan tanggungjawab suatu managemen
yang lebih terperinci
M : Moderate Risk, Diatasi dengan monitoring secara spesifik atau
tindakan penanggulangan dengan menetapkan tanggungjawab
dari suatu managemen yang lebih terperinci
L : Low Risk, Diatasi dengan menggunakan prosedur rutin.
(Lewis, 1996)
(Haryono, 2004)
(Haryono, 2004)
PLN
Operator
Tombol On/Start
Unit PLC
memprogram
Motor Hoist
Drum Hoist
Hook
Material diangkat
METODOLOGI PENELITIAN
3.6 Analisa
Tahap ini bertujuan untuk menganalisa hasil pengolahan data yang
telah dilakukan.
Mulai
Selesai