Anda di halaman 1dari 19

URINALISA DAN CAIRAN TUBUH

“PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE”

Oleh :

1. NI KADEK DEVI ANTARI (P07134015008)


2. NI PUTU EKA AGUSTINI (P07134015009)
3. AGUNG BAGUS PURNAMA PUTRA (P07134015011)
4. I GUSTI AGUNG AYU CINDY WIDYADNYANI (P07134015012)
5. NI KADEK ARIKA PUTRI (P07134015013)
6. GUSTI NGURAH DWIANTARA (P07134015014)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


PEMERIKSAAN GLUKOSA URINE

I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
Untuk dapat memahami cara pemeriksaan glukosa dalam urine.

b. Tujuan Instruksional Khusus


1. Untuk dapat melakukan pemeriksaan glukosa dalam urine.
2. Untuk dapat mengetahui kadar glukosa dalam urine probandus.

II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan glukosa urine adalah metode
benedict dan metode fehling.

III. PRINSIP
Prinsip percobaan dengan metode benedict dan fehling yaitu dalam suasana
alkalis glukosa mereduksi garam kompleks dari reagen yaitu ion kupri menjadi kupro,
kemudian menjadi Cu2O yang mengendap dan berwarna hijau kekuning-kuningan
sampai berwarna merah. Intensitas warna ini secara kasar menunjukkan kadar
glukosa dalam urin.

IV. DASAR TEORI


Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisasi.
Eksresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga haemoestasis cairan tubuh. Dalam
mempertahankan haemoestasis tubuh. Peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. (Elisabet J. Corwin,2000).
Komposisi zat-zat dalam urin bervariasi tergantung jenis makanan serta air yang
diminumnya. Urin normal berwarna jernih transparan, sedangkan urin yang berwarna
kuning muda berasal dari zat warna empedu(bilirubin dan biliverdin). Urin normal
pada manusia terdiri dari; air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam
fosfat, asam sulfat, klorida, garam, garam terutama garam dapur, dan zat-zat yang
berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obat-obatan. Komposisi urin
berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting dalam tubuh,
misalnya glukosa, diserap kembali kedalam tubuh melalui molekul pembawa.
(Anonim, 2015)

Gambar 1. Komposisi Urine

Sumber: Ma’rufah,2011
Gambar 2. Mekanisme pembentukan urine

Sumber: Ma’rufah,2011

Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk kedalam ginjal
dengan melalui glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi sampai pada simpai
Bowman,yang berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada
tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada
glomerulus, sisa-sisa cairan akan diteruskan kepiala ginjal terus berlanjut ke ureter.
(Syaifuddin,2006). Ada 3 Tahap Pembentukan Urine:
a) Proses filtrasi
Proses ini terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen
lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang
tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa , air,
natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang seterusnya ke tubulus ginjal.
(Syaifuddin,2006)
b) Proses Reabsorpsi
Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi yaitu proses
dikembalikannya air bersama dengan glukosa, asam amino, asam urat, dan
protein yang berhasil menembus filter glomerulus, ke aliran darah. Tubulus
proksimal juga mengembalikan elektrollit, natrium, chlorida dan bikarbonat.
Simpai Henle mereabsorpsi air dan natrium. Tubulus distal secara halus
mengatur konsentrasi ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat dan hidrogen.
(Widman K,1995)
c) Proses sekresi
Proses ini adalah proses penyerapan kembali urin sisa dari filtrasi dan
reabsorpsi. Proses penyerapanurin ini terjadi pada tubulus dan diteruskan ke
piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.
(Syaifuddin,2006)

Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis.Dari urin kita bisa
memantau penyakit melalui perubahan warnanya. (Anonim, 2015)
Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan mikroskopik terhadap urine.Sampai
saat ini, urine diperiksa secara manual terhadap berbagai kandungannya, tetapi dapat
juga digunakan berbagai strip reagen untuk melakukan skrining kimia dengan
cepat.Urinalisis berguna untuk mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran
kemih, dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan
dengan ginjal.Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau
urine diperiksa, serta pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip
reagen. (Desafir, 2013)
Glukosa, suatu gula monosakarida adalah salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewa dan tumbuhan.Glukosa merupakan salah
satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.Pada orang normal biasanya
tidak ditemukan adanya glukosa dalam urin. Glukosuria (adanya glokosa di dalam
urin) dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi
kapasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa (kadar gula darah melebihi
160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l) atau dapat dikarenakan daya reabsorpsi tubulus
yang menurun. (Kartika,2014)
Bahan pemeriksaan urine untuk pemeriksaan glukosa yang terbaik adalah urine
segar, kurang dari 1 jam setelah dikeluarkan. Urine yang dibiarkan dalam waktu lama
pada suhu kamar, akan meningkatkan jumlah bakteri yang ada dalam urine, sehingga
menyebabkan peningkatan glukolisis (penurunan jumlah glukosa) karena digunakan
untuk metabolism oleh bakteri. Apabila terpaksa menunda pemeriksaan, urine harus
disimpan dalam lemari es suhu 2-80C.penyimpanan dalam lemari es mencegah
dekomposisi urine oleh bakteri. Pemeriksaan Makroskopis Urine . (Desafir, 2013)
Tes glukosa urine adalah pemeriksaan pada sampel urine untuk mengetahui ada
tidaknya glukosa pada urine. Pemeriksaan ini termasuk penyaringan dalam urinalisis.
Tes glukosa urin dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi reduksi, dikerjakan
dengan menggunakan fehling, benedict, dan clinitest. Ketiga jenis tes ini dapat
digolongkan dalam jenis pemeriksaan semi-kuantitatif. Sedangkan tes glukosa
denganreaksi enzimatik dilakukan dengan metode carik celup yang tergolong dalam
pemeriksaan semi-kuantitatif dan kuantitatif.
Pereaksi Benedict adalah larutan yang dibuat dari campuran kuprisulfat, natrium
karbonat dan natrium sitrat.Glukosa dapat mereduksi ion C++kuprisulfat menjadi ion
Cu+yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.Adanya natrium karbonat dan natrium
sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah.Endapan yang terbentuk dapat
berwarna hijau, kuning atau merah bata.Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. (Musiltul,2015)
Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit
menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan
warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya.Hanya terlihat
sedikit endapan pada dasar tabung. Uji benedict lebih peka karena benedict dapat
dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar
glukosa memberikan warna yang berlainan. (Anonim,2015)
Pereaksi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus
untuk mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A
dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan
mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang
berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks.
Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah
bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa
0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
Hasil pemeriksaan glukosa dengan metode benedict dan fehling
diinterpretasikan dalam 5 skala yaitu:
Negatif (-) : tetap biru atau hijau keruh
Positif 1 (+1) : keruh, warna hijau agak kuning
Positif 2 (+2) : kuning kehijauan dengan endapan kuning
Positif 3 (+3) : kuning kemerahandengan endapan kuning merah
Positif 4 (+4) : merah jingga sampai merah bata

V. ALAT DAN BAHAN


1. Metode Benedict
a. Alat:

NO NAMA ALAT GAMBAR ALAT KETERANGAN


1 Digunakan sebagai tempat
untuk mereaksikan reagen
dengan sampel
Tabung Reaksi
2 Digunakan sebagai tempat
untuk meletakkan tabung

Rak Tabung

3 Digunakan sebagai alat


untuk memipet reagen

Pipet Tetes

4 Digunakan sebagai alat


untuk memanaskan antara
sampel dengan reagen di
dalam tabung reaksi

Api Bunsen
5 Digunakan untuk menjepit
atau memegang tabung
saat memanaskannya di
Penjepit Tabung atas api Bunsen

6 Digunakan untuk memipet


reagen atau sampel sesuai
Pipet Ukur dengan volume yang
diperlukan

7 Digunakan pada pipet


ukur untuk memberikan
tarikan dan dorongan
Bola Isap tekanan pada pipet

8 Digunakan untuk
menempatkan alcohol
yang digunakan untuk
mendesinfeksi meja dan
alat kerja yang telah
Botol Semprot
digunakan
9 Digunakan sebagai tempat
untuk meletakkan sampel
atau reagen

Gelas Beaker

b. Bahan:

NAMA
NO GAMBAR BAHAN KETERANGAN
BAHAN
1 Reagen yang digunakan
untuk uji benedict

Reagen
Benedict

2 Sampel yang akan


dianalisis pada praktikum
ini. Sampel ini

Sample Urine merupakan sampel yang


berasal dari Rumah Sakit
yang sudah pasti
patologis
3 Digunakan untuk
membersihkan meja dan
alat kerja yang telah
digunakan
Tissue

2. Metode Fehling
a. Alat:

NO NAMA ALAT GAMBAR ALAT KETERANGAN


1 Digunakan sebagai tempat
untuk mereaksikan reagen
dengan sampel
Tabung Reaksi

2 Digunakan sebagai alat


untuk memanaskan antara
sampel dengan reagen di
dalam tabung reaksi
Api Bunsen
3 Digunakan sebagai alat
untuk memipet reagen sesuai
Pipet Ukur dengan volume yang
dibutuhkan

4 Digunakan pada pipet ukur


untuk memberikan tarikan
dan dorongan tekanan pada
Ball Pipet pipet

b. Bahan:

NO NAMA BAHAN GAMBAR BAHAN KETERANGAN

1 Reagen yang digunakan


untuk uji fehling

Reagen Fehling
A dan B
2 Sampel yang akan dianalisis
pada praktikum ini. Sampel
ini merupakan sampel yang
Sample Urine berasal dari Rumah Sakit
yang sudah pasti patologis

VI. CARA KERJA


1. Metode Benedict
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Dimasukkan 5 mL reagen benedict ke dalam tabung reaksi.
c. Diteteskan sebanyak 8 tetes urine ke dalam tabung reaksi (2,5 mL
reagen benedict dengan 4 tetes urine).
d. Dihomogenkan, kemudian dipanaskan sampai terbentuk warna
konstan.
e. Atau dapat dimasukkan kedalam penangas air dengan yang telah
mendidih selama 5 menit.
f. Setelah terbentuk warna konstan, diangkat dan dibaca hasilnya.

2. Metode Fehling
a. Diambil 2 mL larutan Fehling A dan 2 mL larutan Fehling B.
b. Larutan dihomogenkan.
c. Dilakukan uji terhadap masing-masing urin dimana 1 mL campuran
Fehling A dan Fehling B dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan sampel urin sebanyak 0,5 mL.
d. Larutan dicampur.
e. Dipanaskan dengan api bunsen hingga mendidih.
f. Perubahan warna yang terjadi diamati
VII. HASIL PENGAMATAN
1. Metode Benedict
Sampel urine B yang digunakan
untuk pemeriksaan glukosa dan
aceton urine

Reagen Benedict yang dicampurkan


dengan sampel urine B

Perubahan warna menjadi kuning


kemerahan dengan endapan kuning
kemerahan atau bisa dinyatakan
hasilnya positif 3 (+++) setelah
dilakukan pemanasan
2. Metode Fehling
Sampel urine

Reagen Fehling A dan B

Fehling A dan B yang ditambahkan


dengan urine kelompok setelah
dipanaskan terjadi perubahan warna
menjadi hijau dapat dikatakan hasilnya
negatif
Fehling A dan B yang ditambahkan
dengan sampel urine mr. x setelah
dipanaskan terjadi perubahan warna
menjadi merah bata dapat dikatakan
hasilnya positif

Hasil akhir dari pemeriksaan uji glukosa

VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan uji benedict dan uji Fehling pada sampel urine
untuk mengetahui adanya glukosa secara kualitatif pada sampel urine tersebut. Uji
pertama yang dilakukan adalah uji benedict yang bertujuan untuk mengetahui adanya
glukosa (dan gula pereduksi) dalam urine secara kualitatif. Praktikum dimulai dari
memasukkan 5 ml reagen benedict ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 8
tetes urine ke dalam tabung reaksi tersebut. Lalu dihomogenkan, dan dipanaskan.
Setelah dipanaskan, pada sampel urine yang diuji terjadi perubahan warna dari biru
menjadi kuning kemerahan dan terbentuk endapan kuning kemerahan. Hal ini
menunjukkan dalam sampel urine yang diuji mengandung glukosa. Perubahan warna
urine menjadi kuning kemerahan menunjukkan sampel urine tersebut menunjukkan
interpretasi hasil positif 3 (+++). Prinsip dari uji benedict adalah dalam suasana
alkalis, glukosa dala urine akan mereduksi garam kompleks dari reagen benedict
yaitu ion kupri menjadi kupro, kemudian menjadi Cu2O yang mengendap dan
berwarna hijau kekuningan sampai merah. Ringkasan reaksi dalam uji benedict
sebagai berikut:

Selanjutnya adalah dilkukan uji Fehling. Uji Fehling ini bertujuan untuk
mengetahui adanya glukosa (dan gugus aldehid) dalam urine secara kualitatif. Pada
praktikum ini sampel urine yang akan diuji sebanyak dua sampel (sampel A dan
sampel B). Sampel A merupakan sampel klinis yang telah disediakan dari Rumah
Sakit dan sampel B merupakan sampel dari praktikan. Praktikum dimulai dengan
mengambil 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan fehling B lalu dihomogenkan.
Kemudian dilakukan uji terhadap masing-masing urine, dimana 1 ml campuran
fehling A dan fehling B dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
sampel urine sebanyak 0,5ml kemudian dipanaskan dengan api bunsen hingga
mendidih. Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel
terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan
dari reaksi pembentukan asam karboksilat. Setelah dipanaskan, pada sampel A terjadi
perubahan warna dari biru menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan dalam sampel
urine yang diuji mengandung glukosa. Perubahan warna urine menjadi merah bata
menunjukkan sampel urine tersebut menunjukkan interpretasi hasil positif 4 (++++).
Artinya dalam sampel urine A glukosa yang tinggi. Sedangkan pada sampel B ketika
dilakukan uji sampel menunjukkan perubahan warna dari biru menjadi hijau tanpa
adanya endapan. Hal ini menunjukkan pada sampel B tidak mengandung glukosa,
dan interpretasi hasilnya negative (-). Prinsip dari pemeriksaan glukosa dengan uji
fehling ini adalah dalam suasana alkali, glukosa mereduksi kupri menjadi kupro
kemudian membentuk Cu2O yang mengendap dan berwarna merah. Intensitas warna
merah secara kasar menunjukkan kadar glukosa dalam urine yang diperiksa. Reaksi
yang terjadi dalam uji fehling adalah :

Pereaksi fehling terdiri dari dua bagian, yaitu fehling A dan fehling B. Fehling
A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH
dan kalium natrium tartrat. Pereaksi fehling dibuat dengan mencampurkan kedua
larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Pereaksi fehling dapat
dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+ direduksi menjadi ion
Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.

Keadaan dimana adanya glukosa dalam urine merupakan keadaan yang tidak
normal yang juga disebut dengan glikosuria. Glikosuria terjadi ketika beban disaring
glukosa melebihi kemampuan tubulus untuk menyerap kembali (yaitu, 180 sampai
200 mg per dL). Glukosa secara normal disaring oleh glomerulus, tetapi hampir
sepenuhnya diserap dalam tubulus proksimal. Etiologi termasuk diabetes mellitus,
sindrom Cushing, penyakit hati dan pankreas, dan sindrom Fanconi (Simerville
2005).

IX. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada pemeriksaan glukosa urine


dengan menggunakan metode Benedict dan Fehling, dapat disimpulkan bahwa hasil
pemeriksaan glukosa urine dengan metode Benedict pada probandus B didapatkan
hasil positif 3 (+++). Sedangkan pada pemeriksaan urine dengan metode Fehling
digunakan 2 sampel yaitu sampel A yang merupakan sampel klinis yang telah
disediakan dari Rumah Sakit dan sampel B yang merupakan sampel dari praktikan.
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil pada sampel A yaitu positif 4
(++++) dan pada sampel B didapatkan hasil negatif (-). Keadaan dimana adanya
glukosa dalam urine merupakan keadaan yang tidak normal yang juga disebut
dengan glikosuria. Etiologi termasuk diabetes mellitus, sindrom Cushing, penyakit
hati dan pankreas, dan sindrom Fanconi (Simerville 2005).

X. DAFTAR PUSTAKA

Indranila KS dan Lukitaning Puspito. 2012. Akurasi Pemeriksaan Carik Celup Pada
Urinalisis Proteinuria Dan Glukosuria Dibandingkan Dengan Metoda
Standard. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Pattimura.

Ma’rufah.2011.HUBUNGAN GLUKOSA URIN DENGAN BERAT JENIS URIN


[Online] Tersedia di http://jurnalhealthyscience.com/wp-
content/uploads/2016/05/05-042013-marufah.pdf. Diakses pada tanggal 12
November 2016

Simerville, dkk. 2005. Urinalysis: A Comprehensive Review. Georgetown University


School of Medicine, Washington, D.C. American Family Physician.

Anda mungkin juga menyukai