ARTHA MAHINRUS
KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA ARTHA MAHINRUS
NOMOR :………………………
TENTANG
Jl. Pasar III No. 151 Medan Perjuangan Telp. (061) 80086111 / 80086404 / 800888892
Sumatera Utara 20237 email : rsiaarthamahinrus@gmail.com
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RSIA ARTHA MAHINRUS
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN STERILISASI DI RSIA
ARTHA MAHINRUS.
Kedua : Sterilisasi di RSIA Artha Mahinrus diselenggarakan di Unit Kamar
Operasi.
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan sterilisasi di Unit Kamar
Operasi dilaksanakan oleh Kepala Perawatan Unit Kamar Operasi.
Ditetapkan di : Medan
Pada tanggal :
Direktur,
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RSIA ARTHA MAHINRUS
B. KEWASPADAAN STANDAR
a. Kewaspadaan Standar meliputi:
a. kebersihan tangan,
b. pemakaian alat pelindung diri,
c. disinfeksi dan sterilisasi,
d. penatalaksanaan limbah dan benda tajam,
e. pengendalian lingkungan,
f. praktik menyuntik yang aman,
g. kebersihan pernafasan/etika batuk,
h. praktek lumbal punksi,
i. perawatan peralatan pasien,
j. penatalaksanaan linen,
k. program kesehatan karyawan,
l. penempatan pasien.
2. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan
mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai
Panduan PPI RSIA Artha Mahinrus.
C. KEBERSIHAN TANGAN
1. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di
Seluruh lingkungan RSIA Artha Mahinrus.
2. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
a. Sebelum : 1. Sebelum bersentuhan dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
b. Sesudah :
1. Sesudah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
2. Sesudah bersentuhan dengan pasien
3. Sesudah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien
c. Diantara : Prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi
untuk menghindari kontaminasi silang
3. 4 Jenis kebersihan tangan .
a. Kebersihan tangan surgical
b. Kebersihan tangan Aseptik
c. Kebersihan tangan alkohol handrub
d. Kebersihan tangan Sosial
4. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan(WHO):
a. Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
b. Momen 2 : sebelum tindakan aseptik
c. Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
d. Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
e. Momen 5 : setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
5. 6 langkah kebersihan tangan:
a. Tuang sabun/larutan antiseptic dan ratakan dengan kedua telapak tangan
b. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
c. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
d. Punggung jari tangan kanan digosokkan pada telapak tangan kiri dengan jari sisi
dalam kedua tangan saling mengunci.
e. Ibu jari tangan kiri digosok berputar dalam genggaman tangan kanan dan
sebaliknya.
f. Gosok berputar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya.
6. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-klinis) di
RSIA Artha Mahinrus, yaitu :
a. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial)
b. Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik chlorhexidine
gluconate solution B.P v/v 7,5% (setara dengan 1,5% b/v Chlorhexidinbe
Gluconate cetrimide B.P 115% v/v)
c. Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub)
d. Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan antiseptik chlorhexidine
4 % (surgical).
7. Kebersihan tangan efektif :
a. Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien.
b. Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (staf klinis), semua
perhiasan yang ada (misalnya: cincin, gelang) harus dilepaskan selama bertugas
dan pada saat melakukan kebersihan tangan.
c. Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku palsu
dan cat kuku.
d. Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air.
e. Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk sekali
pakai.
f. Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan terlihat
kotor.
g. Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan.
h. Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai.
i. Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung tangan.
j. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
k. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang.
8. Sediakan di setiap ruangan / bagian :
a. Area klinis (area perawatan / pelayanan langsung terhadap pasien) :
1) Wastafel dengan air yang mengalir.
2) Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan 3) :
poli rawat jalan, kamar bayi, UGD (area non tindakan), ruang keperawatan,
unit penunjang medik (laboratorium klinik)
3) Larutan chlorhexidine 4 % : UGD (area tindakan), kamar bedah, VK
4) Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasi kebersihan
tangan momen 1,4,5), toilet, dapur.
5) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : setiap tempat tidur pasien di area
kritis (UGD, kamar bayi, ruang observasi VK, kamar bedah), pada dinding
pintu dekat pintu masuk kamar pasien, meja trolly tindakan.
b. Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
1) Wastafel dengan air yang mengalir.
2) Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
3) Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3): sanitasi,
kamar cuci, kamar jenazah, CSSD.
4) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub) : pintu keluar-masuk petugas /
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamar jenazah, area dimana
fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir tidak tersedia /
jauh letaknya.
9. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
a. Mengukur / mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan petugas klinis setiap 2
minggu sekali pada area ruang perawatan, UGD,Kamar Operasi, rawat jalan,
kamar bayi, VK, laboratorium.
b. Memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan sebelum kontak dengan pasien (Momen
1 menurut WHO). Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (kamar cuci,
farmasi, dapur, PSRS, sanitasi) : sesuai indikasi kebersihan tangan secara umum.
c. Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun nonklinis
diharapkan > 30 % dari jumlah masing-masing profesi (Dokter, Perawat, dan
Gizi).
10. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga dan
pengunjung yang merupakansalah satu bagian dari proses penerimaan pasien baru.
11. Setiap petugas di RSIA Artha Mahinrus wajib mengikuti pelatihan kebersihan
tanganyang diadakan oleh rumah sakit secara berkesinambungan mengenai
prosedurkebersihan tangan melalui orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
D. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI
1. Kewaspadaan berdasarkan transmisi merupakan tambahan kewaspadaan
standarditerapkan pada pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis
infeksinya,berdasarkan cara transmisi kontak, droplet atau airbone.
2. Tatalaksana administratifmeliputi percepatan akses diagnosis, pemisahan penempatan
pasien, mempersingkatwaktu pelayanan di rumah sakit, penyediaan paket
perlindungan petugas.
3. Tatalaksana lingkungan meliputi penataan alur pasien, penataan sistem ventilasi
(natural maupun mekanikal) tatalaksana penyediaan dan penggunaan alat pelindung
diri.
4. Rumah Sakit menyediakan penghalang untuk pencegahan dan prosedur isolasi yang
melindungi pasien, pengunjung, staf terhadap penyakit menular dan pasien yang
rentan terhadap infeksi nosokomial (imunosupressed)
5. Pasien dengan imunosupressed hanya di lakukan stabilisasi keadaan untuk selanjutnya
dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
6. Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
7. kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas menerapkan
8. prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airbone atau kombinasinya.
9. Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi seminimal
10. mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip kewaspadaan isolasi.
11. Pembersihan ruang kohort dilakukan setelah pembersihan ruang perawatan umum
dengan menggunakan bahan desinfektan.
12. Prosedur penunjang medik (pengambilan darah, pemberian gizi) dilakukan setelah
pasien yang tidak menular.
13. Setiap pengunjung atau pasien ruang kohort harus dilakukan edukasi penggunaan
APD, kebersihan tangan, etika batuk.
14. Adanya pengaturan alur penyakit menular.
K. PENGENDALIAN LINGKUNGAN RS
1. Pengendalian lingkungan rumah sakit meliputi penyehatan air, pengendalian serangga
dan binatang pengganggu, penyehatan ruang dan bangunan, pemantauan higiene
sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen, disinfeksi permukaan/udara/lantai,
pengelolaan limbah cair/limbah B3/limbahpadat medis/non medis
2. Pengendalian lingkungan rumah sakit dikelola oleh Unit Sanitasi dan Unit
Pemeliharaan Rumah Sakit bekerjasama dengan pihak ketiga, berkoordinasi dengan
Komite PPI RS.
3. Pengelolaan limbah harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a. Semua limbah beresiko tinggi harus diberi label/ tanda yang jelas.
b. Wadah /container diberi alas kantong plastic dengan warna : kuning untuklimbah
infeksius & B3, merah untuk limbah radioaktif,hitam untuk limbah non medis /
domestika.
c. Limbah tidak boleh dibiarkan atau disimpan > 24 jam
d. Kantong plastic tempat limbah tidak diisi terlalu penuh ( cukup 3/4)
e. Wadah / container harus tertutup, tahan bocor, tidak berkarat, mudah
dikosongkan atau diangkat, mudah dibersihkan dan berada ditempat
yangterlindungi binatang atau serangga.
f. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah anti bocor dan
tahantusukan ( safety box), tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidak.
g. Jarum dan syringe harus dimasukkan ke dalam “ Safety box “
h. Pengangkutan limbah harus menggunakan troli yang tertutup. Pengangkutan
dilakukan 2 kali. Waktu pengangkutan limbah harus mempertimbangkan agar
sedemikian rupa sehingga tidak bersinggungan dengan transportasi makanan,
linen dan peralatan bersih.
i. Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini RSIA Artha Mahinrus bekerjasama
dengan pihak ketiga.
j. Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung tangan
khusus, masker, sepatu boot, apron, pelindung mata, dan bila perlu helm.
L. PENGELOLAAN LINEN
1. Jenis linen di RSIA Artha Mahinrus dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen kotor
infeksius, linen kotor non infeksius.
2. Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong linen yang
berbeda,linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam dan linen kotor infeksius
dengan kantong linen kuning.
3. Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik kebersihan
tangan,penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko selama bekerja.
M. PENGELOLAAN MAKANAN
1. Pengelolaan makanan di Unit Gizi dan Dapur rumah sakit memperhatikan standar
sanitasi makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan
penjamah makanan.
2. Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada pasien,
pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur pelayanan
Unit Gizi agat terhindar dari pencemaran dan penularan infeksi melalui makanan.
3. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih,terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta suhu
penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
4. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari
prosespenyiapan bahan sa mpai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadiberupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan di
bawah tanggung jawab Panitia K3 RS.
5. Petugas Unit Gizi dean Dapur harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan
berkala selama 6 (enam) bulan sekali