KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD TUAN RONDAHAIM PAMATANG RAYA
NOMOR : 870/ /PPI-1/RSUD/2016
TENTANG
KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RSUD TUAN RONDAHAIM PAMATANG RAYA
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Direktur
RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya
KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta kasih,
tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah
dan kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, pencegahan dan pengendalian infeksi, serta keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai
dengan Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan .
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan
pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui kegiatan Plan-
Do-Check-Action (PDCA).
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah sakit
dan melibatkan berbagai individu.
6. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan
mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan memelihara kondisi
lingkungan dan keamanan, upaya pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).
KEBIJAKAN KHUSUS
1. ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
a. Dalam rangka melindungi pasien, pengunjung dan petugas terhadap penularan infeksi
di Rumah Sakit, maka melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
b. Agar pelaksanaan PPI terkoordinasi dengan baik, Direktur membentuk Tim
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (TPPI). Tim PPI bertanggung jawab langsung
kepada Direktur.
c. Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai dengan Pedoman
Manajerial Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas
kesehatan lainnya yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2011.
d. Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan fungsional disemua
unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan karyawan.
e. Agar kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berjalan lancar, maka memiliki 1
orang IPCN (Infection Prevention and Control Nurse) purna waktu yang bertugas
mengawasi seluruh kegiatan pencegahan pengendalian infeksi yang meliputi gugus
tugas perawatan, IPSRS, Farmasi, Gizi, Administrasi, IGD, dan Laboratorium.
f. Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse) dan IPCLS (Infection Prevention and Control Link Staf) sebagai
pelaksana harian/penghubung di unit masing-masing.
2. KEWASPADAAN STANDAR
a. Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri, disinfeksi dan sterilisasi,
tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam, pengendalian lingkungan,
praktik menyuntik yang aman, kebersihan pernafasan/etika batuk, praktek lumbal
punksi, perawatan peralatan pasien, penatalaksanaan linen, program kesehatan
karyawan, penempatan pasien.
b. Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua area RS dengan
mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai
Panduan PPI .
3. KEBERSIHAN TANGAN
a. Kebersihan tangan dilakukan oleh seluruh petugas klinis maupun non klinis di seluruh
lingkungan .
b. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
1) Segera : setelah tiba di tempat kerja
2) Sebelum :
a. Kontak langsung dengan pasien
b. Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan tindakan
invasif
c. Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
d. Mempersiapkan makanan
e. Memberi makan pasien
f. Meninggalkan rumah sakit
3) Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi
untuk menghindari kontaminasi silang
4) Setelah :
a) Kontak dengan pasien
b) Melepas sarung tangan
c) Melepas alat pelindung diri
d) Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak, muntahan,urine,
keringat dan peralatan yang diketahui atau kemungkinanterkontaminasi dengan
darah, cairan tubuh, pispot, urinal baikmenggunakan atau tidak menggunakan
sarung tangan.
e) Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan tangan (batuk/bersin).
f) Menyentuh lingkungan di sekitar pasien
c. Kebersihan tangan dilakukan menurut 5 Momen Kebersihan Tangan (WHO):
1) Momen 1 : sebelum kontak dengan pasien
2) Momen 2 : sebelum tindakan asepsis
3) Momen 3 : setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Momen 4 : setelah kontak dengan pasien
5) Momen 5: setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
d. Pelaksanaan Cuci Tangan menggunakan 6 langkah kebersihan tangan.
e. Empat jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-klinis)
di , yaitu :
1) Kebersihan tangan social: berupa kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun
2) Kebersihan tangan aseptic: berupa kebersihan tangan dengan air mengalir dan
sabun antiseptik chlorhexidine 2%
3) Kebersihan tangan alcohol handrub berupa: kebersihan tangan dengan larutan
berbahan dasar alkohol
4) Kebersihan tangan surgical berupa: kebersihan tangan sebelum pembedahan
dengan larutan antiseptikchlorhexidine 4 %
f. Kebersihan tangan efektif :
1) Tidak mengenakan jas lengan panjang saat melayani pasien
2) Bagi semua petugas yang berkontak langsung dengan pasien (klinisi), semua
perhiasan yang ada (misalnya: jam tangan, cincin, gelang) harus dilepaskan selama
bertugas dan pada saat melakukan kebersihan tangan
3) Kuku dijaga tetap pendek tidak melebihi 1 mm, tidak menggunakan kuku palsu
dan cat kuku
4) Jika tangan ada luka ditutup dengan plester kedap air
5) Tutuplah kran dengan siku tangan atau putar kran menggunakan handuk sekali
pakai
6) Membersihkan tangan dengan sabun cair dan air mengalir apabila tangan terlihat
kotor
7) Membersihkan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol (handrub) bila
tangan tidak terlihat kotor diantara tindakan; setelah melakukan cuci tangan
handrub sebanyak-banyaknya 10 kali, harus melakukan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
8) Keringkan tangan menggunakan handuk sekali pakai
9) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan / mengenakan sarung tangan
10) Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya.
11) Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum pengisian ulang
g. Sediakan di setiap ruangan / bagian :
1) Area klinis (area perawatan / pelayanan langsung terhadap pasien) :
a) Wastafel dengan air yang mengalir.
b) Larutan chlorhexidine 2 % (indikasi kebersihan tangan momen 2 dan 3) : poli
rawat jalan, ICU, kamar bayi, hemodialisis, UGD (area non tindakan), ruang
keperawatan, unit penunjang medik (radiologi,laboratorium klinik, rehabilitasi
medik)
c) Larutan chlorhexidine 4 % : UGD (area tindakan), kamar bedah, VK
d) Sabun biasa (handsoap) : kamar pasien, pos perawat (indikasikebersihan
tangan momen 1,4,5), toilet, dapur.
e) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub gel) : setiap tempat tidur pasien di
area kritis (UGD, kamar bayi, ruang observasi VK, ICU, kamar bedah), setiap
pintu masuk kamar pasien,meja trolley tindakan.
2) Area non-klinis (area pelayanan tidak langsung terhadap pasien) :
a) Wastafel dengan air yang mengalir.
b) Sabun biasa (handsoap) : toilet, dapur, perkantoran, kantin, aula.
c) Larutan chlorhexidine 2% (indikasi kebersihan tangan momen 3):sanitasi,
kamar cuci, kamar jenazah, CSSD.
d) Larutan berbahan dasar alkohol (handrub gel) : pintu keluar-masukpetugas /
pengunjung, ruang tunggu rawat jalan, farmasi, kamarjenazah, area dimana
fasilitas kebersihan tangan dengan sabun dan air mengalir tidak tersedia / jauh
letaknya.
h. Melakukan monitoring compliance kebersihan tangan dengan cara :
1) Mengukur / mengobservasi kepatuhan kebersihan tangan :
a) Petugas klinis setiap 2 minggu sekali(ruang keperawatan, UGD, ICU,
OK,rawat jalan, kamar bayi, VK, rehabilitasi medik,Gizi) .
2) Dengan memperhatikan 4,5,6 kebersihan tangan sebelum kontak dengan pasien
(Momen 1 menurut WHO).
a) Petugas non-klinis setiap sebulan sekali (kamar cuci, farmasi, dapur,IPSRS,
sanitasi, kamar jenazah) : sesuai indikasi kebersihan tangan secara umum.
b) Kepatuhan kebersihan tangan melibatkan petugas klinis maupun nonklinis
dengan sasaran 30 % dari jumlah masing-masing profesi
(Dokter,Perawat,Fisioterapi dan Gizi).
i. Melakukan program edukasi kebersihan tangan pada petugas, pasien, keluarga dan
pengunjung yang merupakan salah satu bagian dari proses penerimaan pasien baru.
j. Setiap petugas di wajib mengikuti pelatihan kebersihan tangan yang diadakan oleh
rumah sakit secara berkesinambungan mengenai prosedur kebersihan tangan melalui
orientasi dan pendidikan berkelanjutan.
k. Dilakukan monitoring kepatuhan kebersihan tangan petugas (dokter, perawat,
fisioterapi, gizi) setiap 2 minggu sekali pada hari Selasa pada setiap minggu ke 2.
l. Setiap hari Selasa minggu ke-2 seluruh karyawan bebas assesoris tangan.
10. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & MATERIAL SEKALI PAKAI (SINGLE USE
YANG DIRE-USE).
a. Alat Medis Sekali Pakai (AMSP) dapat digunakan kembali sesuai dengan
rekomendasi manufactur-nya.
b. Alat Medis Sekali Pakai (AMSP) dapat digunakan ulang (reuse of single use devices)
sesuai kebijakan RS, dengan dasar pertimbangan di antaranya:
1) AMSP dapat diproses secara benar/tepat (rasional) dan hasil sterilisasi masih
efektif dan efisien baik secara fisik /fungsi, kualitas serta aman digunakan bagi
pasien.
2) AMSP sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal
harganya
3) Pemrosesan AMSP yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui proses
pencatatan dan pengawasan mutu di Unit Sterilisasi
4) AMSP yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat secara visual
dan fungsi dari alat / bahan.
5) Daftar AMSP yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS.
6) Adanya form daftar peralatan alat single use yang di re-use.
7) Adanya form daftar monitoring alar single use yang dire-use.
d. Penanganan terhadap ibu yang positif terpapar virus yang ditularkan melalui darah –
Hepatitis B, C dan HIV.
Untuk meminimalkan resiko kelahiran bayi dengan kelainan darah karena ibunya
positif terkena virus yang ditularkan melalui darah, beberapa langkah yang harus
dilakukan :
1) Pertahankan selaput ketuban tetap utuh selama mungkin.
2) Tali pusat diklem/ditutup sesegera mungkin untuk menghindari tranfusi janin
maupun ibu yang tidak perlu.
3) Suntikan dan contoh darah bayi ditunda sampai darah yang berasal dari ibu
dibersihkan.
4) Dalam keadaan ibu positif menderita Hepatitis B, maka dorongan untuk
imnunisasi terhadap bayi sebaiknya aktif dilakukan.
5) Pada saat bayi dimandikan, harus dilakukan secara hari-hari sehingga semua darah
menempel bisa dibersihkan, semua peralatan yang digunakan dibuang dengan
menggunakan plastik warna kuning atau dibersihkan sehingga semua yang
mengandung protein terangkat. Segera setelah prosedur ini selesai dilakukan, bayi
bisa ditangani dengan normal, tidak perlu diambil tindakan pengisolasian.
6) Lakukan imunisasi bayi baru lahir dengan ibu yang positif hepatitis B.
Direktur
RSUD Tuan Rondahaim Pamatang Raya