Anda di halaman 1dari 15

Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah

Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima


KATA PENGANTAR

Laporan ini adalah Laporan Survei Pemantauan Air Tanah yang dibuat untuk memberi laporan survey secara
detail pekerjaan “Kawasan Masterplan Simpang Lima”. Dikerjakan berdasarkan kontrak kerja antara Pejabat
Pembuat Komitmen Pembinaan Teknis Satuan Kerja Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Strategis Semarang dengan PT. WISWAKHARMAN.
Secara Umum Laporan Survei Pemantauan Air Tanah ini berisi gambaran secara umum tentang kondisi muka
air tanah kawasan.
Demikian, Laporan Survei Pemantauan Air Tanah ini kami sampaikan dan kami menyadari bahwa dalam
laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh karenanya masukan dan koreksi yang sifatnya membangun
diperlukan guna penyempurnaan laporan ini. Atas perhatian dan kepercayaannya kami sampaikan terima kasih.

Semarang, 2018
Mengetahui,

Tim penyusun

i
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Kegiatan ...................................................................................................................... 1


1.2 Maksud dan Tujuan .............................................................................................................................. 1
1.3 Sasaran ................................................................................................................................................ 1
1.4 Lingkup Pekerjaan ................................................................................................................................ 1
1.4.1 Batas Kegiatan .......................................................................................................................... 1

1.4.2 Dileneasi kawasan ..................................................................................................................... 1


BAB 2 ANALISA PENDEKATAN ............................................................................................................................. 3

2.1 Hidrogeologi daerah penelitian ............................................................................................................. 3


2.2 Kondisi Hidrogeologi............................................................................................................................. 5
BAB 3 METODOLOGI SURVEY ............................................................................................................................... 6

3.1 GEOLOGI REGIONAL ......................................................................................................................... 6


3.1.1 STRATIGRAFI ........................................................................................................................... 6

3.1.2 HIDROGEOLOGI....................................................................................................................... 7

3.2 DOKUMENTASI SURVEI ..................................................................................................................... 8


BAB 4 EVALUASI KONDISI MUKA AIR TANAH ..................................................................................................... 9

4.1 Kondisi muka air tanah ......................................................................................................................... 9


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................................... 11

5.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................... 11


5.2 Saran .................................................................................................................................................. 11

ii
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
DAFTAR TABEL

Tabel 4-1 Daftar sumur panatu di Kota Semarang................................................................................................ 10

iii
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1. Gambar Delineasi Kawasan............................................................................................................... 2

Gambar 2-1 Peta Hidrogeologi kota Semarang ...................................................................................................... 4

iv
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kegiatan

Dalam aktifitas prakonstruksi penyelidikan muka air tanah menjadi pertimbangan yang harus
dilakukam untuk memperoleh gambaran teknis mengenai kondisi wilayah perencanaan.

Penyelidikan muka air tanah merupakan salah satu unsur penunjang dalam kegiatan pembuatan suatu
bangunan dimulai kegiatan perencanaan sampai kegiatan pelaksanaan. Berdasarkan penyelidikan muka
air tanah yang dilakukan secara mendetail dan teliti pada saat pelaksanaan di lapangan diharapkan
diperoleh data-data yang akurat dan dipercaya sehingga akan didapatkan gambaran yang jelas
mengenai keadaan kawasan, dalam survei pencarian data dilapangan harus selengkap-lengkapnya agar
diperoleh analisa yang tepat demi kemantapan perencanaan kedudukan, type dan metode pelaksanaan
teknis suatu bangunan sipil yang akan didirikan di daerah rencana proyek tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari Pekerjaan Pengukuran Pemantauan Air Tanah adalah untuk mengetahui karakteristik
kedalaman muka air tanah yang sesuai untuk pelaksanaan teknis perencanaan bangunan sipil yang akan
didirikan di daerah rencana proyek tersebut.

Tujuan dari pekerjaan Pengukuran Pemantauan Air Tanah pada Pekerjaan Masterplan Kawasan
Simpang Lima. Untuk mengetahui gambaran mengenai susunan kealaman muka air tanah di lokasi
rencana proyek.

1.3 Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya laporan Laporan Survei Pemantauan Air Tanah untuk
Masterplan Kawasan Simpang Lima Semarang sebagai pedoman analisa untuk masterplan.

1.4 Lingkup Pekerjaan

1.4.1 Batas Kegiatan

Batas wilayah perencanaan adalah pengukuran kawasan perencanaan untuk Masterplan


Kawasan Simpang Lima yang sudah disepakati untuk dileneasinya.

1.4.2 Dileneasi kawasan

Tujuan dari penentuan deliniasi kawasan yaitu untuk melakukan pemetaan dan mengetahui
tinjauan obyek perencanaan yang akan dikembangkan.

1
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

Batasan kawasan dan delineasi dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gambar 1-1. Gambar Delineasi Kawasan

2
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

BAB 2
ANALISA PENDEKATAN

2.1 Hidrogeologi daerah penelitian

Sistem akuifer air tanah Semarang dapat dilihat melalui peta hidrogeologi Semarang pada Gambar 1 di
bawah ini. Berdasarkan kondisi geologi dan pembentukannya, sistem air tanah di wilayah Kota Semarang
dapat dibagi menjadi dua sistem air tanah, yaitu:

a. Sistem akuifer di daerah dataran

Sistem akuifer ini terdiri dari akuifer tak tertekan (unconfined) yang kedalamannya antara 5 hingga 30
m di bawah permukaan tanah setempat (dbpts) dan akuifer tertekan (confined) terdiri dari delta akuifer
Delta Garang dan akuifer Formasi Damar. Kedalaman kedua akuifer tersebut antara 30 hingga 130 m
dbpts dan bersifat semi tertekan dan tertekan:

 Akuifer tak tertekan (unconfined aquifer)

Akuifer tak tertekan berada dekat permukaan tanah dan muka air tanahnya berhubungan
langsung dengan udara bebas atau sering disebut sebagai air tanah bebas. Akuifer bagian
bawahnya merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir
halus. Pengamatan di lapangan terhadap beberapa sumur gali di dataran Semarang menunjukkan
bahwa kedalaman muka air tanah dangkal berkisar antara 0,2 hingga 3,0 m dbpts, sedangkan
kedalaman sumur galian di dataran tersebut umumnya berkisar antara 6 hingga 12 m dbpts.
 Akuifer tertekan
Akuifer tertekan yaitu yang bagian atas dan bawahnya merupakan lapisan kedap air, dimana
tekanan airnya lebih besar dari tekanan atmosfer. Pada lapisan pembatasnya tidak ada air yang
mengalir. Akuifer di dataran Semarang mempunyai kedalaman 30 hingga 70 dbpts. Batuan
pembentuk akuifer tersebut terdiri dari lensa-lensa pasir dan kerikil yang ditutupi oleh lapisan
lempung atau lempung pasiran sehingga airnya bersifat semi tertekan atau tertekan.

b. Sistem akuifer di daerah perbukitan

Sistem akuifer di daerah perbukitan dibagi menjadi dua, yaitu:


 Akuifer tak tertekan

Akuifer tak tertekan di daerah perbukitan merupakan akuifer Formasi Notopuro dan akufer
Ungaran Tua bersifat tak tertekan. Muka air tanahnya berkisar antara 8 — 15 m dbpts,
kedalamannya 10 — 30 m dbpts. Di beberapa tempat, muka air tanahnya mencapai lebih dari 20
m dbpts, tetapi pada tempat yang lain air tanahnya muncul sebagai mata air.

3
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
 Akuifer tertekan — semi tertekan

Akuifer tertekan — semi tertekan berupa pasir vulkanik, breksi vulkanik dan konglomerat dari
akuifer Formasi Damar yang tersebar merata di daerah perbukitan. Akuifer ini umumnya berada
pada kedalaman antara 30 — 150 m dbpts.

Gambar 2-1 Peta Hidrogeologi kota Semarang

4
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
2.2 Kondisi Hidrogeologi

a. Penyebaran Jenis Tanah

Struktur geologi pada dataran rendah di wilayah Kota Semarang (Dinas ESDM Provinsi Jawa
Tengah, 2003) terdiri dari endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies
pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir lanauan dan
lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik.
Wilayah dataran rendah Kota Semarang memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan,
dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua,
latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua,
Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 30 % wilayah Kota
Semarang memiliki jenis tanah mediteran coklat tua, 26 % memiliki jenis tanah latosol coklat tua, 22
% memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan aluvial coklat kelabu, dan 22% sisanya
merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan grumosol kelabu tua.

b. Potensi Air Tanah

Kondisi air tanah dibedakan menjadi Air Tanah Bebas dan Air Tanah Tertekan. Air Tanah Tertekan
merupakan air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan
batuan kedap air sehingga memiliki debit tetap dan kualitas yang pada umumnya memenuhi syarat
sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya.

Akuifer pada wilayah pesisir Kota Semarang umumnya berupa endapan alluvial dan Delta Garang
yang memiliki kedalaman antara 60 meter sampai dengan 90 meter. Kelompok akuifer Delta Garang
ini merupakan kelompok akuifer utama, karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan
bersifat tawar. Selanjutnya untuk wilayah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan,
akuifernya terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar pada kedalaman antara 50 -
90 meter.

5
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

BAB 3
METODOLOGI SURVEY

Tahapan survey yang dilakukan terdiri dari: inventarisasi data sekunder dan studi literatur, survei lapangan
untuk pengukuran elevasi muka air tanah dan identifikasi sifat fisika air tanah (TDS, DHL, Suhu dan pH),
dan evaluasi data yang telah dikumpulkan seperti penentuan zona air tanah tawar-payau, sifat dan
parameter akuifer, peta parameter kerentanan dan zona debit pengambilan air tanah. Skenario I
merupakan tahap validasi metode yang akan digunakan untuk pembuatan peta kerentanan airtanah pada
Skenario II, yaitu Metode GALDIT (Chachadi & Lobo-Ferreira, 2001). Pada skenario ini parameter jarak
dihitung dari garis pantai. Langkah validasi dilakukan dengan membandingkan peta yang dihasilkan pada
skenario ini dengan kondisi aktual intrusi airlaut di lapangan. Apabila peta tersebut menunjukkan ada
kesamaan, maka metode tersebut langsung digunakan untuk analisis kerentanan pada Skenario II. Apabila
hasilnya berbeda, maka dilakukan modifikasi, yaitu dengan cara menyusun ulang parameter dan bobot
(weight) yang digunakan, sehingga peta yang dihasilkan mendekati kondisi aktual intrusi air laut di
lapangan. Skenario II merupakan tahap pembuatan peta kerentanan air tanah intrinsik dan spesifik untuk
daerah yang belum terpengaruh oleh intrusi air laut dengan menggunakan Metode GALDIT yang telah
divalidasi. Pada skenario ini parameter jarak dihitung dari batas zona airtanah tawar - payau. Peta
kerentanan airtanah spesifik didapatkan dengan menggabungkan peta kerentanan airtanah intrinsik dan
peta zona debit pengambilan air tanah.

3.1 GEOLOGI REGIONAL

3.1.1 STRATIGRAFI

Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Magelang-Semarang (Thanden dkk., 1996),


stratigrafi daerah penelitian disusun oleh Formasi Damar dan Endapan Alluvial. Hubungan
antara Formasi Damar dengan Endapan Alluvial tersebut adalah tidak selaras. Susunan
stratigrafi daerah penelitian mulai dari umur tua ke yang muda, adalah sebagai berikut:

1. Formasi Damar

Formasi Damar terdiri atas batupasir tufan, konglomerat, dan breksi vulkanik Batupasir
mengandung mineral mafik, felspar, dan kuarsa. Formasi ini tersebar di sebelah selatan
daerah penelitian. Formasi ini berumur Pliosen-Plistosen, dan sedimennya sebagian
diendapkan di lingkungan nonmarin, yang dicirikan oleh fosil sisa vertebrata. (Thanden
dkk., 1996).

6
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
2. Endapan Alluvial

Menurut Thanden dkk. (1996), endapan alluvial ini terdiri dari endapan pantai, sungai dan
danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir, membentuk
endapan delta dan endapan dekat pantai dan mencapai ketebalan lebih dari 50 m.
Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, pasir dan lanau dengan tebal 1 – 3 m.
Endapan Alluvial tersebar cukup luas di daerah survey dan menutupi sekitar 95% dari
total luas daerah penelitian.

3.1.2 HIDROGEOLOGI

Menurut Sihwanto dkk. (1988) secara umum aliran air tanah di Kota Semarang mengalir dari
daerah pegunungan di sebelah selatan ke dataran pantai di sebelah utara. Adanya perbedaan
litologi dan morfologi penyusun wilayah Kota Semarang menyebabkan penyebaran air tanah
tidak merata di seluruh wilayah.

Air tanah tersebut ditemukan dalam kondisi bebas (tak tertekan ) dan tertekan. Akuifer bebas
di Dataran Pantai Kota Semarang tersusun oleh batuan yang berasal dari Endapan Alluvial
berupa material lepas berukuran lempung, pasir dan kerikil. Muka airtanah umumnya dangkal
dengan kontur kesamaan muka airtanah relatif sejajar dengan garis pantai dan semakin
rendah ke utara. Menurut Sihwanto dkk. (1988), airtanah tertekan pada Dataran Pantai Kota
Semarang terdapat pada kedalaman 30 – 90 meter di bawah permukaan tanah setempat.

Formasi batuan yang berfungsi sebagai akuifer utama dan paling produktif adalah Endapan
Delta Garang dan Formasi Damar. Daerah yang ditempati oleh Endapan Delta Garang adalah
Semarang Kota dan beberapa wilayah lainya. Tebal lapisan akuifer berkisar antara 1-6 meter
dan tersusun oleh pasir berbutir sedang – kasar atau konglomerat. Kedudukan muka air tanah
akuifer ini sebagian besar telah berada di bawah permukaan laut dengan kontur terendah (- 25
meter) (Sihwanto & Iskandar, 2000). Pengambilan air tanah yang tak terkendali merupakan
penyebab penurunan muka air tanah ini yang mencapai 0,60 - 1,90 m per tahun (Wahid,
1996).

7
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
3.2 DOKUMENTASI SURVEI

8
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

BAB 4
EVALUASI KONDISI MUKA AIR TANAH

4.1 Kondisi muka air tanah

Berdasarkan hasil korelasi data pemboran di Kota Semarang, bagian dasar akuifer bebas terdapat pada
kedalaman 30 –50 meter dari permukaan tanah setempat dengan ketebalan berkisar antara 24 – 48
meter. Tersusun oleh material lepas berukuran pasir halus-sedang, hitam keabu-abuan hingga abu-abu
kecoklatan, bersifat lempungan dan agak padat dan pasir kerikilan abu-abu kecoklatan- coklat kehitaman,
berbutir sedang – kasar.

Pasir kerikilan penyebarannya terbatas dibagian selatan daerah survei meliputi, Simpanglima. Antara
akuifer air tanah bebas dan tertekan dibatasi oleh lapisan lempung yang bersifat tufan dan pasiran. Harga
kelulusan air (K) akuifer bebas di daerah penelitian berkisar antara 0,6– 3,9 m/hari dengan rata-rata
geometri 2,0 m/hari.

Lapisan akuifer yang memiliki nilai K besar terdapat di bagian selatan dan tengah daerah survei yang
tersusun oleh lapisan pasir yang tebal, sedangkan di bagian barat dan timur relatif kecil karena terdapat
lapisan lempung yang cukup tebal. Harga keterusan air (T) akuifer bebas di daerah penelitian relatif
bervariasi, berkisar antara 20,3 -161,2 m2/hari dengan rata-rata geometri 74,2 m2/hari.

Akuifer dengan nilai T besar terdapat di Simpanglima yang tersusun oleh lapisan pasir - pasir kerikilan.
Semakin ke utara nilai keterusan air semakin kecil, sesuai dengan menipisnya pelamparan pasir tersebut.
Harga koefisien daya simpan air (S) daerah penelitian yang dihitung berdasarkan harga spesifik yield
akuifer, berkisar antara 0,10 – 0,26 dengan rata-rata geometri 0,18. Penyebaran harga S di daerah
penelitian relatif mirip dengan penyebaran harga kelulusan air dan keterusan airnya Elevasi muka
airtanah relatif bervariasi.

Elevasi tertinggi sebesar 7,5 m, terdapat di bagian selatan yaitu Kelurahan Mugasari dan Randusari,
sedangkan elevasi terendah (di bawah muka air laut) terdapat di bagian utara dan timur yaitu Bulu Lor,
Bandarharjo dan Rejosari. Kontur kesamaan elevasi muka air tanah secara umum menunjukkan pola
yang sejajar garis pantai. Berdasarkan kontur tersebut dapat direkonstruksi pola aliran airtanah sebagai
berikut: dari bagian tengah ke barat, aliran airtanah mengalir ke arah barat laut - utara, sedangkan dari
bagian tengah ke timur mengalir ke arah utara-timur laut.

9
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima
Tabel 4-1 daftar sumur panatu di Kota Semarang

10
Laporan Survey Pemantauan Muka Air Tanah
Pembuatan Masterplan Kawasan Simpang Lima

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penyelidikan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

akuifer bebas terdapat pada kedalaman 30 –50 meter dari permukaan tanah setempat dengan ketebalan
berkisar antara 24 – 48 meter. Tersusun oleh material lepas berukuran pasir halus-sedang, hitam keabu-
abuan hingga abu-abu kecoklatan, bersifat lempungan dan agak padat dan pasir kerikilan abu-abu
kecoklatan- coklat kehitaman, berbutir sedang – kasar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pemantauan muka air tanah dapat menggunakan metode dewatering pada saat
pekerjaan kontruksi.

11

Anda mungkin juga menyukai