Makalah Manajemen Portofolio
Makalah Manajemen Portofolio
A. Manajemen Portofolio
Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.
Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya.
Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya
memilih satu saham saja. Alasannya, dengan melakukan kombinasi saham, pemodal bisa
meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui diversifikasi.
Manajemen portofolio adalah suatu proses yang dilakukan oleh investor mengatur
uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatnya. Manajemen
portofolio dipandang sebagai suatu proses sistematik yang dinamis. Karena manajemen
portofolio dipandang sebagai suatu proses, maka dapat diaplikasikan kepada setiap
investor atau manajer investasi.
Tahapan awal dari proses manajemen portofolio adalah perencanaan (planning).
Tahap perencanaan ini memfokuskan pada penentuan input-input yang diperlukan untuk
membentuk portofolio. Ada tiga input yang digunakan untuk membentuk portofolio,
yaitu: 1) return ekspektasian individual sekuritas (input ini digunakan untuk membentuk
return ekspektasian portofolio), 2) varian return individual sekuritas, dan 3) kovarian
return individual sekuritas.
Varian dan kovarian return individual sekuritas digunakan untuk membentuk
varian return atau risiko portofolio. Faktor-faktor yang menentukan input-input ini
berasal dari diri investor sendiri (sasaran-sasaran, hambatan-hambatan, dan preferensi-
preferensi) dan dari pasar modal (dengan mempertimbangkan keadaan ekonomik, sosial,
politikal, dan sektor yang relevan). Hasil dari perencanaan ini adalah kebijakan-
kebijakan dan strategi-strategi portofolio serta ekspektasi-ekspektasi pasar yang nantinya
dibutuhkan dalam pembentukan portofolionya.
Proses manajemen portofolio dimulai dengan menentukan sasaran-sasaran
investasi investor. Sasaran-sasaran investasi lebih difokuskan pada pencapaian kombinasi
return dan risiko yang terbaik dari sudut pandang investor. Kombinasi ini menunjukkan
tukaran (trade off) antara return yang dituntut yang dapat diterima oleh investor dengan
tingkat toleransi risiko yang harus dihadapi (risk tolerance).
1
1. Investor Individu Vs Investor Institusional
Terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan antara investor
individual dengan investor institusional. Perbedaan-perbedaan tersebut akan
mempengaruhi strategi portofolio mereka. Oleh karena itu memahami perilaku kedua
kelompok investor ini cukup penting dalam menentukan sasaran-sasaran investasi
kedua kelompok investor ini.
Preferensi return dan risiko investor individual lebih ditentukan oleh tujuan
dan batasan dari masing-masing pribadi investor, sedangkan untuk investor-investor
institusi, kebijakan portofolio mereka ditentukan dengan memperhitungkan tujuan
yang hendak dicapai, toleransi risiko umum dari investor-investor yang diwakilinya,
batasan dan aturan yang berlaku umum, dan bersifat lebih jangka panjang.
Investor-investor institusi dapat bermacam-macam, seperti misalnya
perusahaan-perusahaan reksadana (mutul funds), dana pensiun (pension funds), dana
sumbangan (endowment funds), perusahaan-perusahaan asuransi jiwa (life insurance
companies), perusahaan-perusahaan bukan asuransi jiwa (non life insurance
companies), dan bank-bank.
Perbedaan utama investor individu dengan investor institusional terletak
pada tujuan, hambatan dan pilihan terutama dari sudut pandang kepentingan investor.
Investor Individu:
Mendefinisikan risiko sebagai kehilangan uang
Bercirikan personal
Tujuan berdasarkan apa yang ingin dicapai oleh individu ketika mengivestasikan
asetnya
Lebih bebas dalam berinvestasi
Investor Institusional:
Lebih menggunakan pendekatan kuantitatif dan umumnya mendefinisikan risiko
dalam bentuk penyimpangan atau standar deviasi.
Mempertimbangkan karakter investasi yaitu mana yang bisa memberikan
keuntungan lebih dalam portofolio yang dikelola oleh investasi.
Tujuannya lebih rinci sesuai dengan total paket aset dan kewajibannya.
Menjadi subyek terkait dengan berbagai hukum dan aturan.
2
Implikasi proses manajemen portofolio terhadap dua jenis investor ini antara lain:
Investor individu: perbedaan profil keuangan dari masing-masing individu dan
terkadang dipengaruhi oleh kebijakan atau faktor-faktor unik yang tergantung dari
masing-masing individunya, maka dampaknya terhadap pilihan investasi disebut
dengan self-imposed constraints.
Investor institusi: sehubungan dengan meningkatnya kompleksitas pengelolaan
risiko institusi, maka penentuan kebijakan menjadi hal yang penting. Karena
dengan menentukan kebijakan yang tepat maka akan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, tingkat toleransi terhadap risiko, hambatan yang muncul ketika
berinvestasi dan bagaimana pilihan portofolio yang dilakukan.
1.1 Formulasi Kebijakan Investasi
Detail dari hambatan dan pilhan yang ada tergantung pada portofolio yang
hendak diambil karena terkait dengan jaminan, diuraikan sebagai berikut:
1. Likuiditas –>Kebutuhan likuiditas terkait dengan aset yang bisa yang bisa jual tanpa
perubahan yang dratis dalam penetapan harganya. Biasanya setara kas (sekuritas pasar
uang) memiliki likuiditas tinggi dan biasanya mudah dijual dengan harga mendekati
face value. Banyak saham yang memiliki likuiditas bagus tapi ketika dijual baru akan
menunjukkan seberapa besar penilaian pasar
2. Jangka waktu –>Investor perlu mempertimbangkan berapa lama ia akan berinvestasi
karena terkait dengan kebijakan yang akan diambil dan perencanaan yang akan
dilakukan
3. Hukum dan Peraturan –>Investor akan berhubungan dengan hukum dan aturan yang
berlaku dinegara tertentu
4
Weston dan Thomas (1991:446) bahwa kelompok investor terdiri dari kelompok
pengambil risiko (risk seeker), Kelompok anti risiko (risk averter) dan kelompok yang
acuh terhadap risiko (risk indeference).
Bagi investor yang memutuskan berinvestasi di saham khususnya pada
saham industri properti dan real estate akan menghadapi risiko yang lebih besar
dibandingkan alternatif investasi lain seperti tabungan, deposito, dan obligasi. Hal ini
disebabkan oleh return (pendapatan) yang diharapkan dari investasi pada saham
bersifat tidak pasti, dimana return saham terdiri dari dividen dan capital gain.
a) Tujuan
Tujuan portofolio berfokus pada pertukaran risiko-imbal hasil antara return
ekspektasi yang diinginkan investor dan berapa banyak risiko yang bersedia
ditanggung investor. Tujuan portofolio selalu berpusat pada laba dan risiko karena
dua aspek ini adalah yang paling diperhatikan oleh investor. Tentunya laba dan
risiko adalah basis dari semua keputusan finansial secara umum dan keputusan
investasi secara khusus. Investor mencari laba tetapi harus menanggung risiko
untuk mendapatkan peluang untuk mencapatkan laba. Sebuah poin permulaan baik
disini adalah untuk memikirkan dalam hal tradeoff (pilihan) laba-risiko yang
dikembangkan.
b) Kendala
Dalam mengembangkan strategi dan kebijakan investasi, adalah penting
untuk mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang terkait dengan investasi
portofolio yang hendak dibentuk. Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor
5
ekspektasi makro (macroexpectational factors) yang dapat mempengaruhi pasar
modal.
Faktor-faktor makro yang harus dipertimbangkan adalah faktor-faktor
ekonomik, sosial, politikal, dan sektor industri. Faktor ekonomik yang penting
dipertimbangkan adalah tingkat suku bunga pasar yang akan terjadi karena suku
bunga mempunyai hubungan terbaik signifikan dengan kinerja pasar modal. Faktor
ekonomi lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah inflasi. Inflasi perlu
dipertimbangkan terutama untuk investasi berhorison jangka panjang agar investasi
portofolio dikemudian hari tidak kehilangan daya tariknya karena returnnya di
bawah inflasi yang terjadi.
c) Preferensi risiko investor
Preferensi risiko investor individual akan sangat ditentukan oleh umur dan
tingkat penghasilannya. Pendekatan siklus hidup bisa dilihat pada empat fase yang
berbeda dimana investor individual melihat kekayaan mereka, meskipun adalah
penting untuk mencatat bahwa batasan antar tahapan tidak sepenuhnya jelas dan
bisa membutuhkan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Lebih lanjut, seorang
individual bisa menjadi sebuah komposit dari tahapan ini pada waktu yang
bersamaan. Empat tahapan/fasa itu adalah:
Accumulated phase (fasa akumulasi). Fasa ini merupakan fasa awal karir
investor individual. Pada awal karirnya, investor individual umumnya masih
sedikit memiliki kekayaannya, namun masih mempunyai jangka waktu yang
panjang untuk mengumpulkannya. Umumnya investor ini adalah investor yang
masih muda umurnya. Investor seperti ini umumnya rela dan mau
menanggung risiko yang lebih besar untuk memperoleh return yang lebih
besar.
Consolidation phase (fasa konsolidasi). Fasa ini merupakan fasa pertengahan
sampai akhir karir dari investor individu. Pada fasa ini, ketika pendapatan yang
diperoleh oleh investor sudah melebihi pengeluaran yang dikeluarkannya
untuk menanggung hidupnya, mereka mulai mengakumulasi portofolio
investasinya. Investor seperti ini umumnya adalah investor yang memiliki
preferensi risiko dan tukaran return-risiko pada tingkat moderat.
Spending phase (fasa belanja). Fasa ini merupakan fasa akhir karir dan pensiun
dari investor individual. Pada fasa ini, biaya hidup investor sudah dapat ditutup
6
dari investasi portofolio-portofolio yang telah diakumulasi sebelumnya
bukannya dari pendapatan yang diterima yang sudah mulai menurun. Investor
seperti ini umumnya melakukan investasi yang aman karena sangat
menggantungkan hasil dari investasinya untuk menanggung biaya hidupnya,
sehingga tukaran return-risikonya berada di tingkat rendah, yaitu akan memilih
investasi dengan risiko yang lebih rendah walaupun hanya memperoleh return
yang lebih kecil.
Gifting phase (fasa memberi). Fasa ini merupakan fasa akhir dari umur hidup
investor. Pada fasa ini, tukaran return-risiko investor berada di tingkat yang
sama dengan tukaran return-risiko di fasa belanja.
7
allocation), alokasi aktiva dilakukan secara rutin, untuk merespon kejadian-kejadian
tertentu.
4.2 Optimisasi Portofolio
Optimisasi portofolio terkait dengan pemilihan portofolio yang dapat
memberikan hasil portofolio yang terbaik.
Hasil dari optimisasi portofolio akan didapatkan kombinasi yang optimal dari
sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio. Kombinasi optimal ini menunjukkan
macam-macam sekuritas yang harus dibeli atau dijual pendek (short sale) beserta
proporsinya masing-masing. Setelah diketahui macam sekuritas dan proporsinya
masing-masing, maka portofolio ini perlu diimplementasikan dan dieksekusi, yaitu
membeli atau menjual pendek masing-masing sekuritas.
8
Seorang investor yang berpindah ke golongan pajak yang lebih tinggi akan
menemukan obligasi pemerintahan kota lebih menarik. Dan juga, waktu dari
realisasi dari laba modal bisa menjadi lebih penting.
Perubahan dalam pertimbangan legal/regulasi
Hukum mempengaruhi perubahan investor secara reguler, baik hukum pajak
atau hukum yang mengatur rekening pensiun, tunjangan hidup, dan seterusnya.
Perubahan dalam kebutuhan dan situasi unik
Investor menghadapi sejumlah kemungkinan perubahan selama hidup mereka,
bergantung pada banyak faktor ekonomi, sosial, politik, kesehatan, dan yang
terkait dengan pekerjaan.
Investor melakukan pemonitoran digunakan untuk melakukan penyesuaian terhadap
portofolionya.
B. Evaluasi Portofolio
Ada dua hal penting yang menjadi syarat dalam menilai performa dari seorang
manajer investasi, yaitu:
a. Kemampuan dalam memperoleh tingkat pengembalian di atas rata-rata untuk suatu
tingkat risiko tertentu.
b. Kemampuna dalam mendiversifikasi portofolio sehingga menghilangkan semua risiko
non sistematik.
Tahap akhir proses investasi adalah penilaian kinerja portofolio. Dua variable
diatas yaitu tingkat keuntungan dan risiko merupakan variable relevan yang digunakan
dalam penilaian kinerja portofolio. Tujuan penilaian kinerja portofolio adalah
mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan
kemungkinan tercapainya tujuan investasi dan dapat diketahui portofolio mana yang
memiliki kinerja lebih baik.
Dalam tahap evaluasi, pemodal melakukan penilaian terhadap kinerja
(performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat keuntungan yang diperoleh maupun
risiko yang ditanggung. Menurut Husnan (2003:45), tidaklah benar jika portofolio yang
memberikan keuntungan yang lebih tinggi mesti lebih baik dari portofolio lainnya.
Menurut John (2005:53), kerja besar dikerahkan untuk pembentukan portofolio. Teori
portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus
dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya
dalam pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan
9
asumsi bahwa tingkat pengembalian atas efek di masa depan dapat diestimasi dan
kemudian menentukan risiko dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi
tertentu, teori portofolio menghasilkan hubungan linear antara risiko dan pengembalian.
Teori portofolio mengasumsikan bahwa investor yang rasional menolak untuk
meningkatkan risiko tanpa disertai peningkatan pengembalian yang diharapkan.
Untuk mengetahui apakah sasaran investor masih tercapai, maka kinerja
portofolio perlu dihitung dan diukur setiap saat dan dibandingkan dengan benchmark
sasaran investor. Karena adanya tukaran (trade-off) antara return dan risiko, pengukuran
portofolio berdasarkan returnnya saja mungkin tidak cukup, tetapi harus
mempertimbangkan return dan risikonya.Pengukuran yang melibatkan kedua faktor ini
disebut dengan return sesuaian risiko (risk adjusted return).
10
RUMUS :
Pt Pt 1
RETURN
Pt 1
(1 R ) 1
RIA
(1 IF )
11
RUMUS :
RA R1 R2 ........ Rn / n
RG (1 R1 )(1 R2 )........(1 Rn )
1 / n 1
Keterangan :
i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.
i2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif
4. Risk-Adjusted Return
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik.
Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang
12
rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang
dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
Beberapa model perhitungan return sesuaian risiko (risk-adjusted return)
adalah: 1) Reward to Volatility (Treynor Measure), 2) Reward to Variability (Sharpe
Measure), 3) Jensen’s Alpha, 4) M2, dan 5) Rasio Appraisal.
13
Keterangan:
RVAR = reward to variability atau pengukur Sharpe
TRP = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
ϭP = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio dalam
periode tertentu
TRP - RBR = return lebih (excess return) portofolio
Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai
RVAR semakin baik kinerja dari portofolionya. Pengukuran Sharpe atau RVAR
sebenarnya adalah mengukur slop atau sudut dari portofolio yang ditarik dari titik
return bebas risiko.
Jensen’s Alpha
Jika diperhatikan, pengukur Sharpe dan pengukur Treynor sebenarnya
adalah mengukur sudut dari portofolio. Semakin besar sudut atau slop dari portofolio,
semakin baik kinerja portofolionya. Selain sudut, kinerja portofolio juga dapat
ditentukan juga oleh intersepnya (intercept). Semakin tinggi intersepnya semakin
tinggi return portofolionya. Pengukuran intersep ini dikenalkan oleh Micheal C.
Jensen pada tahun 1968. Pengukuran ini disebut dengan nama Jensen’s Alpha.
ϭP = (TRP - RBR) - βP (RM - RBR)
keterangan:
ϭP = Jensen’s alpha
TRP = rata-rata return portofolio periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu
RM = rata-rata return pasar periode tertentu
TRP - RBR = rata-rata premium risiko portofolio (portofolio risk premium)
RM - RBR = rata-rata premium risiko pasar (market risk premium)
14
Pengukuran M2
Pengukur yang lebih mudah untuk membandingkan kinerja portofolio
dengan kinerja pasar diusulkan oleh John G. Graham dan Campbell R. Havey pada
tahun 1994 dan selanjutnya lebih dipopulerkan oleh Franco Modigliani dengan
cucunya yang bernama Leah Modigliani, sehingga dikenal dengan nama pengukur
M2. Nilai dari M2 adalah sebesar:
M2 = (TRP - RBR).ϭM / ϭP + RBR – RM
Secara esensial, M2 merupakan ukuran mengenai kinerja yang disesuaikan
dengan risiko dimana return yang disesuaikan untuk volatilitas yang memungkinkan
perbandingan return diantara portofolio-portofolio Ukuran itu melakukan ini dengan
menggunakan Treasury Bills dan portofolio yang dievaluasi. Jika resiko dari
portofolio yang dievaluasi lebih kecil daripada pasar, solvabilitas bisa digunakan
untuk meningkatkan volatilitas. Jika resiko lebih besar daripada pasar, sebagian dari
dana bisa ditempatkan dalam Treasury Bills – dananya bisa didesolvabilitasi agar
sesuai dengan volatilitas yang lebih rendah dari pasar. Sebuah keunggulan besar dari
M2 adalah bahwa hasilnya dinyatakan dalam bentuk desimal atau persentase, yang
bisa dengan mudah dipahami oleh semua orang.
Rasio Appraisal
Rasio Appraisal adalah sebuah rasio pengembalian portofolio atas
pengembalian dari patokan ketidakstabilan indeks. Rasio ini mengukur kemampuan
seorang manajer portofolio untuk menghasilkan pengembalian kelebihan relatif
terhadap patokan yang digunakan, tetapi juga mencoba untuk mengidentifikasi
konsistensi investor. Rasio ini akan mengidentifiksi apakah manajer telah
mengalahkan benchmark yang dalam beberapa bulan atau paling sedikit setiap satu
bulan. Untuk menghitung rasio appraisal dapat dilakukan dengan membagi alfa
portofolio dengan risiko sistematik sistematik portofolio. Dalam rasio ini mengukur
return abnormal per unit risiko yang secara prinsip dapat dihilangkan dengan
memegang portofolio indeks pasar.
Karakteristik utama dari rasio informasi adalah sebagai berikut:
Rasio informasi memperkirakan ex-post nilai tambah dan berhubungan dengan
ex-ante peluang yang ada di masa depan.
15
Perbatasan yang menggambarkan peluang yang di akses oleh manajer dapat
diidentifikasi dengan rasio informasi.
Tingkat agresivitas untuk setiap manajer dapat ditentukan oleh rasio informasi
Kadang-kadang intuisi dapat memberikan petunjuk yang baik tentang rasio
informasi dan penghindaran risiko residu.
Nilai tambah tergantung pada prospek manajer dan agresivitas.
Referensi:
16
Isna Yuningsih dan Rizky Yudaruddin, Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap Return Saham,
Akuntabilitas, September 2007, hal 79-84, ISSN 1412-0240, Vol 7, No. 1,
http://repository.univpancasila.ac.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=1214&Itemid=9. (Diakses
Tanggal 19 Maret 2013).
Jogiyanto, (2012), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Sunariyah, (1999), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, Penerbit UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
17