Anda di halaman 1dari 6

PITIRIASIS VERSIKOLOR

Definisi
Pitiriasis Versikolor adalah penyakit jamur superficial kronik, berupa bercak
berskuama halus berwarna putih dapat kemerahan maupun coklat sampai coklat hitam,
terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan,
tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut. (Mansjoer, 2000)
Ptiriasis versikolor disebut juga tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis,
liver spot, tinea flava, ptiriasis versikolor flava dan panu. (Mansjoer, 2000)

Etiologi
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malassezia furfur Robin atau juga Pityrosporum
orbiculare. (Mansjoer, 2000)

Epidemiologi
Pitiriasis versikolor merupakan penyakit universal terutama ditemukan didaerah
tropis. (Mansjoer, 2000)

Manifestasi Klinis
Kelainan kulit Pitiriasis versikolor sangat superficial dan ditemukan terutama dibadan.
Kelainan ini terlihat seperti bercak-bercak kecokelatan ataukekuningan pada kulit yang
pucat dan hipopigmentasi pada kulit berwarna, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas
jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu
Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainana biasanya
asimtomatik sehingga kadang pasien tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut.
(Mansjoer, 2000)
Kadang pasien merasakan gatal ringan. Pseudoakromia yang merupakan kaibat tidak
terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan
pigmen, sering dikeluhkan. (Mansjoer, 2000)

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas gambaran klinis, pemeriksaan fluresensi, lesi kulit dengan
lampu Wood, dan sediaan langsung. (Mansjoer, 2000)
Penatalaksanaan
1. Obat Topikal
Misalnya Suspensi selenium sulfide 2,5% dalam bentuk lusio atau bentuk sampo
dipakai 2-3 x/minggu. Obat digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30 menit
sebelum mandi. (Mansjoer, 2000)
Obat lain ada salisil spiritus 10%, derivate-derivat azol, misalnya mikonazol,
krotimazol, isokonazol, dan ekonazol; sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-
20%; tolsiklat; tolnaftat, dan haloprogin. Dapat pula menggunakan larutan tiosulfas
natrikus 25% dioleskan sehari 2x sehabis mandi selama 2 minggu, tetapi obat ini
berbau tidak enak. (Mansjoer, 2000)
2. Obat Sistemik
Obat ini digunakan jika lesi sulit disembuhkan atau luas. Ketokonazol dosis
1x200mg/hari selama 10 hari. (Mansjoer, 2000)

Pencegahan
Mengingat penyakit ini sering kambuh terutama jika faktor presdiposisi tidak dapat
dihindari maka diperlukan upaya pencegahan dengan suspensi selenium sulfide 2,5% dalam
bentuk losio atau ketokonazol dosis tunggal 400mg/bulan. (Mansjoer, 2000)

Prognosis
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Bercak
hipopigmentasi dapat menetap selama beberapa minggu atau bulan hingga pigmen yang
hilang diganti melalui paparan ultraviolet. (Mansjoer, 2000)

PITIRIASIS ALBA

Definisi
Bentuk dermatitis yang tidak spesifik dan belum diketahui penyebabnya. Ditandai
dengan adanya bercak kemerahan dan skuama halus yang akan menghilang serta
meninggalkan area yang depigmentasi. (Soepardiman, 2010)

Sinonim
Pitiriasis simpleks, pitiriasis makulata, impetigo sika, impetigo pitiroides.
(Soepardiman, 2010)

Etiologi
Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi Streptococcus, tetapi belum dapat
dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi diduga impetigo dapat
merupakan faktor pencetus. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis non
spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Sabun dan sinar matahari bukan merupakan
faktor yang berpengaruh. (Soepardiman, 2010)

Gejala klinis
Pitiriasis alba sering dijumpai pada anak berumur 3-16 tahun (30-40%). Wanita dan
pria sama banyak. Lesi berbentuk bulat, ova;, atau plakat yang tak tertaur. Warna merah
muda atau sesuai warna kulit dengan skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang
dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini penderita datang
berobat terutama pada orang yang kulit berwarna. Bercak biasanya multiple 4 sampai 20
dengan diameter antara ½ - 2 cm. pada anak-anak lokasi kelainan pada muka (50-60%),
paling sering di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi dapat dijumpai pada ekstremitas
dan badan. Dapat simetris pada bokong, paha atas, punggung, dan ekstensor lengah, tanpa
keluhan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.
(Soepardiman, 2010)

Histopatologi
Perubahan histopatologi hanya dijumpai adanya akantosis ringan, spongiosis dengan
hiperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Tidak adanya pigmen disebabkan karena
efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang menebal atau oleh kemampuan sel
epidermal mengangkut granula pigmen melanin berkurang. Pada pemeriksaan mikroskop
electron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom. (Soepardiman,
2010)

Diagnosis
Berdasarkan umur, skuama halus dan distribusi lesi, diagnosis banding vitiligo, pada
fase eritema sering diduga psoriasis. (Soepardiman, 2010)
Pengobatan
Umumnya mengecewakan. Skuama dapat dikurangi dengan krim emolien. Dapat
dicoba dengan preparat ter, misalnya likuor karbones detergens 3-5% dalam krim atau
salap, setelah dioleskan harus banyak terkena sinar matahari. (Soepardiman, 2010)

Prognosis
Penyakit dapat sembuh spontan setelah beberapa bulan sampau beberapa tahun.
(Soepardiman, 2010)

VITILIGO

Definisi
Vitiligo adalah hipomelanosis idopatik didapat ditandai dengan adanya macula putih
yang dapat meluas. Dapat mengenai seluruh bagian tubuh yang mengandung sel melanosit,
misalnya rambut dan mata. (Soepardiman, Lily, 2010)

Etiologi
Penyebab belum diketahui, berbagai faktor pencetus sering dilaporkan misalnya krisis
emosi dan trauma fisis. (Soepardiman, 2010)

Gejala Klinis
Makula berwarna putih dengan diameter beberapa millimeter sampai beberapa
sentimeter, bulat dan lonjong dengan batas tegas tanpa perubahan epidermis yang lain.
Kadang-kadang terlihat macula hipomelanotik selain macula apigmentasi. (Soepardiman,
2010)
Di dalam makula vitiligo dapat ditemukan macula dengan pigmentasi normal atau
hiperpigmentasi disebut repigmentasi perifolikular. Kadang ditemukan tepi lesii yang
meninggi, eritema dan gatal, disebut inflamatoar. (Soepardiman, 2010)
Daerah yang sering terkena adalah bagian ekstensor tulang terutama diatas jari,
periorifisial sekitar mata, mulut dan hidung, tibialis anterior dan pergelangan tangan bagian
fleksor. Lesi bilateral dapat simetris atau asimetris. Pada area yang terkena trauma dapat
timbul vitiligo. Mukosa jarang terkena. Kadang mengenai genital eksterna, putting susu,
bibir dan ginggiva. (Soepardiman, 2010)
Diagnosis
1. Evaluasi klinis
2. Pemeriksaan histopatologi
3. Pemeriksaan biokimia
(Soepardiman, 2010)

Pengobatan
Pada usia dibawah 18 tahun hanya diobati secara topical saja dengan losio
metoksalen 1% yang diencerkan 1:10 dengan spiritus dilutes. Cairan tersebut dioleskan
pada lesi. Setelah didiamkan selama 15 menit lalu dijemur selama 10 menit. Waktu
penjemuran diperlama agara timbul eritema, tetapi jangan sampai tampak erosi, vesikel,
atau bula. (Soepardiman, 2010)
Pada usia diatas 18 tahun, jika kelainan kulitnya generalisat, pengobatannya digabung
dengan kapsul metoksalen (10 mg). Obat tersebut dimakan 2 kapsul (20 mg) 2 jam sebelum
dijemur, seminggu 3 kali. Bila lesi lokalisata, hanya diberikan pengobatan topical. Kalau
setalah 6 bulan tidak ada perbaikan pengobatan dihentikan dan dianggap gagal.
(Soepardiman, 2010)
MBEH (monobenzylether of hidroquinon) 20% dapat dipakai untuk pengobatan
vitiligo yang luas lebih dari 50% permukaan kulit dan tidak berhasil dengan pengobatan
psoralen. Bila tidak ada dermatitis kontak, pengobatan dilanjutkan sampai 4 minggu untuk
daerah yang normal. Depigmentasi dapat terjadi setelah 2-3 bulan dan sempurna setelah 1
tahun. Kemungkinan timbul kembali pigmentasi yang normal pada daerah yang terpajan
sinar matahari dan pada penderita berkulit gelap sehingga harus dicegah ddengan tabir
surya. (Soepardiman, 2010)
Cara lain ialah dengan pembedahan dengan tandur kulit, baik pada seluruh epidermis
dan dermis, maupun hanya kultur sel melanosit. (Soepardiman, 2010)

HIPOPIGMENTASI PASCA INFLAMASI (HPI)

Definisi
HPI adalah hipopigmentasi yang terjadi setelah atau berhubungan dengan dermatosis
yang disertai inflamasi. (Lamasitudju, Rasiddiq, 2013)

Etiologi dan Gambaran Klinis


HPI biasanya terjadi pada dermatitis atopik, dermatitis eksematosa, dan psoriasis.
Selain itu, dapat pula terjadi pada parapsoriasis, pitiriasis likenoides kronik, alopesia
musinosa, mikosis fungoides, lupus eritematosus diskoid, liken planus, liken striatus, dan
dermatitis kronik. HPI terjadi karena hambatan penyebaran melanosom. Gambaran klinis
berupa makula berwarna keputihan dengan batas yang difus pada tempat terjadinya kelainan
kulit primer. (Lamasitudju, 2013)

Penatalaksanaan
Dengan prinsip skin health restoration yang dikemukakan oleh Obagi, bertujuan
untuk mengembalikan dan menjaga setiap sel di kulit dapat melaksanakan fungsi fisiologi
dengan baik sehingga menghasilkan kulit yang sehat. Konsep ini menggunakan dua prinsip,
yakni koreksi kulit dengan bahan bleaching dan stimulasi kulit dengan bahan blending.
Koreksi kulit terjadi di epidermis dan stimulasi kulit terjadi di papila dermis dan stratum
basal epidermis. (Lamasitudju, 2013)
Bahan yang digunakan adalah tretinoin (0,05% atau 0,1%), asam alfa-hidroksi (6-10%),
dan hidrokuinon (2-4%). Semua bahan digunakan dalam bentuk krim dengan konsentrasi
bervariasi, sesuai tipe kulit, usia, dan faktor lain yang mempengaruhi tiap kasus.
(Lamasitudju, 2013)

Anda mungkin juga menyukai