Anda di halaman 1dari 5

4.

CONTRACTION DISORDER (KELAINAN KONTRAKSI)

Persalinan dapat berjalan normal (Eutosia) apabila ketiga faktor fisik 3


P dapat bekerja sama dengan baik. Dengan faktor 3 P kemungkinan dapat
penyimpangan atau kelainan yang dapat mempengaruhi jalannya persalinan,
sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai kelahiran bayi
yang baik dan ibu yang sehat, persalinan yang memerlukan bantuan dari luar
karena terjadi penyimpangan 3 P disebut Persalinan Distocia.
Faktor-faktor tersebut salah satunya adalah :
Power / kekuatan his dan mengejan
HIS :
1. Inersia uteri
2. Tetania uteri
3. His yang tidak terkoordinasi
4. Kelelahan ibu yang sedang mengejan
5. Salah pimpinan kala II

His (kekuatan kontraksi otot rahim)


His normal mempunyai sifat :
1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim
2. Fundal dominant, menjalar keseluruh otot rahim
3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim
4. Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga
terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim

Kelainan kontraksi otot rahim :


1. Inersia Uteri

Inersia Uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri dibagi
menjadi 2 :

1. inersia uteri primer : terjadi pada awal fase laten dan apabila
sejak semula kekuatannya sudah lemah
2. inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif

1. His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah


2. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin
ketuban telah pecah

His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin
sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit,
puskesmas atau ke dokter spesialis.

2. Tetania uteri atau Coordinate Uterina Action


Coordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan berupa
perubahan sifat his , yaitu kontraksi terlalu cepat dan kuat yang akan
menimbulkan persalinan cepat yaitu kurang dari 3 jam yang dapat berisiko
menyebabkan perdarahan tengkorak pada bayi apabila partus pervaginam ,
selain itu ibu dapat menyebabkan perineum yang luka atau robek. Jadi di
anjurkan untuk melahirkan secara Sectio cesar.. Akibat dari tetania uteri
atau Coordinate Uterina Action dapat terjadi :
1. Persalinan Presipitatus
Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin
fatal :
1. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
2. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan
3. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan,
inversio uteri
2. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin dalam rahim

3. Incoordinate Uterina Action


Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran
janin dari dalam rahim.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
1. Faktor usia penderita relatif tua
2. Pimpinan persalinan
3. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4. Rasa takut dan cemas

Upaya Menghentikan Kontraksi Uterus


Kemungkinan obat-obat tokolitik hanya berhasil sebentar tapi penting untuk
dipakai memberi kortikosteroid sebagai induksi maturitas paru bila usia
gestosis kurang dari 34 minggu.

Intervensi ini bertujuan untu menunda kelahiran sampai bayi cukup matang.
Penundaan kelahiran ini dilakukan bila;

- umur kehamilan kurang dari 35 minggu

- pembukaan serviks kurang dari 3 cm

- tidak ada amnionitis, preeklampsia atau perdarahan yang aktif

- tidak ada gawat janin

Ibu masuk rumah sakit (rawat inap), lakukan evaluasi terhadap his dan
pembukaan:

- berikan kortikosteroid untuk memperbaiki kematangan paru janin

- berikan 2 dosis betamethason 12 mg IM selang 12 jam (atau berkan 4 dosis


deksametahason 5 mg IM selang 6 jam)

- steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.

Obat Tokolitik yang dianjurkan

Berikan obat-obatan tidak lebih dari 48 jam. Monitor keadaan janin dan ibu
(nadi, tekanan darah, tanda distress nafas, kontraksi uterus, pengeluaran cairan
ketuban atau darah pervaginam, DJJ, balans cairan, gula darah)

Pemakaian obat tokolitk untuk menghentikan kontaksi


Obat Dosis awal Dosis selanjutnya Efek samping dan hal
yang harus diperhatikan

Sulbutamol 10 mg dalam Bila kontraksi Takhikaddi ibu: kurangi


larutan NaCl masih ada, tetesan bila nadi
atau Ringer tingkatkan tetsan 120/menit, hati
Laktat. Mulai infus 10 tetes pemakaian pada ibu
infus 10 tetes permenit setiap 30 anemia
per menit menit sampai
Edema paru ibu: dapat
kontraksi stop atau
terjadi bila memakai
nadi ibu melebihi
steroid bersamaan dengan
120/menit.
salbutamol. Batasi air,
Bila kontraksi jaga keseimbangan cairan
stop, jaga tetesan dan hentikan obat.
tersebut paling
tidak 12 jam
setelah kontraksi
uterus terakhir.

Maintenance
ventolin per ora.
3x 4 mg/hari
paling sedikit 7
hari

MgSO4 Berikan dosis Ikuti dosis Hati-hati untuk


awal 6 gr selanjutnya 2 hepermagnesia untuk
gr/jam janin dan itu. Lakukan
control dengan
pemeriksaan refleks dan
respiratory rate dan
prosuksi urin
Nifedipin 20 mg oral 3 x 20 mg Lemas, hipotensi

Nitrat 10 mg 20 mg oral Pusing, mual


sublingual

Tokolisis

Suntikan dosis tunggal 0,25 mg turbatalin sulfat intravena atau subkutan yang
diberikan untuk melemaskan uterus dapat digunakan sebagai tindakan
sementara dalam penatalaksanaan pola frekuensi denyut jantung janin yang
tidak meyakinkan selama persalinan. Alasan tindakan ini bahwa inhibisi
kontraksi uterus dapat memperbaiki oksigenasi janin sehingga terjadi
resusitasi in utero. Tindakan resusitasi ini memperbaiki angka pH darah kulit
kepala janin walaupun semua wanita ini melahirkan seksio sesarea. Tokolisis
terbutalin memberikan hasil yang baik. Nitrogliserin intravena dalam dosis
kecil (60 sampai 180 mg)

Anda mungkin juga menyukai