Anda di halaman 1dari 54

DEMAM TIFOID

Tutorial Klinik

Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
2018

Pembimbing : dr. Hj. Sukartini, Sp. A

Deseli Eka Rahmawati 1710029021


Laporan kasus
ANAMNESIS

Identitas Pasien I Identitas Pasien II


• Nama : An. MAS • Nama : An. AP
• Usia : 7 tahun 6 bulan • Usia : 6 tahun 3 bulan
• JK : laki-laki • JK : perempuan
• BB : 25 Kg • BB : 15 Kg
• TB : 133 cm • TB : 100 cm
• Anak ke : 1 dari 2 • Anak ke : 2 dari 2
• Alamat : Jl. Bayur pondok • Alamat : Jl. Bayur pondok
labu RT 21 Sempaja Utara lanu RT 21 Sempaja Utara

• MRS 10 JULI 2018 (20.20 wita) • MRS 14 JULI 2018 (02.30 wita)
Keluhan Utama
PASIEN I PASIEN II

Demam Demam
Riwayat penyakit sekarang
PASIEN I PASIEN II

Pasien dibawa ke IGD RSUD AWS oleh Pasien dibawa ke IGD RSUD AWS karena
orang tuanya karena demam hari ke 7 demam hari ke 6 (mulai Minggu 8/7/18,
(mulai Selasa 3/7/18, siang). siang).
Demam biasanya muncul saat sore dan Demam biasanya pagi hari menurun,
malam hari dan mereda saat pagi hari. muncul saat sore dan malam hari, reda
Ibu pasien mengatakan demam mereda bila dikompres dan diberikan obat
bila dikompres dan diberikan obat penurun panas, tetapi keesokan harinya
penurun panas, tetapi keesokan harinya demam timbul lagi, serta suhunya lebih
demam timbul lagi, serta suhunya lebih tinggi dari sebelumnya. Saat demam
tinggi dari sebelumnya. Saat demam pasien biasanya menggigil, dan ada
pasien ada mengigau di malam hari mengigau terutama di malam hari.
Riwayat penyakit sekarang
PASIEN I PASIEN II

Demam disertai keluhan batuk (+) pilek Demam disertai keluhan batuk (+) pilek
(+) sejak 1 minggu SMRS, sesak (-), (+) sejak 6 hari SMRS, setelah demam
kejang (-), keluhan lain seperti mual, pasien banyak berkeringat, keluhan lain
nyeri perut (+) terutama ulu hati, sesak (-), kejang (-). Demam disertai
muntah (-), BAB kuning cair dengan keluhan mual dan nyeri perut (+),
ampas (+) lendir (-) darah (-) sejak 3 muntah (+) 1x, BAB kuning cair dengan
hari SMRS, BAK normal, perdarahan (-), ampas (+), lendir darah (-), perdarahan
dan nafsu makan menurun. Selain itu (-) sejak 2 hari SMRS, BAK normal, dan
lidah pasien terlihat kotor ditutupi oleh nafsu makan menurun. Selain itu lidah
selaput putih ditengah lidah, ujung dan pasien terlihat kotor ditutupi oleh
tepi lidah kemerahan. selaput putih ditengah, bagian ujung
dan tepi lidah kemerahan.
Riwayat penyakit Dahulu
PASIEN I PASIEN II

Pasien tidak pernah memiliki keluhan Pasien tidak pernah memiliki keluhan
yang sama sebelumnya. yang sama sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga

Adik pasien juga terdiagnosa dengan Kakak pasien juga terdiagn0sa dengan
penyakit yang sama yaitu demam tifoid. penyakit yang sama yaitu demam tifoid

Asma (-) Alergi (-) Asma (-) Alergi (-)


Riwayat kebiasaan
PASIEN I PASIEN II

• Sebelum sakit ibu pasien mengatakan kedua anaknya sering makan jajanan es dan
pentol di pinggir jalan, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sebelum BAB
kurang diperhatikan oleh Ibu pasien selama ini dan Ibu juga tidak pernah menyuruh
anaknya untuk mencuci tangan telebih dahulu sebelum makan dan BAB.Ibu pasien juga
mengatakan bahwa anaknya ketika pulang sekolah jarang makan masakan di rumah
namun sering membeli jajanan di pinggir jalan.
• Kondisi rumah pasien memiliki jamban terpisah dengan rumah yang terletak ± 10
meter di belakang rumah. Ibu pasien mengaku selama ini memasak makanan sendiri
dirumah, sayur dicuci terlebih dahulu, dan mengkonsumsi air minum yang direbus
sendiri.
• Sumber air berasal dari sumur bor yang terkadang bila hujan dapat keruh sehingga
harus di endapkan terlebih dahulu. Air tersebut juga biasa digunakan untuk memasak
dan mencuci pakaian sehari-hari. Orang tua pasien juga mengatakan bahwa lingkungan
rumah sekitar dekat dengan tempat penampungan sampah umum dengan jarak sekitar
± 100 meter.
Pertumbuhan dan perkembangan anak
PASIEN I PASIEN II

• Berat badan lahir : 3500 gram • Berat badan lahir : 3500 gram
• Panjang badan lahir : OT lupa • Panjang badan lahir : OT lupa
• Berat badan sekarang : 25 kg • Berat badan sekarang : 15 kg
• Tinggi badan sekarang : 133 cm • Tinggi badan sekarang : 100 cm
• Gigi keluar : OT lupa • Gigi keluar : OT lupa
• Tersenyum : OT lupa • Tersenyum : OT lupa
• Miring : OT lupa • Miring : OT lupa
• Tengkurap : OT lupa • Tengkurap : OT lupa
• Duduk : OT lupa • Duduk : OT lupa
• Merangkak : OT lupa • Merangkak : OT lupa
• Berdiri : OT lupa • Berdiri : OT lupa
• Berjalan : OT lupa • Berjalan : OT lupa
• Berbicara : OT lupa • Berbicara : OT lupa
Makan dan minum anak
PASIEN I PASIEN II

ASI : ASI hingga usia 2 bulan ASI : ASI hingga usia 1 minggu
Susu sapi : 2 bulan – 2 tahun Susu sapi : 1 minggu – 2 tahun
Makanan lunak : usia 6 bulan Makanan lunak : usia 6 bulan
Makan padat dan lauknya : 11 bulan Makan padat dan lauknya : 12 bulan

Pemeriksaan prenatal

Periksa di : Klinik bidan Periksa di : Klinik bidan


Penyakit kehamilan : Tidak ada Penyakit kehamilan : Tidak ada
Obat-obat yang sering diminum : Tidak ada Obat-obat yang sering diminum : Tidak ada
Riwayat kelahiran
PASIEN I PASIEN II

Lahir di : Klinik bidan Lahir di : Klinik bidan


Ditolong oleh : Bidan Ditolong oleh : Bidan
Usia dalam kandungan: Aterm Usia dalam kandungan: Aterm
Jenis partus : Spontan pervaginam Jenis partus : Spontan pervaginam

Keluarga berencana

Tidak ada Tidak ada


Riwayat kebiasaan
PASIEN I PASIEN II

Imunisasi Usia saat imunisasi


I II III IV Booster I Booster II

BCG 1 bulan - - - - -

Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -

Campak 9 bulan - - - - -

DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -

Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -


Pemeriksaan fisik
PASIEN I PASIEN II

Dilakukan pada tanggal 10 Juli 2018 Dilakukan pada tanggal 14 Juli 2018
• Keadaan Umum : Sakit sedang • Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis • Kesadaran : Composmentis
• Berat Badan : 25 Kg • Berat Badan : 15 Kg
• Panjang Badan : 133 cm • Panjang Badan : 100 cm
• Tanda Vital: • Tanda Vital:
Tekanan Darah 100/60 mmHg Tekanan Darah 90/60 mmHg
Nadi 98 x/menit Nadi 117 x/menit
Pernafasan 28 x/menit Pernafasan 25 x/menit
Temperatur axila 38o C Temperatur axila 36,4o C
Pemeriksaan fisik
PASIEN I PASIEN II

• Kepala/leher • Kepala/leher
• Rambut : Warna hitam, tebal • Rambut : Warna hitam, tebal
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), • Mata : Konjungtiva anemis (-/-),
sclera ikterik (-/-), pupil isokor, sclera ikterik (-/-), pupil isokor,
diameter 3mm/3mm, reflex cahaya diameter 3mm/3mm, reflex cahaya
(+/+), edema palpebra (-/-) (+/+), edema palpebra (-/-)
• Hidung : Sekret hidung (-), • Hidung : Sekret hidung (-),
pernafasan cuping hidung (-) pernafasan cuping hidung (-)
• Mulut : Mukosa bibir tampak • Mulut : Mukosa bibir tampak
basah, sianosis (-), perdarahan (-), basah, sianosis (-), perdarahan (-),
faring hiperemis (-) faring hiperemis (-)
• Leher : Pembesaran kelenjar • Leher : Pembesaran kelenjar
getah bening (-) getah bening (-)
Pemeriksaan fisik
PASIEN I PASIEN II
Thorax Thorax
• Paru: • Paru:
Inspeksi : Tampak simetris, pergerakan simetris, Inspeksi : Tampak simetris, pergerakan simetris,
retraksi supra sternum (-), retraksi supraclavicula retraksi supra sternum (-), retraksi supraclavicula
(-), (-),
Palpasi : Pelebaran ICS (-), fremitus raba D=S Palpasi : Pelebaran ICS (-), fremitus raba D=S
Perkusi : Sonor Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, Ronki (-/-), wheezing (-/-) Auskultasi : Vesikuler, Ronki (-/-), wheezing (-/-)
• Jantung: • Jantung:
Inspeksi :Ictus cordis tampak pada ICS 5 Inspeksi :Ictus cordis tampak pada ICS 5
midclavicularis sinistra midclavicularis sinistra
Palpasi :Ictus cordis teraba pada ICS 5, Palpasi :Ictus cordis teraba pada ICS 5,
midclavicularis sinistra midclavicularis sinistra
Perkusi : Normal pada batas jantung Perkusi : Normal pada batas jantung
Auskultasi : S1S2 kesan normal Auskultasi : S1S2 kesan normal
Pemeriksaan fisik
PASIEN I PASIEN II

Abdomen Abdomen
• Inspeksi : Cembung, scar (-) • Inspeksi : Cembung, scar (-)
• Palpasi : Soefl, nyeri tekan • Palpasi : Soefl, nyeri tekan
epigastrium (+), organomegali (-), epigastrium (+), organomegali (-),
turgor kembali cepat turgor kembali cepat
• Perkusi : Timpani, acites (-) • Perkusi : Timpani, acites (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) kesan • Auskultasi : Bising usus (+) kesan
normal normal
Ekstremitas Ekstremitas
• Ekstremitas superior : Akral hangat, • Ekstremitas superior : Akral hangat,
pucat (-/-), edem (-/-) pucat (-/-), edem (-/-)
• Ekstremitas inferior : Akral hangat, • Ekstremitas inferior : Akral hangat,
pucat (-/-), edem (-/-) pucat (-/-), edem (-/-)
PASIEN I Laboratorium 10 Juli 2018 PASIEN II Laboratorium 14 Juli 2018

Pemeriksaan yang dialkukan Hasil yang didapat Nilai Normal


Pemeriksaan yang Hasil yang didapat Nilai Normal
dialkukan Leukosit 7.340/mm3 4.500 – 14.500/ mm3

Hemoglobin 9.0 g/dl 14,0 – 18,0 g/dl


Leukosit 4.290/mm3 4.500 – 14.500/ mm3
Hematokrit 25.0 % 35,0 – 45,0%

Trombosit 174.000/ mm3 150.000 – 450.000/ mm3

Hemoglobin 10.4 g/dl 14,0 – 18,0 g/dl


MCV 74.8 fl 81.0 – 99.0 %

MCH 27.1 pg 27.0 – 31.0 pg

Hematokrit 29.4 % 35,0 – 45,0% MCHC 36.2 g/dl 33.0 – 37.0 g/dl

Eritrosit 3.34 ul 3.90 – 5.90 ul

Trombosit 70.000 / mm3 150.000 – 450.000/ Natrium 130 mmol/L 135 – 155 mmol/L

mm3 Kalium 2.7 mmol/L 3.6 – 5.5 mmol/L

MCV 68.1 fl 81.0 – 99.0 % Chloride 90 mmol/L 98 – 108 mmol/L

Urinalisa

MCH 24 pg 27.0 – 31.0 pg Berat Jenis 1.0005 1.003-1.300

Warna kuning kuning

Kejernihan Agak Keruh Jernih


MCHC 35.3 g/dl 33.0 – 37.0 g/dl
pH 6.0 4.8-7.8

Leukosit 3-5 0-1


Eritrosit 4.31 ul 3.90 – 5.90 ul
Eritrosit 5-10 0-1
Diagnosa kerja igd
PASIEN I PASIEN II

• Observasi febris dd : 1.demam dengue, 2. 1. suspect demam thypoid dd demam


DHF, 3. tifoid dengue, 2.ISK, 3.Hipokalemia

Penatalaksanaan igd

• Co dr Sp A
• IVFD DS ½ NS 20 tpm
• Inj Ceftriaxone 625 mg/ 12 jam iv bolus
• Paracetamol syr 3 x cth II
• Cek DL Serial/ hari, IgG IgM anti dengue,
IgG IgM salmonella, tubex
PASIEN I Follow up PASIEN II
Tanggal Pemeriksaan Terapi Tanggal Pemeriksaan Terapi

11 Juli 2018 S: demam↑↓, nyeri perut ulu hati A : Obs. Febris, DD 14 Juli 2018 (perawatan H- S: demam↑↓, batuk (+) pilek (+) BAB cair (+) A : Observasi Febris hari ke VI +
1) nyeri perut (+) hipokalemia + susp. Thypoid dd infeksi
(perawatan H-1) (+), BAB cair (+), mengigau (+), mual 1. Demam Typhoid
O: KU sedang, kesadaran cm, akral hangat, dengue + ISK
(-), nafsu makan↓, batuk (+) 2. DHF anemis (-/-)
O: KU sedang, kesadaran cm, akral TD: 90/60, N: 117x/menit, RR: 25x/menit, T:
36,4oC
hangat, anemis (-/-), lidah kotor (+), Planning pemeriksaan:
P:
sariawan - DL, UL Lab (14/7/18) - IVFD KAEN 3B 1200 ml/ hari
TD: 110/90, N: 68x/menit, RR: - Salmonella Typhi IgM Leukosit: 7.340/mm3 - Inj Ceftriaxone 600mg/12j
Hb: 9.0 g/dl
20x/menit, T: 37.7 oC - Dengue Test IgM, IgG - Paracetamol syr 3 x 7,5 ml
Ht: 25.0 %
- Widal MCV: 74.8 fl - Oralit ad libitum
Lab (11/07/18) jam 08.14 - Tubex MCH: 27.1 pg
MCHC: 36.2 g/dl - Diet lunak TKTP
Hb: 10.9 g/dl
Trombosit: 174.000 / mm3
Ht: 30.8% P : - IVFD RL 1600cc/24jam Planning pemeriksaan:
-Cek SE post koreksi
Leukosit: 6.570/ mm3 - Ceftriaxone inj 2 x 1gr/ IV Electrolyte
- Kultur urine
Na 130
Trombosit: 70.000/ mm3 - Paracetamol inf 3 x 250mg/IV - Anti Dengue IgG IgM
K 2.7
MCV: 79.9 fl - Antasida 3 x ½tab PO - Tubex
Cl 90
MCH: 26.6 pg - CTM 2,5mg dan Ambroxol
Urinalisis
MCHC: 33.3 g/dl 12,5mg (pulv 3x1)
Warna Kuning
Kejernihan agak keruh
pH 6.0
Leukosit 3-5
Eritrosit 5-10
PASIEN I Follow up PASIEN II
16 Juli 2018 S: demam↑↓, batuk (+) pilek (+), mual (+),
12 Juli 2018 S: demam↑↓, nyeri perut ulu A : Demam Typhoid + (perawatan H-2) muntah (-) nyeri perut (+) BAB cair ampas (+)
O: KU sedang, kesadaran cm, akral hangat,
(perawatan H-2) hati (+), mengigau (+), mual (-), - ISPA
anemis (-/-)
nafsu makan↓, batuk (+) P : - IVFD RL 1600cc/24jam
TD: 90/70, N: 99x/menit, RR: 27x/menit, T: 37oC
O: KU sedang, kesadaran cm, - Ceftriaxone inj 2 x 1gr/ IV Lab (16/7/18)
Leukosit: 7.060/mm3
akral hangat, anemis (-/-), lidah - Paracetamol inf 3 x
Hb: 9.1 g/dl
kotor (+), sariawan 250mg/IV
Ht: 25.6 %
TD: 110/90, N: 70x/menit, RR: - Ranitidin 2 x 50mg MCV: 77.5 fl
MCH: 27.5 pg
21x/menit, T: 37.8 oC - CTM 2,5mg dan Ambroxol
MCHC: 35.5g/dl
12,5mg (pulv 3x1)
Trombosit: 194.000 / mm3
Lab (12/07/18)
Kimia Klinik
Hb: 10.4 g/dl
Na 134
Ht: 29%
K 3.3
Leukosit: 6.200/ mm3 Cl 92

Trombosit: 117.000/ mm3


Imunoserologi
- Pemriksaan Urine Lengkap DBN
Dengue Ig G : negative
Dengue Ig M : negative
Tubex : (+) skala 6

Urinalisa
BJ 1.003
Warna Kuning
Kejernihan Jernih
Ph 7.0
Leukosit 0-1
Eritrosit 2-5
PASIEN I Follow up PASIEN II
Lab (12/07/18)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

IMUNO- SEROLOGI
Salmonella typhi – O (+) 1/320 Negatif
Salmonella typhi – H (+) 1/320 Negatif Lab (16/07/18)
Salmonella paratyphi A – O (+) 1/160 Negatif
Salmonella paratyphi A – H (+) 1/80 Negatif
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Salmonella paratyphi B – O (+) 1/80 Negatif
Salmonella paratyphi B – H (+) 1/160 Negatif
Salmonella paratyphi C – O (+) 1/80 Negatif IMUNO- SEROLOGI
Salmonella paratyphi C – H (+) 1/80 Negatif
Dengue Ig G Negatif Negatif
Dengue Ig M Negatif Negatif
Tubex ( + ) Skala 6 0-2

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

IMUNO- SEROLOGI

Dengue Ig G Negatif Negatif


Dengue Ig M Negatif Negatif
Salmonella typhi Ig G Negatif Negatif
Salmonella typhi Ig M Positif Negatif
Tubex ( + ) Skala 6 0-2
PASIEN I Follow up PASIEN II
17 Juli 2018 S: demam↑↓, batuk (+) pilek (-),
13 Juli 2018 S: demam↑↓, mengigau (+), mual A : Demam Typhoid
(perawatan H-3) mual (-), muntah (-) nyeri perut (-)
(perawatan H-3) (-), nafsu makan↓, batuk (+), nyeri - ISPA
BAB cair ampas (-)
perut kanan atas (+)
O: KU sedang, kesadaran cm, akral
O: KU sedang, kesadaran cm, akral P : - IVFD NS 1600cc/24jam
hangat, anemis (-/-)
hangat, anemis (-/-), lidah kotor - Ceftriaxone inj 2 x 1gr/ IV
TD: 90/60, N: 99x/menit, RR:
(+), sariawan - Paracetamol inf 3 x
24x/menit, T: 36.2oC
TD: 110/90, N: 71x/menit, RR: 250mg/IV
23x/menit, T: 37.8 oC - Ranitidin 2 x 50mg
- CTM 2,5mg dan Ambroxol
Lab (13/07/18) 12,5mg (pulv 3x1)
Hb: 9.6 g/dl
Ht: 26%
Leukosit: 4.900/ mm3
Trombosit: 118.000/ mm3
PASIEN I Follow up PASIEN II

14 Juli 2018 S: demam↑↓, mual (-), nafsu A : Demam Typhoid 18 Juli 2018 S: demam (-),batuk (-) pilek (-), A : Demam Typhoid + ISK
(perawatan H-4) makan minum (+), batuk (+) , - ISPA (perawatan H-4) mual (-), muntah (-) nyeri perut (-)
nyeri perut kanan atas (+) BAB cair ampas (-) P:
O: KU sedang, kesadaran cm, P : - IVFD RL 1600cc/24jam O: KU sedang, kesadaran cm, akral - aff infus
akral hangat, anemis (-/-), - Ceftriaxone inj 2 x 1gr/ IV hangat, anemis (-/-) - Diet lunak TKTP
sariawan - Paracetamol inf 3 x TD: 100/70, N: 97x/menit, RR:
TD: 120/80, N: 70x/menit, RR: 250mg/IV 24x/menit, T: 37oC
21x/menit, T: 36.6 oC - Ranitidin 2 x 50mg
- CTM 2,5mg dan Ambroxol
12,5mg (pulv 3x1) Hasil pemeriksaan kultur urine
Lab (14/07/18) (18/7/18) :
Hb: 10.6 g/dl Tidak ada pertumbuhan bakteri
Ht: 28.3% aerob dan jamur
Leukosit: 5.370/ mm3
Trombosit: 113.000/ mm3
PASIEN I Follow up PASIEN II

16 Juli 2018 S: demam(-), mual (-), nafsu A : - Demam Typhoid 19 Juli 2018 S: keluhan tidak ada (-) A : Demam thyfoid + ISK
(perawatan H-6) makan minum (+), batuk (-) , nyeri - ISPA (perawatan H-5) O: KU sedang, kesadaran cm,
perut kanan atas (+) berkurang akral hangat, anemis (-/-) P:
O: KU sedang, kesadaran cm, akral P: TD: 100/70, N: 97x/menit, RR: - Pasien boleh pulang
hangat, anemis (-/-), sariawan - Aff infus 24x/menit, T: 37oC
TD: 110/80, N: 77x/menit, RR: - Ampicilin 2x 500 mg
22x/menit, T: 36.5 oC

17 Juli 2018 S: Tidak ada keluhan (-) A : - Demam Typhoid


(perawatan H-7) O: KU sedang, kesadaran cm, akral - ISPA
hangat, anemis (-/-), sariawan
TD: 110/80, N: 77x/menit, RR: P:
22x/menit, T: 36.5 oC - Pasien boleh pulang
pendahuluan
Latar belakang

Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella typhi.

Demam tifoid dan paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Demam enterik
masih sering terjadi di negara berkembang, terutama pada daerah endemik sekitar
90% dari demam enterik adalah Demam tifoid

Demam tifoid terjadi di seluruh dunia, terutama Negara berkembang dengan sanitasi
yang buruk.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, jumlah kasus demam tifoid di seluruh
dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya 80% kasus
tifoid di dunia berasal dari Banglades, Cina, India, Indonesia, Laos, Nepal,
Pakistan.
Latar belakang
Menurut laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Kalimantan
Timur, kasus tifoid sebagian besar terdeteksi berdasarkan diagnosis oleh tenaga
kesehatan dengan prevalensi rata-rata 1,8%.

Demam tifoid merupakan penyakit yang hampir semua ditemukan terjadi pada masyarakat
dengan standar hidup dan kebersihan yang rendah serta hygiene dan sanitasi yang buruk

Dalam beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia, didapatkan hasil bahwa


terdapat hubungan kebiasaan cuci tangan sebelum makan, kebiasaan cuci
tangan setelah BAB, kebiasaan jajan di pinggir jalan, hygiene perorangan dan
kualitas air bersih keluarga dengan kejadian demam tifoid pada anak
DEFINISI

• Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh

Salmonella typhi.

• Penyakit ini ditandai oleh panas yang berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia ,

invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa,

kelenjar limfe usus, dan Peyer’s patch.

• Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama dengan demam tifoid

namun biasanya lebih ringan, penyakit ini biasanya disebabkan oleh spesies Salmonella

enteriditis.
ETIOLOGI

Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora, motil,
berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 370C, bersifat fakultatif

anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung empedu.


Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen antara lain
(Soedarmo, Garna, Hadinegoro, & Satari, 2015):

• Antigen O (antigen • Antigen H (antigen flagela) • Antigen Vi,


somatik)
terletak pada flagela, fimbriae terletak pada kapsul
terletak pada lapisan luar atau pili dari kuman. Antigen (envelope) kuman yang
tubuh kuman. Bagian ini
mempunyai struktur ini mempunyai struktur dapat melindungi
lipopolisakarida atau disebut protein dan tahan terhadap kuman terhadap
juga endotoksin. Antigen ini formaldehid tetapi tidak tahan fagositosis.
tahan terhadap panas dan terhadap panas dan alkohol.
alkohol tetapi tidak tahan
terhadap formaldehid.
PATOFISIOLOGI
• Salmonella Typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia. Manusia yang
terinfeksi bakteri Salmonella Typhi dapat mengekskresikannya melalui
sekret saluran nafas, urin dan tinja

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks :


1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch,
2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch,
Nodus Limfatikus Mesenterica, dan organ- organ extra intestinal sistem
retikuloendotelial
3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah,
4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta
usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus
PATOFISIOLOGI
Patogenesis (serotipe invasif)
Epitel usus
fagositosis
Lamina propria respons inflamasi
endotoxin (lokal, sistemik)

multiplikasi Plaque Payeri Lokal: inflamasi


Sistemik: pengeluaran
Makrofag sitokin ->
Duktus torasikus Demam,depp SSTl

bakteriemi primer sirkulasi

Organ target RES (hati,limpa,ss.tl)


bakteriemi sekunder

Organ lain ( fenomena metastasis)


PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

Cara Penularan dan Faktor-faktor yang Berperan

Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan, pada


penularan adalah :
• Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang
tidak terbiasa. Hal ini jelas pada anak-anak, penyaji makanan serta
pengasuh anak
• Higiene makanan dan minuman yang rendah.
PATOFISIOLOGI

• Faktor ini paling berperan pada penularan tifoid. Banyak sekali contoh untuk
ini diantaranya :
• Makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan.
• Sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia
• Makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak
dimasak dan sebagainya
• Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran dan sampah
yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan
• Penyediaan air bersih untuk warga yang tidak memadai
• Jamban keluarga yang tidak emmenuhi syarat
• Pasien atau karier tifoid yang tidak diobati secara sempurna
• Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid
MANIFESTASI KLINIS

• Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada awal penyakit.
• penampilan demam pada kasus demam tifoid yaitu step-ladder temperature
chart
• ditandai dengan demam timbul insidious, kemudian naik secara bertahap setiap
harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama, setelah itu
demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke 4 demam turun perlahan
secara lisis, kecuali apabila terjadi focus infeksi seperti kolesistitis, abses
jaringan lunak maka demam akan menetap.
• demam lebih tinggi saat sore hari dan malam hari dibandingkan dengan pagi
harinya. Pada saat demam sudah tinggi, dapat disertai gejala sistem saraf pusat,
seperti kesadaran berkabut atau delirium, atau penurunan kesadaran apatis
sampai koma.
MANIFESTASI KLINIS

Onset bakteremia ditandai gejala demam dan malaise.


Pasien umumnya datang ke RS menjelang akhir minggu pertama, dengan
gejala demam, gejala mirip influenza, nyeri kepala, anoreksia, nausea, nyeri
perut, radang tenggorokan, batuk kering dan mialgia.

Lidah tampak kotor dengan putih ditengah sedang tepi dan ujungnya
kemerahan, nyeri abdomen, diare, obstipasi, hepatomegali dan splenomegali
jarang ditemukan. Bradikardia relatif dan konstipasi juga dapat ditemukan
pada demam tifoid.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Darah Tepi 2. Pemeriksaan Serologi

• anemia dari yang ringan sampai sedang : peningkatan  Uji Widal (mendeteksi antibodi terhadap kuman
laju endap darah, gangguan eritrosit normokrom S.typhi) :
normositer Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya
• Leukopenia (Tidak selalu) aglutinin dalam ini.
• Trombosit ↓ serum penderita tersangka demam tifoid yaitu;
• gambaran hitung jenis didapatkan : limfositosis - Aglutinin O (dari tubuh kuman)
relatif, aneosinofilia - Aglutinin H (flagel kuman)
• SGOT dan SGPT seringkali ↑ (menurun kembali bila - Aglutinin Vi (simpai kuman).
sembuh)
hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis
demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Bakteriologis dengan isolasi 4. Pemeriksaan kuman secara molekuler
dan biakan kuman
Diagnosis ditegakan bila ditemukan bakteri s. Mendeteksi DNA asam nukleat gen flagellin
typhii dalam : s.typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi
• Darah asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara
• Urin PCR (polymerase chain reaction) melalui
• Feses identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk s.
• Sumsum tulang (mudah ditemukan pada typhi.
awal penyakit)
Kendala metode PCR  resiko kontaminasi
yang menyebabkan hasil positif palsu bila
prosedur kurang tepat.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Uji Widal
• Di Indonesia pengambilan angka titer O aglutinin ≥
1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination
• Banyak pendapat apabila titer O aglutinin sekali
periksa ≥ 1/200 atau pada titer sepasang terjadi
kenaikan 4 kali maka diagnosis demam tifoid dapat
ditegakkan.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Uji Tubex
• tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang sederhana dan cepat (kurang
lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang berwarna untuk
meningkatkan sensitivitas.
• Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi
adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu beberapa
menit.

Ada 4 interpretasi hasil :


• Skala 2-3 adalah Negatif Borderline. Tidak menunjukkan infeksi demam tifoid.
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang 3-5 hari kemudian.
• Skala 4-5 adalah Positif. Menunjukkan infeksi demam tifoid
• Skala > 6 adalah positif. Indikasi kuat infeksi demam tifoid
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Uji diagnostik Sensitivitas (%) Spesifisitas (%) Keterangan
Pemeriksaan mikrobiologi
Biakan darah 40-80 NA Baku emas, namun sensitivitas rendah di daerah endemis
karena penggunaan antibiotic yang tinggi, sehingga
spesifisitas sulit diestemasi
Biakan sumsum tulang 55-67 30 Sensitivitas tinggi, namun invasif dan terbatas
penggunaannya
Biakan urin 58 NA Sensitivitas bervariasi
Biakan tinja 30 NA Sensitivitas rendah di negara berkembang dan tidak
digunakan secara rutin untuk pemantauan
Diagnostik molekular
PCR 100 100 Menjanjikan,namun laporan awal menunjukkan sensitivitas
mirip biakan darah dan spesifisitas rendah

Nested PCR 100 100 Menjanjikan dan menggantikan biakan darah sebagai baku
emas baru
Diagnostik serologi
Widal 47-77 50-92 Klasik dan murah. Hasil bervariasi di daerah endemis, perlu
standardisasi dan kualitas kontrol dari reagen
Typhidot 66-88 75-91 Sensitivitas lebih rendah dari Typhidot-M
Typhidot-M 73-95 68-95 Sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi
Tubex 65-88 63-89 Hasil menjanjikan dan harus diuji ditingkat komunitas

Lainnya
PENATALAKSANAAN

NON MEDIKAMENTOSA

1. Tirah Baring 2. Cairan


Istirahat sangat membantu penyembuhan. Pasien • Cairan bisa berupa oral maupun parenteral (jika
harus diedukasi tinggal di rumah dan tidak bekerja sakit berat)
sampai pemulihan. • Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori

3. Kompres air hangat


Supaya cepat membuang panas tubuh melalui kulit
sehingga suhu kembali normal
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA
PENATALAKSANAAN

Bedah
Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus

Suportif
Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah
Tirah baring
isolasi memadai
Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi
PENATALAKSANAAN

MEDIKAMENTOSA
• Kasus demam tifoid berat seperti delirium, stupor,
koma sampai syok dapat diberikan kortikosteriod IV
(Dexametasone) 3mg/kgBB dalam 30 menit dosis
awal  dilanjutkan 1 mg/kgBB tiap 6 jam sampai 48
jam.
• Perdarahan usus  tranfusi darah
• Terjadi perforasi  laparotomi
• Demam  Paracetamol 10mg/kgBB/kali minum,
hindari aspirin.
pembahasan
Teori Kasus
- Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu Pasien I
tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua Demam hari ke-7,
demam terus menerus tinggi -Demam biasanya muncul saat sore dan malam hari dan mereda saat pagi hari
-Saat demam pasien biasanya menggigil dan ada mengigau saat tidur di malam
- Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi,
hari.
anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare atau konstipasi,
-mual, nyeri perut terutama ulu hati, BAB kuning cair dengan ampas (+) lendir (-)
muntah, perut kembung
darah (-) sejak 3 hari SMRS, BAK (+) normal, batuk (+) pilek (+) sejak 1 minggu
- Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan
SMRS, perdarahan (-), dan nafsu makan menurun. Selain itu lidah pasien terlihat
kesadaran, kejang, dan ikterus
kotor ditutupi oleh selaput putih ditengah lidah, ujung dan tepi lidah kemerahan.
- Selain gejala – gejala yang disebutkan diatas, pada

Anamnesis penelitian sebelumnya juga didapatkan gejala yang lainnya


seperti sakit kepala, batuk, lemah dan tidak nafsu makan.
Pasien II
-demam, hari ke 6
-demam biasanya pagi hari menurun, muncul saat sore dan malam hari
-Saat demam pasien biasanya menggigil, ada mengigau terutama di malam hari.
- batuk (+) pilek (+) sejak 6 hari SMRS pasien banyak berkeringat, mual dan nyeri
perut sejak 3 hari SMRS, muntah (-), BAB cair dengan ampas (+), lendir darah (-),
perdarahan (-), BAK normal, dan nafsu makan menurun. Selain itu lidah pasien
terlihat kotor ditutupi oleh selaput putih ditengah, bagian ujun dan tepi lidah
kemerahan selain itu pasien juga mengeluhkan sariawan pada bibirnya.
Teori Kasus
- Tanda klinis yang didapatkan pada anak dengan Pasien I
demam tifoid antara lain adalah pembesaran beberapa  Hepatomegali (-), splenomegaly
organ yang disertai dengan nyeri perabaan, antara lain (-)
hepatomegali dan splenomegali.  Nyeri tekan pada perut (+)
- Penderita demam tifoid dapat disertai dengan atau  Kesadaran : composmentis
tanpa gangguan kesadaran. Pasien II

Pemeriksaan - Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan  Hepatomegali (-), splenomegaly
roseola, yaitu bintik kemerahan karena emboli dalam (-)
fisik
kapiler kulit.  Nyeri tekan pada perut (+)
- Kadang-kadang ditemukan ensefalopati, relatif  Kesadaran : composmentis
bradikardi dan epistaksis pada anak usia > 5 tahun
Teori Kasus Kasus
Uji serologis widal Pasien I : Pasien II :
Darah Lengkap: Darah lengkap
- Uji ini merupakan suatu metode serologik yang memeriksa antibodi aglutinasi terhadap
Hb: 10.9 g/dl Leukosit: 7.060/mm3
antigen somatik (O).
Ht: 30.8% Hb: 9.1 g/dl
- Titer yang bernilai > 1/200 dan atau menunjukkan kenaikan 4 kali, maka diagnosis Leukosit: 6.570/ mm3 Ht: 25.6 %
demam tifoid dapat ditegakkan.Titer tersebut mencapai puncaknya bersamaan dengan Trombosit: 70.000/ mm3 MCV: 77.5 fl
penyembuhan penderita. MCV: 79.9 fl MCH: 27.5 pg
MCH: 26.6 pg MCHC: 35.5g/dl
- Uji serologis ini mempunyai berbagai kelemahan baik sensitivitas maupun spesifisitasnya
MCHC: 33.3 g/dl Trombosit: 194.000 / mm3
yang rendah dan intepretasi yang sulit dilakukan. Namun, hasil uji widal yang positif
akan memperkuat dugaan pada penderita demam tifoid.
Pemeriksaan Pemeriksaan Widal: Kimia Klinik
Darah tepi perifer:
penunjang Salmonella typhi – O (+) 1/320 Na 134
- Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe atau perdarahan K 3.3
usus. Salmonella typhi – H
Salmonella paratyphi A – O (+) 1/160 Cl 92
- Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul
Salmonella paratyphi A – H
- Limfositosis relatif Imunoserologi
Salmonella paratyphi B – O
Salmonella paratyphi B – H Dengue Ig G : negative
- Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat
Salmonella paratyphi C – O Dengue Ig M : negative
-
Salmonella paratyphi C-H Tubex : (+) skala 6
Pemeriksaan serologis test cepat/ rapid test
Imunoserologi
Pemeriksaan serologis test cepat antibodi S. Typhi saat ini merupakan diagnostik bantu yang Dengue Ig G Negatif
Dengue Ig M Negatif
paling banyak dilaporkan dan dikembangkan,. Alat diagnostik seperti Typhidot dan Tubex
Salmonella typhi Ig G Negatif
mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen spesifik outermembrane protein (OMP) dan O9 Salmonella typhi Ig M Positif
lipopolisakarida dari S. Typhi. Pemeriksaan serologi dengan nilai ≥ 6 dianggap sebagai positif kuat.
Tubex ( + ) Skala 6
Teori Kasus
Antibiotik
 Kloramfenikol(drugofchoice)50-100mg/kgbb/hari,oralatauIV,
dibagidalam4 dosis selama 10-14 hari
 Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari,oral atau intravena,selama 10 hari
 Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, oral,selama 10 hari
 Seftriakson80 mg/kgbb/hari,intravena atau intramuskular,sekali sehari,
selama 5 hari
 Sefiksim10 mg/kgbb/hari,oral,dibagi dalam 2 dosis,selama10 hari
 Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
Deksametason1-3mg/kgbb/hari intravena,dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik

penatalaksanaan Bedah

Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus

Suportif

 Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah


 Tirah baring
 Isolasi memadai
 Kebutuhan cairan dan kaloridicukupi
PENUTUP
Kesimpulan

• Telah dilakukan pemeriksaan pada kedua pasien laki-laki usia 7 tahun


dan perempuan usia 6 tahun yang didiagnosis dengan Demam
Typhoid, dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
didapatkan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan sebagian besar sesuai dengan literatur yang mendukung pada
kasus tersebut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai