Fakulta Kedokteran
Universitas Mulawarman
Pembimbing :
dr. William S. Tjeng, Sp.A
PENDAHULUAN
Identitas pasien
• Nama : An. ARNA
• D.O.B./ Usia : 22 November 2004/13 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Cokro Aminoto RT.15 Muara
Badak
Riwayat Kelahiran
• Lahir di : Klinik bidan
• Ditolong oleh : Bidan
• Usia dalam kandungan : 39 minggu
• Jenis partus : Spontan
Riwayat Alergi
• Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan
Riwayat Imunisasi
• Status imunisasi (BCG, polio, campak, DPT, dan
hepatitis B) lengkap.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 15 November 2018
• Keadaan umum : Lemah
• Kesadaran : Composmentis, GCS E4M6V5
• Berat Badan : 46 kg
• Tinggi Badan : 158 cm
Tanda Vital :
• Tekanan Darah :100/70 mmHg
• Nadi : 79x/menit, regular, lemah
• Pernafasan :21x/menit
• Temperature : 37o C
• SpO2 : 99%
Kepala/leher
• Rambut : Warna hitam
• Kepala : Bentuk dan ukuran normal
• Mata : Anemis (-/-), Ikterik (-/-), Perdarahan
subkonungtiva (-/-), pupil isokor, reflex cahaya
(+/+), edema palpebra (-/-).
• Hidung : Sekret hidung (-), pernafasan cuping
hidung (-)
• Mulut : Mukosa bibir tampak basah, sianosis (-),
perdarahan (-)
• Leher : Pembesaran kelenjar getah (-)
Thorax
Paru:
• Inspeksi : Bentuk dan besar dada normal, Tampak simetris, pergerakan
simetris, retraksi supra sternum (-), retraksi supraclavicula (-),
retraksi intercostal (-)
• Palpasi : Gerakan napas simetris D=S ,Pelebaran ICS (-), fremitus raba D=S
• Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
• Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Ronki (-/-), wheezing (-/-) stridor (-/-)
Jantung:
• Inspeksi :Ictus cordis tampak pada ICS 5 midclavicularis sinistra
• Palpasi :Ictus cordis teraba pada ICS 5 midclavicularis sinistra
• Perkusi : Batas jantungdalam batas normal
• Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
• Inspeksi : Cembung, scar (-), crustae (-)
• Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium(+),
organomegali (-)
• Perkusi : Timpani, acites (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
• Ekstremitas superior: Akral dingin, lembap, edema (-/-),
CRT > 2 “
(18:00) (23:00) (09:30) (14:00) (22:00) (06:00) (14:00) (08:00) (16:00) (06.00)
Leukosit 4.550 4.370 6.110 5.720 6.550 6.870 5.08 7.91 5.98 6.250 4.50-
14.50/uL
Eritrosit 1.53 5.91 5.50 3.58 5.26 5.41 5..17 5.49 5.36 5.42 4.00-5.20/uL
Trombosit 25.000 23.000 20.000 19.000 25.000 41.000 83.000 131.000 128.000 165.000 150-450/uL
160000
100000
80000
60000
40000
20000
0
H.5 H.5 H.6 H.6 H.6 H.7 H.7 H.8 H.8 H.9
18:00 23:00 09:30 14:00 22:00 06:00 14:00 08:00 16:00 06:00
HEMATOKRIT SERIAL
60
Haematokrit (%)
45
30
15
0
H.5 18:00 H.5 23:00 H.6 09:30 H.6 14:00 H.6 22:00 H.7 06:00 H.7 14:00 H.8 08:00 H.8 16:00 H.9 06:00
PEMERIKSAAN IMUNO-SEROLOGI
Penatalaksanaan IGD
• IVFD RL 7cc/kgBB/jam
• Cek DL/ 8 jam
• Observasi TTV/1 jam
• MRS ruang PICU
FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan Terapi
16/11/2018 S: panas hari ke 6, nyeri perut (+), mimisan (-), P :
gusi berdarah (-), bab (-), nafsu makan
- IVFD RL 5 cc/kgBB/ jam
minum ↓
- Bila Ht turun IVFD
O: KU lemah, Nadi 97x/m, RR 23 x/m, TD 3cc/kgBB/jam
100/60 mmHg, Suhu 36,7oC, SpO2 99%, nadi - Ca gluconas 0,5
lemah, akral dingin, lembap (+), CRT <2 detik. cc/kgBB/jam
- Psidii 3x1 cth
Hematokrit: 46%
- Paracetamol 3x1 cth
Trombosit : 20.000/uL
- Inj. Ranitidin 2x13 mg
Natrium : 135 mmol/L
- Sucralfat 3x15 CC
Kalium : 3.6 mmol/L
- Cek DL/8 jam
Chloride : 106 mmol/L
Kalsium : 7.8 mgl/dl
Dengue Ig G: +, Dengue Ig M: -
mmHg, Suhu 36,6oC, SpO2 100%, nadi lemah, akral - Psidii 3x1 cth
Non syok:
• BB <15 kg : 6-7 ml/ kg/jam,
• BB antara 15-40 kg : 5 ml/kg/jam
• BB >40 kg :3-4 ml/kg/jam.
Kriteria memulangkan pasien antara lain (Soedarmo,
2012) :
• Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
• Nafsu makan membaik
• Tampak perbaikan secara klinis
• Hematokrit stabil
• Tiga hari setelah syok teratasi
• Jumlah trombosit diatas 50.000/ml dan cenderung
meningkat
• Tidak dijumpai adanya distress pernafasan (akibat
efusi pleura atau asidosis
KOMPLIKASI
• Ensefalopati Dengue
• Kelainan Ginjal
• Edema Paru
PENATALAKSANAAN
• Ensefalopati Dengue
• Kelainan Ginjal
• Edema Paru
PENCEGAHAN
• Upaya preventif, yaitu melaksanakan penyemprotan masal
sebelum musim penularan penyakit di desa/ kelurahan endemis
DBD, yang merupakan pusat-pusat penyebaran penyakit ke
wilayah lainnya/ foging fokus.
• Melakukan “fogging” dengan malation atau fenitrotion
• Menggalakkan pembinaan peran serta masyarakat dalam kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
• Melaksanakan penanggulangan fokus di rumah pasien dan di
sekitar tempat tinggalnya guna mencegah terjadinya kejadian luar
biasa (KLB).
• Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat melalui berbagai
media, mengenai gejala DBD, cara mencegahnya melalui 3 M
(menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan
mengubur barang bekas), juga abatisasi selektif.
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Kriteria klinis diagnosis DBD • Demam sejak 5 hari SMRS, demam
muncul mendadak dan dirasakan naik
1) Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 – 7 hari. turun. Pasien meminum obat penurun
2) Didapati uji tourniquet positif dengan salah satu bentuk panas.
perdarahan: • Badan semakin bertambah lemas.
Petekie, ekimosis, atau purpura . • Nyeri perut dialami 1 hari SMRS.
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), • Riwayat keluar darah dari hidung, tidak
atau perdarahan dari tempat lain. ada gusi berdarah dan tidak ada BAB
Hematemesis dan atau melena. hitam, tidak terdapat bintik-bintik
1) Nyeri kepala, mialgia, athralgia, nyeri retroorbital. merah pada badan pasien.
2) Dijumpai kasus DBD baik dilingkungan sekolah, rumah atau
sekitar rumah.
3) Pembesaran hati.
Fase II – Fase Kritis Pada tahap ini, demam masih berlangsung pada
hari ke 3 – 7 namun temperatur sedikit menurun yaitu 37.5 – 38oC
atau lebih rendah dan peningkatan permeabilitas kapiler dengan
level hematokrit yang meningkat. Leukopenia parah diikuti dengan
penurunan hitung trombosit mengindikasikan terjadinya kebocoran
plasma. Efusi pleura (dengan klinis sesak) dan ascites dapat
terdeteksi tergantung dari tingkat keparahan kebocoran plasma
tersebut.
Teori Kasus
Didapati uji tourniquet positif dengan salah satu Kesadaran: Composmentis
bentuk perdarahan:
Tekanan Darah 100/70 mmHg
a) Petekie, ekimosis, atau purpura
b) Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau Nadi 79x/menit, regular, lemah
perdarahan gusi), atau perdarahan dari tempat Pernafasan 21x/menit
lain.
c) Hematemesis dan atau melena Temperatur 37o C
Pembesaran hati
Manifestasi perdarahan petekie (+)
Fase II – Fase Kritis Pada tahap ini, demam masih
berlangsung pada hari ke 3 – 7 namun temperatur
Thorax: Paru vesikuler (+/+), rhonki (-/-),
sedikit menurun yaitu 37.5 – 38oC atau lebih rendah
dan peningkatan permeabilitas kapiler dengan level wheezing(-/-)
hematokrit yang meningkat. Efusi pleura (dengan klinis
sesak, suara paru ↓) dan ascites.
Abdomen nyeri tekan epigastrium (+)
Derajat Dengue Shock Syndrome:
Non syok:
• BB <15 kg : 6-7 ml/ kg/jam
• BB antara 15-40 kg : 5 ml/kg/jam
• BB >40 kg : 3-4 ml/kg/jam
Teori Kasus
• Asidosis dapat diatasi dengan pemberian • IVFD RL 5 cc/kgBB/ jam
larutan ringer laktat atau ringer asetat
• Bila Ht turun IVFD 3cc/kgBB/jam
dengan kecepatan 10 ml/kgBB/jam.
Namun pada syok yang berkepanjangan • Ca gluconas 0,5 cc/kgBB/jam
diperlukan pemberian larutan bikarbonat. • Psidii 3x1 cth
• Kalsium memegang peran dalam
• Paracetamol 3x1 cth
pengaturan endothel-junction. Maka pada
peningkatan permeabilitas kapiler, perlu • Inj. Ranitidin 2x13 mg
pemantauan kadar kalsium serum. Di • Sucralfat 3x15 CC
samping itu, kalsium diperlukan guna
memperkuat miokard. Dosis Ca-glukonas
yang dianjurkan 1mg/kgBB dilarutkan dua
kali, diberikan secara intravena perlahan
lahan, maksimal 10 ml (dapat diulang
setiap 6 jam).
KESIMPULAN