Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Atas
Pemeriksaan Motorik Ekstremitas Atas
A. Tenaga
Syarat pemeriksaan :
m. deltoid merupakan otot yang paling menonjol pada regio bahu, m deltoid
disuplai oleh C5 dan C6 lewat nervus axillaris yang merupakan cabang cord posterior
dari pleksus brakialis. Fungsi utama dari m. deltoid dapat dinilai dengan
kemampuan pasien untuk melakukan abduksi lengan hingga 90 0 melawan tahanan,
atau dengan menahan lengan dalam posisi abduksi dalam keadaan horizontal secara
lateral atau ke depan ( dengan siku fleksi atau ekstensi) dan melawan tahanan dari
pemeriksa.
a. Pasien diminta untuk melakukan
abduksi lengan melawan tahanan yang
diberikan oleh pemeriksa, dimana
tangan pemeriksa yang satunya
diletakkan diatas m. deltoid untuk
palpasi kontraksi dari m deltoid.
m. triceps brachii merupakan ekstensor dari siku, otot ini diinervasi oleh C6,C7,C8
melalui nervus radialis yang merupakan cabang posterior dari plexus brachialis. Untuk
menilai kekuatan m triceps, minta pasien untuk meletakkan siku pada posisi setengah
fleksi, lalu pasien diminta untuk meluruskan sikunya melawan tahanan pemeriksa atau
dengan mempertahankan posisinya melawan tahanan yang diberikan.
Untuk menilai ekstensor pergelangan tangan, telapak tangan digenggam dalam posisi
pronasi dengan pergelangan tangan setengah ekstensi, pasien lalu diminta melawan
tahanan yang diberikan oleh pemeriksa untuk membuat pergelangan tangan ke posisi
fleksi. Tangan pemeriksa yang satunya digunakan untuk meraba kontraksi dari m.
extensor carpii radialis longus, m. carpi ulnaris dan m. digitorum communis.
B.Tonus
Tonus merupakan tegangan otot pada waktu istirahat atau tahanan terhadap gerakan
pasif saat kontrol volunter tidak ada.
Syarat pemeriksaan:
- Pasien rileks dan kooperatif
Cara pemeriksaan :
1. ektremitas digerakkan secara pasif, dimulai dengan kecepatan awal yang lambat
digerakkan penuh sesuai ROM dan kemudian digerakkan dengan kecepatan bervariasi.
2. pemeriksaan dilakukan pada kedua ekstremitas secara bilateral.
Interpretasi:
a. Normotoni
b. Atoni
c. Hipotoni
d. Hipertoni
- Spastik
- Rigid
D. Trofik
Volume dan kontur otot dapat diperiksa melalui inspeksi, palpasi serta pengukuran.
Pada inspeksi dilakukan pembadingan antara sisi kiri dan kanan, pada inspeksi
diperhatikan apakah terdapat massa otot yang rata, cekung atau menggembung.
Pada palpasi diperiksa besar otot, kontur dan konsistensi.
Interpretasi:
Normal : pada palpasi teraba semi elastis dan kembali ke posisi semula setelah
ditekan.
Hipertofi : pada palpasi otot akan teraba keras dan kuat.
Pseudohipertrofi : pada inspeksi otot terlihat membesar namun teraba kenyal saat
dipalpasi.
Atrofi : teraba lunak saat palpasi
D. Refleks
Syarat pemeriksaan:
Interpretasi:
Derajat Keterangan
Refleks
- Arefleksia
+ Hiporefleksia, ada krontraksi otot, tanpa gerakan sendi
++ Normal, kontraksi otot, gerakan sendi
+++ Hiperrefleksia, namun cenderung belum patologis
+++ Hiperrefleksia, dengan perluasan, klonus (+)
1. Refleks Biceps
2. Refleks Tricep
- lengan bawah pasien diposisikan setengah fleksi dan dapat diistirahatkan dengan
diletakkan pada paha pasien atau pada tangan pemeriksa.
- ketuk tendon triceps yang berada di atas prosesus olekranon dengan palu refleks.
- (+) terjadi ekstensi sendi siku, kontraksi m. triceps.
3. Refleks radius
4. Refleks Ulna
5. Refleks Leri
- Lengan dlm keadaan ekstensi. Fleksi semaksimal mungkin jari-jari dan tangan
penderita.
- (+) fleksi pada siku lengan
6. Refleks Grewel
- Lengan dlm kedudukan setengah fleksi pd siku dan setengah pronasi. Lakukan pronasi
semaksimal mungkin pd lengan bawah.
- (+) abduksi lengan atas
7. Refleks mayer
- Tekan jari tengah semaksimal mungkin mendekati telapak tangan
- (+) Aposisi dari ibu jari
8. Hofmann Tromner
Hofmann refleks:
- Tangan pasien relaksasi, dengan pergelangan tangan didorsifleksikan dan jari
tangan setengah fleksi. Dengan satu tangan, pemeriksa menggenggam jari
tengan antara ibu jari dan telunjuk atau antara telunjuk dan jari tengah.
Pemeriksa lantas memetik dengan keras kuku jari tengah pasien dengan ibu
jari.
- Hofman (+) fleksi dan abduksi ibu jari, fleksi jari tengah dan jari-jari lainnya
R. tromner:
- Tromner (+) fleksi dan abduksi ibu jari, fleksi jari tengah dan jari-jari lainnya
9. R. memegang
Cara lain:
- apabila jari pasien yang telah mengalami fleksi diluruskan oleh jari pemeriksa,
jari tangan pasien akan fleksi kembali (respon hooking atau traksi)
10.R. palmomental
- dilakukan ketukan pada bagian thenar dari pasien (sekitar pergelangan tangan
hingga ibu jari)
- (+) kontraksi m. mentalis dan m. orbicularis oris ipsilateral dari tangan yang
diketuk.
REFLEKS PADA BADAN
1. Refleks kulit dinding perut bawah dan refleks kulit dinding perut atas
Refleks superfisial pada abdomen merupakan kontraksi dari otot-otot abdomen
yang mendorong umbilikus ataupun linea alba searah dengan stimulus yang dipicu oleh
pukulan ringan atau goresan pada dinding anterior abdomen.goresan dapat berupa
garis paralel, ke arah umbilikus maupun menjauhi umbilikus yang dilakukan pada
keepat kuadran abdomen. Refleks pada kuadran atas abdomen dimediasi oleh nervus
intercostal (T7-T10) dan pada kuadran bawah oleh nervus intercostal, iliohypogastric
dan ilioinguinal (T10 – segmen atas lumbar). Refleks ini + jika terjadi kontraksi cepat
otot ke arah umbilikus yang diikuti relaksasi dengan segera. Refleks dapat negatif
pada orang normal yang memiliki tonus otot abdomen yang kurang, obese, wanita
yang telah melahirkan banyak anak, kelainan abdomen, post laparotomi.
2. Refleks Kremaster
Refleks ini dipicu oleh goresan pada kulit pada paha dalam atas. + jika terdapat
kontraksi m. cremaster yang ditandai dengan elevasi singkat dari testis homolateral.
Refleks ini dapat hilang pada pria tua, atau individu dengan varicocele, hydrocele,
orchitis dan epididimitis.
3. Refleks anal
Goresan atau tusukan pada kulit atau mukosa pada regio perianal akan
menimbulkan kontraksi otot sfingter eksternal anus. Refleks ini menurun atau
menghilang pada individu yang mengalami lesi cauda equina ataupun conus medularis.
PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
Syarat:
1. Pasien sadar, mampu berkomunikasi dan kooperatif
2. pasien harus mengerti tujuan dan metode pemeriksaan
3. pasien harus nyaman dan rileks selama pemeriksaan.
4. area yang akan diperiksa harus tidak tertutup, namun diusahakan untuk melakukan
pemeriksaan pada area bervariasi dengan luas seminimal mungkin, mata pasien
harus ditutup atau dihalangi untuk melihat area pemeriksaan.
5. pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan bagian tubuh yang homolog (kiri
dan kanan).
Pemeriksaan
a. Perasa raba
alat: kapas, bulu halus, kertas tissue, sikat halus ataupun sentuhan lembut jari
prosedur:
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan, minta pasien untuk menutup mata
2. Sentuh kulit dengan kapas/bulu halus/kertas tissue/sikat halus ataupun
sentuhan lembut jari, jangan sampai menemukan tekanan
3. Ditanyakan apa terasa disentuh atau tidak
4. Bandingkan kanan dan kiri atau proksimal dengan distal
5. Bila terdapat perbedaan di daerah tertentu, diperiksa lebih teliti
b. Perasa nyeri
alat : jarum pentul.
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan.
2. Penderita hendaknya bisa membedakan tajam dan tumpul, pasien diminta
menutup mata
3. Sentuh kulit pasien dengan jarum pentul, ditanyakan apakah terasa tajam atau
tumpul
4. Bandingkan kanan dan kiri atau proksimal dengan distal
c. Perasa suhu
alat : tabung berisi air hangat (40 atau 450C) dan dingin (5-100C)
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan.
2. Pasien diminta menutup mata
3. Sentuh kulit pasien dengan tabung berisi air hangat atau dingin, ditanyakan
apakah terasa hangat atau dingin.
4. Bandingkan kanan dan kiri atau proksimal dengan distal
d. Proprioseptif
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan.
2. Minta pasien untuk menutup mata, rileks dan tidak ikut melakukan gerakan aktif
saat pemeriksaan.
3. Pemeriksa memegang salah satu jari tangan pasien, kemudian digerakkan secara
pasif ke atas dan ke bawah.
4. pasien diminta menentukan ke arah mana jarinya digerakkan, ke atas atau ke
bawah.
5. Bandingkan kanan dan kiri atau proksimal dengan distal
e. Perasa vibrasi
alat : garpu tala
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan.
2. Minta pasien untuk menutup mata, rileks
3. garpu tala digetarkan dan ditempelkan pada tonjolan tulang biasanya pada
dorsum ibu jari kaki,
4. pasien ditanyakan apakah merasakan getaran, sentuhan atau tidak merasakan
apa-apa.
5. bandingkan dengan bagian tubuh yang satunya.
f. Stereognosis
Alat: bola, kunci, kancing, pensil, sisir, koin
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan.
2. Minta pasien untuk menutup mata, rileks
3. Minta pasien mengenali objek yang diberikan dengan merasakannya lewat
perabaan tangan.
4. Bandingkan tangan kiri dan kanan.
i. Grafetesia
Alat : pensil, ujung tumpul jarum pentul dll
1. Jelaskan pada pasien mengenai tujuan dan prosedur pemeriksaan serta respon
yang diharapkan.
2. Minta pasien untuk menutup mata, rileks
3. percobaan dilakukan pada bantalan jari, telapak tangan atau punggung kaki
dengan menggambar huruf.
4. Minta pasien untuk menyebutkan huruf atau angka yang digambar
4. Bandingkan tangan kiri dan kanan.
h. Parestesia
adanya sensasi abnormal yang spontan tanpa ada stimulus spesifik (merasa dingin,
hangat, baal, berat, gatal, tertekan, terbakar, ditusuk, perih)
i. Tes Phalen
pergelangan tangan pasien difleksikan maksimal oleh pemeriksa, kemudian pasien
mempertahankan posisi ini dengan menahan satu pergelangan tangan dengan
pergelangan tangan yang lain selama 1 menit. Hasil uji positif jika terdapat
parestesia di ibu jari, jari telunjuk, dan ½ lateral jari manis
j. Tanda Trosseau
tanda Trousseau adalah spasme karpopedal yang terjadi setelah beberapa menit
setelah pemasangat manset sfigmomanometer pada tekanan darah sistolik. Tanda
ini berupa fleksi pergelangan tangan dan sendi metacarpophalangeal, hiperekstensi
jari-jari, dan fleksi ibu jari ke telapak, menghasilkan postur karakteristik utama
yang disebut main d'accoucheur. Tanda Trousseau dianggap sensitif dan spesifik
untuk kejang hipokalsemia. Selain itu, tanda visual yang jelas, pasien dengan tanda
Trousseau positif mungkin mengalami parestesia dari jari-jari, fasikulasi otot atau
kedutan jari-jari, dan sensasi kram otot atau kaku.
Interpretasi Definisi
Alloesthesia persepsi stimulus sensorik pada daerah yang tidak mengalami rangsangan.
Dysesthesia rasa tidak nyaman atau nyeri tidak wajar, dapat spontan ataupun setelah
mendapat stimulus yang normalnya tidak nyeri (misalnya rasa terbakar saat
disentuh)
Paresthesia sensasi abnormal yang spontan tanpa ada stimulus spesifik (merasa dingin,
hangat, baal, berat, gatal, tertekan, terbakar, ditusuk, perih)
PEMERIKSAAN KOORDINASI
Syarat:
1. Pasien sadar, kooperatif,
1. Tes telunjuk-telunjuk
2. Tes Telunjuk-hidung
Pasien diminta untuk mengekstensikan lengan secara penuh, lalu menyentuh ujung
hidung dengan ujung jari telunjuknya, pertama-tama dilakukan secara lambat lalu
makin lama makin cepat, dengan mata tertutup atau terbuka. Pasien dapat diminta
untuk menyentuh ujung hidungnya dengan ujung telunjuk, lalu menyentuh ujung
telunjuk pemeriksa lalu kembali menyentuh hidungnya. Telunjuk pemeriksa dapat
diposisikan pada berbagai sudut selama melakukan test. Selama pemeriksaan
perhatikan kelancaran gerakan tangan pasien, akurasi,serta apakah ada iregularitas
dan tremor.
3. Tes pronasi-supinasi (diadokinesis)
Pasien duduk, lalu diminta menjulurkan kedua lengannya. Pasien diminta untuk
melakukan gerakan pronasi dan supinasi kedua tangan secara repetitif dan cepat.
Kemudian dinilai akurasi, kecepatan dan kelancaran gerakan.
4. Tes tepuk lutut
Pasien duduk, pasien diminta untuk melakukan tepuk lutut/paha berturut-turut
dengan telapak tangan dan punggung tangan secara silih berganti.
5. Dismetri
Dismetri merupakan ketidakmampuan untuk memperkirakan jarak, kecepatan,
kekuatan dan arah pergerakan.
6. Fenomena lajak (Stewart- Holmes)
Pasien diminta mengaduksikan lengan pada bahu, sendi siku difleksikan, lengan
supinasi, dan tangan menggenggam kuat. Pemeriksa menarik pergerangan tangan dan
pasien diminta menahan dengan kuat usaha pemeriksa untuk mengekstensikan sendi
siku. Pemeriksa lalu melepaskan tahanan yang diberikan pada lengan. Tes ini positif
apabila pasien tidak dapat menahan kontraksi otot fleksor untuk menghentikan
pergerakan siku sehingga terjadi gerakan memukul dirinya sendiri.
7. Asinergia serebelar
Pasien diminta tidur terlentang dengan kedua lengannya tersilang di depan dada,
lalu pasien diminta untuk duduk tanpa menggunakan lengannya. Pada penderita
dengan gangguan serebelar, maka kedua kakinya akan bergerak ke atas.
Gerakan involunter:
1. Tremor
2. Korea
Chorea merupakan gerakan involunter yang tidak teratur, tak bertujuan, acak,
hiperkinesis tak berirama. Pergerakan yang spontan, tiba-tiba, singkat, cepat,
menyentak, dan tidak berkelanjutan. Gerakan bersifat diskrit, tetapi bervariasi pada
jenis dan lokasi, menyebabkan pola yang tidak teratur atau kacau, beraneka ragam.
Korea dapat muncul pada saat beristirahat dan meningkat dengan aktivitas,
ketegangan, stres emosional dan kesadaran diri. Pasien mungkin bisa secara
sementara dan sebagian menahan gerakannya, gerakan ini akan menghilang saat
pasien tidur.
3. Athetosis
Gerakan ini involunter, lambat, tidak teratur, kasar, agak berirama dan disertai
peningkatan tonus. Athetosis dapat melibatkan ekstremitas, wajah, leher, dan tubuh.
terutama bagian distal, jari-jari, tangan dan kaki. Gerakan ditandai dengan kombinasi
fleksi, ekstensi, abduksi, pronasi, dan supinasi, sering bergantian dalam berbagai
derjat dengan arah gerakannya berubah secara acak. Anggota badan yang terkena
berada dalam gerakan konstan. Hiperekstensi jari dan pergelangan tangan dan pronasi
lengan bawah dapat bergantian dengan fleksi penuh jari-jari dan pergelangan tangan
dan supinasi lengan bawah. Athetosis menghilang saat pasien tidur.
4. Dystonia
Dystonia merupakan gerakan spontan, tanpa disengaja, kontraksi otot terus menerus
yang menyebabkan bagian tubuh yang terkena menjadi bergerak abnormal atau dalam
postur abnormal, terkadang disertai dengan kontraksi otot agonis dan antagonis.
Dystonia sering mempengaruhi ekstremitas, leher, tubuh, kelopak mata, wajah atau
pita suara, dapat bersifat konstan atau intermiten, general, segmental, focal,
multifocal, atau dalam hemi-distribusi.
5. Hemibalismuss
6. Mioklonus
Mioklonus adalah istilah yang telah digunakan untuk beberapa fenomena motorik yang
berbeda. Secara umum, mioklonus dapat didefinisikan sebagai gerakan tunggal atau
berulang, tiba-tiba, singkat, cepat, arrhythmic, asynergic, kontraksi involunter yang
melibatkan bagian-bagian dari otot, seluruh otot, atau kelompok otot namun tidak
menyebabkan gerakan tertentu. Mioklonus terlihat terutama pada otot-otot
ekstremitas dan tubuh, tetapi keterlibatan sering multifokal, difus, atau meluas.
Mioklonus mungkin muncul secara simetris pada kedua sisi tubuh;
7. Spasme
spasme adalah kontraksi involunter dari otot atau kelompok otot. Kontraksi dapat
menyebabkan salah perubahan posisi atau keterbatasan gerakan. Spasme
berkepanjangan dapat menyebabkan kekakuan refleks atau diikuti oleh kontraktur
otot.