BAB I
PENDAHULUAN
Deep vein thrombosis (DVT) merupakan suatu kondisi dimana trombus terbentuk
pada vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh
darah dan jaringan disekitar vena. DVT merupakan penyakit yang sulit
didiagnosa, kesalahan diagnosis dengan diagnosa klinis saja mencapai 50%. DVT
dapat berlanjut menjadi emboli paru, separuh dari penyakit ini tidak menimbulkan
gejala sehingga menyebabkan penderita menuju kematian bila tidak dikenali dan
diterapi secara efektif. Insiden DVT di Amerika Serikat adalah 159 per 100.000
atau sekitar 398.000 pertahun, sedangkan insiden DVT pada pasien tanpa
profilaksis adalah: strokee (56%), elective hip replacement (51%), trauma
multipel (50%), total knee replacemet (47%), fraktur panggul (45%), cedera
medulla spinalis (35%), operasi umum (25%), infark miokard (22%), operasi
bedah saraf (22%), operasi ginekologi (14-22%), dan kondisi medis umum (17%).
Insiden DVT pasca operasi ortopedi tanpa profilaksis pada pasien Asia adalah:
pada total knee replacement (76,5%), total hip replacement (64,3%) dan fiksasi
fraktur femur proksimal (50%).1,2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sirkulasi darah terjadi melalui satu lengkungan arteri dan vena yang kontinu serta
terbagi menjadi sirkuit pulmonal dan sistemik (Gambar 2.1-1).
2.1.1 Arteri
Jantung memompa darah baru yang telah teroksigenasi melalui arteri, arteriol, dan
bantalan kapiler menuju seluruh organ dan jaringan. Arteri tersusun atas otot
polos yang tebal dan serat elastis. Serat yang kontraktil dan elastis membantu
menahan tekanan yang dihasilkan saat jantung mendorong darah menuju sirkulasi
sistemik. Arteri utama/mayor dari sirkulasi sistemik meliputi aorta, karotis,
subklavia dan iliaka (Gambar 2.1-2). Aorta melengkung membentuk seperti busur
di belakang jantung dan turun ke bawah hingga pertengahan tubuh. Arteri lain
merupakan cabang dari aorta dan mengalirkan darah menuju kepala, leher dan
organ-organ utama di dalam abdomen. Arteri karotis bergerak naik di dalam leher
dan mengalirkan darah ke organ di dalam kepala dan leher, termasuk otak. Arteri
subklavia mengalirkan darah menuju lengan, dinding dada, bahu, punggung, dan
sistem saraf pusat. Arteri iliaka mengalirkan darah menuju pelvis dan kaki.
Setelah melewati daerah pelvis, arteri iliaka selanjutnya menjadi arteri femoralis,
yang bergerak turun di sebelah anterior paha (Gambar 2.1-4). Arteri femoralis
mengalirkan darah ke kulit dan otot paha dalam. Pada bagian bawah paha, arteri
femoralis menyilang di posterior dan menjadi arteri poplitea. Di bawah lutut,
arteri poplitea terbagi menjadi arteri tibialis anterior dan tibialis posterior. Arteri
tibialis bergerak turun di sebelah depan dari kaki bagian bawah menuju bagian
dorsal/punggung telapak kaki dan menjadi arteri dorsalis pedis. Arteri tibialis
posterior bergerak turun menyusuri betis dari kaki bagian bawah dan bercabang
menjadi arteri plantaris di dalam telapak kaki bagian bawah.
5
2.1.4 Vena
Setelah dihantarkan melalui sistem vaskular arteri dan menuju jaringan tubuh dan
organ, darah “dikosongkan” menuju jaringan vena yang tersusun menyebar
(Gambar 2.1-5) yang dan pada akhirnya mengembalikan darah ke atrium kanan
jantung. Sistem vena berjalan berdampingan dengan sistem arteri dan memiliki
nama yang sama; walaupun terdapat perbedaan mayor antara sistem arteri dan
sistem vena di leher dan ekstremitas. Arteri di daerah ini terletak dalam di bawah
kulit dan terlindung oleh tulang dan jaringan lunak.
Sebaliknya, dua set vena perifer biasanya ditemukan di leher dan ekstremitas: satu
superfisial dan satu lagi terletak lebih dalam. Vena superficial terletak dekat
dengan permukaan kulit, mudah untuk dilihat, dan membantun untuk mengatur
suhu tubuh. Saat suhu tubuh, menjadi rendah, aliran darah arteri menjadi
berkurang, dan vena vena superfisial dilewati. Sebaliknya, saat tubuh menjadi
kelebihan panas, aliran darah ke kulit meningkat, dan vena superfisialis
berdilatasi.
Arkus vena palmaris meluas dari tangan menuju lengan bawah, dimana vena-vena
ini menjadi vena radialis dan vena ulnaris (Gambar 2.1-6). Saat vena ulnaris dan
radialis mencapaifosa kubiti (yaitu lipatan siku), vena-vena ini bergabung untuk
membentuk vena brakhialis. Saat vena brakhialis meluas melalui lengan atas, vena
ini bergabung dengan vena superfisialis lenan untuk membentuk vena aksilaris,
yang berjalan melalui aksila dan menjadi vena subklavia di dalam rongga toraks.
Vena subklavia membawa arau dari lengan dan area toraks/dada menuju vena
kava superior.
Deep vein trombosis (DVT) merupakan suatu kondisi dimana trombus terbentuk
pada vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh
darah dan jaringan disekitar vena. DVT terjadi terutama di tungkai bawah dan
inguinal. Bekuan darah dapat menghambat darah dari tungkai bawah kembali ke
jantung. Trombus adalah bekuan abnormal didalam pembuluh darah yang
terbentuk walaupun tidak ada kebocoran, proses pembentukan trombus
dinamakan trombosis. Trombus vena merupakan deposit intravaskuler yang
tersusun dari fibrin dan sel darah merah disertai berbagai komponen trombosit dan
leukosit.1,4,5
2.3 Patogenesis
DVT biasanya terbentuk pada daerah dengan aliran darah lambat atau terganggu
di sinus vena besar dan kantung ujung katup di vena dalam tungkai bawah atau
segmen vena yang terpapar oleh trauma langsung. Pembentukkan dan
perkembangan trombus vena menggambarkan keseimbangan antara efek
rangsangan trombogenik dan berbagai mekanisme protektif. Faktor yang
mempengaruhi keseimbangan dan berimplikasi pada patogenesis trombosis vena,
dikenal dengan Trias Virchow’s, yaitu: 1). Cedera Vaskuler (kerusakan
endothelial); 2). Stasis Vena; 3). Aktivasi koagulasi darah (hiperkoagulabilitas).1,5
1.Cedera Vaskular
2. Stasis Vena
Stasis vena sering pada usia tua, tirah baring lebih dari tiga hari dan operasi yang
memakan waktu lama. Stasis vena memberikan predisposisi trombosis lokal.
Stasis menggangu pembersihan faktor koagulasi aktif dan membatasi aksesibilitas
trombin di vena kemudian menempel ke trombomodulin. Protein ini terdapat
dalam densitas terbesar di pembuluh darah kapiler.1,5
3. Hiperkoagulabilitas
Resiko rendah: Durasi operasi kurang dari 30 menit, umur lebih dari 40 tahun,
perbaikan dari fraktur kecil.
Resiko sedang: Umur 40 – 60 tahun, arthroscopy atau perbaikan fraktur tunkai
bagian bawah, penggunaan plaster cast post-operasi.
Resiko tinggi: Umur lebih dari 60 tahun, atau umur 40 – 60 tahun dengan
adanya faktor resiko tambahan, immobilisasi lebih dari 4 hari.
Resiko sangat tinggi: Operasi arthroplasty lutut dan panggul, operasi fraktur
panggul, operasi open fracture pada tungkai bawah, trauma pada spinal cord,
berbagai resiko tambahan (umur lebih dari 40 tahun, sebelumnya ada riwayat
mengalami DVT, kanker, dan hypercoagulable state).
2.6 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis DVT mungkin asimtomatis atau pasien mengeluh nyeri,
bengkak, rasa berat, gatal atau varises vena yang timbul mendadak. Bengkak dan
nyeri merupakan gejala utama dan tergantung pada lokasi. Sifat nyeri biasanya
terus menerus dan tiba-tiba. Nyeri dapat bertambah dengan meningkatnya
aktivitas atau jika berdiri dalam jangka waktu lama. Karakteristik manifestasi
DVT dapat berupa tungkai bengkak unilateral, gambaran eritrosianotik, dilatasi
vena superfisial, suhu kulit meningkat atau nyeri tekan pada paha atau betis.
Tanda klinis ini hanya ditemukan pada 23-50% pasien DVT. Tanda klinis yang
negatif belum dapat menyingkirkan diagnosis DVT. Tungkai bawah yang
bengkak, lunak disertai dengan cord vena yang dapat dipalpasi mengarahkan pada
DVT popliteal. Perbedaan ukuran lingkaran tungkai yang bermakna mendukung
diagnosis DVT. Namun sebagian besar pasien tidak menunjukkan bengkak yang
jelas. Kepastian diagnosis DVT secara klinis hanya 50%, sehingga tes diagnosik
diharuskan bila ada kecurigaan DVT. Kematian dapat terjadi bila trombus vena
pecah dan membentuk emboli pulmoner yang akan mengobstruksi arteri pada
paru.1,3,4
Pemeriksaan klinis tanda Homans dengan cara lutut dalam posisi fleksi,
pergelangan kaki didorsofleksikan dengan kuat. Bila pasien merasa nyeri pada
daerah betis atau poplitea, maka tanda Homans positif. Tanda ini tidak dapat di
percaya, tanda ini dapat negatif walaupun DVT positif, dan dapat positif meskipun
seluruh vena bebas dari bekuan darah. Berbagai gangguan otot betis dapat
berhubungan dengan tanda Homans yang positif.3,4
Kecurigaan trombosis vena secara klinis harus dikonfirmasi dengan tes yang
terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan radiologis. Tes laboratorium adalah
Simplie-red D-dimer. Konsentrasi plasma D-dimer merupakan hasil pencernaan
fibrin oleh plasmin. Kadarnya meningkat pada pasien trombosis vena atau emboli
pulmoner. Pengukuran dilakukan dengan cara pengambilan darah dari jari tangan
pasien diperiksa secara ELISA atau dengan Simple RED agent. Tes ini hasil
sensitifitas 97%. Tes D-dimer sering menghasilkan positif semu pada pasien pasca
bedah atau trauma. Pemeriksaan radiologis menggunakan Venous compression
duplex ultrasonography, merupakan teknik noninvasif yang memiliki sensitifitas
95% untuk mendiagnosis DVT.3,4
2.7 Komplikasi
Resiko Perdarahan Tinggi GCS dan atau alat IPC di awal, sampai
resiko perdarahan berkurang
1. Heparin.
Warfarin dosis sedang, efektif untuk mencegah DVT pada semua kategori resiko.
Dapat mulai diberikan 5 atau 10 mg malam sebelum operasi atau malam setelah
operasi, efek antikoagulan terukur baru dapat dicapai pada 3-4 hari pasca operasi,
namum bila terapi dimulai saat operasi atau sesaat setelah operasi maka warfarin
masih efektif bagi penderita resiko tinggi DVT, termasuk pasien fraktur tulang
panggul. Lama profilaksis menurut rekomendasi ACPP adalah minimal 7-10 hari.
Regimen ini kurang menyenangkan karena memerlukan monitoring
laboratorium.3,5
Diberikan secara subkutan 3 kali 3500 U sehari, dimulai sejak dua hari sebelum
operasi. Lebih efektif dari heparin dosis rendah bila diberikan pada pasien operasi
panggul elektif. Bila dibanding LMWH efektifnya lebih rendah dalam mencegah
trombosis vena proksimal setelah operasi panggul. Membutuhkan monitoring
laboratorium yang teliti.5,6
LMWH lebih efektif dibanding yang lainnya, sediaan ini juga lebih efektif
mencegah trombosis vena proksimal setelah operasi panggul. Mekanisme
kerjanya adalah meningkatkan aktivitas efek antitrombin III, anti faktor Xa dan
anti faktor IIa. Secara subkutan, LMWH/enoxaparin diberikan sehingga profilaksi
dengan dosis 40 mg satu kali sehari, pada pasien yang menjalani pembedahan
beresiko tinggi DVT. Dosis pertama diberikan 12 jam sebelum pebedahan dan
dilanjutkan sehari sekali selama tujuh hari. Selain tidak memerlukan pemantauan
komplikasi perdarahan kecil terjadi. Pada operasi ortopedic mayor, terapi
LMWH/enoxaparin menurut adalah injeksi 40 mg secara sub kutan 12 jam
sebelum pembedahan dan dilanjutkan sehari sekali selama 12-14 hari. Sebaliknya
Turpie memberikan 30 mg LMWH/enoxaparin sub kutan 12-14 jam sesudah
pembedahan dan dilanjutkan 30 mg dua kali sehari 10-15 hari.3,6
5. Obat antiplatelet
Aspirin telah diteliti sebagai profilaksi terhadap DVT (dosis >100 mh/hari) dapat
menurunkan DVT proksimal dan distal sebesar 30-40% pada pasien pembedahan
general, ortopedi. Tetapi proteksinya lebih rendah dibandingkan antikoagulan.
Dextran yang merupakan polisakarida meningkatkan aliran mikrosirkulasi melalui
berbagai mekanisme dan mampu mencegah DVT. Reaksi alergi termasuk
anafilaksi (pada intravena) dan mahal membatasi penggunaanya. Rekombinasi
herudin, hirugol dan argatroban adalah inhibitor trombin langsung.3,6
2.9 USG
1. A-Mode (Amplitudo Scan Mode) : Untuk mendeteksi objek yang diam, dan
probe dalam keadaan diam (Contoh: scanning jantung).
2. B-Mode : Untuk deteksi objek diam, dan probe digunakan dengan bergerak.
Memperlihatkan semua jaringan yang dilewati oleh scan ultrasound. Jika diamati
dengan cepat akan terlihat secara real time
3. Real Time : Memperlihatkan gerakan yang menunjukan gambar real time tepat
dibawah transduser
4. M-Mode : Untuk objek bergerak dan probe bergerak (Contoh: scanning
jantung). Hasilnya berupa garis gelombang biasanya untuk ultrasound
2.9.5 Prinsip Kerja USG
1. Tekan tombol Power pada pesawat USG, biarkan beberapa waktu untuk boot
up.
2. Untuk memulai penamaan data, tekan tombol Pasien, gunakan track ball dan
keyboard untuk mengisi data pada sheet pasien.
3. Sebelum menggunakan pastikan probe transduser terpasang dengan baik,
pastikan knob tidak kendor.
4. Untuk memulai melakukan pemeriksaan pertama-tama pilih Probe Menu
- Tipe Linear untuk mendapatkan hasil resolusi yang tinggi.
- Tipe Konveks/Curve untuk pemeriksaan struktur yang lebih dalam.
5. Untuk melakukan pemeriksaan pada pasien, oleskan gel pada pasien dan
gunakan probe yang telah dipilih
6. Jika ingin melakukan pengamatan 2Dimensi pilih tombol 2D, begitu pula
dengan 3 Dimensi, tekan tombol 3D
7. Pada awal pemeriksaan setting depth dan zoom, dengan menggunakan tombol
depth & zoom.
8. Untuk mengatur TGC (Time Gain Compensation) geser knob-knob ke kanan
atau kekiri, knob paling atas untuk titik yang teratas (kurang dalam) semakin ke
bawah, semakin dalam
9. Jika sudah mendapatkan visualisasi hasil USG yang diinginkan kita dapat
menekan tombol Freeze. Gunakan tombol Store jika ingin menyimpan gambar.
10. Pada hasil Scan yang sudah di-freeze, kita dapat memberi label pada hasil
scan dengan cara menekan tombol penamaan (ABC button), lalu beri penamaan
dengan keyboard.
11. Jika ingin melakukan pengukuran pada objek yang di-scan, gunakan tombol
Measure, gunakan Track Ball & tombol Set untuk menentukan mark (titik/tanda)
agar dapat dilakukan pengukuran, panjang atau lebar objek
12. Untuk melakukan pengukuran volume (pada ginjal contohnya) lakukan
pengukuran seperti diatas, hanya saja diperlukan 3 tipe pengukuran, yaitu,
panjang, lebar, dan tinggi (kedalaman)
13. Setelah selesai melakukan pengamatan, matikan alat dengan menekan OFF
tombol Power
2.9.7 Komponen dalam USG
Pada prinsipnya, ada tiga komponen mesin USG. Pertama, transduser, komponen
yang dipegang dokter atau tenaga medis, berfungsi mengalirkan gelombang suara
dan menerima pantulannya dan mengubah gelombang akusitik ke sinyal
elektronik. Kedua, monitor, berfungsi memunculkan gambar. Ketiga, mesin USG
sendiri, berfungsi mengubah pantulan gelombang suara menjadi gambar di
monitor. Tugasnya mirip dengan central proccesing unit (CPU) pada komputer
personal.
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang
akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada
pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk
menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang
yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan)
sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi
gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat
diterjemahkan dalam bentuk gambar. Transduser adalah alat yang berfungsi
sebagai transmitter (pemancar) sekaligus sebagai receiver (penerima). Dalam
fungsinya sebagai pemancar, transduser merubah energi listrik menjadi energi
mekanik berupa getaran suara berfrekuensi tinggi. Fungsi receiver pada transduser
merubah energi mekanik menjadi listrik.
1. USG 2 Dimensi
2. USG 3 Dimensi
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut
koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda dapat
dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar.
3. USG 4 Dimensi
Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat
bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis,
sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”.
4. USG Doppler
Manfaat dari ultrasonografi adalah untuk pemeriksaan kanker pada hati dan otak,
melihat janin di dalam rahim ibu hamil, melihat pergerakan serta perkembangan
sebuah janin, mendeteksi perbedaan antar jaringan-jaringan lunak dalam tubuh,
yang tidak dapat dilakukan oleh sinar-X, sehingga mampu menemukan tumor atau
gumpalan lunak di tubuh manusia. Selain manfaat di atas, ultrasonografi
dimanfaaatkan untuk memonitor laju aliran darah. Pulsasi ultrasonik berfrekuensi
5 – 10 MHz diarahkan menuju pembuluh nadi, dan suatu receiver akan menerima
signal hamburan gelombang pantul. Frekuensi pantulan akan bergantung pada
gerak aliran darah. Tujuannya untuk mendeteksi trombosis (penyempitan
pembuluh darah) yang menyebabkan perubahan laju aliran darah. Pemeriksaan
dengan ultrasonografi lebih aman dibandingkan dengan pemeriksaan
menggunakan sinar-X (sinar Rontgen) karena gelombang ultrasonik yang
digunakan tidak akan merusak material yang dilewatinya sedangkan sinar-X dapat
mengionisasi sel-sel hidup. Karena ultrasonik merupakan salah satu gelombang
mekanik, maka pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak merusak (non
destructive testing).
Kelemahan USG :
1. Pasien dapat diperiksa langsung tanpa persiapan dan memberi hasil yang cepat.
2. Bersifat non invasif (tidak terjadi efek samping) sehingga dapat dilakukan pula
pada anak-anak. Aman untuk pasien dan operator, karena tidak tergantung pada
radiasi ionisasi.
3. Memberi informasi dengan batas struktur organ sehingga memberi gambaran
anatomis lebih besar dari informasi fungsi organ.
4. Semua organ kecuali yang mengandung udara dapat ditentukan bentuk, ukuran,
posisi, dan ruang interpasial.
5. Dapat membedakan jenis jaringan dengan melihat perbedaan interaksi dengan
gelombang suara.
2.9.12 Gambaran USG
Prinsip dasar CT-scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum
dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan
setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara
keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada
citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik radiografi,
informasi citra yang ditampilkan oleh CT-scan tidak tumpang tindih (overlap)
sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang
tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT-scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga
citra yang dihasilkan oleh CT-scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang
dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.18
A. Meja Pemeriksaan
Setelah sinar-X menembus objek, maka akan diterima oleh detektor yang
selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi
detektor dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-X yang telah
menembus objek, mengubah sinar-X dalam bentuk cahaya tampak, kemudian
mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal elektron, lalu kemudian
menguatkan sinyal-sinyal elektron tersebut dan mengubah sinyal elektron tersebut
ke dalam bentuk data digital.18
C. Komputer
1) Input Device
Terdiri atas :
c. Memory Unit
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun instruksi yang sedang
dikerjakan.
3) Output Device
D. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta
menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.
E. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari komputer ketika melakukan
scanning, rekonstruksi dan display gambar menggunakan:
1. Magnetic Disc
2. Floppy Disc
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic disc, bentuknya
kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disc mudah dibawa dan disimpan.
Kapasitasnya relatif kecil (sekarang sudah tidak digunakan lagi).13
F. Operator Terminal
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu film
dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT dan film
yang digunakan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil dan kualitas dari citra. Berikut
adalah faktor-faktor yang mempengaruhi citra :
Selain arus listrik (mA), jarak dan waktu pencitraan juga berpengaruh pada
intensitas. Waktu exposure yang lama juga akan meningkatkan intensitas dari
sinar-X. Untuk itu dalam setiap pengoperasian pesawat sinar-X selalu
dilakukan pengaturan waktu (S) dan arus (mA) atau biasa disebut dengan mAS
yang bergantung pada obyek yang disinari. Jika tabung didekatkan pada obyek
maka intensitas akan naik dan hasil gambar jelas dan terang. Sebaliknya jika
tabung dijauhkan dari obyek maka intensitas akan menurun. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa cahaya dan sinar-X merambat dalam pancaran garis lurus
yang melebar.
Tegangan tinggi merupakan daya dorong elektron di dalam tabung dari katoda
ke anoda. Supaya dapat menghasilkan sinar-X, daya dorong ini harus kuat
sehingga mampu menembus obyek. Dengan demikian perubahan kV sangat
berpengaruh terhadap daya tembus sinarX.13
Penyerapan sinar-X oleh suatu bahan tergantung pada tiga faktor sebagai
berikut14. :
1. Sebelum dilakukan scanning pada pasien, pasien disarankan tidak makan atau
meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum proses scanning.
Bagaimanapun, tergantung pada jenis prosedur, adapula prosedur scanning
yang mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras yang
mana digunakan untuk melakukan proses scanning khususnya untuk daerah
perut.
2. Pasien akan berbaring di meja sinar-X. Bergantung pada bagian tubuh yang
sedang diperiksa (misalnya, kaki), meja dapat diletakkan pada posisi berdiri.
Jika meja direposisi selama prosedur, pasien akan diamankan dengan tali
pengaman.
3. Dokter akan memasukkan jarum atau kateter ke pembuluh darah untuk
menyuntikkan zat kontras. Di mana jarum itu ditempatkan tergantung pada
area tubuh Anda di mana pembuluh darah sedang dievaluasi. Saat materi
kontras mengalir melalui pembuluh darah yang diperiksa, beberapa sinar-X
diambil. Anda dapat dipindahkan ke posisi yang berbeda sehingga sinar-X
dapat mengambil foto pembuluh darah Anda pada sudut yang berbeda.13
2.10.7 Gambaran CT-scan
Magnetic Resonance Imaging yang disingkat dengan MRI adalah suatu alat
diagnostik mutakhir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan
menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi,
penggunaan sinar-X ataupun bahan radioaktif.21
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang
luas
b. MRI yang memiliki kerangka (gantry) biasa yang berlorong sempit.
Sedangkan bila ditinjau dari kekuatan magnetnya terdiri dari :
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
b. MRI Tesla sedang (Medium Field Tesla) memiliki kekuatan 0,5 – T
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.
Sebaiknya suatu rumah sakit memilih MRI yang memiliki tesla tinggi
karena alat tersebut dapat digunakan untuk teknik Fast Scan yaitu suatu teknik
yang memungkinkan 1 gambar irisan penampang dibuat dalam hitungan detik,
sehingga kita dapat membuat banyak irisan penampang yang bervariasi dalam
waktu yang sangat singkat. Dengan banyaknya variasi gambar membuat suatu lesi
menjadi menjadi lebih spesifik.12
Display
Image
Nc Processing
system
Rf Signal
Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang :
tipe magnet, efek medan magnet, magnet shielding ; shimming coil dari
pesawat MRI tersebut
b. Sistem pencitraan berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah
kumparan koil, yaitu:
- Gradien coil X, untuk membuat citra potongan sagital.
- Gardien coil Y, untuk membuat citra potongan koronal.
- Gradien coil Z untuk membuat citra potongan aksial .
Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk
potongan oblik
Magnet tetap adalah sama dengan suatu magnet batang. Sistem MRI yang
menggunakan suatu magnet tetap dapat dianggap suatu magnet batang yang besar.
N
S
Patient Large bar
magnet
Magnetic
field N
Ciri-ciri sistem MRI yang menggunakan magnet tetap adalah sebagai berikut:
Karena tidak ada daya listrik untuk menghasilkan medan magnet, biaya
pemakaian sangat rendah.
Magnet resistif dapat dianggap suatu magnet listrik. Magnet ini menghasilkan
medan magnet yang kuat dengan mengalirkan suatu arus listrik yang besar
melalui suatu kumparan tembaga, aluminium, atau materi yang lain yang
mempunyai hambatan listrik (electric resistance) rendah.14
Cooling-water flanges
Cooling
Coil
Water
(Aluminium sheet)
Gambar 2.11.2-3 Metoda MRI dengan magnet resistif
Critical Temperatur Tc
Medan magnet yang kuat dapat dihasilkan karena arus listrik yang cukup besar
dapat dialirkan.
Radio-wave shield
Radio
noise
Jika ada suatu benda dari bahan magnet di sekeliling MRI, akan mengganggu
uniformity dari medan magnet yang menyebabkan mutu gambar menjadi rendah.
Pelindung magnet tidak diperlukan karena kasus ini tergantung pada kondisi
sekeliling.
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya terdiri
dari :
a. Kesalahan geometrik
b. Kesalahan algoritma
c. Kesalahan pengukuran atenuasi.
Sedangkan menurut penyebabnya terdiri dari :
Karena tes Venogram mahal, tidak nyaman, dan membawa beberapa resiko,
itu sebagian besar telah digantikan oleh tes pencitraan kurang invasif. Namun,
venografi masih dapat dilakukan dalam kasus-kasus sulit tertentu untuk bisa
melihat lebih dekat padapembuluh darah.23 Pada wanita dengan DVT dicurigai,
venografi biasanya dilakukan hanya setelah tes lain telah gagal menemukan
bekuan. Sebagai contoh, USG mungkin gagal untuk menemukan bekuan, tapi tes
D-dimer positif dapat menunjukkan ada gumpalan di suatu tempat. Dalam kasus
ini, venografi dapat digunakan untuk mencoba untuk mencari bekuan USG
mungkin telah terjawab.23
Venografi masih tes pilihan untuk memvisualisasikan pembuluh darah pada
wanita dengan bawaan (dilahirkan) cacat dalam pembentukan pembuluh darah,
dan untuk merencanakan pengobatan untuk kondisi tersebut.23
Deep Vein Thrombosis (DVT): pembekuan darah di pembuluh darah kaki dan
perut bagian bawah.
Tromboflebitis: peradangan pada urat disebabkan oleh bekuan darah kepala
dan leher pengeringan.
Serviks tulang rusuk: extra rib di leher
Sindrom kompartemen: death meningkatkan tekanan dalam ruang tertutup
menyebabkan kematian jaringan.
Penyakit urat kronis: dan membantu prosedur rencana untuk meningkatkan
aliran darah
Kelainan bawaan dari sistem vena
2.11.8 Modalitas
Foto konvensional
CR (Computed Radiology)
CT-scan (Computed Tomography scan)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
USG (Ultrasonography)
DSA (Digital Subtraction Angiography)
Peralatan dan bahan peralatan tidak steril
Wing needle
Kontras Media
Spuit
Kapas Alkohol
Kateter
Kawat penunjuk (Guide Wire)
Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan dan kaki
berada di garis lurus meja pemeriksaan
Posisi Objek : Posisi Ekstremitas bawah ( kaki ) diputar eksorotasi.
Teknik Pemasukan bahan kontras media.
Pheriperal Venography biasanya memakan waktu 30 sampai 45 menit.
Pemasukan bahan kontras Peripheral Venography terbagi menjadi 2 :
1. Ascending Venography
2. Descending Venography
KESIMPULAN
Deep vein trombosis (DVT) merupakan suatu kondisi dimana trombus terbentuk
pada vena dalam (deep vein) yang diikuti oleh reaksi inflamasi dinding pembuluh
darah dan jaringan disekitar vena. DVT merupakan kelainan kardiovaskular
tersering nomor tiga setelah penyakit jantung koroner dan stroke. DVT terjadi
pada kurang lebih 0,1% orang/tahun. Insidennya meningkat 30 kali lipat
dibanding dekade yang lalu. Gejala dan tanda klinis DVT mungkin asimtomatis
atau pasien mengeluh nyeri, bengkak, rasa berat, gatal atau varises vena yang
timbul mendadak. Bengkak dan nyeri merupakan gejala utama dan tergantung
pada lokasi. Sifat nyeri biasanya terus menerus dan tiba-tiba. Nyeri dapat
bertambah dengan meningkatnya aktivitas atau jika berdiri dalam jangka waktu
lama. Karakteristik manifestasi DVT dapat berupa tungkai bengkak unilateral,
gambaran eritrosianotik, dilatasi vena superficial, suhu kulit meningkat atau nyeri
tekan pada paha atau betis. Kecurigaan trombosis vena secara klinis harus
dikonfirmasi dengan tes yang terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan
radiologis. Tes laboratorium adalah Simplie-red D-dimer. Pemeriksaan radiologis
menggunakan Venous compression duplex ultrasonography, MRI DAN CTSCAN
dapat dilakukan untuk menegakan diagnosa lebih baik. Profilaksis dapat
dilakukan dengan cara aktivasi koagulasi darah (profilaksis farmakologis) dan
pencegahan stasis vena (profilaksis mekanis).1,3,4,5
DAFTAR PUSTAKA