Laporan Pendahuluan Buerger Disease
Laporan Pendahuluan Buerger Disease
Laporan Pendahuluan Buerger Disease
A. Definisi
Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan
nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan,
menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang,
kadang-kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda
dengan riwayat pengguna tembakau.
Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena yang
berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan
studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit
Buerger dibandingkan dengan siapapun.
Penyakit Buerger atau Tromboangitis Obliterans (TAO) adalah suatu penyakit vaskulitis dari
pembuluh darah yang paling sering ditemukan pada perokok pria yang berusia pertengahan.
Sering ditemukan feblitis superficial rekurens, sedangkan vena-vena dalam jarang terkena.
Penyakit pembuluh darah arteri dan vena ini bersifat segmental pada anggota gerak dan jarang
pada alat-alat dalam.
Akibat iskemia pembuluh darah (terutama ekstremitas inferior), akan terjadi perubahan
patologis :
(a) otot menjadi atrofi atau mengalami fibrosis
(b) tulang mengalami osteoporosis dan bila timbul gangren maka terjadi destruksi tulang
yang berkembang menjadi osteomielitis
(c) terjadi kontraktur dan atrofi
(d) kulit menjadi atrofi
(e) fibrosis perineural dan perivaskular
(f) ulserasi dan gangren yang dimulai dari ujung jari.
E. Tanda dan Gejala
1. Rasa Nyeri
a) Klaukadikasio intermiten, yaitu bila pasien jalan, pada jarak tertentu akan merasa
nyeri pada ekstremitas, dan setelah istirahat sebentar dapat berjalan lagi. Gejala
tersebut biasanya progresif.
b) Nyeri spontan berupa rasa nyeri yang hebat pada jari dan daerah sekitarnya, lebih
hebat pada waktu malam. Biasanya merupakan tanda awal akan terjadinya ulserasi
dan gangren.Rasa nyeri ini lebih hebat bila ekstremitas ditinggikan dan berkurang
bila direndahkan.
c) Bila terjadi osteoporosis kaki akan sakit bila diinjakkan. Karena saraf juga terganggu,
akan ada perasaan hipererestesia.
2. Pulsasi arteri pada arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior biasanya menghilang.
3. Terjadi perubahan warna pada jari - jari yang terkena menjadi merah, normal, atau
sianotik, tergantung dari lanjutnya penyakit.
4. Suhu kulit pada daerah yang terkena akan lebih rendah pada palpasi.
5. Ulserasi dan gangren, sering terjadi spontan atau karena mikrotrauma. Gangren biasanya
unilateral dan terdapat pada ujung jari.
6. Tromboflebitis superfisial biasanya mengenai vena kecil dan sedang.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen anggota gerak untuk melihat :
a) Tanda – tanda osteoporosis tulang – tulang.
b) Tanda – tanda klasifikasi arteri
2. Arteriografi
Ciri khas dari gambaran arteriografi pada tromboangitis obliteran’s yaitu bersifat segmental,
artinya sumbatan terdapat pada beberapa tempat, tapi segmen diantara tempat yang tersumbat
itu normal. Pada kasus lanjut, biasanya terjadi kolateralisasi.
3. Pemeriksaan Doppler
Dapat membantu mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh.Metode penggambaran
secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan Magnetic resonance imaging
(MRI) Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai Tromboangitis Obliterans, Allen test
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada tangan dan kaki.
4. Angiografi
Angiography adalah pencitraan pembuluh darah menggunakan air-larut ionik atau
nonionik media yang kontras sinar X disuntikkan ke dalam aliran darah arteri
(arteriografi) atau pembuluh darah (venography). Untuk pembuluh getah bening, media
kontras digunakan berminyak.
Angiografi berfungsi untuk menyelidiki keadaan normal dan patologis dari sistem kapal
penyempitan dan obstruksi lumen terutama atau pelebaran aneurismal.
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan untuk menghentikan progresifitas penyakit, antara lain pasien mutlak harus
berhenti merokok.
2. Tindakan untuk menimbulkan vasodilatasi:
a) Simpatektomi lumbal, yaitu dengan mengangkat 2-3 buah ganglion simpatik LI dan LIII
(LI – LIV).Tindakan ini masih kontroversi.
b) Mencegah vasokontriksi dengan menjaga suhu.
3. Bagian kepala dari tempat tidur dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya
gravitasi membantu mengalirkan darah menuju arteri-arteri.
4. Tindakan untuk menghilangkan rasa nyeri pada klaudikasio intermiten ialah dengan
jangan banyak jalan.
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap ulserasi/ gangren dengan cara:
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau
komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau potensial dan
kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Syndrome Buerger antara lain :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia otot.
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi.
3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.
4. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
C. INTERVENSI
1.Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang .
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau mengurangi nyeri .
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x
/menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2.Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3.Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus sedangkan BWC
sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.
2.Diagnosa no. 2
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik menggunakan larutan
yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang
iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui
jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darahuntuk
mengetahui perkembangan penyakit.
. 3. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penghentian aliran darah arteri.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : - Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
- Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
- Kulit sekitar luka teraba hangat.
- Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
- Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat ), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3.Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari
stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi
jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
4.Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur
akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan
dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan
pasien.
4.Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi
akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan
pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penerjemah EGC. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.