Anda di halaman 1dari 5

Rizky Zanuar Tristanti (3BD4/20)

Pada praktikum kali ini kami melaksakanan praktikum dengan judul STHE
(Shell and Tube Heat Exchanger). STHE merupakan salah satu alat penukar panas
yang terdiri dari beberapa tube yang disusun secara paralel dan dikeliling oleh shell
yang silindris. Tujuan dari praktikum STHE adalah untuk mengetahui pengaruh
perubahan flowrate dari fluida panas dan dingin terhadap ΔThot, ΔTcold, Qe, Qa,
dan efisiensi overall (ᶯ) dan menentukan koefisien perpindahan panas overall pada
STHE dengan menggunakan perhitungan ΔTlm.

Pada praktikum yang kami lakukan dilakukan variasi di dalam variable


proses yaitu variasi bukaan % flowrate fluida dingin dengan flowrate fluida panas
konstan dan juga sebaliknya yaitu variasi bukaan % flowrate fluida panas dengan
flowrate fluida dingin konstan. Suhu set point sebesar 50 ⁰C.Pada Fhot konstan
(bukaan 40%) kami menvariabelkan Fcold mulai dari bukaan 55%, 60%, 65%,
70%, 85% dan 95.Fcold konstan (bukaan 50%) kami menvariabelkan Fhot mulai
dari bukaan 25%, 35%, 40%, 45% dan 50%. Pada percobaan tersebut didapatkan
grafik :

Grafik ΔT terhadap Flowrate Cold


6
5
ΔT Hot dan ∆T cold (K)

4
3
hot
2
cold
1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Flowrate (L/mnt)

Gambar 1 Grafik ΔT vs Flowrate Cold

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar laju alir fluida dingin
yang masuk, maka ΔThot akan mengalami kenaikan hingga pada saat running ke 5
mengalami penurunan nilai ΔThot. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya panas
yang masuk karena pada saat suhu sudah mencapai set poin, heater pada alat STHE
akan mati secara otomatis. Jadi hanya menggunakan panas yang ada di dalam
sistem.Dengan flowrate fluida dingin yang masuk semakin banyak menyebabkan
panas yang dibutuhkan yang digunakan untuk memanaskan fluida dingin semakin
banyak, hal tersebut menyebabkan penurunan pada nilai ΔThot.
Hal tersebut juga terjadi pada nilai ΔTcold, semakin besar laju alir fluida
dingin yang masuk maka nilai ΔTcoldakan naik dan terjadi penurunan. Disebabkan
oleh jumlah panas yang konstan, namun volume fluida dingin yang masuk semakin
besar berarti semakin sedikit panas mampu diserap oleh fluida dingin.Sehingga
suhu fluida dingin yang masuk tidak jauh berbeda dengan suhu fluida dingin yang
keluar.
Dan terjadi sebaliknya pada saat memvariasikan Fhot berubah dengan Fcold
konstan seperti yang tergambar pada grafik dibawah ini :

Grafik ∆T terhadap Flowrate Hot


1.2
1
∆T hot dan ∆T cold

0.8
0.6
hot
0.4
cold
0.2
0
0 1 2 3 4 5 6
flowrate

Gambar 2 Grafik ΔT terhadap Flowrate Hot


Kenaikan suhu fluida fluida dingin semakin besar (naik) dan penurunan
suhu fluida panas semakin kecil (turun). Hal tersebut diatas terjadi dikarenakan jika
massa salah satu fluida ditambah maka perubahan suhu yang terjadi pada fluida itu
akan semakin kecil sedangkan pada fluida lawannya perubahan suhu akan semakin
besar karena harus menukar panas yang sama besarnya dengan massa fluida.
Kemudian, diperoleh grafik antara Qe dan Qa terhadap Flowrate hot, sebagai
berikut:
Grafik Q terhadap Flowrate Hot
0.12

Qe dan Qa (kJ/s) 0.1


0.08
0.06
Qe
0.04
Qa
0.02
0
0 1 2 3 4 5 6
Flowrate (L/mnt)

Gambar 3 Grafik Q terhadap Flowrate Hot


Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa antara hasil dari Qedan Qa berbeda
jauh, jika dibandingkan dengan flowrate hot. Hal tersebut dikarenakan, pada saat
proses running dalam pengambilan data, suhu T1 sudah menunjukkan konstan,
sehingga pada tabel data perhitungan dapat dilihat bahwa suhu saat proses
pengambilan proses, mendekati konstan dan menunjukan nilai yang mendekati
sama dengan set point, sehingga berakibat dengan hasil data percobaan yang
diperoleh.

Kemudian, diperoleh grafik antara Qe dan Qa terhadap Flowrate cold,


sebagai berikut :

Grafik Q terhadap Flowrate Cold


0.8
0.7
Qe dan Qa (kJ/s)

0.6
0.5
0.4
Qe
0.3
0.2 Qa
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Flowrate (L/mnt)
Gambar 4 Grafik Q terhadap Flowrate Cold
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa hasil dari Qedan Qa berbeda jauh,
jika dibandingkan dengan flowrate hot. Hal tersebut dikarenakan, saat proses
running dalam pengambilan data, suhu T1 sudah menunjukkan konstan, sehingga
dalam tabel data perhitungan dapat dilihat bahwa suhu saat proses pengambilan
proses, relatif konstan dan menunjukan nilai yang hampir sama dengan set point,
yang berakibat dengan hasil data percobaan yang diperoleh.

Kemudian, diperoleh grafik antara efisiensi dengan flowrate hot, sebagai


berikut:

Grafik efiseinsi terhadap flowrate


hot
120
100
80
Efisiensi

60
40 efisiensi
20
0
0 2 4 6
Flowrate

Gambar 6 Grafik Efisiensi terhadap Flowrate Hot


Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi meningkat bersamaan
dengan meningkatnya flowrate yang diberikan, hal tersebut dikarenakan, nilai Qe
juga meningkat bersamaan dengan meningkatnya flowrate yang diberikan. Tetapi,
pada suhu 35, terjadi penurunan efisiensi, hal tersebut terjadi dikarenakan suhu T1
yang tidak konstan. Mengakibatkan suhu saat pengambilan data dapat mengalami
kenaikan secara drastis maupun turun dari set point. Sehingga akan berakibat
dengan hasil perhitungan efisiensi.

Kemudian, diperoleh grafik antara efisiensi dengan flowrate cold, sebagai


berikut:
Grafik η dengan flowrate
120
100

η hot dancold
80
60
cold konstan
40
hot konstan
20
0
0 2 4 6
flowrate (L/mnt)

Gambar 7 Grafik Efisiensi terhadap Flowrate Cold

Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi meningkat bersamaan


dengan meningkatnya flowrate yang diberikan, hal tersebut dikarenakan, nilai Qe
juga meningkat bersamaan dengan meningkatnya flowrate yang diberikan. Nilai Qe
meningkat karena suhu T1 sudah menunjukkan konstan, sehingga berakibat pada
hasil Qe yang diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai