METODOLOGI PENELITIAN
Judul Jurnal : Efek Temperatur Pipa Kapiler Terhadap Kinerja Mesin Pendingin
Dosen Pengampu : Yafid Effendi, ST.,MT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2019/2020
A. Tujuan Penelitian
Akintunde (2004) meneliti performa refrigeran R-12 dan R-134a di dalam pipa kapiler
sebanyak 58 pipa kapiler yang berbeda. Diperoleh bahwa pipa kapiler dengan panjang 2.03 m,
diameter dalam kurang dari 1.1 mm dan diameter koil kurang dari 1000mm dapat digunakan
untuk sistem pendingin skala kecil antara 8 sampai 12 kW. Hasil lain diperoleh bahwa laju aliran
refrigeran berkurang seiring pengecilan diameter koil.
Ekadewi.et.al (2002) meneliti pengaruh pipa kapiler yang dililitkan pada line suction
terhadap waktu pendinginan dan COP freezer. Refrigeran yang digunakan adalah R- 406A.
Waktu pendinginan didapat dari waktu menurunkan 1°C air garam dari 6°C –3°C. Dari
eksperimen didapat bahwa pipa kapiler yang dililitkan pada line suction dapat meningkatkan
COP freezer sedangkan waktu pendinginan tidak banyak berubah.
Basri (2007) melakukan penelitian pada pipa kapiler mesin pendingin untuk mendapatkan
karakteristik hidraulik dan termal aliran dua fase refrigeran R134a, yaitu koefisien gesek dan
bilangan nusselt. Untuk mendapatkan aliran dua fase secara nyata, digunakan pemanas atau
heater pada pipa kapiler sehingga kualitas uap refrigeran yang keluar lebih besar. Namun
penelitian ini tidak mengkaji efek pemasangan heater ini terhadap performa sistem pendingin
yang digunakan.
Hasil – hasil penelitian di atas mengungkapkan bahwa adanya perlakuan pada pipa kapiler,
baik itu bentuk goemetri, dimensi maupun penempatannya memiliki pengaruh terhadap performa
system. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan efek pipa kapiler terhadap kapasitas
refrigerasi serta performa sistem mesin pendingin. Selain itu nantinya diharapkan dapat
memberikan rekomendasi terkait dengan penempatan posisi dari pipa kapiler apakah pada bagian
yang lebih dekat dengan kondensor atau evaporator.
B. Motede Penelitian
- Bahan Penelitian, Fulida kerja atau refrigerant yang digunaka dalam penelitian ini
adalah: R-134a (1,1,1,2 – tetrafluoroethane)
- Alat dan instrument Penelitian, Alat pengujian ini merupakan unit pengujian mesin
refrigerasi HRP focus model 802
-
Gambar 3. Skema Alat Pengujian
C. Hasil Penelitian
Proses pendingin pipa kapiler dengan menggunaka freezer dari refrigerator lain
memberikan pengaruh terhadap kondisi refrigeran terhadap siklus mesin pendingin, dalam hal
ini adalah nilai entalpi. Pendingin tersebut menyebabkan titik entalpi pada siklus bergeser ke
arah kiri terutama pada bagian keluar dari pipa kaliper atau sebelum masuk evaporator. Seperti
terlihat pada grafik di bawah ini:
Grafik Hubungan Posisi
0.7 Termostat Vs Qe
9
0.7
8
0 1 23 45 6 7
Posisi
Termostat
0.7
7
0.7
6
0.7
5
Selanjutnya untuk hubungan antara temperatur pipa kapiler, dalam hal ini pengaturan
posisi termostat terhadap performa sistem (COP). Grafiknya dapat dilihat di bawah ini
0 1 2 3
Posisi 4 5 6 7
2.6 Termostat
8
2.6
4
2.6
0
2.5
6
Dari gambar 6, terlihat bahwa semakin besar pengaturan posisi termostat atau semakin
rendah temperatur pendinginan pipa kapiler pada freezer maka COP sistem juga mengalami
kenaikan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan kapasitas refrigerasi (gambar 8), yang
kenaikannya masih lebih signifikan dibandingkan dengan daya kompresi yang juga mengalami
kenaikan.
Dengan hasil penelitian ini, dapat diberikan rekomendasi mengenai penempatan posisi
pipa kapiler pada sistem mesin pendingin, yaitu pada daerah dekat dengan evaporator (daerah
yang lebih dingin), oleh karena dari hasil pembahasan di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan
prestasi seiring dengan menurunnya temperatur pipa kapiler.
D. Kesimpulan
Temperatur pipa kapiler melalui proses pendinginan, memberikan pengaruh terhadap kondisi
refrigeran dalam siklus mesin pendingin, dalam hal ini adalah nilai entalpi. Pendinginan tersebut
menyebabkan titik entalpi pada siklus bergeser ke arah kiri (semakin kecil), terutama pada
bagian keluar dari pipa kapiler atau sebelum masuk ke evaporator (entalpi titik 4, h4 ), hal ini
akan berdampak pada kapasitas refrigerasi (Qe) sistem mesin pendingin yang diuji. Semakin
rendah temperatur pendinginan, maka kapasitas refrigerasi (Qe) akan mengalami kenaikan.
Untuk COP, diperoleh temperatur optimal dari pipa kapiler yaitu temperatur pendinginan pada
yang paling rendah (posisi termostat 7, ± -20°C) dengan nilai COP yang dihasilkan sebesar 2.71.
E. Keterbaruan
Temperatur sebuah pipa kapiler