Anda di halaman 1dari 5

MODUL 02

MENGAMATI TRANSISI FASE ANTARA FASE CAIRAN DAN


GASPADA TITIK KRITIS
Glenn Byan Vandyka, Marco William Langi, Titi Hidayanti , Lira Senja Alfitra
10218013, 10218050, 10218061, 10218084
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email: glennvandyka@gmail.com

Asisten: Yolanda Raintina / 10216095


Tanggal Praktikum: (09-02-2020)

Abstrak
Pada eksperimen modul ini membahas tentang pengamatan transisi fase antara fase cairan dan gas pada titik
kritis. Dalam termodinamika, titik kritis adalah titik akhir kurva kesetimbangan fasa. Contoh yang paling umum
adalah titik kritis uap-cair, titik akhir kurva suhu-tekanan yang menunjukkan kondisi dimana fasa uap dan cair
dapat bersama. Pada titik kritis, didefinisikan dengan temperatur kritis Tc dan tekanan kritis Pc, batas-batas
fasa akan hilang. Pada percobaan ini di ruang bertekanan yang mengandung SF6 memiliki nilai titik kritis
sekitar 45,55˚C. Ketika mencapai titik kritis akan terjadi efek opalescence dimana batas antara fase cair dan
gas sulfur menjadi tidak jelas.
kunci : Titik Kritis, SF6, Van Der Waals

I. Pendahuluan persamaan keadaan Redlich-Kwong dan


Titik kritis (Tc) dari sebuah bahan adalah modifikasi Soave pada Redlich-Kwong.
sebuah titik suhu di mana fase cairan dan uap Persamaan ini ada dengan melalui penurunan
tidak bisa dibedakan. Pada saat mendekati rumus (suatu persamaan keadaan mekanika),
temperatur titik kritis, properti gas dan cairan atau melalui penurunan rumus berdasarkan
menjadi sama, fase ini disebut fluida termodinamika statistik, yang menyediakan
superkritikal (cairan sangat kritis). Di atas titik fungsi partisi pada sistem dan memungkinkan
kritis cairan tidak dapat terbentuk dengan fungsi termodinamika untuk ditentukan dan
menambah tekanan, tetapi dengan menambah hal ini berhasil mendekati perilaku cairan
tekanan yang cukup bahan padat bisa nyata di atas suhu kritis serta secara kualitatif
terbentuk. Tekanan kritis adalah tekanan uap masuk akal untuk keadaan cairan dan tekanan
pada titik kritis [1]. gas rendah mereka pada suhu rendah. Namun,
Fenomena titik kritis diakibatkan karena di dekat transisi antara gas dan cair, dalam
suatu persamaan keadaan yang ternyata kisaran P, V, dan T, di mana fase cairan dan
adanya gas nyata tidak mengikuti hukum gas fase gas berada dalam kesetimbangan,
ideal. Hal ini didasarkan oleh Émile persamaan van der Waals gagal untuk secara
Clapeyron pada tahun 1834 yang akurat memodelkan perilaku eksperimental
menggabungkan antara Hukum Boyle dan yang diamati, khususnya bahwa P adalah
Hukum Charles ke dalam pernyataan pertama fungsi konstan dari V pada suhu yang
hukum gas ideal [2]. diberikan [3]. Dengan demikian, model van
Kemudian pada tahun 1873, J.D. van der der Waals tidak berguna untuk memprediksi
Waals memperkenalkan persamaan keadaan perilaku nyata di daerah dekat titik kritis.
pertama yang diturunkan dengan asumsi Persamaan Van Der Waals sendiri ditulis
sebuah volume terbatas yang ditempati oleh dengan:
molekul gas penyusun. Persamaan baru
tersebut merevolusi studi mengenai persamaan
keadaan, dan makin dikenalkan melalui
II. Alat dan Bahan a. Saat melakukan kenaikan
1. 1 Tabung tekanan temperature
2. 1 Lampu 6V/30W
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan saat
3. 1 Wadah lampu temperatur dinaikan
4. 1 Kondensor bundar Tempe
5. 1 Transformator, 6V AC, 12V AC, T Uraian
ratur Gambar
(°C) Gambar
30VA Saat
6. 1 Small optical bench T > Tc 26,6
Fasa cair
7. 1 Lensa dan tempatnya, f = 100 mm (atas) dan
8. 4 Multi pegangan Leybold fasa gas
9. 1 Tempat dudukan besar, V- shape (bawah)
10. 1 Termostat sirkulasi 30°C - 100°C pada sulfur
11. 2 Selang silikon i.d. 7 1.5 mm, 1 m terpisah.
Gambar 1
12. 1 Termometer digital dengan satu T ≈ Tc 37,2 Fasa cair
masukan dan fasa gas
13. 1 Sensor temperatur NiCr-Ni tidak bisa
14. Kain lap atau kanebo (dibawa oleh dibedakan
praktikan) serta garis
yang
15. 1 gelas air mineral es batu (dibawa memisahka
oleh praktikan) Gambar 2 n mulai
menghilang
III. Metode Percobaan T < Tc 46
Fasa cair
Pada percobaan modul 2 ini, atur sudah tidak
generator uap sesuai yang ada di dalam terlihat lagi,
modul. Sebelum percobaan, pastikan hanya ada
fasa gas.
ruangan dalam kondisi segelap mungkin.
Gambar 3
Setelah itu thermostat diatur pada
temperature 40oC. Tunggu temperature b. Saat melaukan penurunan
generator uap hingga sekitar 40oC. temperatur
Setelah itu, naikan temperature thermostat
hingga 70oC. Hal ini dilakukan agar Tabel 2. Data Hasil Pengamatan saat
temperatur diturunkan
pemanasan zat lebih merata. Lihat layar,
Tem
apabila fasa cair dan gas sudah tidak bisa perat T Uraian
dibedakan, catat temperaturnya. Tunggu Gambar
ur (°C) Gambar
beberapa saat, kemudian setelah fasa cair Saat
hilang (hanya fasa gas pada layar), atur T > 46
thermostat menjadi 0oC, matikan Tc
termostat, kemudian catat temperaturnya. Menunjukan
gambar fasa
Dari titik ini, temperature akan menurun,
gas
tetaplah lihat layar dan catat kembali
temperaturnya pada saat fasa tidak bisa Gambar 4
dibedakan, dan pada saat kedua fasa bisa T ≈ 43,5 Mulai
dibedakan kembali. Tc terlihat lagi
garis yang
IV. Data dan Pengolahan data membatasi
fasa cair dan
gas, tetapi
Gambar 5 sejauh ini, Apabila tekanan gas bertambah, maka volume
fasa belum gas berkurang. Saat tekanan semakin tinggi,
bisa maka akan mengakibatkan volume gas
dibedakan. mengecil sehingga jarak antarmolekul menjadi
T < 37,5 Fasa cair dan
lebih dekat. Pada saat jarak antarmolekul
Tc gas sudah
bisa menjadi lebih dekat, molekul‐ molekul
dipisahkan tersebut saling tarik menarik sehingga gaya
dengan antarmolekulnya menjadi besar dan berlaku
adanya garis, sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada
dan dalam percobaan bahwa ketika temperatur dinaikkan
gambar ini akan mengakibatkan tekanan semakin tinggi
sedang
sehingga gaya antarmolekul akan semakin
terjadi
pembentuka besar ditandai dengan terlihatnya gelembung –
Gambar 6
n gelembung kecil pada layar. Semakin tinggi
kesetimbaga temperaturnya, maka akan semakin cepat
n molekul – molekul ini berinteraksi sehingga
ikatannya akan menjadi bebas. Molekul yang
bebas tadi akan menjadi uap.
V. Pembahasan
Fenomena opalescence kritis adalah
Untuk proses kenaikan suhu, pada saat sebuah fenomena yang terjadi pada transisi
T < Tc (gambar 1), ada garis yang melintang, fasa yang mana ketika mendekati titik kritis,
itu adalah garis yang membatasi antara dua daerah gas dan cairan akan mulai berfluktuasi
fasa, yaitu fasa cair (bagian atas) dan fasa gas sehingga pada temperatur kritis, cairan dan gas
(bagian bawah). Terlihat juga ada gelembung- tidak dapat lagi dibedakan seakan – akan
gelembung kecil yang ada di atas garis
keduanya benar – benar tercampur.
pembatas. Pada saat ini, temperature pada
thermostat adalah 40oC, yakni, maka Faktor terjadinya opalescence kritis
gelembung kecil tersebut merupakan proses yaitu saat T≈Tc. Hal ini dapat dilihat pada
pendidihan dari fasa cair yang kemudian akan gambar 5 saat T ≈ Tc dimana garis pembatas
menjadi fasa gas penuh. Kemudian pada saat T antara fasa cair dan fasa gas sudah tidak
≈ Tc (gambar 2) garis pembatas tersebut mulai terlihat jelas.
hilang seakan-akan melebur, sehingga fasa cair Zat yang kita gunakan untuk percobaan
dan fasa gas mulai susah utuk dibedakan.
ini adalah SF6 karena beberapa alasan titik
Kejadian ini disebut sebagai fluida
superkritikal yaitu fasa dimana saat mendekati kritisnya ada pada tempratur kritis dan tekanan
temperatur titik kritis, properti gas dan cairan kritis yang rendah dari kebanyakan substansi
menjadi sama. Yang terakhir, pada saat T > Tc lain. Temperatur kritisnya 45,5oC dan tekanan
(gambar 3 dan 4), fasa cair sudah tidak terlihat kritisnya 37,6 bar.
lagi. Maka dari itu, semua fasa cair sudah Air pada thermostat, yakni SF6 tidak
berubah menjadi fasa gas. Untuk proses diganti karena SF6 aman dan cukup mudah
penurunan suhu pada T≈Tc (gambar 5)
terlihatgaris pembatas mulai terbentuk lagi dan untuk dilakukan di lab. Gas SF6 tidak
saat T<Tc (gambar 6) sudah ada garis berbahaya untuk manusia tapi dengan jumlah
sehingga fasa cair dan gas sudah bisa yang cukup bisa berbahaya bagi lingkungan.
dibedakan kembali.
Persamaan Van der Waals merupakan VI. Kesimpulan
sebuah penurunan dari persamaan keadaan  Fase keadaan SF6 saat pemanasan dapat
dengan memperhitungkan volume molekul dan dilihat pada tabel 1 dan dapat
interaksi yang terjadi antara molekul‐molekul. didapatkan nilai titik kritis dengan
Persamaan ini menunjukkan bahwa tekanan metode pemanasan adalah 37,2℃.
gas akan berbanding terbalik dengan volume.
 Fase keadaan SF6 saat pemanasan dapat
dilihat pada tabel 1 dan dapat
didapatkan nilai titik kritis dengan
metode pemanasan adalah 43,5℃.

VII. Daftar Pustaka


[1] J. P. O'Connell and J. Haile,
Thermodynamics Fundamental for
Applications, 1 ed., Cambridge:
Cambridge University Press, 2005.

[2] B. Hasan, Buku Ajar Termodinamika,


Makassar: Teknik Kimisa Universitas
Ujung Pandang, 2015.

[3] P. Nag, Basic and Aplied


Thermodynamics, New Delhi: McGraw
- Hill Companies, 2002.
KETENTUAN TEKNIS PENULISAN LAPORAN:
1. Font Times New Roman
2. Justified mulai pendahuluan sampai daftar pustaka
3. Ukuran huruf untuk judul 14pt, isi 11pt dan isi abstrak 10 pt(italic)
4. Spacing before dan after 0pt, line spacing 1pt
5. Margin kiri 3 cm dan sisanya 2.5cm
6. Disimpan dalam file dengan format .pdf

Anda mungkin juga menyukai