Anda di halaman 1dari 3

HOME NEWS CONFERENCES TRAINING IPSHOW EVENT MAGAZINE

 MORE BOOK    

PSYCHOLOGY MORE PSYCHOLOGY

P.I.O PSYCHOLOGY PSYCHOLOGY P.I.O

Jangan Enam Tips Bisakan Perilaku


Biarkan Menjaga Empati Kerja
Stres Kerja Keharmonis Dilatih? Kontra
CULTURE Mempengar Bersama Produktif
FEBRUARY 1, 2018
5S SEBAGAI BUDAYA KERJA JEPANG Bisakan
Kesejahtera Keluarga Empati Bisa
Mental Dilatih? Memicu
Enam Tips Empati
Karyawan
Ananto Hari Menjaga
Ananto Hari menjadi
Ananto Hari
Perilaku
Ananto Hari
ANANTO HARI
NOVEMBER Keharmonis
OCTOBER 25, sebuah19,
OCTOBER Buruk di10,
OCTOBER
Jangan
10, 2018 Bersama 2018
2018 lambang 2018
K t

RELATED ITEMS

FEATURED

Orang Jepang selama ini digambarkan sebagai pekerja giat yang pantang menyerah.
Bahkan semboyan seorang samurai yang mereka idolakan adalah, “lebih baik mati
daripada berkalang malu.” Kemudian ada lagi istilah Makato yang berarti, “bekerja dengan
giat, semangat, jujur, serta tulus.” Semangat kerja tersebut kemudian diturunkan ke dalam
beberapa prinsip sederhana yang sering diterapkan ke dalam manajemen pabrik, yakni 5S:
Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. 5S adalah hal kecil tapi akan memberikan dampak
besar, terutama dalam proses produksi manufaktur yang memerlukan ketelitian alat,
keadaan mesin yang prima, serta lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

Barang-barang dan peralatan pabrik yang centang-perentang umumnya akan


mengganggu pandangan mata. Bukan itu saja. Suasana yang porak-poranda juga akan
membuat orang tidak lagi peka atau tanggap terhadap hal-hal berbahaya yang tertutup
oleh barang yang tidak beraturan. Hal demikian sangat riskan bagi lingkungan kerja pabrik
yang mengandalkan pada permesinan sebagai salah satu alat produksi.

Sementara itu pabrik yang berhasil menerapkan prinsip 5S umumnya akan kelihatan lebih
bersih dan bersinar. Dalam prinsip 5S diyakini bahwa keadaan pabrik yang berantakan
dapat menyembunyikan masalah. Penerapan prinsip 5S diharapkan mampu
memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi.

Melihat keberhasilan industri Jepang, akhirnya program 5S diadopsi oleh berbagai industri
di berbagai negara. Popularitas 5S tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama
ini memusatkan perhatiannya pada pengurangan segala pemborosan (waste). 5S adalah
landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit)
mengurangi pemborosan di tempat kerjanya.

Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad
untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan
kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan
SCROLL FOR MORE 
untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masing-masing S dalam 5S
beserta penjelasannya dijelaskan di bawah ini.

Seiri. Seiri merupakan langkah awal dari implementasi 5S, yaitu pemilahan barang yang
berguna dari barang yang tidak lagi berguna. Barang yang berguna diisimpan. Barang
yang tidak lagi digunakan disingkirkan/dibuang.

Dalam langkah awal ini dikenal istilah red tag strategy, yaitu menandai barang-barang
yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan
barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian
disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang
yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin e sien tempat kerja tersebut.
Dalam seiri dikenal istilah manajemen strati kasi. Ada berbagai teori tentang bagaimana
memilah pekerjaan, tetapi langkah awal semua teori itu adalah membagi segala sesuatu
ke dalam kelompok sesuai dengan urutan kepentingannya.

Langkah pertama adalah menciptakan tingkat kepentingan dan menerapkan manajemen


strati kasi. Membuat prioritas, membuat daftar persediaan barang, bagaimana cara
menyusun barang, mana yang penting dan mana yang sangat penting, kemudian pilah
berdasarkan urutan kepentingan. Membuang barang persediaan yang kurang laku atau
membuat perubahan berkala sesuai permintaan, ini merupakan cara lain untuk
memindahkan atau menyingkirkan barang yang kurang diperlukan. Dengan demikian
karyawan dapat berkonsentrasi terhadap barang yang benar-benar penting dan
memerlukan perhatian.

Seiton. Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang
berguna agar mudah dicari, aman, serta diberi indikasi/penjelasan.

Dalam langkah kedua ini dikenal istilah signboard strategy, yaitu menempatkan barang-
barang berguna secara rapi dan teratur kemudian diberikan penjelasan tentang tempat,
nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan dapat
mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk
gerakan mondar-mandir mencari barang.

Prinsip penataan berlaku tidak hanya di pabrik tetapi di segala aspek kehidupan. Prinsip ini
ditemukan dalam sistem kartu katalog perpustakaan, tempat parkir suatu gedung, dalam
sistem pemesanan karcis pesawat, dalam analisis perencanaan, cara pengaturan barang
di gudang, cara mengatur meja rias dan lemari rumah, bahkan cara menyimpan sesuatu
di dompet.

Penataan diawali dengan studi e siensi secara intensif dan terperinci. Dimulai dengan
strati kasi organisasi, prinsip penataan berusaha memformulasikan peraturan yang
mengendalikan strati kasi. Seringkali dimulai dengan memutuskan berapa kali
menggunakan segala sesuatu, dan dari situ:

Barang yang tidak dipergunakan dibuang

Barang-barang yang tidak dipergunakan tetapi ingin dipergunakan seandainya diperlukan


disimpan sebagai sesuatu untuk keadaan tidak terduga.

Barang-barang yang dipergunakan hanya sewaktu-waktu saja disimpan sejauh mungkin.

Barang-barang yang kadang-kadang dipergunakan disimpan di tempat kerja.

Barang-barang yang sering dipergunakan disimpan di tempat kerja atau disimpan sendiri
oleh para pekerja.

Penyimpanan juga harus didasarkan pada kuantitas/seberapa banyak yang ditangani dan
seberapa cepat harus ditemukan sewaktu diperlukan.

Seiso. Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu pembersihan barang yang
telah ditata secara rapi agar tidak kotor. Umumnya, istilah ini berarti membersihkan
barang-barang dari segala debu. Dalam istilah 5S, pembersihan juga berarti membuang
sampah, kotoran dan benda-benda asing. Pembersihan juga mencakup tempat kerja,
lingkungan kerja, serta mesin-mesin. Pembersihan terhadap mesin, dilakukan baik yang
sedang diistirahatkan maupun dalam rangka pemeliharaan.

Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar
sehat dan nyaman. Hal ini bertujuan untuk mencegah merosotnya motivasi kerja akibat
tempat kerja kotor dan berantakan.

Pembersihan juga merupakan salah satu bentuk dari pemeriksaan. Sambil membersihkan
juga memeriksa apakah ada peralatan yang rusak/tidak dalam kondisi prima. Selain itu
juga sebagai pemeriksaan terhadap kebersihan dan penciptaan tempat kerja agar tidak
memiliki cacad dan cela.
Walaupun tampaknya sepele, membersihkan peralatan yang kecil-kecil. Tapi ini
memengaruhi presisi alat. Dengan mutu yang lebih tinggi, ketepatan yang lebih tinggi, dan
teknologi pemrosesan yang lebih halus, hal-hal terkecil pun masih terbagi-bagi lagi. Itulah
sebabnya Anda tidak boleh mudah menyerah dalam mengadakan pembersihan secara
tuntas.

Seiketsu. Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu:
penjagaan. Keindahan di pabrik harus teru dijaga. Lingkungan kerja yang sudah rapi dan
bersih harus menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri,
seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami oleh
karyawan, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan diperiksa secara teratur
dan berkala.

Shitsuke. Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja: (1)
Disiplin terhadap standar, (2) Saling menghormati, (3) Malu melakukan pelanggaran, (4)
Senang melakukan perbaikan.
Suksesnya 5S terletak pada sejauh mana orang melakukan 5S sebagai suatu kebiasaan
(habit) bukan sebagai paksaan, sehingga inisiatif perbaikan akan muncul dengan
sendirinya. Hal-hal penting untuk pelaksanaan program 5S adalah sebagai berikut.

Membutuhkan keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas


sampai level bawah.
Membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan kegiatan 5S dilakukan setiap
hari dan dianggap sebagai prioritas.
Mengubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekadar
program kebersihan maupun housekeeping management.
Menerapkan 5S secara konsisten untuk mengubah budaya.
Menggunakan sistem visual display untuk mengomunikasikan  aktivitas 5S secara efektif.
Melakukan audit 5S secara teratur (mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk menilai
kinerja.
Membutuhkan edukasi tentang konsep  dan keuntungan aktivitas 5S.

Prinsip 5S tidak sulit untuk dipahami, tapi sangat sulit dilaksanakan secara benar. 5S
memerlukan kegigihan, kebulatan tekad, dan memerlukan usaha yang terus menerus. 5S
mungkin tidak akan memberikan hasil yang dramatis. Namun 5S membuat pekerjaan
lebih mudah. 5S akan mengurangi pemborosan waktu kerja. 5S akan membuat karyawan
bangga atas pekerjaannya. 5S akan meningkatkan produktivitas kerja dan mutu yang lebih
baik, sedikit demi sedikit, tapi berkelanjutan. (Eko W)

Sumber/foto : eriskusnadi.wordpress.com/

FACEBOOK CONTACT OF REDAKSI

 KONTAK REDAKSI : Intipesan Building


Jl. Baung IV No.36A (Kebagusan) Jakarta
12520.

INTIPESAN adalah perusahaan yang  Telepon : (021) 781 9844


focus dalam pengembangan SDM baik
untuk perusahaan maupun masyarakat  IKLAN : Telepon : (021) 781 9844, Fax.
lain di Indonesia. Kegiatan yang (021) 7883 8781
dilakukan dalam proses pengembangan

Anda mungkin juga menyukai