Dokumen Tips Makalah Askep CA Servik Nanda Nic Nocdocx
Dokumen Tips Makalah Askep CA Servik Nanda Nic Nocdocx
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah
menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya
sehingga dapat menyebabkankematian. Kanker memiliki berbagai macam
jenis dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah kanker serviks.
Kanker serviks merupakan kanker yang dapat menyerang semua
perempuan,terbukti di Dunia setiap 2 menit seorang perempuan meninggal
karena kanker serviks sedangkan di Asia Pasifik setiap 4 menit seorang
perempuan meninggal karenakanker serviks. Kanker ini juga merupakan
kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan Asia dan lebih dari
setengah perempuan Asia yang menderita kanker serviks meninggal, ini sama
artinya dengan 226.000 perempuan yang didiagnosaterkena kanker serviks
sebanyak 143.000 perempuan meninggal karenanya( American Cencer
Society, 1989).
Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan
salah satu penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan
negara-negaralain di Asia, karena sebagian besar penderita kanker serviks di
Indonesia baru datang berobat setelah stadium lanjut. Jika sudah pada stadium
lanjut maka akan sulit untuk mencapai hasil pengobatan yang optimal dan
hal tersebut membuat penderita sangatkhawatir dan cemas dengan
keadaannya.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kanker serviks
2. Untuk mengetahui penyebab kanker serviks
3. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala kanker serviks
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada serviks uteri, dan merupakan
karsinoma ginekologi yang terbanyak diderita oleh wanita. Kanker serviks
adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel
serviks uteri (Price dan Wilson, 1995). Kanker serviks adalah Kanker yang
terjadi pada serviks uteri, dan merupakan karsinoma ginekologi yang
terbanyak diderita oleh Wanita.Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim / serviks (bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks berasal dari
sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama
(vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi
bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang
wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun. Kanker cerviks adalah
tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks (bagian terendah
dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker cerviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun.(Nada, 2007)
B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Pemakaian Celana Ketat
Pemakaian celana ketat dapat meningkatkan suhu vagina sehingga
akan merusak daya hidup sebagian mikroorganisme, dan mendukung
perkembangan sebagian mikroorganisme lainnya. Akhirnya, pertumbuhan
mikroorganisme menjadi tidak seimbang. Kondisi tersebut
memungkinkan perkembangan mikroorganisme yang justru menyebabkan
terjadinya infeksi.
2. Umur
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian
menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Hubungan sexual pada usia 20
tahun dianggap masih terlalu muda Umur Peningkatan usia seseorang
kinerja organ-organ dan kekebalan tubuhnya. Dan itu membuatnya relatif
mudah terserang berbagai infeksi. Kanker rahim berpotensi paling besar
pada usia antara 35-55 tahun.
3. Paritas
Paritas adalah kemampuan wanita untuk melahirkan secara
normal. Pada proses persalinan normal, bayi bergerak melalui mulut
rahim dan ada kemungkinan sedikit merusak jaringan epitel di tempat
tersebut. Pada kasus wanita yang melahirkan lebih dari dua kali dan
dengan jarak yang terlalu dekat. Kerusakan jaringan epitel ini
berkembang kea rah pertumbuhan sel abnormal yang berpotensi ganas.
4. Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh kita memiliki serangkaian system kekebalan yang secara
otomatis berusaha mengatasi gangguan-gangguan infeksi dan
pertumbuhan sel abnormal. Namun dalam kondisi tertentu, system
kekebalan ini dapat melemah sehingga pengendalian gangguannya pun
melemah. Kondisi semacam ini terdapat pada wanita yang menjalani
operasi gagal ginjal, atau pengiap virus HIV. Dengan melemahnya sistem
kekebalan, maka perkembangan infeksi tidak terhambat, dan pertumbuhan
sel abnormal terus meningkat hingga mencapai tahap invasif (menyebar
kemana-mana).
5. Pemakaian Pil KB
Pemakaian pil KB secara terus-menerus berpotensi menimbulkan
kanker serviks. Pada pemakaian lebih dari lima tahun, risiko ini menetap
menjadi 2 kali lebih besar disbanding wanita yang tidak memakai pil KB.
6. Ras
Pola kehidupan sosioekonomi tiap-tiap ras dapat dapat
berpengaruh terhadap peningkatan risiko mengidap kanker rahim. Hasil
penelitian menunjukkan ras Afrika-Amerika paling berisiko tinggi
mengidap kanker rahim. Sementara Amerika-Hispanik cenderung di
bawahnya. Adapun ras Asia-Amerika relatif sama dengan Amerika-
Hispanik.
7. Polusi Udara
Polusi udara baik yang berasal dari asap rokok, emisi kendaraan,
pabrik dan sebagainya memiliki banyak kandungan senyawa karsinogen
yang berpotensi memunculkan sel kanker.
8. Pemakaian obat DES
DES (Diethylstilbestrol) adalah obat penguat kehamilan yang
dikonsumsi untuk mencegah keguguran. Obat ini sekarang sudah tidak
popular. Para ahli menyimpulkan DES berpotensi menimbulkan sel
kanker di wilawah serviks.
9. Pemakaian Antiseptik di Vagina
Wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah
pribadinya. Kini banyak sekali produk antiseptik khusus vagina yang
biasa membuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian
antiseptik yang terlalu sering tidak baik. Antiseptik tersebut dapat
membunuh bakteri di sekitar vagina, termasuk bakteri yang
menguntungkan. Dan apabila digunakan dalam dosis yang terlalu sering,
maka zat antiseptik tersebut dapat mengakibatkan iritasi pada kulit bibir
vagina yang sangat lembut. Iritasi ini biasa berkembang menjadi sel
abnormal yang berpontensi displasia.
10. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering
partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
11. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-
ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
12. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau
virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker
serviks
13. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial
ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan
gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial
ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
14. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria
non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-
kumpulan smegma.
15. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
Cara Penularan Kanker Serviks
a. Cara Penularan HPV
Cara HPV menularkan virusnya dapat dilakukan dengan
berbagai jalur yaitu:
1) Melalui jalur seksual
Jalur seksual dapat dilakukan dengan beberapa hal yaitu
hubungan intim, kelamin-kelamin, tangan-kelamin. Kebanyakan
pria dan wanita yang telah berhubungan intim berisiko terinveksi
HPV, apalagi yang sering berganti pasangan dan kehidupan
seksualnya tidak bersih, maka lebih dari 75% pernah terifeksi
HPV.
2) Melalui jalur nonseksual
Penularan jalur nonseksual adalah dengan cara penularan
langsung. Misalnya dari ibu ke bayinya pada saat persalinan.
Tentu saja ini pada ibu yang telah tertular virus HPV.
3) Tidak melalui kelamin
Penularan tidak melalui kelamin misalnya pakaian dalam,
alat-alat kedokteran yang tidak steril (tapi ini sangat kecil
kemungkinan).
Bagi orang yang terkena HPV maka hanya dua kemungkinan
yaitu :
a) 80% akan sembuh dengan sendirinya oleh sistem kekebalan
tubuhnya yang tinggi.
b) 10-20% kemungkinan akan menjadi infeksi yang menetap, yang
kemudian berisiko menjadi kanker. (Bertiani, 2009, 56-57)
C. Patofisiologi
Kanker serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoservik
(portio) dan endoserviks yang disebut sebagai Squamo-Columnas Junction
(SCJ). Pada wanita muda, SCJ berada di luar osteum uteri eksterna sedang
pada wanita berumur 35 tahun SCJ ini berada di kanalis serviks.
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofilik
Mulai dari SCJ ke arah lumen vagina sebagai masa poliferatif
yang mengalami infeksii sekunder dan nekrosis.
2. Endofilik
Mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung
untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
3. Ulseratif
Mulai dari SCJ daan cenderung merusak jaringan serviks
dengan melibatkan awal pornises vagina untuk menjadi ulkus yang
luas.
Gambaran Klinis
1. Keluhan Metroragia
2. Keputihan
3. Perdarahan pascakoitus
4. Perdarahan spontan
5. Bau busuk yang khas
6. Obstruksi total vesika urinaria
7. Cepat lelah
8. Kehilangan berat badan
9. Anemia
10. Serviks teraba membesar,ireguler,teraba lunak
11. Lesi pada porsio dan vagina
F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya pembengkakan kelenjar
limfe supraklavikuler dan pembesaran hepar. Pada pemeriksaan spekulum
didapatkan lapisan-lapisan besar selaput lendir mudah lepas dan mudah
berdarah waktu disuap spatel
Adanya warna kemerahan di sekitar ostium eksternum servikalis uteri
Inspeksi
• Perdarahan
• Keputihan
• Palpasi
• nyeri abdomen
• nyeri punggung bawah
Pemeriksaan Diagnostik
Ada beberapa cara memeriksakan kanker serviks, diantaranya:
a. Mendeteksi kanker serviks dengan Pap smear
Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya
mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi
kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya
memeriksakan diri. Berikut ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap
smear:
b. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)
Merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim
sedini mungkin dengan menggunakan asam asetat 3-5%. Alat ini begitu
sederhana sebab saat memeriksakannya tidak perlu ke laboratorium dan
dapat dilakukan oleh bidan.
c. Mendiagnosis serviks dengan kolposkopi
Koloskopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat
permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop
berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim.
Perbesarannya dari 10-40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu
mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang menunjukkan
ketidaknormalan.
d. Vagina inflammation self test card
Vagina inflammation self test card adalah alat pendeteksian yang
dapat menjadi “warning sign”. Yang ditest dengan alat ini adalah tingkat
keasaman (pH), test ini cukup akurat, sebab pada umumnya apabila
seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan kanker serviks, kadar
pHnya tinggi. Dengan begitu maka melalui tets ini paling tidak wanita
dapat mengetahui kondisi vagina mereka secara kasar.
e. Schillentest
Cara kerja pemeriksaan ini adalah:
1. Serviks diolesi dengan larutan yodium
2. Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat
3. Sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
4. Jika terkena karsinoma tidak berwarna
f. Kolpomikroskopi
Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan pap
smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap Smear)
dengan pembesaran sampai 200 kali.
G. Penatalaksanaan
1. Terapi local
Terapi local dilakukan pada penyakit prainvasif, yang meliputi
biopsy, cauterasi, terapi laser, konisasi, dan bedah buku.
2. Histerektomi
Histerektomi mungkin juga dilakukan tergantung pada usia
wanita, status anak, dan atau keinginan untuk sterilisasi. Histerektomi
radikal adalah pengangkatan uterus, pelvis dan nodus limfa para aurtik.
3. Pembedahan dan terapi radiasi
a. Pembedahan dilakukan untuk pengangkatan sel kanker.
b. Dilakukan pada kanker serviks invasive
c. Pada terapi batang eksternalbertujuan mengatahui luas dan lokasi
tumor serta mengecilkan tumor
5. Radioterapi batang eksternal
a. Dilakukan jika nodus limfe positif terkena dan bila batas-batas
pembedahan itu tegas.
b. Untuk terapi radiasi ini biasanya para wanita dipasang kateter urine
sehingga tetap berada di tempat tidur, makan makanan dengan diet
ketat dan memakan obat untuk mencegah defekasi, karena pada
terapi ini biasanya terpasang tampon (aplikator)
6. Eksenterasi pelvic
a. Dilakukan jika terjadi kanker setempat yang berulang
b. Dapat dilakukan pada bagian anterior, posterior, atau total tergantung
organ yang diangkat ditambah dengan uterus dan nodus limfa
disekitarnya.
7. Terapi biologi
Yaitu dengan memperkuat system kekebalan tubuh (system imun)
8. Kemoterapi
Dengan menggunakan obat-obatan sitostastik.
H. Komplikasi
1. Berkaitan dengan intervensi pembedahan
a. Vistula Uretra
b. Disfungsi bladder
c. Emboli pulmonal
d. Infeksi pelvis
e. Obstruksi usus
2. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Sistitis radiasi
b. Enteritis
3. Berkaitan dengan kemoterapi
a. Supresi sumsum tulang
b. Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung
sisplatin
c. Kerusakan membrane mukosa GI
d. Mielosupresi
I. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
1. Mencegah terjadi infeksi HPV
2. Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
3. Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah
18 tahun
4. Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
5. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
6. Berhenti merokok
Untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kanker serviks
diperlukan upaya pencegahan-pencegahan sebagai berikut :
Pencegahan primer, yaitu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan
kontak dengan karsinogen untuk mencegah inisiasi dan promosi pada
proses karsinogen.
Pencegahan sekunder, termasuk skrining dan deteksi dini untuk
menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat
ditingkatkan.
Pencegahan tertier, merupakan pengobatan untuk mencegah komplikasi
klinik dan kematian awal.
1. Identitas klien.
2. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat,
misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke
Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal
yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita
penyakit infeksi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
6. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
RENCANA KEPERAWATAN
Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik NOC: Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 5X24jam pasien mampu untuk
Mengontrol nyeri dengan indikator:
Mengenal factor-faktor penyebab nyeri
Mengenal onset nyeri
Melakukan tindakan pertolongan non-analgetik
Menggunakan analgetik
Melaporkan gejala-gejala kepada tim kesehatan
Mengontrol nyeri
Keterangan:
1 = tidak pernah dilakukan
2 = jarang dilakukan
3 =kadang-kadang dilakukan
4 =sering dilakukan
5 = selalu dilakukan pasien
Menunjukan tingkat nyeri
Indikator:
Melaporkan nyeri
Melaporkan frekuensi nyeri
Melaporkan lamanya episode nyeri
Mengekspresi nyeri: wajah
Menunjukan posisi melindungi tubuh
kegelisahan
perubahan respirasi rate
perubahan Heart Rate
Perubahan tekanan Darah
Perubahan ukuran Pupil
Perspirasi
Kehilangan nafsu makan
Keterangan:
1 : Berat
2 : Agak berat
3 : Sedang
4 : Sedikit
5 : Tidak ada Manajemen Nyeri
Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi
observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya dalam
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif
Berikan analgetik sesuai dengan anjuran
Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan nyeri
Kaji latar belakang budaya pasien
Tentukan dampak dari ekspresi nyeri terhadap kualitas hidup: pola tidur, nafsu
makan, aktifitas kognisi, mood, relationship, pekerjaan, tanggungjawab peran
Kaji pengalaman individu terhadap nyeri, keluarga dengan nyeri kronis
Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah
digunakan
Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan
kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (seperti: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri nyeri
Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti: relaksasi, guided imagery,
terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massase)
Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan respon pasien
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
Anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat
Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi keluhan
Informasikan kepada tim kesehatan lainnya/anggota keluarga saat tindakan
nonfarmakologi dilakukan, untuk pendekatan preventif
Monitor kenyamanan pasien terhadap manajemen nyeri
Pemberian Analgetik
Tentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas,dan keparahan sebelum pengobatan
Berikan obat dengan prinsip 5 benar
Cek riwayat alergi obat
Libatkan pasien dalam pemilhan analgetik yang akan digunakan
Pilih analgetik secara tepat /kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah
diresepkan
Tentukan pilihan analgetik (narkotik, non narkotik, NSAID) berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital, sebelum dan sesuadah pemberian analgetik
Monitor reaksi obat dan efeksamping obat
Dokumentasikan respon setelah pemberian analgetik dan efek sampingnya
Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek analgetik (konstipasi/iritasi
lambung)
NOC :
Nutritional Status : food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Menurunkan cemas:
Tenangkan pasien
Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan perasaan yang mungkin
muncul pada saat melakukan tindakan
Berusaha memahami keadaan pasien
Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan
Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan
Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi perasaannya
Kaji tingkat kecemasan
Dengarkan pasien dengan penuh perhatian
Ciptakan hubungan saling percaya
Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa menimbulkan kecemasan
Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang membuat cemas
Ajarkan pasien teknik relaksasi
Berikan obat obat yang mengurangi cemas
NIC :
Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial)
Berikan informasi kepada keluarga
Set alarm
Monitor tekanan perfusi serebral
Catat respon pasien terhadap stimuli
Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurology terhadap aktivitas
Monitor jumlah drainage cairan serebrospinal
Monitor intake dan output cairan
Restrain pasien jika perlu
Monitor suhu dan angka WBC
Kolaborasi pemberian antibiotik
Posisikan pasien pada posisi semifowler
Minimalkan stimuli dari lingkungan
Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya
dan mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasein dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian
terapi
A. Kesimpulan
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
cerviks.
ETIOLOGI
Pemakaian Celana Ketat
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Umur
Paritas
Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh
Pemakaian Pil KB
Ras
Polusi Udara
Pemakaian obat DES
Pemakaian Antiseptik di Vagina
Jumlah kehamilan dan partus
Jumlah perkawinan
Infeksi virus
Sosial Ekonomi
Hygiene dan sirkumsisi
Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
DAFTAR PUSTAKA
Gale, D., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi (Oncology Nursing Care
Plans), EGC, Jakarta.
Johnson, M., 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition,
Mosby, Philadelphia.
NANDA, 2005. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006,
NANDA International, Philadelphia.
.Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Helen Varney,DKK, 2002, Buku Saku Bidan, cetakan I, EGC, Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi
8,EGC,Jakarta.
Arif Mansjoer dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran , Edisi 3 , Jilid 1. EGC :
Jakarta