Anda di halaman 1dari 19

Terapi Jiwa dengan Berwudhu

Oleh :
Annaz Julian / 11150700000083 / 085706463203
Email : annaz.julian.aj@gmail.com

Abstrak
Manusia dalam hidupnya seringkali dalam keseharian mengalami tekanan, terutama
tekanan yang berdampak pada psikis manusia. Tekanan itu bisa berasal dari keluarga,
pekerjaan, atau kehidupan sosialnya yang membuat jiwa manusia berkemungkinan
goyah atau bahkan bisa mengalami gangguan jiwa mulai dari tingkat yang ringan
sampai ke tingkat yang berat gangguannya. Oleh karena itu seringkali manusia
berupaya dengan segala cara mengatasi problema psikis yang melanda pada setiap
manusia.
Dalam mengatasi tekanan psikis tersebut, dalam ajaran Islam sudah banyak sekali
metode-metode yang seringkali kebanyakan manusia tidak tahu, seperti misal ajaran
berupa berwudhu. Dalam aktivitas berwudhu ini banyak sekali manfaat yang bisa
diperoleh terutama bagi kesehatan jiwa, jika dilakukan rutin dan sesuai dengan
kaidah dan ajaran Rasulullah SAW yaitu ajaran agama Islam. Oleh karena itu,
berwudhu bisa digunakan sebagai terapi bagi kesehatan jiwa manusia.
Ada banyak penelitian yang membuktikan begitu besar hikmah dan manfaat yang
bisa diperoleh dari kegiatan berwudhu ini. Berwudhu juga bisa dikatakan sebagai
terapi air atau biasa disebut hydrotherapy karena terapi dengan metode air ini juga
diterapkan dalam aktivitas dalam berwudhu ini.

Kata kunci : Berwudhu, Terapi Jiwa, hydrotherapy


I. PENDAHULUAN

Di dunia ini, terdapat lebih dari 250 juta orang yang menderita gangguan jiwa dan aneka
kelainan mental. Jumlah itu semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kesulitan-kesulitan
hidup yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupannya sehari-hari1. Begitu banyak juga upaya
yang dilakukan manusia untuk menanggulangi gangguan jiwa yang ada pada diri manusia itu
sendiri. Tidak sedikit gangguan jiwa dalam mengatasinya dan mengupayakan agar sembuh dengan
mengonsumsi obat-obatan penenang (Ibrahim, 2014).

Bukan suatu hal yang dilarang memang dalam penggunaannya namun penggunaan obat
tersebut selain hanya dapat bereaksi sementara, tetapi juga ada efek samping yang ditimbulkan
dari penggunaan obat penenang ini; salah satunya mengakibatkan kecanduan yang mau tidak mau
harus terus dikonsumsi agar terhindar dari gangguan jiwa. Padahal Obat-obatan ini tidak
berpengaruh sama sekali pada jiwa tetapi justru hanya memengaruhi aspek fisiknya saja,
khususnya sistem syarafnya. Jadi penggunaan obat itu sebenarnya memang lebih besar bahayanya
daripada manfaatnya.

Tentu harus ada metode lain yang lebih banyak manfaatnya ketimbang efek sampingnya
dalam mengobati dan menjaga kesehatan jiwa dan mental. Berbagai cara dan tips dalam menjaga
kesehatan jiwa sebenarnya sudah ada dalam setiap ajaran dalam Islam. Dalam hal aqidah, ibadah
dan muamalah semuanya sudah diatur dalam Islam dan sangat bermanfaat bagi kesehatan jiwa
manusia. Tetapi banyak sekali manusia tidak menyadari dan mengetahui jika memang setiap ajaran
Islam sangat bermanfaat bagi manusia khususnya pada kesehatan jiwa. Contoh ajaran Islam yang
sederhana sekali yang mungkin kebanyakan orang tidak tahu akan manfaatnya yang begitu besar
bagi kesehatan khususnya kesehatan jiwa adalah berwudhu yang merupakan syarat untuk
mensucikan diri sebelum sholat.

Pada makalah ini akan memberikan pemaparan betapa besar manfaat yang bisa kita
dapatkan dari aktivitas berwudhu ini yang mungkin kebanyakan orang tidak tahu sehingga jarang
atau tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakannya terutama bagi individu yang beragama Islam.

1
Ahmad Syauqi Ibrahim “Misteri Potensi Gaib Manusia” Qisthi Press, Jakarta,2014, hal. 210
III. PEMBAHASAN

2.1 Pengobatan Gangguan Jiwa Pada Umumnya

Sebagaimana kita ketahui, kesehatan merupakan hal paling penting dari kehidupan
manusia. Setiap orang pasti mendambakan kehidupan yang sehat, baik itu sehat secara jasmani
maupun rohani. Namun terkadang ada saja kebiasaan manusia yang justru mengurangi kadar
kesehatan manusia itu sendiri terutama pada kesehatan jiwa. Apalagi di zaman milenial ini yang
rawan sekali timbul berbagai gangguan jiwa mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks
dikarenakan perbuatan yang dilakukan manusia itu sendiri. Itulah problema yang terjadi pada
manusia zaman sekarang (Ibrahim, 2014).

Sifat manusia cenderung juga dalam pengambilan keputusan dalam upaya untuk menghilangkan
gangguan –gangguan jiwa juga cenderung meremehkan dan selalu mengambil jalan pintas. Salah
satu dampaknya, timbullah aneka penyimpangan cara berpikir yang membuat banyak orang
terperosok pada hal-hal yang berbahaya seperti kecanduan miras dan narkoba. Penyimpangan
pikiran itupun mengakibatkan bermacam-macam gangguan jiwa yang belum pernah diidap oleh
masyarakat zaman dahulu2.

Seperti pada bagian pendahuluan sebelumnya mengenai manusia yang selalu mengonsumsi obat-
obatan penenang juga merupakan salah satu sifat manusia yang selalu mengambil jalan pintas dan
cenderung meremehkan mengenai kesehatan jiwa. Padahal penggunaan obat-obatan tersebut
hanya menyentuh atau memengaruhi aspek fisiknya saja, yaitu sistem syaraf manusia, tidak sampai
pada esensi jiwa yang sebenarnya yang perlu penanganan melalui metode yang tepat (Ibrahim,
2014).

Pengobatan penyakit jiwa yang benar dan tepat haruslah berpengaruh terhadap perilaku manusia,
alih-alih sistem syaraf. Pasalnya gangguan jiwa dan emosi yang berulang-ulang berdampak
mengubah perilalku manusia. Manusia yang berjiwa tenang, perilakunya juga pasti tenang, sedang
manusia yang berjiwa pemarah, perilakunya pasti emosional dan suka marah-marah (Ibrahim,
2014).

2
Ahmad Syauqi Ibrahim “Misteri Potensi Gaib Manusia” Qisthi Press, Jakarta,2014, hal. 211
Dengan demikian, gangguan jiwa harus diobati dengan metode mutakhir yang dilakukan
secara tenang, hati-hati, penuh kesabaran, dan berkesinambungan. Seandainya ini dapat dilakukan
niscaya perilaku manusia akan menjadi lebih baik, kepribadiannya akan menjadi lebih bagus,
jiwanya pun tenteram;jauh dari segala stress atau emosi. Terapi jiwa dengan metode ini bisa
mewujudkan kesehatan jiwa tanpa obat penenang; telah dipraktekkan oleh para psikiater terhadap
pasien-pasien mereka. Metode ini memiliki dua pendekatan yang sama-sama penting3.

Pendekatan pertama: membiasakan latihan-latihan untuk membuat otot dan jiwa rileks.

Pendekatan kedua: membiasakan latihan-latihan untuk meminimalkan temperamen.

2.1.1 Cara Membuat Otot dan Jiwa Rileks

Pendekatan pertama ini dapat dilakukan melalui latihan-latihan dan metode ilmiah tertentu
dengan pengawasan psikiater. Pasien diharuskan melakukan aneka latihan berulang-ulang untuk
membuat otot dan jiwanya rileks selama seperempat jam secara rutin setiap hari.

Salah satu latihannya adalah tidur terlentang di atas ranjang dalam kamar dengan
penyinaran temaram; memejamkan mata; merentangkan semua otot tangan, kaki, dan seluruh
tubuh dengan sempurna sambil mengosongkan pikiran selama latihan berlangsung, sehingga
pelakunya kelihatan seperti mayat yang masih bernafas. Latihan seperti ini juga dipraktekkan
dalam yoga.

Bagi penderita stress atau gangguan jiwa, kegiatan ini lebih efektif membuat otot dan
jiwanya rileks dibandingkan dengan mengonsumsi obat-obatan penenang.

2.1.2 Cara Meminimalkan Temperamen

Melalui beberapa kali latihan di bawah bimbingan psikiater, pasien penyakit jiwa bisa lebih
teguh, tenang, dan jauh dari segala emosi dalam menghadapi berbagai kendala yang sebelumnya
pernah mengakibatkan dirinya stress, marah, dan emosi.

Pertama-tama, pasien bersikap serileks-rileksnya seperti yang dia lakukan pada latihan
membuat otot dan jiwa rileks. Psikiater lalu melontarkan kata-kata yang bisa membuatnya marah,
sampai dia benar-benar marah. Beberapa saat kemudian, sang psikiater menyuruhnya untuk

3
Ahmad Syauqi Ibrahim “Misteri Potensi Gaib Manusia” Qisthi Press, Jakarta,2014, hal. 218
melupakan semua hal-hal yang mengganggu itu, sehingga kembali membuatnya rileks. Terkadang
pasien perlu mengonsumsi obat penenang dalam dosis kecil di bawah pengawasan psikiater untuk
membantu kesuksesan latihan itu (Ibrahim, 2014).

Kemudian psikiater menyuruh pasiennya untuk mengingat kejadian-kejadian yang


membebaninya sampai dia kembali marah. Hanya saja, tingkat kemarahannya lebih rendah
daripada tahap pertama. Setelah itu, sang psikiater menyuruhnya untuk melupakan hal-hal yang
membebaninya itu, sehingga dia menjadi kembali rileks.

Kemudian pasien diminta untuk mengingat kembali hal-hal yang bisa menimbulkan
kemarahannya, akan tetapi dengan tingkat kemarahan yang lebih rendah dari sebelumnya.
Kemudian pasien diminta agar tidak mengingat hal-hal menyebalkan itu dan segera mengalihkan
pikirannya supaya tenang dan rileks (Ibrahim, 2014).

Begitulah latihan ini dilakukan secara kontinu dengan beban yang berangsur semakin berat.
Latihan-latihan ini dilakukan berulang-ulang selama beberapa hari hingga dia tidak marah lagi
ketika mengingat hal-hal yang sebelumnya memancing kemarahannya. Pada akhirnya, dia dapat
meminimalkan temperamennya dalam menghadapi perkara-perkara sulit dalam kehidupan sehari-
hari; dia pun dinyatakan sembuh dari penyakit kejiwaannya4.

Sebenarnya kaum muslimin melakukan kedua metode pengobatan jiwa tersebut ini sebanyak lima
kali dalam sehari, yaitu ketika mereka mendirikan sholat lima waktu dan juga berwudhu sebelum
melaksanakan sholatnya.

2.2 Terapi Jiwa dengan Berwudhu

2.2.1 Definisi Wudhu

Menurut para ahli fikih mendefinisikan wudhu adalah kegiatan membasuhkan air pada anggota
badan tertentu yang diawali dengan niat beserta cara yang khusus. Sebagaimana Firman Allah
SWT dalam Al-Quran5.

4
Ahmad Syauqi Ibrahim “Misteri Potensi Gaib Manusia” Qisthi Press, Jakarta,2014, hal. 218

5
QS. Al Maidah 5:6
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki.”

Yang dimaksud oleh para ahli fikih dengan cara khusus ini menjelaskan bahwa pentingnya
berwudhu dilihat dari segi indrawi agar wudhunya menjadi sempurna dan tidak meninggalkan
sedikit pun factor-faktor yang menjadikan wudhu sah (Ghazali,1998).

Sedangkan wudhu secara maknawiyyah adalah sebagai pelebur setiap dosa-dosa yang dilakukan
oleh umat muslim sehingga ada anjuran teliti dan tidak bertindak lalai. Selain itu, pada setiap
basuhan terkandung doa-doa yang dapat menghilangkan dosa kecil. Hal itu telah dijelaskan
Rasulullah SAW dalam hadisnya, “Apabila seorang muslim sedang berwudhu, saat ia membasuh
wajah, maka keluarlah setiap dosa-dosa yang dibuat oleh kedua matanya dari wajahnya bersama
tetesan air yang jatuh. Saat ia membasuh kedua tangan, maka keluarlah setiap dosa-dosa yang
dilakukan kedua tangannya bersama dengan tetesan yang terakhir. Saat membasuh kedua
kakinnya. Maka keluarlah pula dosa-dosa yang dilakukan kedua kakinya bersama tetesan air
sehingga ia terbebas dari dosa-dosa sehabis berwudhu.” 6

Ketika melaksanakan wudhu, setiap basuhan yang dimulai dari niat sampai selesai wudhu, seorang
mukmin selalu memanjatkan doa-doa. Hal itu tidak lain adalah untuk memberikan kekhusyukan
dan ritual dalam melaksanakan wudhu (Ghazali, 1998).

2.2.2 Manfaat Berwudhu

Berwudhu memiliki banyak manfaat dan hikmah yang bisa didapatkan oleh orang yang berwudhu
diantaranya:

1. Membuat tubuh menjadi bersih dari kotoran, terutama pada bagian anggota wudhunya
2. Memperlambat dan mencegah pertumbuhan bakteri, virus dan sel kanker yang ada di tubuh
3. Menambah kekebalan tubuh
4. Membersihkan diri dari dosa dan mempermudah dalam peningkatan amal kebajikan
5. Bagian anggota wudhu akan bercahaya pada hari kiamat, sebagaimana sabda Rasulullah
SAW “Sesungguhnya umatku akan dipanggil pada hari kiamat nanti dalam keadaan dahi,

6
Kholilur Rakhman “Pengaruh Wudhu dalam Reduksi Marah” Skripsi, Fakultas Psikologi UIN, Jakarta, 2008
kedua tangan dan kaki mereka bercahaya, karena bekas wudhu.” (HR. Al Bukhari no. 136
dan Muslim no. 246)
6. Terangkatnya derajatnya disisi Allah
Rasulullah SAW bersabda, “Maukah kalian aku tunjukkan suatu amalan yang Allah akan
menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajatnya? Para sahabat berkata, “Tentu, wahai
Rasulullah. Kemudian Rasulullah SAW, “Menyempurnakan wudhu walaupun dalam
kondisi sulit, memperbanyak jalan ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, maka
itulah yang disebut dengan ar-ribath.” (HR Muslim no. 251).
Keutamaan dan manfaat wudhu ini tidak hanya membersihkan pada aspek lahiriyah saja,
tetapi juga pada aspek batiniyah juga turut dibersihkan jika diawali dengan niat yang benar
(Syazuan, 2008).

Secara ilmiah telah terbukti bahwa berwudhu di tempat yang cukup mendapat sinar dapat memberi
efek relaksasi yang luar biasa bagi jiwa. Berwudhu dapat dikategorikan sebagai terapi air karena
metode dalam penyembuhan atau pemeliharaan kesehatan jiwa dengan menggunakan metode air.
Begitu juga dengan aktivitas lainnya yang dengan menggunakan air yaitu mandi.. Dengan
berwudhu berwudhu atau mandi, berkas-berkas cahaya berperan penting dalam hal ini untuk
membentuk ion-ion bermuatan negatif pada molekul air, sehingga membuat otot-otot dan jiwa
menjadi rileks. Dengan begitu, amarah atau stres pun lenyap. Karena itulah kita sering mendapati
orang yang sedang mandi jiwanya sangat tenang. Hal inilah pula yang mendorong beberapa orang
tanpa sadar berdendang dan bernyanyi sambil mandi7.

Ini sekaligus menjadi tafsir ilmiah atas hadits Rasulullah s.a.w., “Apabila salah seorang di antara
kalian marah maka hendaklah dia mandi.”

Metode terapi air pada aktivitas berwudhu ini dalam dunia kedokteran telah lama dikenal. Simon
Baruch (1840-1921) seorang dokter dari Amerika menciptakan sebuah teori tentang hukum Baruch,
teori ini menjelaskan bahwa air yang memiliki suhu yang sama dengan suhu kulit, akan memiliki
efek atau daya penenang yang bermanfaat bagi manusia, sedangkan bila suhu air lebih tinggi atau
lebih rendah, maka ia akan memberikan efek stimulasi atau merangsang ((Efendy, dalam Haryanto:
2003).

7
Kholilur Rakhman “Pengaruh Wudhu dalam Reduksi Marah” Skripsi, Fakultas Psikologi UIN, Jakarta, 2008
Pada saat ini banyak sekali orang menggunakan media air dalam metode kesehatan jiwanya 8 .
Dilihat dari banyaknya berbagai pusat kebugaran di kota-kota besar terutama yang ada di Indonesia.
Pertumbuhan industri Spa di Indonesia juga sangat pesat berdasarkan informasi yang dilansir oleh
ASPI (Asosiasi Spa Indonesia). Hal ini terbuktu dengan meningkatnya pengusaha membuka Spa
pada tahun 2003 berjumlah 600 Spa dan naik 50% satu tahun kemudian menjadi 900 Spa
(Rondonuwu, 2007).

9
Berwudhu menurut Mudjib (2006:266) merupakan aktivitas untuk membersihkan dan
mensucikan diri sebelum melakukan shalat. Bersih yang berarti bebas dari kotoran, suci yang
berarti terhindar dari najis. Kebersihan dan kesucian tidak hanya pada aspek fisik (jasmani), tetapi
juga pada aspek psikis (jasmani), tetapi juga aspek psikis (ruhani). Kebersihan dan kesucian fisik
mencegah individu berpenyakit fisik (penyakit kulit, demam, batuk dan sebagainya), sedangkan
kebersihan dan kesucian psikis menghindarkannya dari penyakit ruhani (cemas, marah, dendam,
dengki dan sebagainya). Berwudhu sebelum shalat merupakan proses pencemerlangan wajah yang
memiliki affect display (perasaan-perasaan yang disampaikan lewat gerak-gerik wajah) yang baik,
sehingga wajah tampak berseri.

Sedangkan dalam perspektif kesehatan menurut Mudjib (2006), berwudhu memiliki makna terapi,
baik jasmani maupun ruhaninya. Terapi jasmani dijelaskan dalam (1) hydro-therapy, terapi air.
Terapi ini sangat baik dilakukan bagi individu yang memiliki penyakit insomnia, stress, dan
gampang naik darah (marah) (2) massage-therapy, yaitu terapi dengan pijatan-pijatan refleksi pada
bagian-bagian tertentu di muka, tangan dan kaki. Pijatan ini selain dapat memiliki makna relaksasi
dengan mengendorkan otot atau urat syaraf, juga untuk melancarkan aliran darah yang pada
akhirnya dapat berfungsi sebagai perawatan wajah dan tubuh secara keseluruhan, sebab dalam
teknik pijatan refleksi tangan dan kaki merupakan tusukan. Sedang pada terapi ruhani, berwudhu
dapat mengikis dan menghapus dosa yang dilakukan oleh mata, mulut, hidung, telinga, tangan dan

8
Haryanto “Psikologi Sholat” Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2003
kaki. Bagian terakhir ini terkait dengan penyembuhan kelainan kepribadian Islam (character
disorder)10.

Ada seorang ilmuwan dari Yokohama,, Emoto (2006) menyebutkan11 bahwa air memiliki rahasia
tersendiri. Air mampu menerima ungkapan manusia baik positif maupun negatif dan kemudian ia
membentuk Kristal, atau bunga yang merekah indah, atau potongan permata. Bentuk yang indah
tadi di mikroskop setelah proses pendinginan lalu diberikan kata-kata atau ungkapan yang positif
dan diambil gambarnya. Namun, bila kata-kata atau ungkapan yang diberikan itu berupa kalimat
negative maka air tidak dapat menampakkan keindahannya. Menurutnya juga, air dapat merespon
beraneka ragam bahasa dunia, seperti merci (prancis), danke (jerman), grazie (italia),
kamusamunida (korea) (Emoto, 2006: 15-16).

Memang demikian air bisa menjadi sensitif terhadap suatu bentuk energi yang sulit untuk diamati.
Hal ini sering disebut hado. Bentuk energy yang sulit diamati inilah yang dapat mempengaruhi
kualitas air dan kristal air yang terbentuk. Semua benda ya ng ada di dunia ini memiliki gelombang
hado. Energi ini bisa berbentuk positif dan negative, dan mudah dipindahkan dari satu benda ke
benda lainnya.

Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Emoto (2006), membuktikan bahwa Hado dapat
berpengaruh pada perubahan air. Apabila kita berbicara pada air dengan sikap positif dan penuh
penghargaan, maka air pasti akan berubah. Bahkan, air dalam danau yang besar pun bisa berubah.
Air dalam tubuh manusia pun juga bisa berubah12.

2.2.3 Ayat Al Quran yang Berhubungan

Dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan suatu yang berhubungan dengan air
yang merupakan unsur terpenting dari bagian tubuh manusia dan pelengkap zat lainnya,
diantaranya:

1. Dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan

10
Abdul Mudjib “Kepribadian dalam Psikologi Islam” Rajawali Press, Jakarta, 2006
11
Emoto “The True Power of Water” MQ Publishing, Bandung. 2006
12
Emoto “The True Power of Water” MQ Publishing, Bandung. 2006
dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-
Nya…(QS. 2:164)
2. Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di
dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-
buahan itu kamu makan, (QS. 23:19)
3. Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah
batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh
tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing)… (QS. 2:60)
4. …dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup… (QS. 21:30)
5. Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya)
keturunan dan mushaharoh dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS 25:54)
6. Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan. (QS.78:15)

Berdasarkan keterangan dalam ayat Al Quran di atas juga banyak yang menyatakan kalau segala
sesuatu tidak terlepas dari substansi air, apalagi makhluk manusia. Tidak ada satupun makhluk
hidup yang yang dapat hidup tanpa air. Dalam Manusia itu sendiri substansinya terdiri lebih dari
setengahnya (57%).

Dalam dunia pengobatan, air menjadi salah satu substansi yang sangat penting, baik sebagai media
perantara pelarut obat-obatan maupun langsung sebagai media pengobatan. Contoh untuk
mencegah terjadinya radang/penyakit kulit (dermatitis) yaitu dengan teraturnya frekuensi mandi.
Kemudian sebagai upaya penyembuhan bagi penderita demam tinggi dengan cara mengompres
atau mengusap tubuh dengan air dingin13.

Amin Ruwaihah, Dokter Muslim dari Arab, telah menyusun pedoman yang khusus membahas
tentang pengobatan dengan air. Buku yang berjudul al-Tadawy bi al-Ma’ telah menjelaskan lebih
dari seratus jenis penyakit. Bermacam-macam penyakit dapat disembuhkan dengan air melalui
beberapa metode, antara lain dengan cara merendam, mencurahkan, membalut, menyelimuti,
membasuh, mengusap, mengompres,dan meminum (Hasanuddin, 2007:64).

Karena air adalah media yang digunakan untuk melakukan wudhu maka beberapa ilmuwan telah
meneliti manfaat dari wudhu itu. Seperti halnya Adi dan Efendy, (dalam Haryanto:2003), yang

13
Kholilur Rakhman “Pengaruh Wudhu dalam Reduksi Marah” Skripsi, Fakultas Psikologi UIN, Jakarta, 2008
menyatakan bahwa wudhu ternyata memiliki efek refreshing, penyegaran, membersihkan badan
dan jiwa, serta pemulihan tenaga. Ditambahkan oleh Najati (1985), wudhu disamping sebagai
persiapan shalat ia juga berfungsi untuk membersihkan tubuh dan jiwa dari kotoran.

Manusia merupakan kesatuan antara jasmani dan rohani. Keselarasan dari kedua unsur itu
melahirkan keseimbangan (homeostatis), gangguan keseimbangan karena berbagai sebab dapat
menimbulkan penyakit, baik penyakit fisik maupun psikis.

Oleh karena itu, apabila seseorang sehat fisiknya bisa mempengaruhi kesehatan rohaninya, dan
juga sebaliknya. Seperti contoh, seseorang yang menderita benjolan pada salah satu anggota
tubuhnya, kemudian ia berpikir dan menduga kalau benjolan tersebut berupa kanker. hal ini
memberikan ketakutan pada jiwa orang tersebut yang kemudian hatinya tidak tenang, risau, dan
takut dalam waktu relatif lama, sehingga akhirnya muncul penyakit fisik lain seperti insomnia dan
palpitasi (jantung berdebar) (Hasanuddin, 2007:62).

Haryanto (2003) membagi wudhu menjadi dua macam, yaitu wudhu lahir dan wudhu batin.
Selanjutnya dijelaskan bahwa wudhu memiliki dampak manfaat fisiologis. Seperti, tubuh lebih
rileks. Hal ini terbukti bahwa dibasuhnya tubuh dengan air sebanyak lima kali sehari akan
membantu dalam mengistirahatkan organ-organ tubuh dan meredakan ketegangan fisik, dan
dampak psikologis, seperti, marah, cemas, stress dan gangguan psikologis lainnya 14.

2.3 Bukti Penelitian Lainnya Mengenai Manfaat Terapi Berwudhu

1. Penerapan berwudhu pada sebagai hydro therapy terhadap tingkat stress pada lansia.
Penelitian mengenai penerapan berwudhu sebagai hydro therapy terhadap tingkat stress
pada lansia dilakukan oleh Sari & Mahardyka (2017) di UPT PSLU Blitar, Tulungagung
dengan jumlah responden sebanyak 44 responden 15 . Sebelum diberi perlakuan wudhu
mengalami stress berat yakni sebesar 15 responden (34%) dan setelah diberikan perlakuan
wudhu hampir setengah dari seluruh responden dalam stress normal yaitu sebanyak 17
responden (39%).

14
Haryanto “Psikologi Sholat”Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003
15
Sari & Mahardika “Penerapan Wudhu Sebagai Hydro Therapy Tingkat Pada Lansia UPT PSLU Blitar di
Tulungagung” Jurrnal of Nursing Practice, Blitar, 2017,Vol.1 No.1 hal. 24-32
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yudiardi Haliman (2010) dijelaskan
bahwa terapi wudhu dapat menurunkan tingkat kecemasan pada lansia. Sedangkan
kecemasan itu sendiri merupakan salah satu tanda awal terjadinya stres pada seseorang
terutama pada lansia. Ketika seseorang itu mengalami kecemasan yang berlebihan maka
akan mengakibatkan stress hingga depresi.
Dari hasil penelitian di UPT PSLU Blitar di Tulungagung terbukti melakukan dengan benar
dan teratur sesuai yang diajarkan pada Rasullullah SAW dapat menurunkan tingkat stres
pada lansia. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang manfaat melakukan
wudhu. Untuk itu kedepannya diharapkan bagi orang lain terutama lansia untuk lebih
teratur melakukan wudhu agar pikiran menjadi tenang dan rileks agar tidak mudah terkena
stres.

2. Terapi Berwudhu untuk Meningkatkan kualitas tidur remaja


Sebagaimana kita ketahui, gangguan kualitas dalam tidur bisa memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan dan juga bisa menurunkan kualitas hidup manusia dalam beraktivitas.
Gangguan dalam tidur seringkali diakibatkan oleh adanya penyebab psikis seperti stres,
insomnia, mimpi buruk dan juga penyebab fisik seperti diabetes, tersumbatnya saluran
pernapasan dan sebagainya membuat kualitas tidur menjadi buruk sehingga ketika bangun
tidur, tubuh dalam kondisi yang tidak segar bugar. Tetapi terkadang kebanyakan orang
tidak menyadari akan pentingnya mengetahui kualitas tidur memiliki pengaruh terhadap
kesehatan seseorang. Untuk mengantisipasi adanya gangguan dalam tidur ada upaya yang
bisa dilakukan untuk kembali kepada kualitas tidur yang lebih berkualitas, salah satunya
yang diteliti dalam penelitian ini adalah dengan terapi berwudhu16.
Penelitian mengenai terapi berwudhu untuk meningkatkan kualitas tidur pernah dilakukan
oleh Lestari & Minan (2018) pada 60 remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efektifitas terapi wuudhu menjelang tidur terhadap kualitas tidur remaja. Penelitian ini
menggunakan metode quasy-eksperimental with pretest-posttest control group design.
Sedangkan kualitas tidur diukur dengan instrument berupa kuesioner Pittsburgh Sleep
Quality Index (PSQI) dalam versi bahasa Indonesia.

16
N.D Lestari & M.R Minan “Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Remaja” Mutiara
Medika Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Yogyakarta, 2018, Vol. 18 No.2 Hal. 49-54
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini oleh Lestari & Minan (2018) berdasarkan
karakteristik responden, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, baik pada
kelompok eksperimen (83,3%), maupun kelompok control (66,7%). Berdasarkan usia,
semua responden pada kelompok intervensi berusia 22 tahun dan hampir semua responden
kelompok control berusia 22 tahun (96,7%).
Kemudian pada kelompok intervensi terdapat nilai rata-rata pretest PSQI yaitu 6,04
sedangkan nilai rata-rata posttest PSQI setelah diberikan terapi wudhu mengalami
penurunan menjadi 3,94 yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat kualitas tidur
antara sebelum dan sesudah diberikan terapi wudhu. Kesimpulannya kualitas tidur remaja
meningkat setelah dilakukan aktivitas berwudhu menjelang tidur.
3. Terapi wudhu untuk Mengatasi Marah

Wudhu memang melegakan jiwa pelakunya. Ia adalah langkah persiapan terpenting untuk
mendirikan shalat. Sebab itu, jarang sekali ditemukan orang yang sudah berwudhu dan hendak
mendirikan shalat jiwanya masih merasa terguncang, tegang, ataupun marah. Diriwayatkan dari
Imam Ahmad17,

Seorang laki-laki bertandang ke rumah Urwah ibn Muhammad. Laki-laki itu lalu mengucapkan suatu
perkataan yang membuat Urwah gusar. Sebelum amarahnya meledak, Urwah segera pergi. Beberapa saat kemudian
dia kembali lagi dalam keadaan sudah berwudhu. Lantas orang-orang menanyakan alasannya;dia pun menjawab,
“Ayahku menceritakan padaku dari kakekku bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda,’Amarah berasal dari setan, dan setan
tercipta dari api, sementara api hanya bisa dipadamkan dengan air. Maka apabila salah seorang di antara kalian marah,
hendaklah dia berwudhu.”

Diriwayatkan pula,

Suatu ketika Mu’awiyah ibn Abu Sufyan (yang ketika itu menjabat sebagai khalifah) sedang
berpidato di masjid dengan topic anggaran belanja Negara. Tiba-tiba, salah seorang hadirin
menginterupsi pembicaraan Mu’awiyah dengan berkata, “anda tidak berlaku adil, wahai
Mu’awiyah! Harta yang kaubicarakan ini adalah harta Allah, bukan harta bapak dan ibumu.”

Meski Mu’awiyah dikenal sebagai orang yang bijak dan sabar tapi wajanya menjadi merah padam
karena marah. Dia pun memerintahkan para pengawal untuk menutup-menutup pintu masjid (agar
para hadirin tidak ada yang keluar), sementara dia sendiri beranjak keluar. Para hadirin merasa

17
Ahmad Syauqi Ibrahim “Misteri Potensi Gaib Manusia” Qisthi Press, Jakarta,2014, hal. 220
cemas jikalau Mu’awiyah menjatuhkan hukuman keras terhadap mereka; pasalnya, dia benar-
benar marah.

Sebelum ini, Mu’awiyah juga pernah marah tatkala seseorang mengingatkannya bahwa ibunya,
Hindun, pernah menyewa pembunuh bayaran bernama Wahsyi untuk membunuh Hamzah, paman
Nabi s.a.w. Wahsyi ketika itu mengambil jantung Hamzah dan menyerahkannya kepada Hindun,
lantas jantung itu dicabik oleh Hindun dengan giginya sebagai balas dendam karena Hamzah telah
membunuh bapaknya, pamannya, saudaranya dan putranya. Melihat jenazah Hamzah yang
mengenaskan, Nabi s.a.w. sampai bersabda,”Aku sama sekali tidak pernah mengalami suatu
kejadian yang lebih membuatku marah daripada ini.” Sebab itu, hati Mu’awiyah sangat pedih bila
teringat akan perbuatan ibunya tersebut18.

Kembali ke Masjid, ketika orang-orang yang masih tercekam rasa takut akan kemarahan
Mu’awiyah, tiba-tiba dia masuk dan berdiri tegak di mimbar, lalu berpidato,

“Salah seorang di antara kalian berkata kepadaku bahwa harta itu bukanlah harta bapak
dan ibuku, melainkan harta Allah. Ucapan itu membuatku marah. Rasulullah s.a.w. pernah
bersabda, ‘Apabila salah seorang di antara kalian marah maka hendaklah dia mandi.’ Karena
itulah aku tadi pergi untuk mandi sehingga kemarahanku lenyap. Memang benar, harta itu
bukanlah harta bapak dan ibuku, melainkan harta Allah. Orang itu benar dan tidak
bohong.”Kemudian Mu’awiyah melanjutkan pidatonya dengan jiwa yang tenang.

Selanjutnya ada juga Penelitian mengenai terapi wudhu untuk mengatasi marah yang pernah
dilakukan oleh Prilaksmana (2013) dalam skripsinya yang meneliti responden di Madrasah
Mu’alimin Mu’alimah Atas Tambakberas Jombang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
dengan pendekatan fenomenologi, karena untuk mendapatkan hasil yang komprehensif tentang
asumsi-asumsi pada guru yang mengamalkan dawamul wudhu yang selalu berwudhu pada saat

18
Ahmad Syauqi Ibrahim “Misteri Potensi Gaib Manusia” Qisthi Press, Jakarta,2014, hal. 220
batal bisa menenangkan emosi sehingga tidak mudah marah seperti yang dipaparkan dalam
penelitian ini menggunakan perspektif subjek penelitian19.

Hasil penelitian diperoleh bahwa wudhu merupakan salah satu metode untuk meredakan marah
seseorang. Karena jika seseorang bisa mengendalikan marahnya, bisa dikatakan itu hal yang luar
biasa dalam penelitian ini dikarenakan memang marah sebenarnya adalah nafsu yang ada dalam
diri seseorang yang dipengaruhi oleh setan dalam penelitian yang dilakukan oleh Prilaksmana
(2013) ini.

4. Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum TIdur terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan


lansia
Pada penelitian ini mengenai pengaruh terapi wudhu sebelum tidur terhadap penurunan
tingkat kecemasan lansia dilakukan pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia
Dharma Kabupaten Kubu Raya oleh Maulidiansyah,dkk (2017). Penelitian dilakukan
karena pada orang yang telah memasuki usia lanjut mengalami perubahan psikologis. Pada
umumnya masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia adalah kecemasan.
Kecemasan menurut penelitian ini oleh Maulidiansyah, dkk (2017) dapat dikurangi dengan
terapi farmakologi dan non farmakologi, terapi non farmakologi salah satu terapinya adalah
dengan terapi berwudhu. Terapi berwudhu sebelum tidur dipercaya dapat menurunkan
tingkat kecemasan yang terjadi pada lansia20
Metode dalam penelitian ini Maulidiansyah, dkk (2017) dengan pendekatan kuantitatif
dengan desain quasy eksperiment. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan pre-test
and post-test without control group. Penelitian menggunakan teknik purposive sampling
dengan jumlah sampel 16 responden lansia yang mengalami kecemasan. Instrumen yang
digunakan yaitu kuesioner HARS dan prosedur terapi berwudhu. Setiap responden diberi
terapi wudhu selama 7 hari sebelum tidur. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.

19
Basroni Prilaksmana “Wudhu Sebagai Terapi Marah (Penelitian Kualitatif di Madrasah Mu’alimin Mu’alimat Atas
Tambakberas Jombang)” Skripsi, Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013
20
Muhammad Maulidiansyah, dkk, ”Pengaruh Terapi Wudhu Sebelum Tidur Terhadap Skor Kecemasan Pada Lanjut
Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya” Naskah Publikasi, Universitas
Tanjungpura, 2017
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Maulidiansyah, dkk (2017), didapat sebagian
besar responden adalah laki-laki dengan persentase 62,5%. Jumlah keseluruhan responden
yang termasuk kategori elderly adalah 75%, dan lama lansia tinggal di panti kurang dari 5
tahun adalah 81,3%. Analisis bivariate kecemasan sebelum dan sesudah intervensi
didapatkan nilai p=0,000 (p<0,05).
Dari hasil tersebut berkesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Maulidiansyah, dkk
(2017) mengenai pengaruh terapi wudhu sebelum tidur berpengaruh signifikan
menurunkan skor kecemasan pada lansia terutama di Panti Sosial Tresna Werdha Mulia
Dharma Kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini serupa dengan penelitian sebelumnya di atas
oleh Sari & Mahardyka (2017) di UPT PSLU Blitar, Tulungagung dan Yudiardi Haliman
(2010) dijelaskan bahwa terapi wudhu memang dapat menurunkan tingkat kecemasan pada
lansia asalkan dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam berwudhu yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.

5. Terapi Wudhu Untuk Ketenangan

Salah satu penelitian yang pernah dilakukan mengenai terapi wudhu untuk ketenangan
adalah yang dilakukan oleh Lela & Lukmawati (2015) mengenai manfaat berwudhu yang tidak
hanya fisik dan psikisnya saja yang berdampak positif, tetapi juga sisi ruhiyahnya dari aktivitas
berwudhu secara rutin dan terus-menerus yang dalam penelitian ini disebut dengan istilah
dawamul wudhu21.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologi berdasarkan pengalaman


yang dialami oleh subjek mulai dari proses awal dawamul wudhu sampai selesai masa penelitian
untuk mengetahui makna yang dirasakan subjek selama menjalani dawamul wudhu (Lela &
Lukmawati, 2015).

21
Lela & Lukmawati “Ketenangan : Makna Dawamul Wudhu” Psikis Junal Psikologi Islami, Palembang, Vol. 1 No 2,
Hal 55-56, 2015
Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa selama menjalani dawamul wudhu,
menemukan makna yang didapatkan berupa ketenangan, yang dimaknai subjek sebagai perasaan
nyaman, damai, tenteram dan bahagia karena dapat terjaga dan terhindar dari pengaruh negative,
terhindar dari amarah yang berlebihan, perasaan gundah dan sikap tergesa-gesa serta adanya
perasaan tenang karena memudahkan subjek dalam beribadah setiap waktu (Lela & Lukmawati,
2015)
III. Kesimpulan

Berwudhu merupakan salah satu aktivitas yang dianjurkan dalam agama Islam selain sebagai
media untuk menghilangkan atau membersihkan berbagai kotoran dan mensucikannya dari najis
sebagai syarat sah untuk sholat dan beribadah, berwudhu juga memiliki efek terapi bagi orang
yang melakukannya baik untuk terapi fisik maupun terapi psikis atau jiwa. Pada makalah ini
membahas banyak manfaat yang didapatkan terutama untuk terapi psikis atau jiwa ini, seperti
terapi untuk mereduksi marah, terapi untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan dan stress,
terapi untuk meningkatkan kualitas tidur bagi yang sering melakukan aktivitas berwudhu sebelum
tidur dan sebagainya.

Setelah mengetahui betapa besar manfaat yang bisa didapatkan dari aktivitas berwudhu,
diharapkan pembaca lebih sering untuk melakukan aktivitas wudhu ini karena memang sangat
dianjurkan untuk mengurangi dampak negatif fisik maupun psikologis yang seringkali menerpa
diri kita kapan saja dan dimana saja. Untuk dapat lebih optimal dalam mendapatkan manfaat
wudhu, harus disertai dengan ilmu yang memadai mengenai apa saja yang perlu diketahui dan apa
saja yang dilaksanakan dalam aktivitas berwudhu ini.
Hasil Cek Tidak Plagiat

Anda mungkin juga menyukai