BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang,
memiliki banyak industri pembuatan garam dari penguapan air laut. Setiap
tahun Indonesia memproduksi kurang lebih 1,2 juta ton garam. Pada proses
pembuatan garam dari air laut, selain menghasilkan garam, proses tersebut
juga menghasilkan bittern, yaitu larutan induk hasil penggaraman. Selama ini,
larutan bittern selalu dibuang sebagai ampas residu pembuatan garam. Jika
ditinjau komposisinya, larutan bittern dapat dijadikan sumber mineral yang
cukup besar. Komposisi larutan bittern adalah sebagai berikut:
CaSO4 0,0297%
NaCl 18,3114%
MgSO4 5,0174%
MgCl2 6,6550%
MgBr2 0,9963%
KCl 1,0999%
H2O 67,8903%
B. TINJAUAN PUSTAKA
Bittern
Bittern adalah larutan sisa proses pembuatan garam dari air laut
dengan menggunakan energi matahari. Dalam proses pembuatan garam,
komponen yang diambil dari air laut adalah natrium klorida. Perlakuan yang
diterapkan pada bittern untuk memperoleh magnesium klorida Perbedaan
yang ada adalah kandungan magnesium yang terdapat dalam bittern lebih
besar dibandingkan dengan kandungan magnesium yang terdapat didalam
air laut.
CaSO4 0,0297%
NaCl 18,3114%
MgSO4 5,0174%
MgCl2 6,6550%
MgBr2 0,9963%
KCl 1,0999%
H2O 67,8903%
Magnesium Oksid
Magnesium Oksid adalah padatan berwarna putih yang bersifat
higroskopis (menyerap air). Zat ini terdiri dari ion Mg2+ dan ion O2- yang
berikatan secara ionik. Magnesium sendiri adalah salah satu logam yang
tergabung dalam kelompok Alkali Tanah golongan II A pada Tabel Periodik
dan digunakan dalam berbagai bidang.
dari Magnesium oksid. Selain itu, batu tahan api juga dapat dipakai untuk
bangunan maupun tempat penyimpanan untuk menjaga dokumen penting
dari bahaya kebakaran.
Batu Kapur
Batu kapur adalah padatan berwarna putih yang banyak digunakan di
kehidupan sehari-hari. Batu kapur yang diperoleh dari penambangan batuan
sebagian besar dalam bentuk senyawa Karbonatnya (CaCO3). Untuk
mendapatkan Kalsium dalam bentuk Oksidanya (CaO), CaCO3 dipanaskan
untuk menghilangkan CO2. Berikut reaksinya.
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Kalsium Oksid jika dicampur dengan air, akan bereaksi membentuk
Ca(OH)2.
CaO(s) + H2O(l Ca(OH)(aq)
Berikut sifat dari CaO.
C. PEMILIHAN PROSES
Pada umumnya produk magnesium oksida diperoleh dengan
mengumpankan magnesium hidroksida ke dalam furnace lalu dipanaskan
hingga suhu sekitar 1000 °C - 1500 °C sehingga magnesium hidroksida
mengalami kalsinasi.
• Chesney Process
Pembuatan magnesium hidroksida dari air laut dan dolomit. Air laut
mula-mula disaring kemudian dipompa dengan hydrotreater. Dolomit yang
sudah dikalsinasi ditambahkan dan sebagai hasilnya akan diperoleh endapan
magnesium hidroksida. endapan yang terbentuk ini dimasukkan ke
thickerner, disaring dan dikeringkan.
• Dow Process
1. Bahan baku bittern mudah didapat. Bittern adalah larutan induk hasil
penggaraman, selama ini bittern biasanya langsung dibuang ke laut.
Indonesia memiliki banyak industri garam, sehingga bahan baku
bittern yang diperlukan dapat dengan mudah diperoleh.
2. Bahan baku batu kapur mudah didapat. Batu kapur banyak terdapat di
Indonesia, sehingga bahan baku ini dapat dipenuhi oleh pasar dalam
negeri.
D. PENENTUAN KAPASITAS
Magnesium oksid, atau yang biasa dikenal dengan nama Magnesia, adalah
senyawa oksida dari Logam magnesium yang tergolong dalam kelompok Alkali
tanah pada tabel periodik unsur. Penggunaan magnesium oksid sangat luas di
berbagai bidang, dalam bidang industri sendiri, dari MgO dapat diambil logam
Magnesiumnya yang kemudian dapat menjadi bahan pencampur dalam berbagai
macam campuran logam. Sampai saat ini pun masih terus dikembangkan
berbagai campuran logam, seperti baja ringan yang menggunakan magnesium
dalam campurannya karena memiliki sifat bahan yang menguntungkan.
Dalam berbagai industri seperti produksi karet maupun plastic, MgO biasa
digunakan sebagai penetralisir asam, curing agent saat terjadi reaksi cross
linking, serta berbagai kegunaan lainnya. Dalam indutri pulp dan kertas pun
magnesium oksid digunakan dalam proses sulphite pulping untuk
menghilangkan lignin dari matriks selulosa.
yang sangat panjang yaitu 99.093 km (NatGeo, 2013), memiliki potensi yang
sangat besar dari segi kelautan khususnya sebagai Negara yang memproduksi
magnesium karena laut merupakan salah satu sumber magnesium.