Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan pada sistem pencernaan makanan dapat disebabkan oleh

pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan. Di

antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak lambung,

peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu (apendisitis)..

Peptik ulser merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

ketidakseimbangan antara faktor agresif (sekresi asam, sekresi pepsin, dan

infeksi Helicobacter pylori) dan faktor protektif (sekresi bikarbonat, mucus dan

prostaglandin. Karena patofisiologi peptik ulser disebabkan oleh adanya

ketidaseimbangan antara faktor agresif dan faktor protektif, maka pengobatan

peptic ulser terutama ditujukan untuk menurunkan faktor agresif yang

diarahkan pada peningkatan pertahanan mukosa lambung dan usus yang

disebut zat/bahan sitoprotektif dan prokinetik.

Obat pencernaan atau obat yang bekerja pada sistem gastrointestina

dan hepatobiliar terbagi dari 8 kategori besar yaitu : Obat pencernaan jenis

antasida (obat maag) dan antiulserasi, Obat pencernaan jenis regular GIT,

antiflatulen (obat kembung) dan anti inflamasi, Obat pencernaan jenis

antispasmodik, Obat diare (obat sakit perut), Obat pencernaan jenis laksatif

atau obat pencahar (obat sembelit), Obat pencernaan jenis digestan, Obat

1
2

pencernaan jenis kolagogum, kolelitolitik da hepati protektor, Obat

pencernaan untuk hemoroid.

Analisis penggunaan obat merupakan suatu proses jaminan mutu

yang terstruktur yang dilakukan secara terus menerus dan secara

organisatoris diakui dan ditujukan untuk menjamin penggunaan obat yang

aman, tepat dan efektif.

Obat yang dievaluasi adalah obat yang memenuhi salah satu

beberapa alasan berikut, yaitu obat tersebut menyebabkan reaksi obat

merugikan atau berinteraksi dengan obat lain, makanan, pereaksi diagnostik

sehingga dapat mengganggu terapi secara bermakna; penderita yang

menggunakan obat tersebut beresiko tinggi terhadap munculnya efek yang

merugikan; obat tersebut sangat toksik atau menyebabkan ketidaknyamanan

pada dosis penggunaan atau harganya sangat mahal; obat tersebut paling

efektif digunakan dengan cara tertentu misalnya intravena; obat-obat yang

sedang dalam penilaian formularium; obat yang dipilih melalui kebijakan

rumah sakit untuk dievaluasi.

Kriteria/standar penggunaan obat digunakan untuk menilai mutu

penggunaan obat. Kriteria/standar penggunaan obat harus objektif, tegas,

tidak samar-samar, berdasarkan pustaka mutakhir dan disetujui staf medik di

rumah sakit serta merefleksikan standar praktek medik. Kriteria/standar


3

penggunaan obat mencakup indikasi, dosis, interaksi obat, uji laboratorium,

komplikasi dan hasil terapi penderita tertentu.

Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam

pelayanan kesehatan oleh karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi.

Di banyak negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai

studi dan temuan telah menunjukkan bahwa pemakaian obat jauh dari

keadaan optimal dan rasional. Yang jelas masih banyak hal yang dapat

ditingkatkan dalam pemakaian obat umumnya dan khususnya dalam

peresepan obat.

Salah satu faktor penentu keberhasilan pelayanan kefarmasian, dan

secara umum pelayanan kesehatan, adalah penggunaan obat yang rasional.

WHO memberikan definisi sebagai berikut pasien menerima obat sesuai

dengan kebutuhan kliniknya, pada dosis yang tepat secara individual, waktu

pemakaian terukur, dan terjangkau harganya oleh pasien yang bersangkutan,

atau masyarakat sekelilingnya (Quick, 1997).

Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah sejauh mana kerasionalan penggunaan obat gangguan saluran

pencernaan (antipeptik ulser) di Rumah Sakit Undata Palu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat

antipeptik ulser berdasarkan jenis kelamin, lama terapi, berdasarkan tidak

tepat indikasi, tidak tepat dosis, tidak tepat waktu pemberian dan

berdasarkan penulisan nama generik dan non Generik.


4

Manfaat dari penelitian ini antara lain, adalah :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi pada manajemen

Rumah Sakit Undata Palu dalam hal membuat prosedur tetap

pada peresepan obat-obat gangguan saluran pencernaan.

2. Dengan hasil penelitian ini di harapkan peranan farmasi rumah

sakit terutama apoteker dalam memantau penggunaan obat

gangguan saluran pencernaan di Rumah Sakit Undata Palu

sehubungan dengan tanggung jawab apoteker rumah sakit

terhadap sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang beredar

di Rumah Sakit Undata Palu.

3. Hasil penelitian ini juga dapat memberi pertimbangan kepada

pihak manajemen dan instalasi farmasi Rumah Sakit Undata Palu

untuk mulai melaksanakan Pharmaceutical Care.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan kepada

mereka yang sakit. Dalam menjalankan kewajibanya, rumah sakit pada

dasarnya tidak terlepas dari Batasan Badan Kesehatan Dunia (WHO,

1957) bahwa peran rumah sakit tidak dapat dipisahkan dari keutuhan

pelayanan kesehatan.

Menurut WHO, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna, kuratif dan preventif kepada masyarakat dengan pelayanan

rawat tinggal dan rawat jalan yang menjangkau keluarga dan lingkungan

rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

kesehatan dan pusat pelayanan biomedik.

Kegiatan upaya kesehatan yang menyangkut rumah sakit

termasuk di dalam upaya rujukan kesehatan dan rujukan medis. Rujukan

kesehatan terutama berkaitan dengan upaya promotif dan preventif yang

mencakup bantuan teknologi, sarana dan oprasional. Sedangkan tujuan

medis adalah rujukan pelayanan terutama meliputi upaya kuratif dan

rehabilitatif.

5
6

Dengan demikian rumah sakit selayaknya menyediakan atau

menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,

pelayanan perawatan, rehabilitatif, preventif dan promotif.

Oleh karena itu rumah sakit merupakan sebuah instalasi yang

kompleks dan unik, karena sifat dari rumah sakit adalah padat karya,

padat moral serta padat ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun fungsi

dari rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah sebagai

berikut :

1. Menyelenggarakan pelayanan medis

2. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis

3. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

4. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

5. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan dan latihan

6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan (Setiawan,1991 &

Anonim,1989 & Depkes RI,1978)

B. Sejarah Singkat Berdirinya RSUD Undata Palu

Ide Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah untuk memiliki

Rumah Sakit yang dikelola sendiri timbul pada masa kerja Gubernur

Kepala Daerah M. Yasin yang diwujudkan dengan dana Pemerintah

Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah. Rencana ini kemudian mendapat

dukungan dari Departemen Kesehatan, sehingga pada tahun 1972

siaplah sejumlah bangunan yang masih kosong dan belum dimanfaatkan.


7

Pada bulan Maret 1972, pengawas Kepala Dinas yang pada

waktu itu dijabat oleh Dr. J. Putrali menunjuk dr. M. P. P Simorangkir

sebagai pimpinan proyek pembentukan Rumah Sakit Umum Provinsi

berdasarkan Surat No.169/PELITA/III/1972 tanggal 15 Januari 1972,

dimana proyek pembentukan Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi

Tengah mendapat bantuan penuh dari Departemen Kesehatan RI

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, sehingga dalam waktu singkat

Rumah Sakit tersebut dapat dibuka dan diresmikan pada tanggal 07

Agustus 1972 oleh Gubernur Kepala Daerah M. Yasin dan Direktur

Jenderal Pelayanan Kesehatan Tingkat I Sulawesi Tengah

No.59/DITTAP/1972 tanggal 07 Agustus 1972.

Pada saat peresmian, Rumah Sakit tersebut diberi nama

Rumah Sakit Umum Provinsi “Undata” yang berasal dari Bahasa Kaili

dengan “Dialek Rai” yang berarti “obat kita semua”. Kapasitas tempat

tidur pada saat itu berjumlah 50 buah dan pegawai yang disediakan oleh

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah hanya 9 orang pegawai

negeri dan pegawai lainnya diadakan oleh proyek pembentukan Rumah

Sakit Umum Provinsi dan diangkat sebagai tenaga honorer yang

selanjutnya dapat diproses menjadi pegawai negeri sipil oleh Departemen

Kesehatan. Walaupun pada mulanya belum mendapat pengakuan resmi

dari Departemen Kesehatan, sehingga layak dan mampu sebagai Rumah

Sakit Umum Sulawesi Tengah yang menjadi pusat rujukan. Selanjutnya


8

pada tanggal 22 Februari 1979 diakui oleh Departemen Kesehatan RI

sebagai Rumah Sakit Umum kelas C dengan Surat Penetapan Menteri

Kesehatan RI No.51/MENKES/II/1979 tanggal 22 Februari 1979.

Perkembangan selanjutnya, tanggal 30 Januari 1995, berdasarkan

Keputuan Menteri Kesehatan RI No.93/MENKES/SK/I/1995 tentang

peningkatan RSUD, Rumah Sakit Umum Daerah Undata ditingkatkan

kelasnya dari kelas C menjadi kelas B non pendidikan dengan 249

tempat tidur. Pada tahun 1999 mengalami penambahan tempat tidur

menjadi 500 tempat tidur. Dokter yang pernah menjabat sebagai Direktur

di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu adalah : dr.M.P.P

Simorangkir, Sp.B, dr.Sutantio, Sp.A, dr.Ramli Ishak Kuku, MHA, dr.Altin

Mongi dr.Azmarni Lamadjido, Sp.A, dan dr.Roisul Ma’arif yang menjabat

sebagai Direktur di Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu sampai

sekarang.

1. Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit

a. Visi

Terwujudnya pelayanan kesehatan paripurna yang prima.

b. Misi

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang professional

b. Menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia

c. Mendukung sarana dan prasarana yang berkualitas dan

bermanfaat secara optimal


9

d. Menjalin kerja sama dengan mitra rumah sakit

e. Meningkatkan pendapatan Rumah sakit

f. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

2. Motto Rumah Sakit

MOSANGU MOSI PAKABELO yang artinya Bersatu untuk

saling memperbaiki dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan

3. Bentuk pelayanan

1. Sarana dan Prasarana Pelayanan :

a. Ruangan Pelayanan Perawatan Rawat Inap, terdiri dari :

b. Ruang Pelayanan Perawatan Rawat Jalan, terdiri dari :

c. Instalasi Penunjang Pelayanan

d. Instalasi Penunjang Lainnya

1. Ruangan direktur

2. Ruangan Administrasi Kantor

3. Ruangan rapat (AULA)

4. Gudang

4. Struktur Organisasi

Dalam proses perkembangan Rumah Sakit Umum Daerah

Undata berpedoman kepada struktur organisasi berdasarkan ketentuan

yang berlaku dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI dan Surat

Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah.


10

Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu dikepalai oleh

seorang Direktur yang dibantu Kelompok Jabatan Fungsional dan juga

Sekretaris Direktur yang membawahi Kepala Sub Bagian Umum,

Kepala Sub Bagian Kepegawaian, Kepala Sub Bagian Keuangan dan

Kepala Sub Bagian Perlengkapan. Dalam pelayanan kesehatan di

Rumah Sakit Undata Palu, Direktur membawahi beberapa Bidang, di

antaranya Bidang Pelayanan Medis, Bidang Keperawatan, Bidang

Penunjang Medis, Bidang Pendidikan dan Pelatihan serta Bidang

Program dan Evaluasi. Bidang Pelayanan Medis terdiri dari 3 (tiga) Sub

Bidang yaitu Sub Bidang Pengendalian Mutu Pelayanan Medis, Sub

Bidang Pelayanan Medis dan Sub Bidang Rujukan Pelayanan Medis.

Bidang Keperawatan terdiri dari 2 (dua) Sub Bidang yaitu Sub Bidang

Asuhan Keperawatan dan Kebidanan serta Sub Bidang Logistik

Keperawatan. Bidang Penunjang Medis terdiri dari 3 (tiga) Sub Bidang

yaitu Sub Bidang Pengendalian Mutu Penunjang Medis, Sub Bidang

Pengembangan Fasilitas Penunjang Medis dan Sub Bidang

Pemeliharaan Sarana Medis. Bidang Pendidikan dan Pelatihan terdiri

dari 2 (dua) Sub Bidang yaitu Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan

serta Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Profesi. Bidang

Program dan Evaluasi terdiri dari 3 (tiga) Sub Bidang yaitu Sub Bidang

Pencatatan, Pelaporan dan Rekam Medis, Sub Bidang Perencanaan

dan Evaluasi serta Sub Bidang Pemasaran dan Informasi.


11

Adapun struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Undata Palu

dapat dilihat pada Lampiran (Lampiran 1) (Anonim, 2010)

5. Komite Farmasi dan Terapi

Keanekaragaman obat-obatan serta kompleksnya masalah

efektifitas penggunaan obat, menyebabkan pentingnya suatu rumah

sakit membentuk suatu program untuk memaksimalkan rasionalisasi

penggunaan obat, sehingga pasien dapat menerima perawatan terbaik.

Organisasi yang menyusun dan yang menjalankan program ini adalah

Komite Farmasi dan Terapi.

Komite Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

hubungan komunikasi antara staf medis dengan staf farmasi, sehingga

keanggotaannya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi –

spesialisasi yang ada di Rumah Sakit dan Apoteker sebagai wakil

farmasi rumah sakit, serta dengan tenaga perawat dan tenaga

administrasi.

Kewenangan Komite Farmasi dan terapi adalah berwenang

sepenuhnya melaksanakan system formularium, merumuskan dan

mengendalikan pelaksanaan semua kebuijakan, ketetapan, prosedur,

aturan yang berkaitan dengan obat dan berwewenag penuh dalam

mengadakan, mengembangkan, menetapkan, merevisi dan mengubah

formularium, menyetujui perubahan kebijakan penggunaan obat dan

pelayanan IFRS.
12

Kebijakan Komite Farmasi dan Terapi untuk mencegah salah

pengertian diantara anggota panitia dan selanjutnya seluruh staf

medik, adalah penting bahwa panitia menetapkan berbagai kebijakan

untuk pengendalian penggunaan obat di Rumah Sakit.

C. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (Siregar, Charles J.P., 2003)

a. Falsafah dan Tujuan

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu unit atau

bagian di rumah sakit, tempat atau fasilitas penyelenggaraan

semua fungsi pekerjaan kefarmasian yang mengelola semua aspek

obat mulai dari produksi, pengembangan dan pelayanan farmasi

untuk semua individu penderita, profesional kesehatan, program

rumah sakit, dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh

beberapa orang apoteker sesuai kebutuhan yang memenuhi syarat

perundang-undangan yang berlaku dan kompoten secara

profesional.

Tujuan dari instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) adalah

mengadakan serta melaksanakan fungsi dan pelayanan farmasi

yang langsung dan bertanggung jawab, dalam mencapai hasil yang

pasti, guna meningkatkan mutu kehidupan individu penderita dan

anggota masyarakat. Unsur utama dalam tujuan tersebut adalah

kemanusiaan-pelayanan langsung (individu ke individu)-

bertanggung jawab- obat- hasil pasti dari obat- mutu kehidupan.


13

Guna mencapai tujuan dengan unsur utama yang luas dan

beragam itu, IFRS wajib melaksanakan fungsi dan pelayanan

paripurna. Yang dimaksud dengan fungsi dan pelayanan yang

paripurna adalah semua fungsi yang berkaitan dengan produksi,

pengembangan dan dipadukan dengan pelayanan yang langsung

berinteraksi dengan penderita dan atau profesional pelayanan

kesehatan.

b. Lingkup Fungsi dan Pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Fungsi kefarmasian rumah sakit merupakan keterpaduan

dari berbagai fungsi organisasi produksi, fungsi organisasi

pengembangan dan fungsi organisasi pelayanan/ jasa, yang saling

mendukung dan tidak terpisahkan satu sama lain.

c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sebagai Organisasi Produksi

Sebagai organisasi/ lembaga produksi, ruang lingkup

fungsi IFRS terutama menyediakan dan menjamin mutu produk

yang di produksinya termasuk yang dibeli. Dalam proses

pengadaan , IFRS melakukan beberapa tahap, antara lain : desain/

pengembangan produk, penetapan spesifikasi produk, penetapan

kriteria dan pemilihan pemasok, proses pembelian, proses

produksi, pengujian mutu dan penyiapan produk tersebut bagi

penderita
14

d. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sebagai Organisasi Jasa/

Pelayanan

IFRS adalah suatu organisasi pelayanan yang merupakan

sistem dari ketrampilan, kompetensi dan fasilitas terorganisasi yang

sedemikian sehingga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

serta kepuasan kepada konsumen dalam hal ini adalah penderita

dan profesional kesehatan. Seperti halnya mutu produk, mutu

pelayanan juga didasarkan pada kecocokan untuk digunakan serta

kepuasan konsumen. Pelayanan harus tanggap terhadap

kebutuhan konsumen dalam ketetapan pelayanan, harga, jadwal

pengantaran dan kesesuaian dalam memenuhi kegunaan

D. Uraian sistem saluran pencernaan (Medicastro, 2008)

Untuk mengetahui permasalaham pencernaan dan memilih obat

yang tepat kita perlu mengenal juga sistem pencernaan kita. Adapun

sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai

berikut:

1. menerima makanan

2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut

pencernaan)

3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah


15

4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan, kerongkongan,

lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan

juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu

pankreas, hati dan kandung empedu.

Gambar 1. Sistem saluran pencernaan pada manusia.

E. Gangguan saluran pencernaan (Medicastro, 2008)

a. Ulkus duodenalis/ulkus duodenum, merupakan jenis ulkus

peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada

duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter

pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.


16

b. Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di

sepanjang lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung

telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah

dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.

c. Regurgitasi berulang dari asam lambung ke dalam

kerongkongan bagian bawah bisa menyebabkan peradangan

(esofagitis) dan ulkus esofagealis. Ulkus Peptikum adalah luka

berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung

atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam

lambung dan getah pencernaan.

d. Juga hiperasiditas (keasaman berlebih) dan kondisi hipersekresi

asam lambung oleh penyakit ( sindroma Zolinger Ellison,

mastositosis sistemik). (Medicastro, 2008)

F. Jenis-jenis Obat Pencernaan

1. Obat pencernaan jenis antasida dan antiulserasi

Biasanya obat pencernaan jenis antasida dan antiulserasi untuk

mengobati ulkus/luka/tukak yang terjadi pada pada saluran cerna

2. Obat pencernaan jenis regular GIT , antifatulen dan anti inflamasi

Regular GIT (gastrointestinal) adalah obat pencernaan ditujukan untuk

menghentikan gangguan motilitas/pergerakan dari gastro intestinal.

Antiflatulen adalah obat mengatasi gas yang berlebihan pada sistem


17

pencernaan seperti pada meteorisme.Obat pencernaan jenis ini juga

biasanya digunakan unutk mengatasi mual atau muntah.

3. Obat pencernaan jenis antispasmodik

Obat pencernaan jenis ini digunakan unutk mengatasi kejang pada

saluran cerna yang mungkin disebabkan diare, gastritis, tukak peptik

dan sebagainya.

4. Obat diare (obat sakit perut)

Obat pencernaan jenis ini diunakan untuk diare non spesifik artinya

diareyang tidak dikethaui penyebabnya. Jika sudah diketahui

penyebabnya misalnya bakteri digunakan antibiotik.

5. Obat pencernaan jenis laksatif atau obat pencahar (obat sembelit)

Obat pencernaan jenis ini digunakan pada masalah sembelit atau sulit

bang air besar dengan cara melembekkan feses atau merangsang

untk melakukan defikasi.

6. Obat pencernaan jenis digestan, Obat pencernaan jenis ini biasanya

berisi enzim-enzim atau campurannya yang berguna untuk

memperbaiki fungsi pencernaan.

7. Obat pencernaan jenis kolagogum, kolelitolitik dan hepati protektor

Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan


18

saluran cerna tetapi lebih kepada fungsi hati dan empedu yang

bermasalah.

8. Obat pencernaan untuk hemoroid

Obat pencernaan golongan ini untuk permasalahan pada anus yaitu

hemoroid/wasir atau luka.

F. Penggunaan obat yang rasional

Kerasionalan penggunaan obat hanya dapat di capai dengan

melalui usaha dan keterampilan dalam mengelolah ketiga masalah

tersebut:

1. Pemilihan obat yang tepat bagi setiap penderita. Pada saat ini kita

dihadapkan pada banyak pilihan obat untuk indikasi yang sama.

2. Masalah dosis yang tepat, dosis yang menghasilkan efek terapi yang

optimal dengan efek samping yang minimal bagi penderita.

3. Masalah obat ditinjau dari dimensi yang lebih luas, yaitu dampak

terhadap kesehatan masyarakat.

Salah satu upaya agar biaya kesehatan bisa diturunkan adalah

melaksanakan anjuran pemerintah untuk merasionalkan obat dalam arti

penggunaan obat yang efektif, aman dan ketersediaannya terjangkau

masyarakat.
19

D. Dampak Pemakaian Obat Yang Tidak Rasional

Dampak pemakaian obat yang tidak rasional sangat luas dan

kompleks seperti halnya faktor-faktor pendorong atau penyebab

terjadinya. Tetapi secara ringkas dampak tersebut dapat digambarkan

seperti berikut.

1. Dampak terhadap mutu pengobatan dan pelayanan

Beberapa kebiasaan peresepan yang tidak rasional akan

mempengaruhi mutu pengobatan dan pelayanan secara langsung atau

tidak langsung. Secara luas juga dampak negatifnya terhadap upaya

penurunan mortalitas dan morbiditas penyakit-penyakit tertentu.

Misalnya, kebiasaan untuk selalu memberi antibiotik dan anti-diare

terhadap kasus-kasus diare akut, tanpa disertai pemberian campuran

rehidrasi oral (Oralit) yang memadai, akan berdampak negatif terhadap

upaya penurunan mortalitas diare. Juga pemakaian tetrasiklin pada

kasus-kasus faringitis streptokokus (yang disebabkan oleh kuman

Streptokokus beta-hemolitikus) akan berdampak negative terhadap

upaya pencegahan demam rematik oleh karena tetrasiklin bukan obat

pilihan untuk faringitis streptokokus.

2. Dampak terhadap biaya pelayanan pengobatan

Pemakaian obat-obatan tanpa indikasi yang jelas, untuk

kondisi-kondisi yang sebetulnya tidak memerlukan terapi Obat

merupakan pemborosan, baik dari sisi pasien maupun sistem


20

pelayanan. Dokter mungkin kurang memperhatikan dampak ekonomi

ini, tetapi bagi pasien yang harus membayar atau bagi sistem

pelayanan yang harus menanggung ongkos pengobatan, hal ini akan

sangat terasa. Kebiasaan peresepan yang terlalu tergantung pada

obat-obat paten yang mahal, padahal ada alternatif obat generik

dengan mutu dan keamanan yang sama, jelas merupakan beban

dalam pembiayaan dan merupakan salah satu bentuk ketidak

rasionalan.

3. Dampak terhadap kemungkinan efek samping obat

Kemungkinan risiko efek samping obat dapat diperbesar oleh

pemakaian obat yang tidak tepat. Ini dapat dilihat secara individual

pada masing-masing pasien atau secara epidemiologik dalam

populasi. Pemakaian obat yang berlebihan baik dalam jenis (multiple

prescribing) maupun dosis (over prescribing) jelas akan meningkatkan

risiko terjadinya efek samping. Pemakaian antibiotika secara

berlebihan juga dikaitkan dengan meningkatnya resistensi


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

1. Penetapan Kriteria Penderita

Kriteria penderita dalam penelitian adalah penderita yang diikutsertakan

dalam penelitian, yaitu seluruh penderita rawat jalan anak-anak dan

dewasa, laki-laki perempuan yang menggunakan obat gangguan

saluran pencernaan di seluruh ruangan perawatan penderita rawat

tinggal kecuali unit gawat darurat

2. Penetapan Kriteria/Standar Penggunaan Obat

Pada penelitian ini kriteria/standar penggunaan obat meliputi indikasi,

kontraindikasi, dosis, interaksi obat, kombinasi dan duplikasi

penggunaan. Kriteria/standar penggunaan obat gangguan saluran

pencernaan disusun berdasarkan berbagai pustaka yang secara

internasional banyak digunakan.

2. Penetapan Desain Studi

Desain studi terdiri atas dua jenis yaitu : Retrospektif adalah desain

studi dari data pengobatan penderita di rumah sakit yang terapinya telah

selesai. Pada penelitian ini desain retrospektif diambil dari data bulan

Januari 2010 sampai dengan Juni 2010.

21
22

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Undata Palu,

selama selama periode Januari - Juni 2010. Dan data yang diambil

adalah data sekunder.

C. Populasi dan sampel penelitian

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah rekam medik

pada bagian interna pasien gangguan saluran pencernaan rawat inap,

sedangkan sampel penelitian adalah pasien gangguan saluran

pencernaan.

D. Jenis Data Dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dari sumber data dapat digolongkan

menjadi : data kuantitatif adalah data untuk mengetahui pola penggunaan

obat berdasarkan jenis kelamin, golongan obat gangguan saluran

pencernaan, bentuk sediaan, dokter penulis resep, dan lain-lain. data

kualitatif adalah data yang digunakan untuk mengkaji secara kualitatif

ketepatan/ketidaktepatan penggunaan obat berdasarkan kriteria/standar

penggunaan obat yang telah ditetapkan. data kualitatif meliputi dosis,

indikasi, kontraindikasi, interaksi obat, kombinasi obat, dan duplikasi

penggunaan. data masing-masing penderita yagn diperoleh direkam

dalam lembar profil pengobatan penderita (p3), mencakup data demografi

penderita, catatan pengobatan penderita di ruangan, dan hasil


23

pemeriksaan hasil laboratorium klinik/patologi. sumber data meliputi

rekaman medik, resep/order obat.

E. Difinisi Operasional

1. Gangguan saluran pencernaan (peptik ulser) adalah disebabkan oleh

pola makan yang salah, infeksi bakteri, dan kelainan alat pencernaan.

Di antara gangguan-gangguan ini adalah diare, sembelit, tukak

lambung, peritonitis, kolik, sampai pada infeksi usus buntu.

2. Evaluasi penggunaan obat merupakan suatu proses jaminan mutu

yang terstruktur yang dilakukan secara terus menerus dan secara

organisatoris diakui dan ditujukan untuk menjamin penggunaan obat

yang aman, tepat dan efektif.

3. Pengobatan rasional artinya pasien menerima obat sesuai dengan

kebutuhan kliniknya, pada dosis yang tepat secara individual, waktu

pemakaian terukur, dan terjangkau harganya oleh pasien yang

bersangkutan, atau masyarakat sekelilingnya.

F. Pengumpulan data dan analisa data

Data diperoleh dari catatan rekam medic pasien gangguan

saluran pencernaan selama periode bulan Januari sampai Juni 2010.

Mengingat jenis penelitian ini adalah deskriptif, maka data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk tabel dan kemudian dilakukan evaluasi

menghitung prosentasenya.
24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Tabel 1. Data Porsentase golongan obat yang diresepkan pada pasien


gangguan saluran cerna periode Januari sampai Juni 2010 di
RSUD Palu.

No Obat Jumlah pemakaian Total (%)


pencernaan Perbulan (lembar)
Jenis Jan Feb Mar April Mei Jun

1 Antasida dan 155 158 158 162 162 169 964 28,73%
antiulserasi
2 jenis regular GIT , 154 155 159 163 166 166 963 28,76%
antifatulen dan
anti inflamasi
Regular GIT
(gastrointestinal)
3 jenis 154 154 157 157 159 164 945 28,22%
antispasmodik
4 Diare 38 38 39 40 45 47 247 7,37%
5 Jenis laksatif atau 32 32 40 41 41 43 229 6,83%
obat pencahar
(obat sembelit)
Jumlah 3348 100%

Rumus Perhitungan persen penggunaan obat :

= 229 x 100 %
3348
= 6,83%
25

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pemakaian obat gangguan

saluran cerna di Rumah Sakit Umum Undata palu selama periode Januari

sampai Juni 2010 sangat berfariatif dan cenderung meningkat dari bulan

ke bulan, Hal ini disebabkan pasien gangguan saluran cerna yang

berobat dirumah sakit tersebut tiap bulan mengalami peningkatan

sehingga penggunaan obat juga meningkat. Lima peringkat teratas yang

umum diresepkan oleh dokter selama periode Januari sampai Juni 2010,

antara lain obat pencernaan jenis Antasida dan antiulserasi sebanyak

964 lembar resep (28,73%), jenis regular GIT , antifatulen dan anti

inflamasi Regular GIT (gastrointestinal) 945 lembar resep (28,22%), jenis

antispasmodik 963 lembar resep (28,76%), Diare 229 lembar resep

(6,83%), dan Jenis laksatif atau obat pencahar (obat sembelit) 247

lembar resep (7,37%) (lihat tabel 1dan 2)

Penggunaan obat antipeptik ulser berdasarkan jenis kelamin

pada pengamatan retrospektif dan konkuren menunjukkan jumlah

penderita pengguna obat antipeptik ulser berdasarkan jenis kelamin

terbesar adalah perempuan dibandingkan penderita laki-laki sedangkan

menurut pustaka pengguna antipeptik ulser lebih banyak laki-laki

dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan pada saat pengamatan


26

jumlah penderita perempuan yang dirawat di Rumah Sakit Undata Palu

lebih banyak dibandingkan penderita laki-laki.

Penggunaan antipeptik ulser berdasarkan dokter penulis resep

untuk pengamatan retrospektif dan konkuren menunjukkan sebagian besar

resep antipeptik ulser ditulis oleh dokter umum. Hal ini disebabkan

penanganan pertama terhadap penderita yang dirawat di rumah sakit

dilakukan oleh dokter umum. Persentase dokter spesialis pulmonologi

yang menulis resep antipeptik ulser cukup besar, karena ada beberapa

jenis obat untuk penyakit saluran pernapasan yang dapat mengakibatkan

terjadinya peptik ulser dan gangguan saluran pernapasan seperti ampisilin

dan amoksisilin.

Penggunaan antipeptik ulser berdasarkan lama terapi untuk

pengamatan retrospektif dan konkuren menunjukkan bahwa lama terapi

terbesar adalah 1-4 hari. Hal tersebut disebabkan lama perawatan

penderita pengguna obat antipeptik ulser paling banyak adalah <4 hari,

sehingga penggunaan obat juga hanya membutuhkan waktu sekitar 4 hari

pada saat penderita dirawat di rumah sakit.

Penggunaan antipeptik ulser berdasarkan penulisan nama generic dan

non generic untuk pengamatan secara retrospektif dan konkuren

menunjukkan persentase jumlah R/ penulisan nama non generic lebih

tinggi dibandingkan nama generic. Besarnya persentase penggunaan obat

non generic disebabkan oleh berbagai alasan : tidak semua obat tersedia
27

produk generiknya, yang tersedia hanya ranitidine, omeprasol, dan

antasida; Rumah Sakit Advent merupakan rumah sakit swasta sehingga

tidak wajib melakukan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 085/Menkes/PER/I/1989 tentang kewajiban menuliskan resep

dan/atau menggunakan obat generic di fasilitas pelayanan kesehatan

pemerintah; penderita di rumah sakit tersebut terdiri atas golongan

ekonomi menengah ke atas yang lebih memilih obat non generic

dibandingkan dengan obat generic; banyaknya informasi dari perwakilan

industri yang mempengaruhi dokter dalam pemilihan obat.

Penggunaan antipeptik ulser berdasarkan tidak tepat indikasi

untuk pengamatan retrospektif dan pengamatan konkuren, menunjukkan

bahwa penggunaan antipeptik ulser tidak tepat indikasi sebesar 19,49%

dan 19,57%. Hal ini disebabkan obat antipeptik ulser sebagian besar

digunakan untuk mengobati gejala gangguan saluran pencernaan yang

umum seperti mual, muntah dan dyspepsia, dan bukan untuk mengobati

penyakit peptik ulser, sehingga ketidaktepatan penggunaannya cukup

besar. Penggunaan antipeptik ulser untuk pengobatan nonpeptik ulser

tanpa gejala mual, muntah oleh dokter lebih dimaksudkan sebagai

pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya mual dan muntah karena

pemberian antibiotik contohnya kuinolon, ampisilin dan amoksisilin. Hal

tersebut tidak tepat karena obat antipeptik


28

ulser yang diberikan juga ada yang mempunyai efek samping mual dan

muntah seperti golongan antagonis reseptor histamin H2, antasida

magnesium dan kalsium karbonat serta golongan pelindung mukosa .


29

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Persentase penggunaan jenis obat gangguan saluran pencernaan

untuk pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Undata Palu Makassar

selama periode Januari sampai Juni 2010 mengalami peningkatan.

2. Lima peringkat teratas yang sering diresepkan oleh dokter antara lain

obat pencernaan jenis Antasida dan antiulserasi sebanyak 964 lembar

resep (28,73%), jenis regular GIT , antifatulen dan anti inflamasi

Regular GIT (gastrointestinal) 945 lembar resep (28,22%), jenis

antispasmodik 963 lembar resep (28,76%), Diare 229 lembar resep

(6,83%), dan Jenis laksatif atau obat pencahar (obat sembelit) 247

lembar resep (7,37%).

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat kepatuhan

pasien dalam menggunakan obat-obat gangguan saluran pencernaan.


30

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Profil Rumah Sakit Umum Undata Palu, Palu.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, “Standar Pelayanan


Rumah Sakit”, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit Dan
Pendidikan, Jakarta, 54 – 67.

Djamhuri, A., 1990, “Sinopsis Farmakologi Dengan Terapan Khusus di Klinik


dan Perawatan”, Hipokrates, Jakarta, 123 – 129.

Ganiswarna, S., 1980, “Farmakologi dan Terapi”, Edisi IV, PT. Intermas,
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1197/MenKes/SK/X/2004, Tanggal 19 Oktober 2004, Tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta

Saruddin, B., 1994, “Pengelolaan Obat Di Rumah Sakit”, Makalah Seminar


Sehari Farmasi Klinik, Jurusan FMIPA UNHAS, BPD – ISFI, Kanwil,
Depkes Sulawesi Selatan, Ujung Pandang, 1 – 4.

Sirgar Charles J.P, 2003, “ Farmasi Ruma Sakit Teori dan Terapan”, Penerbit
EGC Kedokteran, Jakarta 22, 89

Muchtar, A. (1985), Farmakologi Klinik Dan Penggunaan Obat Yang


Rasional, Majalah Farmakologi Indonesia Dan Terapi

Supardi, Wijaya, dan Mulangsih, (1989), Pola Punulisan Resep Obat Generik
Diapotik, Majalah Medika Jurnal Kedokteran Dan Farmasi.

Tjay T.H., dan Rahardja K., 1986, “Obat – Obat Penting”, Edisi Ke IV, Direktur
Jenderal Obat dan Makanan, Departeman Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, 16 -20, 26, 42-44, 48-58.

Quick, J.D.1997, Managing Drug Supply, 2nd Ed., bab III D.28. 422–437,
Kumarian Press, West Hartford

Medicastro, 2008, Obat Pencernaan, http://www.medicastore.com/


diakses tanggal 7 Maret 2010

Qauliyah A, 2008, Pengertian dan Fungsi Rumah Sakit,


http://astaqauliyah.com/2008/01/01/, diakses tgl 28 Desember 2009
31

Universitas Indonesia Timur


( UIT )

Rumah sakit Undata Palu

Rekam medik Instalasi farmasi Rumah sakit

Profil Pasien peptik ulser Resep Pasien peptik ulser


rawat jalan rawat jalan

Jenis kelamin, lama terapi, tidak Obat peptik ulser


tepat indikasi, tidak tepat dosis, (4t1W)
tidak tepat waktu pemberian dan
berdasarkan penulisan nama
generik dan non Generik.

Pengumpulan Data

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1. Skema.
32

Tabel 2. Contoh Data resep-resep yang ditulis oleh dokter terhadap


penderita gangguan saluran cerna selama bulan Januari - Juni
2010

No. Jenis Obat Jumlah Pemakaian

1 Acran tablet 150 mg 6 2x1


Polycrol gel 100 mL 1 fls 3x10 cc
Enzyplex tablet 10 3x1
2 Ranitidin tablet 150 mg 30 2x1
Lansoprazol tablet 30 mg 15 1-0-0, ac
Bisoprolol fumarat tablet 30 1x1
3 Pantozol kaplet 20 mg 7 1x1
Theragran M tablet 10 1x1
4 Naxogin complex vaginal 6 1x1, malam
Govazol kapsul 150 mg 1 1x1
Nidazole tablet 500 mg 12 2x1, pc
Buscopan plus tablet 10 3x1
5 Baquinor tablet 500 mg 10 2x1
Codipront cum exp. sirup 1 fls 2x1 sendok makan
Pumpitor kapsul 20 mg 8 2x1
Acran tablet 150 mg 10 2x1
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
6 Sanadryl DMP sirup 1 fls 3x1
Zinnat tablet 250 mg 10 2x1
Acran tablet 150 mg 10 2x1
Sanmol tablet 500 mg 10 2x1
7 Opimox tablet 500 mg 15 3x1
Buscopan plus tablet 10 3x1
Nonemi tablet 20 1x1
8 Albiotin kapsul 300 mg 14 2x1, pc
Ranitidin tablet 150 mg 14 2x1, ac

9 Gluvas tablet 2 mg 30 1-0-0, ½ jam ac


Metformin tablet 500 mg 90 3x1, pc
Ranitidin tablet 150 mg 30 2x1, pc
Omeprazol kapsul 14 1-0-0, ac
10 Lansoprazol tablet 30 mg 20 1-0-1, ac
Braxidin tablet 20 3x1, ac
Chenofalk kapsul 20 2x1
Codipront cum exp. kapsul 10 2x1
Gastrozepin tablet 25 mg 20 1-0-1, ac
11 Proneuron tablet 5 3x1
Ranitidin tablet 150 mg 8 3x1
Metoklopramid tab 10 mg 8 3x1, ac
12 Baquinor tablet 500 mg 6 2x1
Mefinal kapsul 500 mg 10 3x1
Systabon plain tablet 10 3x1
13 Clindamycin kap 150 mg 10 3x1, pc
33

Metronidazol tab 250 mg 10 3x1, pc


Antalgin tablet 500 mg 10 3x1, pc
Ranitidin tablet 150 mg 10 2x1
Antasida DOEN sirup 1 fls 3x1 sendok teh
14 Tiamfenikol kaps 500 mg 10 4 x1
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
Polycrol gel 100 mL 1 fls 3x10 cc
15 Proneuron tablet 10 3x1
Plantacid tablet 10 3x1
16 Plantacid F tablet 10 3x1, ac
Acran tablet 150 mg 10 2x1, pc
17 Allopurinol tablet 12 1x3
Flamar tablet 10 2x1
Cortidex tablet 0,5 mg 10 3x1
Ranitidin tablet 150 mg 10 2x1
18 Inpepsa sirup 200 mL 1 fls 4x10 cc
Narfoz tablet 4 mg 10 3x1
HCT tablet 25 mg 1 3x1
Captopril tablet 25 mg 20 1x1
19 Amoxsan kapsul 500 mg 10 3x1
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
Inpepsa sirup 200 mL 1 fls 3x10 cc
OBH Combi sirup 100 mL 1 fls 3x10 cc
20 Inpepsa sirup 200 mL 1 fls 4x10 cc
Systabon plain tablet 10 3x1
Digest kapsul 30 mg 10 2x1
21 Amoxsan kapsul 500 mg 10 3x1
Mefinal kapsul 500 mg 10 3x1
Elkana tablet 10 1x1
Sanmag tablet 10 3x1
22 Norit tablet 30 3x1
Buscopan plus tablet 20 3x1
Vomitas tablet 20 3x1
23 Prosogan FD tablet 10 2x1
Mucosta tablet 100 mg 10 3x1
Librax tablet 10 2x1, ac
Enzyplex tablet 10 2x1
24 Reskuin tablet 500 mg 10 2x1
Acran tablet 150 mg 10 2x1
ATP tablet 20 3x1
25 Mucosta tablet 100 mg 15 3x1
Prosogan tablet 30 mg 15 2x1
Praxilene tablet 200 mg 15 2x1
Neurosanbe tablet 15 1x1
Stugeron tablet 25 mg 15 3x1
Viostin comp DS kapsul 15 3x1
26 Kalmoxillin kapsul 500 mg 10 3x1
Sumagesic tablet 10 3x1
Plantacid F suspensi 1 3x1
Damaben tablet 10 mg 10 3x1
34

27 Sumagesic tablet 10 3x1


Claneksi kapsul 500 mg 10 3x1
Plantacid F suspensi 1 3x1, ac
28 Acran tablet 150 mg 10 2x1
Plantacid F tablet 10 3x1
Vomitas tablet 10 3x1
29 Sanlin kapsul 500 mg 5 3x1
Biodiar tablet 5 3x1
Braxidin tablet 5 3x1
Plantacid F tablet 5 3x1
30 Vometa tablet 10 mg 15 3x1, ac
Digest kapsul 30 mg 10 1-0-1, ac
Theragran M tablet 8 1x1
31 Norvask tablet 5 mg 10 0-0-1
Plantacid F tablet 10 2x1
Codipront kapsul 10 2x1
32 Tiamfenikol kapsul 250 mg 15 3x1
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
Polycrol gel 100 mL 1 3x1 sendok teh
Biodiar tablet 10 3x ½

33 Tripanzym kapsul 10 2x1


Plantacid F tablet 10 2x1
Rantin tablet 150 mg 10 3x1
34 Rantin tablet 150 mg 10 2x1
Plantacid F tablet 10 3x1
Primperan tablet 10 mg 10 3x1
Sanadryl exp. sirup 60 mL 1 3x1 sendok makan
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
35 Kalmoxillin kapsul 500 mg 12 4x1
Sumagesic tablet 10 3x1
Rantin tablet 150 mg 4 2x1
Metformin tablet 500 mg 10 1x1 pc, pagi
Primperan tablet 10 mg 6 Non resep
Strocain P tablet 10 Non resep
Lansoprazol tablet 30 mg 6 Non resep
Alinamin F injeksi 2 -
Buscopan injeksi 1 -
Acran tablet 150 mg 10 2x1
Plantacid F tablet 10 3x1
Kaltrofen EC tablet 10 3x1
Tramal retard tablet 30 2x1
Myonal 50 mg tablet 45 3x1
Merislon tablet 45 3x1
Sanmag tablet 27 3x1
Pantozol kaplet 40 mg 7 1x1
Mucosta tablet 30 1x1
Lipanthyl supra tab160 mg 15 3x1
Vometa tablet 30 3x1
Salofalk tablet 250 mg 45 3x1
35

Vometa tablet 45 1-0-1, ac


Digest kapsul 30 mg 30 3x1, ac
Stomacain tablet 30 1-0-1, ac
Zelmac tablet 30 1-0-1, ac
Proneuron tablet 15 2x1
Pantozol kaplet 40 mg 7 1x1
Mucosta tablet 100 mg 20 3x1
Spiriva refill 30 2x1
Accolate tablet 60 4x1
Digest kapsul 30 mg 30 1-0-1, ac
Transpulmin balsam 1 Obat luar
Calcium D redoxon tab eff. 3 2x1
Provital plus kapsul 30 2x1
Rantin tablet 150 mg 6 2x1
Plantacid suspensi 1 2x10 cc
Omeprazol kapsul 6 2x1
Narfoz tablet 4 mg 3 2x1
Prosogan FG tablet 15 mg 10 3x1
Mucosta tablet 100 mg 10 3x1
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1

Captopril tablet 25 mg 6 2x1


Plantacid suspensi 1 3x10 cc
Ranitidin tablet 150 mg 6 2x1
Tramadol kapsul 6 2x1
Opimox tablet 500 mg 15 3x1
Buscopan plus tablet 6 2x1
Nonemi tablet 15 1x1
Ascardia tablet 80 mg 5 1x1, ac
Plantacid tablet 5 1x1, pc
Isosorbid dinitrate 5 mg 15 3x1
HP pro kapsul 20 3x1
Hepasil kapsul 20 3x1
Curcuma tablet 20 3x1
Pantozol kaplet 40 mg 7 1x1
Vometa tablet 15 3x1, ac
Prenamia tablet 30 1x1
Calcidin tablet 30 1x1
Polycrol F gel 1 3x1 sendok makan
Canesten vag tablet 6 1x1 vaginal, malam
Sanmol tablet 500 mg 10 1x1
Reskuin tablet 500 mg 10 2x1
Digest kapsul 30 mg 10 2x1
Pronalges tablet 50 mg 15 3x1
Xanax tablet 0,25 mg 5 1x1, malam
Inpepsa sirup 200 mL 1 3x2 sendok teh
Omeprazol kapsul 10 2x1
Ciprofloxacin kap 500 mg 10 2x1
Buscopan tablet 10 3x1
Vomitas tablet 10 2x1
36

65 Sumagesic tablet 10 3x1


Fluimucyl kapsul 200 mg 10 2x1
Rantin tablet 150 mg 10 2x1
KSR tablet 600 mg 5 1x1
Digoksin tablet generik 5 1x1
66 Ciprofloxacin kap 500 mg 10 3x1
Systabon plain tablet 10 3x1
Flagystatin vaginal tablet 5 Malam, vaginal tablet
67 Codipront cum exp. kapsul 14 2x1
Digest kapsul 30 mg 15 2x1
Vometa tablet 20 1-0-1, ac
Cefspan tablet 200 mg 10 3x1, ac

68 Avelox tablet 7 1x1


Codipront cum exp. kapsul 15 2x1
Voltaren SR tablet 75 mg 15 1x1
Mucopect retard kapsul 10 1x1
Digest kapsul 30 mg 20 1-0-0, ac
69 Polycrol gel 100 mL 1 3x1, ac
Simetidin tablet 15 3x1
Dexanta tablet 15 3x1,ac, bila perlu
Pharmaton vit kapsul 10 1x1
70 Digest kapsul 30 mg 20 2x1
Loratadine tablet 10 mg 15 1x1
Provital plus kapsul 10 2x1
Myoviton tablet 10 1x1
Heptamyl tablet 15 2x1
71 Amoxsan kapsul 500 mg 10 3x1
Ponstan kaplet 500 mg 12 3x1
Simetidin tablet 15 3x1
Gentasolon krim 5 gram 1 Dioleskan, obat luar
72 Nimed tablet 15 2x1
Myonal 50 mg tablet 20 3x1
Pantozol kaplet 40 mg 5 1x1
Voltaren emulgel 1% 50 gr 1 1x1
Kalmeco kapsul 250 ug 20 3x1

73 Plantacid suspensi 1 3x1½


Librax tablet 3 1x1
Omeprazol kapsul 3 1x1
74 Nutriflam tablet 10 3x1
Baquinor tablet 500 mg 10 2x1
Vit B kompleks tablet 10 Bila perlu
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
Plantacid F tablet 20 3x1 sendok teh
75 Sanprima tablet 20 2x2
Antasida DOEN tablet 15 3x1
Buscopan tablet 6 2x1
76 Pantozol kaplet 40 mg 7 1x1
Vometa tablet 20 3x1, tablet hisap
Mucosta tablet 100 mg 20 3x1
37

Inpepsa sirup 200 mL 1 3x1 sendok teh


77 Inpepsa sirup 200 mL 1 3x1
Acran tablet 150 mg 12 2x1
Sumagesic tablet 10 2x1
78 Omeprazol kapsul 10 2x1
Ranitidin tablet 150 mg 10 2x1
79 Ascardia tablet 80 mg 10 1x1
Isosorbid dinitrat tab 5 mg 30 3x1
Furosemid tablet 40 mg 10 1x1
Digoxin tablet generik 10 1x1
Ranitidin tablet 150 mg 20 2x1
80 Acran tablet 150 mg 15 3x1
Tensivask tablet 5 mg 10 ½-0-0
Inpepsa sirup 200 mL 1 3x1 sendok makan
Sanmol tablet 500 mg 15 2x1

81 Inpepsa sirup 200 mL 1 3x1 sendok teh, ½ jam


Becombion forte tablet 5 ac
Omeprazol kapsul 6 1x1
Captopril tablet 12,5 mg 5 2x1
Librax tablet 3 2x ½
1x1 malam
82 Thiamycin F sirup 1 3x2 sendok teh,
Bufect F sirup 1 habiskan
Plantacid F suspensi 1 3x1 ½ sendok teh
3x1 sendok teh
83 Celebrex kapsul 200 mg 30 2x1
Amitriptilin tablet 25 mg 15 1-0-0, pc
Corditex tablet 0,5 mg 15 1x1, pc
Merislon tablet 45 3x1
Sanmag tablet 45 3x1
84 Rantin tablet 150 mg 10 2x1
Plantacid F tablet 10 3x1
Primperan tablet 10 mg 10 3x1
85 Amoxsan tablet 250 mg 12 3x1, ac
Sumagesic tablet 5 3x1
Neurosanbe tablet 5 2x1
Sanmag sirup 120 mL 1 3x1 sendok teh, ac
86 Rantin tablet 150 mg 10 2x1, ac
Pumpitor kapsul 20 mg 5 1x1, ac
Plantacid F suspensi 1 3x1 sendok teh ac
87 Claneksi kapsul 500 mg 12 2x1, pc
Sumagesic tablet 10 3x1, pc
Neurobion tablet 10 2x1, pc
Rantin tablet 150 mg 10 2x2, ac

88 Kalticol kapsul 500 mg 10 2x1


Tramadol kapsul 10 3x1
Buscopan tablet 10 2x1
38

89 Enatin kapsul 20 3x1


Systabon plain tablet 15 3x1
Proneuron tablet 15 3x1
90 Zistic kapsul 3 1x ½
Intunal F tablet 10 2x1
Coditam tablet 10 2x1
Vomitas tablet 15 3x1
LAZ kapsul 5 1x1
91 Letonal tablet 100 mg 8 2x1
Furosemid tablet 40 mg 3 1x1
Lesichol kaplet 150 mg 5 3x1
Lansoprazol tablet 3 1x1
Vomitas tablet 10 3x1
92 Albiotin kapsul 150 mg 15 3x1, pc
Ranitidin tablet 150 mg 10 2x1, ac
Rhinos SR kapsul 10 2x1
Evopront sirup 120 mL 1 3x2 sendok teh
93 Plantacid F suspensi 1 2x10 cc
Enzyplex tablet 10 3x1
Sumagesic tablet 10 3x1
Kalmoxillin kapsul 500 mg 10 3x1

94 Amoxsan kaplet 500 mg 10 3x1


Nutriflam tablet 10 3x1
Tramal retard tablet 6 2x1
Caldece tab effervescent 1 1x1
Mucosta tablet 15 3x1
Pantozol kaplet 40 mg 5 1x1
95 Enzyplex tablet 5 2x1
Dexanta tablet 20 mg 5 3x1
Vomitas tablet 5 3x1
96 Bellapheen tablet 10 3x1
Plantacid F suspensi 1 3x10 cc
Enzyplex tablet 10 3x1
97 Digest kapsul 30 mg 2 Non resep
Lanaven kapsul 10 Non resep
98 Baquinor tablet 500 mg 10 2x1
Sanmol tablet 500 mg 10 3x1
Plantacid suspensi 1 3x1 sendok makan
Rantin tablet 150 mg 10 2x1
99 Inpepsa sirup 200 mL 1 3x1 sendok makan
Acran tablet 150 mg 10 2x1
Primperan tablet 10 mg 10 3x1, pc
100 Digoksin tablet generik 20 1x1
Letonal tablet 25 mg 30 1x1
Lansoprazol tablet 20 1x1 pagi
Stomacain tablet 40 2x1
Ascardia tablet 80 mg 60 2x1
Lactulac sirup 60 mL 2 2x1 sendok teh
Isosorbid dinitrat tab 5 mg 60 2x1
39

Anda mungkin juga menyukai