Keracunan Organofosfat
Keracunan Organofosfat
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan zat kimia dan bahan lain, jasad renik dan virus pada hakekatnya
merupakan zat dan atau bahan yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia, kelestarian sumberdaya alam hayati dan lingkungan hidup, tetapi juga
bahan yang sangat penting dalam bidang peternakan dan pertanian serta dalam
organofosfat merupakan zat yang dianggap mengancam dalam bidang militer dan
terorisme.8
masyarakat utama pada sebagian besar pedesaan di Asia. Dari sekitar 500.000
kematian dari bunuh diri di wilayah ini setiap tahun, sekitar 60% karena
organofosfat berperan dalam dua-pertiga dari 200.000 total kematian tiap tahun.
Kematian dari keracunan organofosfat yang tidak disengaja lebih kurang kurang
daripada keracunan yang disengaja. Rumah sakit di daerah pedesaan misalnya di
setiap tahun, dengan kematian kasus 15-30%. Namun, rumah sakit ini sering tidak
cukup staf atau siap untuk menghadapi pasien dengan sakit ini, tempat tidur dan
ventilator intensive care dalam jumlah sedikit, bahkan pasien yang tidak sadar
pestisida terbanyak dari golongan organofosfat. Hal ini diperkirakan karena bahan
Pestisida adalah bahan kimia atau campuran bahan kimia yang digunakan
Lorsban).8
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor penting. Pada anak-anak selain peka
menimbulkan korban.
3. Jumlah pestisida yang beredar
Di Amerika dinyatakan bahwa ada hubungan antara jumlah kasus
tahun.
4. Kecerobohan dalam menyimpan pestisida.
Penyimpanan pestisida tanpa diberi tanda kadang membahayakan atau
daripada musim dingin karena penyerapan oleh kulit lebih cepat pada
temperatur tinggi.
6. Perbedaan toksisitas
Tiap bahan dari pestisida mempunyai toksisitas yang berbeda.
7. Dosis merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan karena tiap
maupun dewasa.
suatu enzim yang mengubah acetylcholine menjadi choline dan asam asetat.
Asetilkolin penting untuk kontrol normal dari transmisi impuls system saraf dari
serat saraf ke otot dan kelenjar, pada ganglion otonom otak. Asetilkolin dapat
ditemukan di sistem saraf pusat, sistem saraf tepi, eritrosit, dan neuromuscular
junction.
berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan
perifer. Efek klinis akan muncul melalui aktivasi sistem saraf pusat dan otonom
atau injeksi. Meskipun kebanyakan pasien akan menimbulkan gejala yang cepat,
onset dan keparahan sangat bergantung pada senyawa yang meracuni, jumlah, dan
jalur masuk.12
muncul dalam waktu 12 jam.13 Reaksi toksik dari racun tergantung pada jumlah
substansi yang ada, distribusi ke jaringan, dan jumlah ekskresi dari dalam tubuh.
Dengan pencernaan atau inhalasi yang masif, gejala dapat muncul dalam 5 menit,
atau mungkin akan terlambat hingga setengah sampai satu jam dan maksimum 2-8
jam. Tanda dan gejala muncul apabila kadar kolinesterase turun sampai 30% dari
yaitu:
takikardia.
Efek nikotinik (sistem saraf pusat) : agitasi, koma, bingung, kegagalan
respirasi
Efek nikotik (pada neuromuscular junction) : fasikulasi, kelemahan otot,
dan paralisis.
kasus yang tidak diobati dan dalam 10 hari pada pengobatan yang tidak berhasil.
Pada kasus yang tidak fatal, efek akut berlangsung pada 6 sampai dengan 30 jam
yang akan menghilang pada 2-3 hari. Namun, hal tersebut dapat bertahan
mencapai 2 minggu. Pulih sempurna berlangsung dalam 10 hari pada pasien yang
terlihat telah pulih dari krisis kolinergik, yang biasa didefinisiskan sebagai
yang berat secara khas menampakkan tanda seperti pinpoint pupils, keringat yang
Manifestasi Klinis
Akut ( menit hingga 24 Reseptor Nikotinik Lemah, fasikulasi, kram,
jam) paralisis
Reseptor Muskarinik Salivasi, lakrimasi,
urination, defekasi,
bradikardia, hipotensi,
miosis, bronkospasme
Reseptor sistem saraf Cemas, konvulsi, depresi
pusat napas
Delayed (24 jam sampai Efek reseptor nikotinik Intermediate syndrome
2 minggu)
Efek reseptor Gejala kolinergik seperti
salvias
Reseptor sistem saraf Koma, manifestasi
pusat ekstrapiramidal
Late (lebih dari 2 Peripheral neuropathy Proses neuropati perifer
khusus. Hal ini disebabkan bahwa racun yang sudah masuk ke dalam tubuh
yang perlu dilakukan pada kasus keracunan adalah pemeriksaan luar, pemeriksaan
larutan insektisida, bau kutu busk pada malation, bau ammonia, alkohol,
atau pembunuhan. Pada kasus bunuh diri, distribusi bercak racun biasanya
teratur pada bagian depan dan tengah dari pakaian. Pada kecelakaan
Distribusi livor mortis lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi
dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan
mudah mengalir.15
4. Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat
lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang cepat
pecah yaitu kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva
kulit wajah.15
5. Kaku mayat (Rigor mortis)
Rigor mortis akan lebih cepat terbentuk dikarenakan adanya hambatan
taut motor end plate dan terjadi kontraksi otot terus menerus. Aktivits otot
lambung dapat ditemukan cairan yang terdiri dari dua lapisan yaitu cairan
lambung dan lapisan larutan insektisida. Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada
mengeluarkan darah.
4. Ptekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian
minyak tanah, bensin, terpentin atau bau seperti mentega yang tengik. 18
adanya racun dan sebab kematian korban. Pemeriksaan dalam ditujukan untuk
diagnosis atau menetukan sebab kematian karena racun suatu zat sulit ditemukan
dibagi 2 yang satu diberi bahan pengawet (NaF 1%), yang lain tidak
tersebut, bahan pengawet yang dianjurkan adalah alcohol absolute atau larutan
garam jenuh (untuk Indonesia paling ideal). Kedua bahan pengawet tersebut
diperuntukkan pada sampel padat dan organ. Bahan pengawet untuk sampel cair
50mg, untuk setiap 10 ml sampel). Natrium Benzoat dan phenyl mercury nitrate
Darah seharusnya selalu diperiksa pada gelas kaca, apabila pada gelas plastik
darah yang bersifat asam dapat melumerkan polimer plastik dari plastik itu
sendiri, karena dapat membuat keliru pada analisa gas kromatografi. Pada
pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel darah yaitu
Pada kasus mayat yang tidak diotopsi, darah diambil dari vena femoral. Jika
vena ini tidak berisi, dapat diambil dari subklavia. Pengambilan darah dengan cara
jarum ditusuk pada transthoracic secara acak, secara umum tidak bisa diterima,
karena bila tidak berhati-hati darah bisa terkontaminasi dengan cairan dari
menggunakan jarum panjang yang dimasukan pada bagian bawah dinding perut
Pada mayat yang diotopsi darah diambil dari vena femoral. Jika darah tidak
dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari: vena subklavia, aorta, arteri
pulmonalis, vena cava superior dan Jantung. Darah seharusnya diberi label sesuai
empedu.
tersebut menggunakan asam Kromat hangat lalu dibilas dengan Aquades dan
dikeringkan.17 Penentuan kadar AChE dalam darah dan plasma dapat ditentukan
dengan cara tintometer (Edson) dan cara paper strip (Acholest). Cara Edson
maka akan terjadi perubahan warna. Bandingkan warna tersebut dengan warna
standard pada cakram pembanding, maka dapat ditentukan kadar AChE dalam
darah.18
teteskan pada kertas Acholest bersamaan dengan kontrol serum darah normal.
Pada kertas cholest sudah terdapat Ach dan indikator. Waktu perubahan warna
pada kertas perlu dicatat. Interpretasi pemeriksaan ini adalah apabila perubahan
warna berlangsung kurang dari 18 menit maka tidak ada keracunan, 20-30 menit
berat.18
a) Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan / minuman, muntahan, isi
terklorisasi.
b) Kromatografi lapisan tipis (TLC)
Kaca berukuran 20 cm X 20 cm, dilapisi dengan absorben gel silikat atau
jam. Filtrat yang akan diperiksa (hasil ekstraksi dari darah atau jaringan
lain yang telah diketahui golongan dan jenis serta konsentrasinya sebagai
Hexan. Celupan tidak boleh mengenai tetesan tersebut diatas. Dengan daya
tadi. Setelah itu kaca TLC dikeringkan lalu disemprot dengan reagensia
2.7 Penatalaksanaan
keparahannya. Pada kasus yang ringan, memindahkan korban dari paparan racun
dan penggunaan atropin dosis rendah dapat membantu. Namun, pada kasus yang
Pada kasus keracunan akut, tindakan segera yang perlu dilakukan adalah:
mg IM dan diulang tiap 3-6 menit sampai timbul tana atropinisasi yaitu
wajah merah, mulut kering, dilatasi pupil, dan nadi yang cepat. Pemberian
sekresi jalan napas yang dikeluarkan dengan postural drainage atau dengan
nomor 258 tahun 1992. Setiap insektsida wajib diberikan tanda peringatan bahaya
dengan warna dasar tertentu yang melekat pada label kemasanya. Karena itu
kemasan insektisida.19,20
Usaha-usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana
bahan bahan kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah
pada tempat tempat kerja baik pada industri kecil ( home industri ) maupun
industri besar merupakan tempat utama terdapatnya bahan bahan kimia baik
sebagai bahan baku maupun sebagai hasil produk dari industri yang siap
selesai disemprot.
4. Jangan mengoleskan lotion anti nyamuk secara berlebihan. Bila terjadi iritasi,
akibat menghirup insektisida rumah tangga, segera dibawa ke dokter atau unit
muntah.
8. Pada keracunan akut fumigant jenis naftalen dan PDB secara inhalasi,
penderita dibawa ke ruang berudara segar, jika terkena mata atau kulit, mata
dicuci dengan air mengalir dan kulit dicuci dengan air dan sabun hingga
merugikan dari berbagai agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup.
forensik meliputi:
psikotropika dan obat terlarang lainnya. Tujuan lain dari analisis toksikologi
forensik adalah dapat membuat suatu rekaan rekonstruksi suatu peristiwa yang
telah terjadi, sampai mana obat tersebut telah dapat mengakibatkan suatu
Racun menurut Taylor adalah setiap bahan/zat yang dalam dosis rendah bila
akan menyebabkan penyakit dan atau kematian. Keadaan ini dipengaruhi oleh
dosis, cara pemberian, bentuk fisik, dan susunan kimianya, dan kepekaan korban
Untuk menetapkan suatu paparan terhadap suatu zat toksik dapat dilakukan
analisis jaringan dan cairan tubuh (body fluids). Hal ini ditujukan untuk mengukur
atau respon biologi lainnya sebagai akibat dari pengaruh zat toksik tersebut.25
penjara, kematian pada kebakaran, dan kematian medis yang disebabkan oleh
nyawa sendiri ataupun orang lain, yang umumnya diakibatkan oleh pengaruh
forensik farmasi)
b. Peranan Toksikologi Forensik Dalam Membantu Penegak Hukum
dilakukan oleh seorang ahli forensik yang telah diberikan wewenang oleh pihak
Pusat Laboratorium. Forensik dan ahli forensik tersebut yang berperan penting
barang bukti lainnya, khususnya yang berkaitan dengan kasus keracunan dan
peracunan.
Seorang ahli forensik harus mampu mempertimbangkan keadaan suatu
investigasi, khususnya mengenai catatan adanya gejala fisik, dan bukti apapun
pencarian, misalnya adanya barang bukti seperti obat-obatan, serbuk, residu jejak
dan zat toksik (kimia) apapun yang ditemukan. Dengan informasi tersebut serta
sejumlah sampel yang akan diteliti, seorang ahli forensik dapat menentukan
senyawa toksik apa yang terdapat dalam sampel, berapa jumlah konsentrasinya,
serta efek apa yang mungkin terjadi akibat zat toksik terhadap tubuh.23,25
memenuhi persyaratan sesuai dengan Pasal 129, 130, dan 133 KUHAP. Apalagi
tidak memenuhi syarat maka barang bukti tersebut dikirimkan kembali kepada si
diperiksa juga segala surat-surat serta laporan Tanya jawab dari pihak
tanya jawab yang dimaksud maka harus diminta kepada penyidik sebab laporan
Setelah semua barang bukti sudah memenuhi persyaratan maka barang bukti
dibuka dan diperiksa, apakah semuanya sesuai dengan yang disebut dalam laporan
pemeriksaan selesai
Apabila barang bukti tidak cukup untuk dibagi tiga, maka kesemuanya akan
dipakai untuk pemeriksaan, dan hal ini harus diberitahukan kepada pengirim
sebuah laporan dari hasil pemeriksaan yang disebut “expertise” yaitu laporan
tertulis seorang ahli racun. Expertise ini diserahkan kepada penyidik kemudian
obatan,dan racun tertentu atau dengan kata lain ditemukannya gangguan pada
tersebut. Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa seorang toxicoloog dapat
dalam expertise.27
Dalam KUHP maupun dalam KUHAP, tidak dicantumkan suatu uraian atau
definisi mengenai apakah sebenarnya yang dimaksud dengan racun itu. Yang
disebut hanya “keracunan” (KUHAP 133) dan tindakan yang mengandung arti
tentang Narkotika.24,27
Berdasarkan Pasal 133 ayat (1) KUHAP tersebut, maka penyidik memegang
ditemukan penyebab kematian seseorang yang diakibatkan oleh suatu zat beracun.
Zat beracun yang ditemukan oleh toxicoloog akan menjadi bukti yang dapat
a. Disengaja
self mediaction
mengungkap keadaan atas barang bukti yang berupa tubuh atau bagian dari organ
tubuh manusia, dimana barang bukti tersebut tidak dapat dibawa ke dalam proses
dibuktikan dengan bantuan dokter dan ahli toksikologi. Hal ini dapat
pidana berdasarkan : pasal 203, 205, dan 359 KUHP. Pasal 202-205 KUHP
sengaja dan dengan rencana lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain,
penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.27
Tindak pidana pembunuhan diatur dalam Pasal 338 sampai dengan Pasal
Dilihat dari segi “kesengajaan” (dolus) maka tindak pidana terhadap nyawa ini
terdiri atas :
BAB III
KESIMPULAN
Organofosfat merupakan salah satu dari pestisida yang telah digunakan
kematian tiap tahun. Kematian dari keracunan organofosfat yang tidak disengaja
melalui penyuntikan (parenteral atau injeksi), penyerapan melalui kulit yang sehat
atau kulit yang sakit dan dari konjungtiva. Munculnya tanda dan gejala klinis
keracunan organofosfat pun beragam mulai dari hitungan menit sampai dalam
beberapa minggu tergantung jumlah zat yang masuk, distribusi dalam tubuh dan
yang tepat sangat penting dalam menangani kasus keracunan organofosfat ini.
atas organ-organ tubuh korban maupun jenis barang bukti lainnya, khususnya
yang berkaitan dengan kasus keracunan dan peracunan. Seorang ahli forensik
catatan adanya gejala fisik, dan bukti apapun yang berhasil dikumpulkan dalam
bukti seperti obat-obatan, serbuk, residu jejak dan zat toksik (kimia) apapun yang
ditemukan.
DAFTAR PUSTAKA
10. Bakta, I Made dan Suastika I Ketut. Gawat Darurat di Bidang Penyakit
Dalam. EGC. Jakarta: 1999.
12. John Victor Peter, Thomas Isiah Sudarsan, and John L. Moran. 2014. Clinical
features of organophosphate poisoning: A review of different classification
systems and approaches. Indian J Crit Care Med 18(11): 735–745
15. Thanos CAA, Tomuka D, Mallo NTS, 2016. Livor mortis pada keracunan
insektisida golongan organofosfat di kelinci. Jurnal e-Clinic (eCl). 4(1): 10-
20.
16. Guanovora N, Mallo NTS, Tomuka D, 2016. Kecepatan rigor mortis pada
intoksikasi insektisida golongan organofosfat pada kelinci. Jurnal e-Clinic
(eCl). 4(1): 21-30.
17. Sinaga EJ, 2010. Peranan toksikologi dalam pembuatan visum et repertum
terhadap pembuktian tindak pidana pembunuhan dengan menggunakan racun.
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
18. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, et al, 1997. Ilmu Kedokteran
Forensik . Jakarta: Bagian kedokteran forensik UI.
19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
258/Menkes/Per/lll/1992
24. Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. 2008. Peranan Ilmu Forensik Dalam
Penegakan Hukum.
27. Flora HS. 2013. Peranan Toksikologi Forensik dalam Pengungkapan Tindak
Pidana Pembunuhan. Jurnal Saintech. 5(1): 10-16.