Anda di halaman 1dari 29

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Visual Image

2.1.1.1 Pengertian Visual Image

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan

menggunakan indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan

oleh para guru untuk membantu dalam menyampaikan isi atau materi

pelajaran. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan

(non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (still pictures)

atau bergerak (motion picture) menurut (Hamdani, 2011).

Istilah image ini mulai populer sejak tahun 1950-an, yang

dikemukakan dalam berbagai konteks seperti image terhadap organisasi,

image terhadap perusahaan, image nasional, image terhadap merek atau

brand image, image publik, self-image serta dalam artian suatu

representasi dari suatu obyek, dalam pandangan 2D atau 3D (Lukmanul

Hakim, 2016).

Visual image adalah media yang dapat melihat representasi dari suatu

obyek menggunakan indra penglihatan.


Upaya penekanan angka perokok di Indonesia dilakukan pemerintah

dengan cara memberi peringatan kesehatan berbentuk gambar di bungkus

rokok berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009

pasal 114 yang menunjukkan pemenuhan hak masyarakat atas informasi

yang efektif dengan mensyaratkan peringatan kesehatan yang tulisannya

jelas dan mudah dibaca dan dapat disertai gambar atau bentuk lainnya.

Peringatan kesehatan berbentuk gambar dibungkus rokok selain bertujuan

memberikan informasi bagi konsumen juga merupakan upaya pendidikan

kesehatan yang efektif dan murah serta dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang bahaya merokok atau dampak merokok terhadap

kesehatan. Gambar di bungkus rokok juga sangat penting jika dinegara

masih terdapat buta huruf atau perokok tidak peduli akan peringatan

kesehatan.

Upaya penekanan angka perokok di Indonesia juga ditindak lanjuti

oleh menteri kesehatan dalam PERMENKES No 28 tahun 2013 tentang

pencantuman peringatan kesehatan dan informasi kesehatan pada kemasan

produk tembakau. Peraturan ini mulai diterapkan awal januari 2014 yaitu

peringatan kesehatan berbentuk gambar dan tulisan telah diberlakukan

pada media iklan. Peringatan berbentuk gambar tersebut mulai

diberlakukan pada seluruh bungkus rokok tanggal 24 Juni 2014.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia telah menyediakan lima

desain gambar yang harus dicantumkan pada semua produk rokok atau

semua jenis rokok yang akan masuk ke Indonesia. Gambar yang wajib
tercantum pada kemasan rokok yaitu gambar kanker tenggorokan, kanker

mulut, kanker paru-paru, orang yang sedang merokok dengan asap

berbentuk tengkorak dan orang yang sedang merokok mengendong

anaknya. Lima gambar yang tertera di setiap bungkus rokok merupakan

hasil survei yang dilakukan kementrian kesehatan bersama Universitas

Indonesia di masyarakat. Lima gambar tersebut membuat masyarakat pada

saat akan merokok berpikir dua kali dan mempertimbangkan dampak yang

ditimbulkan karena merokok. Untuk menegaskan larangan merokok bagi

anak dibawah umur, dicantumkan juga simbol 18+ dikemasan maupun

media publikasi rokok (Rasita Siam Windira, 2016).

Gambar 2.1 Peringatan Kesehatan bergambar pada kemasan rokok di Indonesia


(Sumber: www.panjimas.com)
2.1.2 Motivasi

2.1.2.1 Pengertian Motivasi

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, motif berarti “sesuatu

(kebutuhan atau hasrat) yang menyebabkan seseorang untuk bertindak.

“Memotivasi, sebaliknya, berarti “untuk memberikan suatu motif,” dan

motivasi didefinisikan sebagai “tindakan atau proses memotivasi.” Dengan

demikian, motivasi merupakan tindakan atau proses memberikan suatu

motif yang menyebabkan seseorang melakukan suatu aksi. Dalam banyak

situasi, motivasi berasal dari beberapa kebutuhan yang mengarah pada

perilaku yang menghasilkan beberapa reward ketika kebutuhan sudah

terpenuhi (Buchbinder Sharonn B & Shanks Nancy H, 2014).

Motivasi dideskripsikan sebagai stimulus sadar atau tidak sadar,

insentif atau motif untuk tindakan kearah tujuan yang terjadi akibat faktor

psikologis atau sosial, faktor yang memberikan tujuan atau arahan

terhadap perilaku (lihat gambar 2.2). Dengan kata lain, motivasi adalah

proses psikologis ketika kebutuhan atau keinginan yang tidak terpuaskan

memicu dorongan yang ditujukan untuk mencapai tujuan atau insentif.

Tujuan perilaku individu adalah memuaskan kebutuhan atau keinginan.

Kebutuhan adalah segala yang diperlukan atau diinginkan oleh seseorang.

Keinginan adalah penegenalan kebutuhan secara sadar. Keberadaan

kebutuhan atau keinginan yang tidak terpuaskan mengakibatkan


ketegangan internal, yang membuat individu mencari jalan keluar atau

peredanya (Borkowski Nancy, 2015).

Seperti yang digambarkan di bawah ini :

Kebutuhan atau Kebutuhan atau


keinginan yang tidak Dorongan keinginan yang
terpuaskan terpuaskan

Gambar 2.2 Proses Motivasi


(Sumber: Nancy Borkowski, 2015)
2.1.2.2 Teori Motivasi

Ahli psikologi telah menelaah motivasi manusia secara komprehensif

dan menyusun sejumlah teori mengenai apa yang memotivasi manusia

(Sharon B Buchbinder & Nancy H Shanks, 2014).

a. Teori Motivasi Berbasis Kebutuhan

1. Hierarki Kebutuhan Maslow (1954), menyusun suatu hierarki

kebutuhan mulai dari kebutuhan hidup tingkat dasar sampai tingkat

tertinggi berupa kesadaran diri dan aktualisasi. Ketika setiap

tingkat telah terpenuhi, secara teori individu akan termotivasi dan

berjuang untuk maju guna memenuhi tingkat kebutuhan

selanjutnya yang lebih tinggi. Lima tingkat kebutuhan dalam

hierarki Maslow, adalah:

a). Kebutuhan fisiologis mencakup makanan, air, hasrat seksual

dan kebutuhan hidup dasar lainnya.


b). Kebutuhan akan rasa aman mencakup tempat tinggal,

lingkungan permukiman yang aman, lingkungan kerja yang

sehat dan aman, akses kepelayanan kesehatan, uang dan

kebutuhan dasar lainnya.

c). Kebutuhan untuk disayangi dan dicintai mencakup keinginan

untuk kontak sosial (pergaulan) dan interaksi, pertemanan,

kasih sayang dan berbagai jenis dukungan lainnya.

d). Kebutuhan untuk dihargai mencakup status, pengakuan dan

pandangan positif.

e). Kebutuhan aktualisasi diri mencakup keinginan untuk

berprestasi, pengembangan diri dan otonomi.

Pergerakan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya disebut oleh

Maslow sebagai peningkatan kepuasan dan diasumsikan bahwa

sepanjang waktu individu termotivasi untuk terus maju melalui

tingkat tersebut. Kendati dari segi teori bermanfaat, kebanyakan

orang tidak memandang kebutuhan mereka dengan cara semacam

itu sehingga motivasi dengan pendekatan ini agak tidak realistis.

2. Teori ERG Alderfer (1972), tiga komponen teridentifikasi

dikembangkan berdasarkan teori Maslow, tetapi juga menyatakan

bahwa individu termotivasi untuk bergerak maju atau mundur

melalui tingkat yang dianggap sebagai motivator. Alderfer

mengurangi tingkatan Maslow dari lima menjadi tiga, seperti

berikut:
a) Keberadaan, terkait dengan dua tingkat pertama kebutuhan

Maslow sehingga menggabungkan kebutuhan fisiologis dan

rasa aman kedalam satu tingkat.

b) Pergaulan, mengacu kepada kebutuhan untuk disayangi dan

dicintai.

c) Pertumbuhan, berkaitan dengan dua kebutuhan terakhir

sehingga menggabungkan dua kebutuhan yaitu kebutuhan

untuk dihargai dan aktualisasi diri.

Alderfer juga menambahkan prinsip frustasi-regresi, yang

menyatakan bahwa individu akan masuk dan keluar dari berbagai

tingkat, bergantung pada sejauh mana kebutuhan mereka terpenuhi.

Konsep tersebut dianggap oleh mahasiswa jurusan manajemen

sebagai konsep yang lebih logis dan serupa dengan pandangan

hidup banyak orang.

3. Teori Dua Faktor Herzberg (2003), memodifikasi lebih lanjut teori

kebutuhan Maslow dan memadukan dua area kebutuhan yang

memotivasi karyawan. Dua area tersebut dinamakan:

a) Higine, area ini ditandai sebagai motivator dengan tingkat yang

lebih rendah dan mencakup, misalnya, “kebijakan dan

administrasi perusahaan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja,

gaji, status dan keamanan”.

b) Motivator, area ini menekankan faktor-faktor dengan tingkat

yang lebih tinggi dan berfokus pada aspek pekerjaan, misalnya,


“prestasi, pengakuan prestasi, pekerjaan itu sendiri, tanggung

jawab dan pertumbuhan atau kemajuan.

Konsep Herzberg mudah dipahami yang menyatakan bahwa

individu memiliki hasrat melebihi higine dan bahwa motivator

sangat penting bagi mereka.

4. Teori Kebutuhan didapat McClelland (1985), gagasannya adalah

bahwa kebutuhan didapat sepanjang kehidupan. Dengan kata lain,

kebutuhan bukan bersifat bawaan, tetapi dipelajari atau

dikembangkan sebagai hasil dari pengalaman hidup seseorang.

Teori tersebut berfokus pada tiga jenis kebutuhan:

a) Kebutuhan akan Prestasi, menekankan pada hasrat untuk

berhasil, untuk menyelesaikan tugas dan untuk mencapai

tujuan.

b) Kebutuhan akan Afiliasi (Ikatan), berfokus pada hasrat untuk

menjalin hubungan dan asosiasi dengan orang lain

c) Kebutuhan dan Kekuasaan, berkaitan dengan hasrat terhadap

tanggung jawab, kendali dan kuasa atas orang lain.

Keempat teori yang menggunakan pendekatan kebutuhan

tersebut berasal dari sudut pandang yang berbeda, tetapi sangat

membantu dalam memahami motivasi berdasarkan kebutuhan

mereka.
b. Teori Faktor Ekstrinsik Motivasi

Konsep lain untuk memahami motivasi difokuskan pada faktor-

faktor eksternal dan perannya dalam memahami motivasi orang lain.

Berikut teori yang paling dikenal:

1. Teori Penguatan (reinforcement) menurut B.F. Skinner (1953)

mempelajari perilaku manusia dan menyatakan bahwa individu

termotivasi ketika perilaku mereka diperkuat. Teori B.F. Skinner

terdiri atas empat macam penguatan. Dua penguatan yang pertama

berkaitan dengan pencapaian perilaku yang diinginkan, sementara

dua penguatan terakhir mengacu pada perilaku yang tidaak

diinginkan:

a) Penguatan Positif, berkaitan dengan pelaksanaan tindakan yang

mengompensasi perilaku positif.

b) Belajar Menghindar, terjadi ketika tindakan dilakukan untuk

mengompensasi perilaku yang menghindari perilaku yang tidak

diinginkan atau perilaku negatif, penguatan ini terkadang

disebut sebagai penguatan negatif.

c) Hukuman, mencakup tindakan yang dirancang untuk

mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan menciptakan

konsekuensi negatif bagi individu.

d) Pemusnahan, mencerminkan penghilangan reward positif untuk

perilaku yang tidak diinginkan.


Kritik utama yang dilontarkan untuk konsep penguatan adalah

bahwa konsep itu tidak mempertimbangkan kemampuan orang lain

untuk berpikir secara kritis dan rasional, keduanya merupakan aspek

penting dalam motivasi manusia. Meskipun dapat diterapkan pada

hewan, teori penguatan tidak memperhitungkan tingkat kognisi yang

lebih tinggi terjadi pada manusia.

c. Teori Faktor Intrinsik Motivasi

Teori yang didasarkan pada faktor-faktor intrinsik atau internal

berfokus pada proses berpikir dan persepsi terhadap motivasi. Berikut

beberapa contoh teori tersebut:

a) Teori Kesetaraan Adam (1963), menyatakan bahwa individu

termotivasi jika merasa bahwa dirinya diperlukan setara dengan

orang lain yang ada disekitarnya.

b) Teori Harapan Vroom (1964), membahas harapan individu dan

mengonsumsikan bahwa mereka termotivasi oleh kinerja dan hasil

akhir yang diharapkan dari perilaku mereka sendiri.

c) Teori Penetapan Tujuan Locke (1990), mengonsumsikan bahwa

dengan menetapkan tujuan, individu akan termotivasi untuk

bertindak guna mencapai tujuan tersebut.

Meskipun masing-masing teori tersebut berkaitan dengan satu

aspek tertentu dari motivasi, jika dibahas secara terpisah, tampaknya

tidak realistis karena faktor-faktor tersebut memang sering terlibat dan

memang penting untuk memotivasi karyawan pada satu masa tertentu.


2.1.3 Merokok

2.1.3.1 Pengertian Merokok

Istilah rokok adalah salah satu benda yang didalamnya mengandung

zat diktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan si

perokok dan masyarakat yang ada disekitar. Kemudian ada juga yang

menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus

termasuk cerutu atau bahan lainnya yang dihasilkan dari tanaman

Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sejenisnya

yang mengandung nikotin dan tar dll (Rasita Siam Windira, 2016).

Rokok adalah benda yang mampu menghipnotis mulut, sebagai

pelarian saat seseorang merasa gelisa atau tidak tahu apa yang harus

dilakukan, rokok dijadikan sebagai sahabat sejati yang selalu menemani

disegala situasi dan kondisi. Rokok pun kerap dianggap sebagai dewa

penolong. Benda berbentuk silinder berukuran panjang antara 70 – 120

mm (bervariasi tergantung produk) dan diameter 10 mm yang biasa dijepit

diantara dua jari saat dinyalakan dan dapat dinikmati kepulan asapnya,

adalah produk yang dianggap sebagai pencetus berbagai penyakit, baik

bagi perokok itu sendiri (Perokok aktif) maupun orang yang berada

disekitarnya. Itulah rokok, yang telah menjadi kenikmatan tersendiri bagi

sebagian perokok (A.F. Muchtar, 2009).


2.1.3.2 Kategori Perokok

a. Perokok Pasif

Adalah orang yang bukan perokok akan tetapi orang yang

mengalami paparan atau menghirup asap rokok orang lain yang

berada disekitar diri orang tersebut dan berada dalam satu tempat atau

ruangan tertutup dengan orang yang sedang merokok.

b. Perokok Aktif

Adalah orang yang mengkonsumsi rokok secara rutin dengan

sekecil apapun. (Suiraoka. IP, 2012). Tipe perokok menurut (Rasita

Siam Windira, 2016) ada tiga, yaitu:

1. Perokok ringan

Seseorang dikatakan perokok ringan apabila merokok dengan

jumlah 1-10 batang sehari.

2. Perokok sedang

Seseorang dikatakan perokok sedang apabila merokok dengan

jumlah 11-20 batang sehari.

3. Perokok berat

Seseorang dikatakan perokok berat apabila merokok dengan

jumlah >24 batang sehari.

2.1.3.3 Jenis Rokok

Menurut (Rasita Siam Windira, 2016), rokok berdasarkan bahan baku

atau isi di bagi tiga jenis:


a. Rokok Putih

Rokok putih adalah rokok yang bahan baku atau isinya hanya

daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan

aroma tertentu.

b. Rokok Kretek

Rokok kretek adalah rokok yang bahan baku atau isinya berupa

daun tembakau dan buah cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

c. Rokok Klembak

Rokok klembak adalah rokok yang bahan baku dan isinya berupa

daun tembakau, buah cengkeh, dan kayu kemenyan yang diberi saus

untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok dibagi menjadi dua jenis, yaitu rokok filter dan non-filter.

Rokok filter ialah pada bagian pagkalnya terdapat gabus. Sedangkan rokok

non-filter ialah pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

2.1.3.4 Zat yang Terkandung dalam Rokok

Zat yang terkandung di dalam rokok menurut (Sugeng D

Triswanto, 2007) adalah:

a. Tar

Ialah zat yang berwarna coklat berisi bermacam – macam jenis

hidrokarbon aromatik polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine.

Akan menimbulkan iritasi pada saluran nafas dikarenkan asap rokok

yang dihasilkan oleh tar.


b. Nikotin

Ialah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier,

bersifat basah lemah dengan pH 8,0. Pada pH fisiologis, sebanyak 31%

nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melalui membran sel. Nikotin

juga bersifat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan untuk

bisa terus merokok.

c. Karbon Monoksida

Ialah gas beracun yang mempunyai afinitas kuat terhadap

hemoglobin pada sel darah merah, ikatan karbon monoksida dengan

hemoglobin akan membuat hemoglobin tidak bisa melepaskan ikatan

dan sebagai akibatnya kemampuan hemoglobin untuk mengangkut

oksigen berkurang, sehingga bisa membentuk karboksi hemoglobin

mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan kematian.

d. Timah Hitam

Yang dihasilkan sebatang rokok sebanyak 0,5 ug. Sebungkus rokok

(isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari akan menghasilkan

10 ug, sedangkan ambang batas bahaya timah hitam yang masuk

kedalam tubuh yaitu 20 ug per hari. Bertapa bahaya jika siperokok

berlebihan dalam mengkonsumsi rokok per hari.

2.1.3.5 Dampak Merokok

Merokok adalah perbuatan yang tidak ada guna dan manfaatnya

kecuali mengamburkan harta serta mendatangkan penyakit, sehingga

didalamnya terdapat mudarat. Dilihat dari sisi kesehatan, zat nikotin dan
tar akan memacu kerja susunan saraf pusat dan saraf simpatis, yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat serta detak jantung bertambah

cepat. Adapun pengaruh terhadap sensitivitas bagi perokok yaitu

ketajaman penciuman dan pengecapan akan berkurang dibandingkan

dengan orang yang tidak merokok (A. F. Muchtar, 2009).

Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit kronis

seperti kanker paru-paru, jantung koroner, bronkitis, penyakit stroke,

hipertensi, penyakit diabetes dan impotensi (Rasita Siam Windira, 2016).

a. Kanker Paru-paru

Kanker adalah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak

terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Kanker paru-

paru adalah adanya sel abnormal dalam paru-paru. Peningkatan

insidensi kematian akibat kanker perlu diyakini berkaitan dengan

makin tingginya kebiasaan merokok kretek.

b. Penyakit Jantung Koroner

Merokok terbukti merupakan faktor resiko terbesar untuk

kematian mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner

meningkat dua sampai empat kali pada perokok dibandingkan dengan

bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan

jumlah rokok yang dihisap. Penyakit jantung koroner adalah

ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen

sehingga menyebabkan penyakit jantung iskemia atau infark


miokardium karena penebalan tunika intima arteri dn penimbunan

lipid.

c. Bronkitis

Bronkitis adalah hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan

peningkatan sel gobet dengan infiltrasi sel-sel radang dan edema

mukosa yang menghasilkan mokus. Bronkitis terjadi karena paru-

paru dan alur udara tidak mampu melepaskan mokus yang terdapat

didalamnya dengan cara normal. Mocus beserta semua kotoran

tersebut biasanya terus bergerak melalui tabung baronkial dengan

bantuan rambut halus (silia). Asap rokok memperlambat gerakan silia

dan setelah jangka waktu tertentu akan merusak silia sama sekali.

d. Penyakit Stroke

Stroke adalah perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah

serebral atau pembentukan embolus di tempat lain dalam sistem

pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga

terjepit dalam pembuluh darah serebral. Resiko stroke dan resiko

kematian lebih tinggi perokok dibandingkan bukan perokok.

e. Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg atau tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Nikotin dalam rokok

dapat menaikkan tekanan darah diastole secara akut dan tekanan

diastole sedikit berubah bila orang berhenti merokok.

f. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara

genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa

hilangnya toleransi tubuh terhadap karbohidrat. Bebrapa penelitian

menunjukkan peran rokok terhadap timbulnya penyakit diabetes atau

bahwa penderita diabetes akan memperparah resiko kematian jika

terus merokok.

g. Impotensi

Rokok merupakan salah satu penyebab terjadinya impotensi.

Impotensi adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau

mempertahankan ereksi yang cukup untuk menyelesaikan koitus. Hal

ini bisa dinilai dari penurunan frekuensi ereksi, ketidakmampuan

untuk mencapai ereksi yang keras atau detumescence (menghilangkan

ereksi) yang cepat.

2.1.4 Dewasa

2.1.4.1 Pengertian Masa Dewasa

Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dalam kata lain,

masa dewasa sudah mulai memilih nilai-nilai atau norma yang telah

dianggap baik untuk dirinya sendiri serta mereka berusaha untuk

mempertahankan nilai-nilai atau norma-norma yang telah dipilihnya. Dan

masa reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah dan

ketegangan emosional, periode komitmen dan masa kebergantungan,

kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Rosleny

Marliani, 2015).
Secara etimologis, istilah dewasa berkaitan erat dengan istilah

“adult” yang berasal dri kata kerja bahasa latin, seperti halnya istilah

“adolesene-adolescare” yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh

karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan

pertumbuhan sebelumnya dan siap menerima kedudukan dalam

masyarakat bersama orang dewasa lainnya (Rosleny Marliani, 2015)

2.1.4.2 Klasifiksi Masa Dewasa

Masa dewasa biasa dikelompokkan pada periode yang

menunjukkan perubahan bersamaan dengan masalah penyesuaian diri

dan tekanan berbudaya, serta harapan yang timbul akibat perubahan

tersebut. Hurlock membagi masa dewasa dalam tiga kelompok (Rosleny

Marliani, 2015).

a. Masa Dewasa Dini

Secara usia, masa dewasa dini dimulai dari usia 18-40 tahun. Saat

ini terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis, yang disertai

dengan berkurangnya kemampuan reproduktif. Hurlock menyebutnya

sebagai masa penyesuaian pribadi dan sosial.

b. Masa Dewasa Madya

Masa dewasa madya dimulai dari usia 40-60 tahun, yaitu ditandai

dengan menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas

tampak pada setiap orang.


c. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)

Masa dewasa lanjut atau senescence dimulai dari usia 60 tahun

sampai kematian. Pada fase ini, baik kemampuan fisik maupun

psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern serta

upaya dalam hal berpakaian dan berdandan, memungkinkan pria dan

wanita usia lanjut ini bertindak dan berperasaan seperti mereka masih

usia muda.

2.1.4.3 Sifat dan Sikap Adolescence (Masa Dewasa)

Sifat dan sikap adolescence menurut (Rosleny Marliani, 2015),

antara lain:

a. Menemukan Pribadinya

Sifat dan sikap adolescence, antara lain:

1. Menyadari kemampuannya, menyadari kelebihan dan

kekurangannya sendiri.

2. Menempatkan ditengah-tengah masyarakat, dengan jalan

menyesuaikan diri dengan masyarakat, tetapi tidak tenggelam

dalam masyarakat.

3. Menggunakan haknya dan mulai mengerti kewajibannya

sebagai anggota masyarakat, demi perkembangan kemajuan

dan pertumbuhan masyarakatnya.

4. Aktif dan kreatif dalam kehidupan bermasyarakat dengan jalan

musyawarah.
Dengan demikian sesorang dikatakan bahwa mulai dapat

membawakan atau menyesuaikan dirinya kedalam lingkungan

masyarakat.

b. Menentukan Cita-cita

Menentukan cita-cita dimaksudkan bahwa sifat dan sikap

adolescence, adalah sebagai berikut:

1. Kelanjutan dari kemampuan seseorang untuk menyadari

kemampuan dan kelebihannya sebagai suatu himpunan

kekuatan yang dipergunakan sebagai sarana untuk kehidupan

selanjutnya. Dengan sarana itu pula, ia tidak akan kehilangan

haknya, untuk ikut serta dengan masyarakat lain mengolah isi

alam raya ini untuk kehidupannya.

2. Dengan himpunan kemampuan dan kelebihan, serta

kekurangannya yang disadarinya itu, dicarkan kekuatan yang

tertinggi serta seimbang dengan daya juangnya, untuk dijadikan

sebagai pedoman hidupnya.

Dengan demikian, cita-cita itu bagi seseorang harus jelas serta

harus memiliki keyakinan bahwa dia dapat mencapainya, ia harus

siap dengan barang-barang yang akan diguanakan dan mengetahui

cara mencapainya serta mengetahui jalan dan permasalahannya.

c. Menggariskan Jalan Hidup

Menggariskan jalan hidup yang akan dilalui dalam

perjuangannya mencapai cita-cita tersebut.


Penemuan jalan ini bersamaan dengan terbentuknya cita-cita

itu. Jalan hidup ini merupakan garis proyeksi yang ditarik dari

himpunan kemampuan dan kelebihan serta kekuatan ke arah cita-

cita.

Kesetiaan untuk melewati jalan yang lurus akan menjadi

jaminan keselamatan seseorang dalam perjuangan untuk mencapai

cita-cita yang lebih ditentukan sendiri.

Dengan demikian, seseorang harus yakin bahwa cita-citanya

akan tercapai jika jlan itu di lalui dengan penuh kesetiaan, apapun

resikonya yang akan terjadi. Walaupun dia harus mati kerena

bertekad mencapai jalan agar cita-citanya tercapai, maka

kematiannya bukan kematian konyol, melainkan kematian yang

terhormat.

d. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab artinya mengerti tentang perbedaan antara

yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang. Ia

menyadari bahwa harus menjauhi segala yang bersifat negatif dan

mencoba membina diri untuk selalu menggunakan hal-hal yang

positif. Dengan demikian ia akan melakukan hal berikut:

1. Melakukan apa yang dapat dimengerti.

2. Tidak tergoda untuk melakukan hal yang orang lain lakukan

meskipun orang tersebut berjumlah banyak, bersi keras atas


perintah untuk dianut , ditantang dengan ancaman ataupun

hukuman.

3. Jika pada suatu saat dia berbuat salah serta menyadari akan

kesalahannya maka dia harus segera berhenti dari perbuatan

tersebut dan segera kembali kejalan yang semestinya.

4. Dia harus mampu menanyakan serta menyadari dirinya sendiri,

apakah dia telah melakukan hal yang salah.

e. Menghimpun Norma-norma Sendiri

Menghimpun norma-norma sendiri adalah dalam mencapai

cita-cita itu dia mampu menetukan atau memilih apakah norma-

norma itu tidak bertentangan dengan masyarakat dan negara pada

umumnya. Selanjutnya, norma-norma itu mampu menjadi sesuatu

bekal dan sarana untuk melindungi dirinya demi keselamatannya

selama berusaha dalam mencapai citacitanya.

2.1.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Orang Dewasa

Menurut (Rosleny Marliani,2015), adapun faktor-faktor tertentu dalam

kehidupan orang dewasa yang akan mempermudah perkembangan orang

dewasa adalah sebagai berikut:

a. Kekuatan Fisik

Bagi banyak individu puncak kekuatan fisik dicapai dalam usia 20

tahun. Kekuatan fisik yang prima maka akan dapat mengatasi atau

memecahkan persoalan-persoalan yang timbul pada masa dewasa.

Untuk itu, kesehatan harus selalu dijaga.


Kebiasaan hidup sehat yang perlu dilakukan oleh orang dewasa

untuk memelihra kekuatan fisik, yaitu:

1. Sarapan pagi

2. Makan secara teratur

3. Makan secukupnya untuk memelihara agar badan tetap normal

4. Tidak merokok

5. Olahraga secukupnya

6. Tidur secara teratur 7-8 jam setiap malam

Kemampuan motorik orang dewasa mencapai kekuatannya antara

usia 20-30 tahun. Kecepatan repon maksimal terdapat antara usia 20-

25 tahun dan sesudah itu kemampuan motoriknya sedikit demi sedikit

akan menurun.

Selain itu, orang dewasa yang berusia 20 tahun lebih baik dalam

mempelajari keterampilan motorik baru dibandingkan pada usia

mendekati masa setengah baya dan yang mempunyai kemampuan

motorik yang baik cenderung dapat menyelesaikan dengan baik

pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik.

b. Kemampuan Mental

Kemampuan mental yang diperlukan untuk menyesuaikan diri pada

situasi baru adalah mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari,

penalaran analogis dan berpikir kreatif. Kemampuan mental ini

mencapai puncaknya pada usia 20 tahun, kemudian sedikit demi

sedikit akan menurun.


Kemampuan mental sangat penting dimiliki setiap orang dewasa

untuk menyesuaikan diri terhadap tugas-tugas perkembangan, jauh

melebihi pentingnya kemampuan motorik.

Kemampuan mental seperti penalaran dengan menggunakan

analogi, mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan

berpikir kreatif sangat diperlukan dalam mempelajari serta

menyesuaikan diri terhadap keterampilan dan kecakapan yang dituntut

oleh tugas-tugas perkembangan orang dewasa. Baik pria maupun

wanita pada umumnya memiliki kemampuan berpikir yang sama

dalam usaha-usaha mereka memilih teman bergaul sebagai calon istri

atau suami.

c. Motivasi Untuk Berkembang

Salah satu aktor yang mempengaruhi perkembangan orang dewasa

adalah motivasi. Apabila telah mencapai usia dewasa secara hukum,

mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang dewasa yang

mandiri oleh kelompok sosial mereka.hal ini merupakan motivasi bagi

mereka untuk mengembangkan dirinya.

Pada masa dewasa, individu terdorong untuk mulai bekerja,

memilih pasangan hidup, membina keluarga, mengasuh anak,

mengelola rumah tangga, mengambil tanggung jawab sebagai warga

negara dan mencari kelompok sosial yang menyenangkan.

Motivasi untuk berkembang memiliki peranan strategis dalam

perkembangan orang dewasa. Individu yang merasa butuh dan perlu


untuk menguasai tugas-tugas perkembangan orang dewasa cenderung

mengarahkan perilakunya kearah tersebut. Sebaliknya, individu yang

tidak memiliki motivasi untuk berkembang menjadi orang dewasa, dia

cenderung mengabaikan tugas-tugas yang harus dikuasainya.

d. Model Peran

Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan

orang dewasa. Orang dewasa yang berinteraksi dengan orang dewasa

lainnya mempunyai model peran untuk diteladani. Sehingga, mereka

mereka memperoleh motivasi untuk mencontoh perilaku sesuai dengan

ketentuan-ketentuan yang dianut oleh masyarakat orang dewasa.

Sebaliknya, jika orang dewasa yang masih berinteraksi dengan remaja

maka akan berperilaku seperti remaja atau bukan pola perilaku dewasa.

Jika tetap dalam status kebergantungan, mereka hampir tidak

memperoleh kesempatan atau motivasi untuk menguasai tugas-tugas

perkembangan orang dewasa.


2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama dan Lokasi dan


N Tujuan Metode Variabel Instrumen
Judul Sampel Hasil Persamaan Perbedaan
o Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Bisma Alief, Mengetahui Lokasi Penelitian Variabel Penelitian ini Hasil dari terpaan Metode Varibel
2015 hubungan penelitian di ini Independe menggunakan gambar bahaya yang independen
Hubungan terpaan kota mengguna n: Terpaan koesioner. merokok pada digunakan yang
Terpaan gambar Jakarta. kan Gambar bungkus rokok sama-sama digunakan
Gambar bahaya jumlah kuantitatif Bahaya dengan upaya untuk metode berbeda
Bahaya merokok sampel dengan Merokok berhenti merokok kuantitatif. yaitu hanya
Merokok pada pada bungkus sebanyak tipe pada memiliki hubungan Instrumen pengaruh
Bungkus rokok dan 50 eksplanato Bungkus yang signifikan. Hal yang Visual
Rokok dan motivasi dari responden ri dengan Rokok dan ini ditunjukan digunakan Image.
Motivasi dari pasangan dengan usia teori the Motivasi dengan nilai yaitu Sampel
Pasangan terhadap 15-24 extended dari signifikansi sebesar koesioner. penelitian
Terhadap upaya untuk tahun yang parallel Pasangan 0,031 dimana tingkat Serta berbeda
Upaya untuk berhenti menjadi process Variabel signifikansinya lebih variabel yaitu
Berhenti merokok. perokok model, Dependen: kecil dari 0,05 dan dependen dewasa.
Merokok aktif dan teori Upaya nilai koefisien yang
memiliki motivasi untuk korelasinya sebesar digunakan
pasangan. proteksi, Berhenti 0,265. Sedangkan sama yaitu
menggunak teori Merokok motivasi dari untuk
an teknik disonansi pasangan dengan berhenti
non kognitif. upaya untuk berhenti merokok.
random merokok memiliki
sampling hubungan yang juga
dengan signifikan. Hal ini
metode ditunjukan dengan
purposive nilai signifikansi
sampling sebesar 0,042
dimana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05
dan nilai koefisien
korelasinya sebesar
0,247.
2 Dendy Bertujuan Lokasi Penelitian Variabel Penelitian ini Dari hasil penelitian Instrumen Metode
Akhmad untuk Penelitian ini terikat: menggunakan dinyatakan nilai penelitian yang
Aswin, 2017 mengetahui di kota mengguna Intensi koesioner. korelasi spearman’s yang digunakan
Hubungan hubungan Samarinda. kan merokok. sebesar -0,076 dan digunakan berbeda
Antara antara perokok metode Variabel nilai Sig sebesar sama yaitu yaitu
Persepsi persepsi pemula di skala. bebas: 0,450 dengan nilai koesioner. kuantitatif.
Terhadap terhadap Kota yakni Sig atau probalitas sampel
Gambar gambar di Samarinda persepsi lebih besar dari 0,05 penelitian
dikotak Rokok kotak rokok sebanyak terhadap (Sig >0,05) yang berbeda
Dengan Intensi dengan 100 orang. gambar artinya semakin yaitu
Merokok Pada intensi Teknik dikotak tinggi persepsi dewasa.
Perokok merokok sampling rokok. terhadap gambar di
Pemula di pada yang kotak rokok maka
Kota perokok digunakan semakin tinggi
adalah non
Samarinda pemula. intensi merokok
probability
. pada perokok
sampling
pemula. Berdasarkan
dan
accidental hasil perhitungan uji
sampling. signifikan korelasi
didapat nilai Z
hitung sebesar 0,757
dan Z tabel sebesar
0,629 dari hasil
tersebut dapat
diketahui bahwa
nilai Z hitung < Z
tabel maka H0
diterima dan H1
ditolak. Dalam hal
ini diketahui bahwa
tidak terdapat
hubungan yang
signifikan antara
persepsi terhadap
gambar dikotak
rokok dengan intensi
merokok pada
perokok pemula di
kota Samarinda.
2.3 Kerangka Teoritis

Pengaruh
Visual Image

Motivasi Berhenti Merokok

1. Pengertian Motivasi
2. Teori Motivasi
3. Pengertian Merokok
4. Kategori Perokok
5. Jenis Rokok
6. Zat yang Terkandung
dalam Rokok
7. Dampak Merokok

Dewasa

1. Pengertian
2. Klasifikasi
3. Sifat dan Sikap
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan

Keterangan: : Diteliti
: Tidak Diteliti

Skema 2.1
Kerangka Teoritis
(Sumber : Hamdani, 2011; Lukmanul H, 2016; Rasita Siam
Windira, 2016; Sharon B Buchbinder B & Nancy H Shanks,
2014; A. F. Muchtar, 2009; Sugeng D Triswanto, 2007; Rosleny
Marliani,2015)

Anda mungkin juga menyukai