PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan.
Namun dapat menjadi patologis atau tidak normal sesuai dengan kondisinya. Bidan
sebagai tenaga medis terdepan ditengah masyarakat memegang peranan yang sangat
penting untuk dapat memberi pendidikan kepada masyarakat, sehingga dapat ikut serta
menurunkan angka kemantian ibu ( AKI ) dan angka kematian bayi ( AKB ). Dalam
melakukan asuhan pada kala I,II,III,dan IV harus diberikan sesuai dengan kebutuhan
klien.
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Rata-rata lama kala III
berkisar 15-30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Rata-rata kematian pada
ibu dialami pada kala III, salah satu penyebabnya adalah atonia uteri atau suatu kondisi
dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar
Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil fundus uteri dan untuk mengatasinya segera dilakukan
wanita yang sedang hamil 20 minggu memiliki resiko perdarahan post partum dan
sekuelenya. Walaupun angka kematian maternal telah turun secara drastis di negara-
1
erdarahan post partum didefinisikan sebagai kehilangan darah lebih dari 500 mL setelah
persalinan vaginal atau lebih dari 1.000 mL setelah persalinan abdominal. Perdarahan
dalam jumlah ini dalam waktu kurang dari 24 jam disebut sebagai perdarahan post
partum primer, dan apabila perdarahan ini terjadi lebih dari 24 jam disebut sebagai
Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S. Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh
angka kejadian berkisar antara 5% sampai 15%. Dari angka tersebut, diperoleh sebaran
etiologi antara lain: atonia uteri (50 – 60 %), sisa plasenta (23 – 24 %), retensio plasenta
(16 – 17 %), laserasi jalan lahir (4 – 5 %), kelainan darah (0,5 – 0,8 %).
B. Rumusan Masalah
5. Apa tanda dan gejala dari melakukan KBI, KBE dan KAA?
C. Tujuan Penulisan
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari melakukan KBI, KBE dan KAA
2
D. Manfaat
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab perdarahan pada persalinan serta mengetahui
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
1. Kompresi Bimanual
Ada beberapa macam pengertian dari kompresi bimanual,antara lain sebagai berikut:
Kompresi bimanual adalah suatu tindakan untuk mengontrol dengan segera homorrage
Menekan rahim diantara kedua tangan dengan maksud merangsang rahim untuk
RI,1997)
Ada kalanya setelah kelahiran plasenta terjadi perdarahan aktif dan uterus
tidak berkontraksi walaupun sudah dilakukan menajemen aktif kala III. Dalam kasus
ini uterus tidak berkontraksi dengan penatalaksanaan menajemen aktif kala III dalam
digunakan adalah aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti
4
Kontraksi miometrium dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang-cabang
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc
dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998). Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml
dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998). HPP biasanya
kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E
Dongoes, 2001).
Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
a. Menghentikan perdarahan.
seluruh persalinan.
Berdasarkan penyebabnya :
5
e. Kelainan darah (0,5-0,8%)
dihentikan.ini dapat di uji dengan melepaskan sesaat tekanan pada uterus dan
mendekatkan kedua telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah
uterus dapat kembali berkontraksi. Bila belum berhasil dilakukan kompresi bimanual
internal.
6
4. Kompresi Aorta Abdominal (KAA)
perdarahan secara mekanik. Proses mekanika yang digunakan adalah dengan aplikasi
tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti kontraksi meometrium (yang untuk
menjepit anyaman cabang- cabang pembuluh darah besar yang berjalan diantaranya.
Prosedur ini dilakukan dari luar (kompresi bimanual eksterna) atau dari dalam (kompresi
bimanual interna), tergantung tahapan upaya mana yang memberikan hasil atau dapat
mengatasi perdarahan yang terjadi. Bila kedua upaya tersebut belum berhasil, segera
Peralatan yang di perlukan untuk dapat melakukan kompresi aorta abdominalis tidak
ada, kecuali sedapat mungkin teknik yang benar, sehingga aorta benar-benar tertutup
untuk sementara waktu sehingga perdarahan karena otonia uteri dapat di kurangi.
a. Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus dengan kuat dan dapat dibantu dengan
b. Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik sehingga bagian lainnya tidak terlalu
sehingga tersedia waktu untuk memasang infus dan memberikan uterotonika secara
intravena.
7
B. Etiologi/Penyebab dilakukan KBI, KBE dan KAA
Tindakan kompresi bimanual interna, eksterna dan kompresi aorta abdominal ini
– Atonia Uteri
– Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya
C. Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan
sirkulasi ke pembuluh, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus
menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna hal inilah
yang menyebabkan perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti
epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah. Penyakit perdarah pada ibu; misalnya afibrinogemia
atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir
adalah:
1) Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
8
3) Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang
Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika, uterus mengeras tapi perdarahan
tidak berkurang. Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri biasanya dapat terjadi
karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum, karena
perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab
Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang
berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan
yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila
ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah
Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila
perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak
darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri,
kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan
seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami
yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan
9
Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian
yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke
dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat,
dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero
vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi
Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau
adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian
plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk
atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.Sehingga untuk
apabila tidak berhasil lakukan Kompresi Bimanual Eksterna apabila kedua tindakan
Gejala Klinis umum yang terjadi untuk dilakukannya tindakan KBI dan KBE adalah
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea
berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan
a) Atonia Uteri:
10
Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus
tidak berkurang.
c) Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
1. Persiapan
Alat
b. Phantom panggul
c. Phantom uterus
g. Larutan antiseptik.
11
i. Set infus, jarum dan cairan RL, NaCl
k. Cateter nelaton
0,20 mg/ml.
r. Nierbekken/bengkok.
s. Gunting verband.
u. Lampu sorot.
Bahan
b. Pelindung pribadi: penutup kepala, kaca mata pelindung, alas kaki tertutup,
apron/celemek plastik.
e. Perlak/underpad.
2. Pasien :
Pasien sudah mengerti dengan tindakan yang akan dilakukan. Ia mengerti bahwa
12
3. Penolong : Siap melakukan kompresi bimanual interna, Kedua tangan sudah
4. Prosedur :
10. Menyisihkan kedua labia mayora ke arah lateral dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
11. Memasukkan tangan yang lain secara obstetrik ke dalam introitus vagina
punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks inferior dan dorong
13. Meletakkan telapak tangan luar pada dinding perut, upayakan untuk
13
14. Melakukan kompresi uterus selama 5 menit dengan cara mendekatkan
berikutnya.
18. Memasukkan kedua tangan ke dalam wadah yang sudah berisi larutan
2. Tekan ujung jari telunjuk, tengah, dan manis satu tangan diantara simpisis
dan umbilikus pada korpus depan bawah sehingga fundus uterus naik ke arah
dinding abdomen.
14
4. Menggeser perlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama ke arah fundus
dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri dan kanan (mendekatkan
rektal.
secepat mungkin.
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang apa yang akan dilakukan dan lakukan
informed concent
3. Baringkan ibu di atas ranjang, penolong menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi
penolong sehingga pasien berada pada ketinggian yang sama dengan pinggul
penolong.
15
4. Tungkai diletakan pada dasar yang rata ( tidak menggunakan penopang kaki )
7. Raba artikulasi arteri femoralis dengan jalan meletakan ujung jari telunjuk dan
tengah tangan kanan pada lipatan paha yaitu pada perpotongan garis lipat paha
dengan garis horizontal yang melewati titik 1 cm diatas dan sejajar dengan tepi
atas simpisis ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri tersebut teraba dengan baik.
8. Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari titik pulsasi
tersebut
9. kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk, tengah, manis
dan kelingking pada umbilikus ke arah kulumna vertebralis dengan arah tegak
lurus ( titik kompresi adalah tepat di atas pusar sedikit dan sedikit ke arah kiri ).
10. Dorongan kepalan tangan akan mengenai bagian yang keras di bagian tengah atau
sumbu badan ibu, dan apabila tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta
abdominalis maka pulsasi arteri femoralis ( yang dipantau dengan jari telunjuk,
dan tengah tangan kanan ) akan berkurang atau terhenti ( tergantung derajat
arteri femoralis )
16
Amati perkembangannya, apakah uterus berkontraksi. Jika :
17. Melakukan infus oksitosin 20 unit dalam 500 cc Ringer Laktat dengan laju 500
ml/jam hingga tiba di empat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus,
kemudian lanjutkan dengan kecepatan 125 ml/jam. Jika tidak tersedia cairan yang
cukup, beri 500 ml kedua dengan kecepatan sedang dan berikan minuman untuk
rehidarasi.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindakan Kompresi Bimanual Interna ini dapat di lakukan jika terjadi perdarahan, yang
nya atonia uteri, sisa plasenta yang tertinggal dan inversio uteri. Tindakan Kompresi
Bimanual InternaL ini adalah dimana tangan kiri penolong dimasukan ke dalam vagina dan
sambil membuat kepalan diletakan pada forniks anterior vagina. Tangan kanan diletakan pada
perut penderita dengan memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di
depan serta jari-jari lain di belakang uterus. Oleh karena itu, Kompresi ini harus dilakuakn
dengan segera agar perdarahan pada ibu bersalin dapat terhentikan dengan secepat mungkin.
perdarahan misalnya akibat atonia uteri. Kompresi bimanual ini diteruskan sampai uterus
dipastikan berkontraksi dan perdarahan dapat dihentikan.ini dapat di uji dengan melepaskan
sesaat tekanan pada uterus dan kemudian mengevaluasi konsistensi uterus dan jumlah
perdarahan.
KBE menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua beah
telapak tangan yang melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar. Bila perdarahan
Kompresi aorta dilakukan untuk menghentikan pendarahan dilakukan dengan beberapa cara
yaitu Tata cara komperesi aorta abdominalis : Tekanlah aorta abdominalis diatas uterus
dengan kuat dan dapat dibantu dengan tangan kiri selama 5 s/d 7 menit. Lepaskan tekanan
sekitar 30 sampai 60 detik sehingga bagian lainnya tidak terlalu banyak kekurangan
18
darah.Tekanan aorta abdominalis untuk mengurangi perdarahan bersifat sementara sehingga
tersedia waktu untuk memasang infus dan memberikan uterotonika secara intravena.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam
Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman. Amin.
19
DAFTAR PUSTAKA
http://kebidanan-wh.blogspot.com/2017/01/job-sheet-penanganan-atonia-uteri.html
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/12/makalah-
manualplasenta.html.
20