Raport Tahfidz Qur'An
Raport Tahfidz Qur'An
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
nikmatnya kepada kita sekalian. Solawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah, Mts.Al-Wathoniyah 2 bersama guru-guru telah menyusun muatan lokal
HAFALAN AL-QUR’AN. Hafalan Al-qur’an merupakan jawaban atas peraturan mentri
pendidikan nasional 24 tahun 2006 yang mengisyaratkan agar setiap madrasah wajib
mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Kurikulum muatan lokal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi lulusan
madrasah terutama membaca, menulis, dan menghafal Al-qur’an, sehingga peserta didik
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kandungan Al-qur’an yang tercermin dalam perilaku
kehidupan bermasyarakat. Kurikulum ini akan diberlakukan di madrasah Tsanawaiyah Al-
Wathoniyah 2 Duren Sawit Jakarta Timur.
Demi kesempurnaan dan efektifitas kurikulum ini, agar dievaluasi setiap akhir tahun
pelajaran. Sehingga dapat dilakukan penyempurnaan berikutnya.
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita sekalian, Amin.
====================================
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang standar Isi
menyatakan bahwa muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan
bagian arintegral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Kebijakan nasional yang berkaitan dengan dimasukkannya muatan lokal dalam standar isi
dilatar belakngi oleh kenyataan bahwa negara republik Indonesia terdiri atas berbagai daerah
yang beragam kondisi geografis, sumber daya alam, dan sumber daya manusia, sejarah dan
budaya yang berbeda-beda.
Menyikapi kondisi tersebut, satuan pendidikan perlu memberikan wawasan yang luas
kepada peserta didik tentang kekhasan yang ada di lingkungannya melalui pembelajaran
muatan lokal. Satuan pendidikan menentukan jenis muatan lokal yang di sesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Standar isi yang disusun secara terpusat
tidak mungkin dapat mengakomodasi beranekaragaman jenis muatan lokal yang dilaksanakan
pada masing-masing satuan pendidikan.
Madrasah sebagai sekolah berciri khas agama Islam memiliki beragam potensi yang
salah satunya adalah hafalan al-qur’an. Untuk meningkatkan prestasi siswa dalam hal hafalan
al-qur’an diperlukan adanya program khusus pembelajaran dalam bentuk muatan lokal.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka upaya membantu madrasah dalam
mengembangkan muatan lokal hafalan al-qur’an maka Mts. Al-Wathoniyah 2 menyusun dan
menerbitkan “ Kurikulum Muatan lokal Hafalan Al-Qur’an”
B. LANDASAN
C. Tujuan
Tujuan penyusunan kurikulum lokal ini, agar dapat menjadi acuan bagi Mts.Al-Wathoniyah 2
dalam mengembangkan muatan lokal hafalan Al-qur’an yang dilaksanakan pada tingkat ini.
===============================
BAB II
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
A. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum muatan lokal hafalan al-qur’an adalah seperangkat rencana dan pengajaran
mengenai aktivitas menghafal al-qur’an surat dan ayat yang terdapat di dalamnya. Untuk dapat
mengucapkan dan mengungkapkannnya kembali secara lisan pada semua surat dan ayat
tertentu sebagai aplikasi menghafal Al-qur’an.
B. Tujuan
Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal hafalan Al-Qur’an adalah untuk
menyiapkan peserta didik di madrasah khususnya di wilayah DKI Jakarta mampu menghafal
ayat-ayat Al-qur’an.
C. Kompetensi Inti
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas
tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada kelas yang
berbeda dapat dijaga. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut :
1. Kompetensi inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2. Kompetensi inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
3. Kompetensi inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan;
4. Kompetensi inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti keterampilan;
Berdasarkan kompetensi inti, hafalan Al-Qur’an masuk kelompok B sebagai mata pelajaran
muatan lokal dengan alokasi waktu 2 JP (Jam Pelajaran) perminggu. Susunan mata pelajaran
dan alokasi waktu sebagaimana tabel berikut:
E. Kompetensi Dasar
Pengelompokkan kompetensi dasar muatan lokal hafalan qur,an, seperti tersebut di atas adalah
sebagai berikut :
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
==============================
BAB III
STRATEGI PENGEMBANGAN
Muatan lokal hafalan Al-qur’an merupakan kegiatan kurikuler. Oleh karena itu, satuan
pendidikan harus menyusun dan mengembangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP),
Penilaian, dan menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk muatan lokal yang
dilaksanakan.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran muatan lokal hafalan Al-Qur’an ini menggunakan
:
a. Metode bin Nazhar (melihat)
Metode ini dilakukan dengan membaca secara cermat ayat-ayat Al-Qur’an yang akan dihafal
dengan melihat mushaf Al-Qur’an secara berulang-ulang dan sesering mungkin, agar
memperoleh gambaran menyeluruh tentang lafazd maupun urutan ayat-ayat dan suratnya.
b. Metode tasmi’ (menyimak)
Metode ini dilakukan siswa dengan cara memperdengarkan ayat-ayat Al-qur’an kepada peserta
didik lainnya. Metode berguna untuk mengetahui kekurangan siswa dari sisi pengucapan huruf
atau harokat dalam membaca Qur’an.
c. Metode Talaqqi (setoran)
Metode talaqqi yaitu menyetor atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada
pendidik atau teman sebaya. Proses ini dilakukan untuk mengetahui hasil hafalan siswa dan
mendapat bimbingan seperlunya.
d. Metode takriri (mengulang-ngulang)
Metode takriri yaitu mengulang hafalan dan memperdengarkan hafalannya kepada guru atau
teman sebaya. Metode ini dilakukan agar hafalan yang sudah ada terjaga dengan baik. Selain
kepada guru metode ini dapat dilakukan oleh siswa kapan saja untuk memperlancar bacaan dan
menjaga agar tidak lupa.
e. Metode klinis
Metode ini diperuntukan bagi peserta didik yang belum mampu mengikuti program hafalan
secara reguler. Program ini dilaksanakan di luar jam pelajaran reguler yang dibimbing oleh
pendidik.
B. Penilaian
Kegiatan penilaian dilakukan antara lain untuk :
1. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya
dalam proses pencapaian kompetensi.
2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga
dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
3. Untuk umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan
sumber belajar yang digunakan.
Penilaian hasil belajar hafalan Al-qur’an peserta didik berdasarkan kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan kete- rampilan yang
dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap
peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk kepada ruang
lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/ kompetensi muatan/ kompetensi program dan
proses.
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian sebagai berikut;
a. Penilaian kompetensi sikap
Pendidik /guru melakukan penilaian kopetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
teman sejawat ( peer evaluation) oleh pesrta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek, atau skala
penilaian (rating scale) yang di sertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara terus menerus atau
berkesinambungan baik langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
2) Penilaian diri, merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian antar peserta didik, merupakan penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian antar peserta didik.
4) Jurnal, merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.
1) Instrumen tes tertulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar/salah,
menjodohkan dan uraian yang dilengkapi pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan
3) Intrumen penugasan berupa pekerjaan rumah yang dikerjakan secara individu atau kelompok
sesuai dengan karakteristik tugas.
c. Penilaian kompetensi keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan
tes praktek. Instrumen yang digunakan daftar cek atau skala penilaian ( rating scale ).
C. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal untuk setiap mata pelajaran yang
ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar 0 – 100 %. Kriteria ideal minimal adalah 75%.
KKM ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata siswa,
kompleksitas kompetensi, kemampuan sumber daya pendukung, dalam penyelenggaraan
pembelajaran dengan rincian sebagai berikut;
a. Tingkat kemampuan rata-rata peserta didik “A”
1) Rata-rata nilai 80 – 100 = A, diberikan skor 3
2) Rata-rata nilai 60 – 79 = A, diberikan skor 2
3) Rata-rata nilai < 60 = A, diberikan skor 1
b. Tingkat kompleksitas/kesulitan kompetensi “B”
1) Kompleksitas rendah, B diberi skor 3
2) Kompleksitas sedang, B diberi skor 2
3) Kompleksitas tinggi, B diberi skor 1
c. Sumber daya pendukung pembelajaran (SDM,Alat, Bahan)”C”
1) Daya dukung tinggi, C diberi skor 3
2) Daya dukung sedang, C diberi skor 2
3) Daya dukung rendah, C diberi skor 1
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah kurikulum muatan lokal hafalan Al-Qur’an ini disusun untuk dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan pembelajaran hafalan Al-Qur’an di MTS.ALWATHONIYAH 2 DUREN
SAWIT JAKARTA TIMUR.