PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Perencanaan
Agar diperoleh hasil yang diharapkan maka sebelum melakukan penambangan perlu
mengetahui tujuan perencanaan penambangan tersebut diantaranya, yaitu :
1. Mendapatkan sistem dan metoda yang tepat untuk menambang batugamping
2. Memperkirakan factor teknis dalam penambangan batugamping
3. Merencanakan kegiatan reklamasi setelah penambangan selesai dilakukan.
Perhitungan Cadangan
Penentuan Umur Tambang PENGOLAHAN DATA
Metode penambangan
Perencanaan alat
Perhitungan produksi alat
Geometri jalan tambang PERENCANAAN TEKNIS
Jenjang
Penirisan
Reklamasi
HASIL
2
BAB II
TINJAUN UMUM
2.1 Geografi
2.1.1 Topografi
Topografi daerah penambangan batugamping merupakan daerah yang berbukit dengan
kemiringan agak miring, ketinggian daerah ini antara 45m diatas permukaan laut sampai 120m
diatas permukaan laut dengan kemiringan secara umum 2 – 15 %.
2.1.2 Vegetasi
Vegetasi pada daerah penambangan sebgian besar terdiri dari tumbuhan hutan tropis
yang heterogen, lainnya terdiri dari alang-alang dan semak belukar.
3
2.2 Genesa Batugamping
2.2.1 Teori Pembentukan Batugamping
Batugamping yang terdapat di alam menurut genesanya terjadi akibat dua proses yaitu :
a. Proses Sedimentasi
Batugamping yang terjadi akibat proses sedimentasi melalui sedimentasi organik dan
sedimentasi kimia serta sedimentasi mekanik, Proses sedimentasi organik terjadi karena adanya
tumbuhan laut (koloni binatang foraminifera, algae dan renik lainnya) yang telah mati dan
diendapkan di dasar laut dengan kondisi laut yang tenang. Batugamping yang terjadi akibat
sedimentasi kimia terjadi akibat proses kimia yang berlangsung secara terus menerus di lautan
luas dengan larutan yang terkandung di dalamnya, sedangkan sedimentasi mekanik yang terjadi
pada batugamping diakibatkan oleh adanya proses akumulasi dari lumpur-lumpur yang
mengandung karbonat. Proses pembentukan batugamping melalui proses sedimentasi secara
terus menerus dan berlangsung cukup lama sehingga terbentuk endapan batugamping yang ada
sekarang ini.
b. Proses Pelapukan
Pada proses pelapukan ini , sumber unsur karbonatnya adalah karbon dioksida (CO2)
dari udara dan mineral-mineral yang mengandung unsur-unsur karbonat yang terdapat pada
batuan asal yang tersebar di permukaan bumi .Dalam bentuk yang umum adalah melalui proses
pelapukan pada masa batugamping sehingga membentuk larutan kalsium karbonat (CaCO3)
yang pada larutannya oleh media air diangkut dan diendapkan di lingkungan laut dangkal.
Klasifikasi Batugamping antara lain :
1. Batugamping Non Klastik
Batugamping ini berwarna putih sampai putih abu-abu, bagian luar biasanya berwarna
coklat kemerahan sampai hitam karena mengalami pelapukan. Banyak mengandung fosil
foraminifera dan dibeberapa tempat mengandung kalsit. Berstuktur masif, kompak (solid) dan
sering kali terdapat rongga-rongga karena proses pelarutan. Proses pelarutan yang intensif akan
menghasilkan aliran sungai bawah tanah dan gua kapur.
2. Batugamping Klastik
Batugamping ini berwarna putih kekuningan sampai putih kecoklatan. Dalam kondisi
lapuk berwarna coklat kemerahan sampai hitam. Struktur perlapisan, terkadang terdapat sisipan
lempung gampingan. Bagian luar Batugamping ini bersifat hablur dan cenderung rapuh.
4
2. Calcarenite
Yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir.
3. Calcilutite
Yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pada pasir.
4. Calcipulverite
Yaitu batugamping hasil presifikasi kimia.
5. Batugamping organik
Yaitu batugamping hasil pertumbuhan organisme secara insitu seperti terumbu.
2.2.2 Litologi
Litologi daerah penambangan secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a. Kelompok Endapan Lempung
Merupakan kelompok endapan sedimen lempung yang umumnya terdapat pada lapisan
penutup (top soil), dengan kondisi keras, kaku dan kering akibat terkena langsung sinar
matahari. Kelompok ini tersebar merata didaerah lapisan penutup dan ketebalannya berkisar
1.5m dalam jumlah yang sedikit.
b. Kelompok Karbonat
Merupakan kelompok penyebaran batuan yang sangan didominasi oleh endapan
karbonat hasil sedimentasi yaitu batugamping (limestone). Kelompok ini ditemukan disemua
daerah penambangan yang letaknya dibawah lapisan penutup (top soil).
Lempung 1,5 m
Batugamping 105,85 m
5
BAB III
ASPEK PERTIMBANGAN RENCANA PENAMBANGAN
6
4) Training (tahapan terakhir setelah penjaringan, seleksi, dan rekrutmen, yaitu berupa
pemberian pelatihan kepada tenaga kerja).
Dengan diadakannya tahapan ini maka perusahaan dapat menerima para karyawan yang
berpotensi dan ahli dalam bidangnya masing-masing sehingga dalam pembagian tugasnya tidak
perlu repot menentukan karyawan yang bekerja sesuai dengan bidangnya.
7
3.2.2 Struktur organisasi
President Director
Wahyu Obelom Wakerkwa
8
3.3 Aspek Geoteknik
3.3.1 Faktor Densiti
Densiti merupakan perbandingan antara berat benda dengan volume benda. Faktor
densiti untuk tambang dihutung dari percobaan laboratorium terhadap contoh tanah asli. Nilai
rata-rata densiti batugamping yang akan ditambang pada PT. Melanesia Limestone adalah 2.6
ton/m3.
10
terbentuk sebagai akibat dari proses penambangan (pit slope) maupun yang merupakan sarana
penunjang operasi penambangan (seperti bendungan dan jalan) tidak stabil, maka akan
mengganggu kegiatan produksi.
Dari keterangan diatas, dapat dipahami bahwa analisis kemantapan lereng merupakan
suatu bagian yang penting untuk mencegah terjadinya gangguan terhadap kelancaran produksi
maupun terjadinya bencana yang fatal.
Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan umumnya berada dalam
keadaan seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Kalau misalnya karena sesuatu
sebab mengalami perubahan keseimbangan akibat pengangkatan, penurunan, penggalian,
penimbunan, erosi atau aktivitas lain, maka tanah atau batuan itu akan berusaha untuk mencapai
keadaaan yang baru secara alamiah. Cara ini biasanya berupa proses degradasi atau
pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran-longsoran atau gerakan-gerakan lain
sampai tercapai keadaaan keseimbangan yang baru.
Pada tanah atau batuan dalam keadaan tidak terganggu (alamiah) telah bekerja
tegangan-tegangan vertikal, horisontal dan tekanan air dari pori. Ketiga hal di atas mempunyai
peranan penting dalam membentuk kestabilan lereng.
Sedangkan tanah atau batuan sendiri mempunyai sifat-sifat fisik asli tertentu, seperti
sudut geser dalam (angle of internal friction), gaya kohesi dan bobot isi yang juga sangat
berperan dalam menentukan kekuatan tanah dan yang juga mempengaruhi kemantapan lereng.
Oleh karena itu dalam usaha untuk melakukan analisis kemantapan lereng harus
diketahui dengan pasti sistem tegangan yang bekerja pada tanah atau batuan dan juga sifat-sifat
fisik aslinya. Dengan pengetahuan dan data tersebut kemudian dapat dilakukan analisis
kelakuan tanah atau batuan tersebut jika digali atau “diganggu”. Setelah itu, bisa ditentukan
geometri lereng yang diperbolehkan atau mengaplikasi cara-cara lain yang dapat membantu
lereng tersebut menjadi stabil dan mantap.
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dikenal istilah faktor keamanan
(safety factor) yang merupakan perbandingan antara gaya-gaya yang menahan gerakan terhadap
gaya-gaya yang menggerakkan tanah tersebut dianggap stabil, bila dirumuskan sebagai berikut :
11
Kemantapan lereng suatu batuan dapat dianalisis dengan metode grafis (stereografis),
analisis vector dan metode Hoek dan Bray.
Dalam menganalisi kemantapan lereng PT. Melanesia Limestone menggunakan metode
Hoek dan Bray karena dengan metode ini dapat menganalisis longsoran busur yang
kemungkinan dapat terjadi pada daerah penambangan PT. Melanesia Limeston. Untuk
keperluan praktis Hoek dan Bray telah menuangkan cara perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan dengan asumsi yang digunakan :
1. Jenis tanah yang digunakan dalam hal ini adalah tanah yang dianggap homogeny dan
kontinyu
2. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
3. Menggunakan diagram tinggi air tanah pada lereng.
Berdasarkan asumsi tersebut yang dianggap sama dengan keadaan lapangan yang berada pada
daerah penambangan, PT.Melanesia Limestone menggunakan circular failure chart nomor 3
dalam menghitung kemantapan lereng.
Berdasarkan hasil perhitungan PT. Melanesia Limestone menggunakan kemiringan
lereng sebesar 600 dengan faktor keamanan 1.05 > 1 dimana lereng dalam keadaan mantap
untuk pembuatan jenjang.
12
B. Tahanan Gali/ Digging Resistance (DR)
Tahanan gali merupakan tahanan yang dialami oleh alat gali saat melakukan
penggalian tanah. Tahanan gali desebabkan oleh :
1. Gesekan antara alat gali dengan tanah
2. Kekerasan tanah
3. Kekerasan dan ukuran butiran tanah
4. Adhesi antara tanah dan alat gali, kohesi antara butiran-butiran tanah itu sendiri
5. Berat jenis tanah
C. Tahanan Gulir/ Rolling Resistance (RR)
Tahanan gulir adalah sejumlah gaya-gaya luar yang berlawanan dengan arah gerak
kendaraan yang berjalan diatas jalur jalan/ permukaan tanah. Tahanan guling
tergantung pada :
1. Keadaan jalan
2. Keadaan bagian kendaraan yang berhubungan dengan permukaan jalur jalan
D. Tahanan Kemiringan/ Grade Resistance (GR)
Tahanan kemiringan yaitu gaya berat yang melawan atau membant gerak kendaraan
karena kemiringan jalan yang dilaluainya.Tanah kemiringan tergantung pada :
1. Besarnya kemiringan jalur jalan (100%)
2. Berat kendaraan (ton)
E. Percepatan/ Asseleration
Percepatan adala waktu ang diperlukan untuk mempercepat kendaraan dengan
memakai kelebihan RP yang tidak digunakan menggerakan kendaraan pada
keadaan jalur tertentu. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mempercepat
kendaraan tergantung pada :
1. Berat Kendaraan
2. Kelebihan RP
3.3.5 Perkerasan
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yangdigunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang biasanya dipakai dalamperkerasan jalan adalah batu
pecah, batu belah, batu kali dan hasil sampingpeleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang
dipakai antara lain semen, aspal dantanah liat.
Lapisan pekerasan jalan berfungsi untuk menerima beban lalulintas dan
menyebarkannya ke lapsan dibawahnya terus ketanah dasar. Berikut adalah lapisam-lapisan
pembentuk perkerasan jalan beserta dengan fungsinya :
13
1. Lapisan Permukaan (Surface Course)
Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang biasanya kita
pijak, atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan. Lapisan ini berfungsi
sebagai penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk
melindungi lapisan dibawahnya sehingga air mengalir ke saluran di samping jalan, tahan
terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan, dan diperuntukkan untuk meneruskan
beban kendaraan ke lapisan dibawahnya.
2. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Lapisan ini terletak dilapisan dibawah lapisan permukaan. Lapisan ini terutama berfungsi
untuk menahan gaya lintang akibat beban roda dan menerus beban ke lapisan dibawahnya,
sebagai bantalan untuk lapisan permukaan dan lapisan peresapan untuk lapisan pondasi
bawah. Material yang digunakan untuk lapisan ini diharus material dengan kualitas yang
tinggi sehingga kuat menahan beban yang direncanakan.
3. Lapisan Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapisan ini berada dibawah lapisan pondasi atas dan diatas lapisan tanah dasar. Lapisan ini
berfungsi untuk menyebarkan beban dari lapisan pondasi bawah ke lapisan tanah dasar,
untuk menghemat penggunaan material yang digunakan pada lapisan pondasi atas, karena
biasanya menggunakan material yang lebih murah. Selain itu lapisan pondasi bawah juga
berfungsi untuk mencegah partikel halus nah masuk kedalam material perkerasan jalan dan
melindungi air agar tidak masuk kelapisan dibawahnya.
4. Lapisan Tanah dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah bagian terbawah dari perkerasan jalan raya. Apabila kondisi
tanah pada lokasi pembangunan jalan mempunyai spesifikasi yang direncanakan makan
tanah tersebut akan langsung dipadatkan dan digunakan. Tebalnya berkisar antara 50 – 100
cm. Fungsi utamanya adalah sebagai tempat perletakan jalan raya.
Bahan yang hendak dipakai untuk perkerasan jalan pada PT. Melanesia Limestone adalah
material berukuran kecil dari batugamping.
14
mempertahankan kondisi kerja yang aman, sehingga alat-alat mekanis yang digunakan pada
daerah tersebut mempunyai umur yang lama.
Secara garis besar, sistem penyaliran dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sistem
penyaliran langsung/ konvesional dan system penyaliran tak langsung/ inkonvesional)#.
A. Sistem Penyaliran Langsung (Konvesioanal)
Adalah sistem penyaliran dengan cara mengeluarkan (memompa) air yang sudah masuk
kedalam tambang. Sistem ini terbagi kedalam dua bagian, yaitu :
1. Penyaliran Dengan Tunnel atau Adit
Cara penyaliran ini biasa diterapkan pada tambang yang terletak di daerah pegunungan
atau berbentuk bukit. Air yang masuk kedalam tambang dikeluarkan dengan cara mengalirkan
air dari dasar tambang melalui terowongan keluar tambang.
15
Gambar 3.3 Siemens Methods
2. Small Pipe With Vacuum Pump
Cara ini diterapkan pada lapisan batuan yang inpermiabel (jumlah air sedikit) dengan
membuat lubang bor. Dalam metode ini dibuat lubang bor dibuat dengan diameter 6 – 8 inch,
lubang tidak diberi casing, tetapi dimasukan dengan pipa berdiameter 2 – 2.5 inch. Pasir
dimasukan sebagai saringan sehingga yang masuk adalah material yang larut dalam air. Melalui
smallpipe ini lubang bor dibuat vakum dengan menggunakan pompa.
16
Gambar 3.5 Deep Well Pump Method
17
3.4 Aspek Produksi
3.4.1 Jumlah Cadangan Batu Gamping
Cadangan (reserve) merupakan sebagian dari sumber daya (resource) yang memenuhi
persyaratan minimum (secara fisik maupun kimiawi) yang relevan dengan praktek
penambangan dan ekstrasi (ketebalan, kadar/ kualitas dan kedalaman), dimana dapat memenuhi
persyaratan hukum ekonomis yang dibutuhkan saat perhitungan dilakukan (sehingga bersifat
mekanis).
Metode perhitungan cadangan yang digunakan PT. Melanesia Limestone dalam
menghitung besarnja jumlah cadangan batugamping adalah metode penampang (cross section)
dengan menggunakan rumus mean area. Rumus ini digunakan dalam perhitungan luas rata-rata
dan dipakai untuk endapan yang mempunyai penampang uniform. Rumus mean area adalah
sebagai berikut :
(𝑆1 + 𝑆2)
𝑉=𝐿
2
Dimana :
S1 : luas penampang 1 (m2)
S2 : luas penampang 2 (m2)
L : jarak antar penampang (m)
V : volume cadangan (m3)
Berdasarkan hasil perhitungan, maka besar cadangan batugamping PT. Melanesia
Limestone adalah sebesar 15.092.048,888 ton, yang tersebar disemua area penambangan dan
terletak dibawah lapisan penutup (overburden).
18
3.4.3 Cadangan Tertambang
Berdasarkan hasil perhitungan cadangan, maka didapat besarnya cadangan batugamping
yang tertambang adalah sebesar 9.969.752,266 ton, dengan target produksi batugamping sebesar
464.587 ton/jam.
𝑡𝑜𝑛𝑎𝑔𝑒
Umur tambang = 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
9.969.752,266 ton
= 464.587 ton/jam
= 21.459 jam
1 tahun
Umur tambang = 21.459 jam x = 10 tahun.
2.144 jam
Tabel 3.3 Jam Kerja Efektif dalam sehari PT. Melanesia Limestone
No Waktu (Jam) Jam Kerja Efektif (jam) Keterangan
2 12.00-13.00 - Istirahat
Total 8
19
Tabel 3.4 Jam Kerja Efektif Dalam Satu Tahun PT. Melanesia Limestone
Bulan Hari/ Hari Libur Hari Hujan Hari Hujan Pada Hari kerja
Bulan Hari Kerja Efektif
Januari 31 6 22 3 22
Februari 28 6 15 2 20
Maret 31 6 14 1 24
April 30 5 10 2 23
Mei 31 8 10 3 20
Juni 30 5 10 2 23
Juli 31 9 16 2 20
Agustus 31 6 10 1 24
September 30 5 18 3 22
Oktober 31 5 14 2 24
November 30 5 14 1 24
Desember 31 6 20 3 22
365 72 173 25 268
Waktu kerja efektif = 365 hari – 97 hari = 268 hari kerja. Atau 268 hari x 8 jam kerja =
2.144 jam kerja efektif dalam satu tahun. Jika penambangan dilakukan diperkirakan selama 10
tahun maka : 2.144 jam/tahun x 10 = 21.440 jam dalam 10 tahun.
20
Tabel 3.5 Efisiensi Kerja Bulldozer
Kondisi Alat Efisiensi Kerja
Baik Sekali 0.83
Baik 0.78
Normal 0.72
Buruk 0.63
Buruk Sekali 0.52
B. Motor Grader
Produksi motor grader digunakan pada PT. Melanesia Limestone untuk meratakan
tanah guan pembuatan jalan tambang dan pemeliharaanya. Produksi motor grader dapat dihitung
secara matematis dengan menggunakan rumus :
Q = V x (Le x Lo) x 1000 x E
Dimana:
Q : produksi operasi area perjam (m2/jam)
V : kecepatan kerja (km/jam)
Le : blade leght evectife (m)
Lo : width of overlap (m3)
E : efisiensi alat
Berdasarkan hasil perhitungan produksi motor grader adalah 5630.7 m2/jam.
C. Backhoe
Produksi backhoe dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus seperti
dibawah ini :
𝐸𝑥𝐼𝑥𝐻
𝑃=
𝐶𝑡
Dimana:
P : produksi bachoe (m3/jam)
E : efisiensi alat (%)
I : swell factor (%)
H : kapasitas bucket (m3)
Ct :cycle time (menit)
21
Tabel 3.6 Efisiensi Kerja Bachoe
Kondisi Alat Efisiensi Kerja
Baik 0.83
Normal 0.75
Kurang Baik 0.67
Buruk 0.58
Berdasarkan hasil perhitungan produksi backhoe adalah 617.76 ton/jam atau 4942.08
ton/hari.
D. Dump Truck
Produksi dumptruck dapat dihitung secara matematis dengan menggunakan rumus
seperti dibawah ini :
𝐸𝑥𝐼𝑥𝐻
𝑃=
𝐶𝑡
Dimana:
P : produksi dumptruck (m3/jam)
E : Efisiensi alat
I : swell factor (%)
H : kapasitas bucket (m3)
Ct : cycle time (menit)
Berdasarkan hasil perhitungan produksi dump truck adalah 77.064 ton/jam sehingga
digunakan 8 unit dump truck untuk memenuhi target produksi perjam atau perharinya.
22
3.6 Metode Penambangan
3.6.1 Dasar Pemilihan Sistem Penambangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penambangan :
1. Karakteristik Spasial Endapan
a. Ukuran (tinggi dan tebal)
b. Bentuk (tabular, vesikuler, masif, reguler)
c. Altitude (inklinasi/dip)
d. Kedalaman (misbah pengupasan)
3. Sifat-Sifat Geoteknik
a. Sifat elastis dan perilaku plastis
b. Keadaan tegangan
c. Konsulidasi, kompaksi
d. Sifat fisik lainnya (permaebilitas)
4. Konsiderasi Ekonomi Yang Perlu Ditinjau
a. Cadangan (tonage dan kadar)
b. Produksi
c. Umur tambang
d. Produktivitas
e. Ongkos penambangan
5. Faktor Teknologi
a. Mining recovery
b. Delusi
c. Konfleksibilitas metode
d. Selektivitas metode
23
e. Dispersi pekerjaan
f. Modal, pekerja, intensitas mekanisasi
g. Faktor lingkungan
6. Faktor Lingkungan
a. Controlisasi bawah tanah
b. Subsidence
c. Kontrol atmosfer
d. Kekuatan kerja
24
Dalam pengupasan tanah penutup alat mekanis yang digunakan adalah Backhoe merek
Caterpillar tipe 336 D sebagai alat gali sekaligus alat muat.
3. Mining (penambangan)
Kegiatan penambangan batugamping terbagi atas tiga kegiatan, yaitu pembongkaran,
pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan tersebut adalah:
a. Pembongkaran
Pembongkaran merupakan kegiatan untuk memisahkan antara endapan bahan galian
dengan batuan induk yang dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah penutup endapan
batugamping tersebut selesai. Pembongkaran dapat dilakukan dengan menggunakan peledakan,
peralatan mekanis maupun peralatan non mekanis.
25
BAB IV
Perencanaan penggunaan alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan pemuatan adalah
backhoe 1 buah dengan merek Caterpilar 336 D L dengan kapasitas bucket 2 m3 yang masih
baru. Jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan backhoe 1 unit dengan merek
Caterpilar 336 D L dengan kapasitas bucket 2 m3 yang masih baru sebagai alat gali sekaligus
alat muat.
26
4.4.3 RENCANA PENGGUNAAN ALAT ANGKUT
Perencanaan penggunaan alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan land clearing
(pembersihan lahan) seperti : pembabatan, pembersihan tanah, bongkahan batu dan pepohonan
adalah bulldozer sebanyak 1 unit dengan merek Caterpilar 825H Soil Compactor tipe U-
Blade.
4.3 JENJANG
Elemen-elemen suatu jenjang terdiri dari tinggi, lebar dan kemiringan yang penentuan
dimensinya dipengaruhi oleh:
1. Alat-alat berat yang dipakai (terutama alat gali dan angkut)
2. Kondisi geologi
3. Sifat fisik batuan
4. Selektifitas pemisahan yang diharapkan antara bijih dan buangan
5. Laju produksi
6. Iklim
Tinggi jenjang adalah jarak vertikal diantara level horisontal pada pit, lebar jenjang
adalah jarak horisontal lantai tempat di mana seluruh aktifitas penggalian, pemuatan dan
pengeboran-peledakan dilaksanakan dan kemiringan jenjang adalah sudut lereng jenjang.
27
kemungkinan dapat terjadi pada daerah penambangan PT. Melanesia Limeston. Untuk
keperluan praktis Hoek dan Bray telah menuangkan cara perhitungan yang dapat dipertanggung
jawabkan dengan asumsi yang digunakan :
1. Jenis tanah yang digunakan dalam hal ini adalah tanah yang dianggap homogeny dan
kontinyu
2. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
3. Menggunakan diagram tinggi air tanah pada lereng.
Berdasarkan asumsi tersebut yang dianggap sama dengan keadaan lapangan yang berada pada
daerah penambangan, PT.Melanesia Limestone menggunakan circular failure chart nomor 3
dalam menghitung kemantapan lereng.
Berdasarkan hasil perhitungan PT. Melanesia Limestone menggunakan kemiringan
lereng sebesar 600 dengan faktor keamanan 1.05 > 1 dimana lereng dalam keadaan mantap
untuk pembuatan jenjang.
28
Gambar 4.1 Dimensi Jenjang
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur dapat dilihat pada gambar 4.2
berikut ini :
29
Sedangkan lebar jalan lurus dapat dihitung menggunakan persamaan dibawah
ini :
Lmin = ( n x Wt) + ( n + 1 ) x ( ½ x Wt )
Dimana :
Lmin = lebar jalan angkut minimum (m)
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut (m)
Jadi lebar jalan angkut pada jalan lurus PT. Melanesia Limestone adalah :
Lmin = ( n x Wt) + ( n + 1 ) x ( ½ x Wt )
= (2 x 4.2m) + ((2+1) (½ x 4.2m))
= 8.4 m + (3 + 2.1m)
= 8.4m + 5.1m
= 13.5 m
30
Gambar 4.3 Lebar Jalan Tikungan
Sedangkan lebar jalan tikungan dapat dihitung menggunakan persamaan
dibawah ini :
Wmin = C ( U + Fa + Fb + Z )
Dimana :
Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m
U = lebar jejak roda (m)
Fa = lebar juntai depan (m)
Fb = lebar juntai belakang (m)
Z = lebar bagian tepi jalan (m)
C = jarak antar kendaraan (m)
Jadi lebar jalan angkut pada belokan adalah :
Wmin = 2 (3.43m + 0.843m + 1.479m + 2.876m) + 2.876m
= 2 (11.504m)
= 23 m
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut dalam
pengereman atau mengatasi tanjakan/ biasanya kemiringan jalan dinyatakan dalam (%) persen,
kemiringan jalan angkut dapat dihitung dengan rumus :
𝐵𝑒𝑑𝑎 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝐺𝑟𝑎𝑑𝑒 (%) = 𝑥 10 %
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
31
Kemiringan jalan angkut maksimum yang dapat dilalui dengan dump truck berkisar
10% - 15%. Kemiringan jalan tambang pada PT. Melanesia Limestone adalah :
1. Kemiringan jalan lurus untuk jalur A – B sebesar 11.6%
2. Kemiringan jalan lurus untuk jalur B – C sebesar 6.1%
3. Kemiringan jalan lurus untuk jalur C – D sebesar 8.3%
4. Kemiringan jalan lurus untuk jalur D – E sebesar 0%
5. Kemiringan jalan lurus untuk jalur E – F sebesar 0%
6. Kemiringan jalan lurus untuk jalur F – G sebesar 7.4%
7. Kemiringan jalan lurus untuk jalur G – H sebesar 0%
8. Kemiringan jalan lurus untuk jalur H – I sebesar 0%
9. Kemiringan jalan lurus untuk jalur I – J sebesar 12.5%
4.5 PENAMBANGAN
4.5.1 PEMBERSIHAN LAHAN
Sebelum kegiatan penambangan dimulai terlebih dahulu dilakukan kegiatan
penggusuran atau pembersihan semak belukar dilokasi/ area yang akan ditambang, kegiatan
penggusuran direncanakan dilakukan dengan menggunakan alat mekanis yaitu Buldozer dengan
cara medorong pepohonan maupun semak bagian atas bukit ke lembah yang akan direncanakan.
Alat ini juga digunakan untuk merintis jalan masuk ke lokasi penambangan guna kelancaran
pekerjaan selanjutnya
32
Lapisan ini terdiri dari : lempung biasa, lempung karbonat dan lempung. Pengupasan
lapisan ini dilakukan dengan menggunakan alat mekanis seperti backhoe, bulldozer dan alat
angkut menggunakan truck.
4.5.3 PENGGALIAN
Batuan yang akan ditambang dibongkar /digali dengan menggunakan alat bongkar/gali
seperti bulldozer, dimana rencana pengupasan tanah penutup dan penggalian batugamping
direncanakan berdasarkan umur tambang. operasi penggalian dibuat berdasarkan pada rencana
produksi dan kemampuan alat yang ada. Alat gali yang dapat dipakai adalah backhoe sebagai
alat gali sekaligus alat muat batugamping keatas alat angkut truck.
4.5.4 PEMUATAN
Alat muat yang dipakai pada setiap permkaan kerja antara lain sebagai berikut:
1. Bulldozer
2. Backhoe
Jumlah alat muat untuk masing-masing permukaan kerja, hal ini tergantung keadaan
medan kerja, sasaran produksi yang diinginkan dan material yang dimuat, umumnya alat muat
yang digunakan adalah backhoe.
4.5.4 PENGANGKUTAN
Seluruh batugamping yang ditumpuk akan diangkut memakai truck, kemudian akan
dibawa ke tempat penampungan stockpile dan kemudian siap untuk dijual ke konsumen.
4.5.6 REKLAMASI
Reklamasi adalah kegiatan-kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan umum, agar dapat berfungsi dan
berdaya guna sesuai dengan peruntukanya. Usaha ini harus dilakukan setiap pengusaha
(pengusaha pertambangan) sesuai peraturan pemerintah yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa kesulitan untuk reklamasi daerah bekas tambang
apabila tanpa perencanaan pengelolaan yang baik. Kesulitan tersebut antara lain :
33
Beberapa faktor penting yang saling mempengaruhi lingkungan dari kegiatan
pertambangan antara lain penerapan teknologi pertambangan. Kegiatan faktor ini saling
berpengaruh bukan hanya pada lingkungan diluar pertambangan dimana daya dukung menjadi
berkurang, akan tetapi kegiatan penambangan akan mengalami hambatan dalam kelancaran
operasinya.
Reklamasi didaerah bekas tambang dilakukan dengan cara pengambilan kembali tanah
penutup (top soil) ke bekas daerah penambangan kemudian dilakukan pemupukan tanah untuk
mengembalikan kestabilan dan kesuburan tanah. Sehingga dapat ditanami tanaman yang lebih
produktif bagi penduduk setempat, agar tata lingkungan tidak jauh berbeda dengan lingkungan
sebelumnya maka dipilih bibit mahoni sebagai tanaman reklamasi.
Adapun tahapan atau kegiatan yang akan dilakukan dalam reklamasi lahan
pertambangan PT.Melanesia Limestone ialah :
1. Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan lapisan tanah yang subur (top
soil) dilahan yang akan direklamasi, hal ini bertujuan untuk memberikan lapisa
penyubur sehingga memudahkan tanamah untuk tumbuh dan memberikan kekuatan
pentangga tanah karena lahan bekas tambang umumnya kurang unsure hara, memiliki
porositas tinggi dan penyerapan air rendah.
2. Tahap persiapan lahan yaitu, dengan perataan lahan. Tahapan ini adalah kegiatan
meratakan sehingga nentinya memudahkan penimbunan top soil menguatkan porositas
dalam penyerapan air. Setelah tanah dipadatkan maka selanjutnya perlu dibuat saluran
drainase untuk mengatur penyaliran.
3. Nydroseding adalah kegiatan penyebaran lahan reklamasi dengan bibit tanaman perintis
yang sebelumnya telah dicampur dengan fertilizer dan aditif lainnya. Penyebaran
dilakukan denga truck hydro siede. Nydroseding ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan lingkungan yang bail.
4. Tahap selanjutnya akan dilakukan penanaman dengan tanaman yang cocok dengan
daerah penambangan PT.Melanesia Limestone, yaitu tanaman Kaliandra Bunga Merah
(Caliandra colothrysus) tanaman ini dipilih karena Kaliandra merupakan jenis tanaman
yang dapat mudah tumbuh disemua jenis tanah asam, menempati area vegetasi yang
terganggu dan memiliki kemampuan bertunas yang tinggi. Selain itu tanaman ini juga
dapat dimanfaatkan sebagai energi bahan bakar, konservasi lahan marginal, hijauan
makanan ternak, penghasil madu, perbaikan tanah dan penghias jalan.
34
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum dan pembuatan laporan simulasi Tambang
Terbuka ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan cadangan diperoleh jumlah cadangan batugamping sebesar
15.092.048,888 ton dan jumlah overburden sebesar 2.418,750 m3.
2. Batugamping yang akan ditambang secara tambang terbuka dengan menggunakan metode
Quarry tipe sisi bukit (side hill type) dengan jalan masuk langsung dimana penambangan
dimulai dari ketinggian 120m–100m ditahun pertama, 100m–90m ditahun kedua, 90m-
75m ditahun ketiga, 75m – 65m ditahun keempat, 65m-55m ditahun keenam, 55m-45m
ditahun ketujuh, 45m-30m ditahun kedelapan, 30m-18m ditahun kesembilan dan 18m-0m
ditahun kesepuluh atau tahun terakhir penambangan.
3. Pembabatan semak belukar dan pembuatan jalan tambang yang ada pada daerah
penambangan dengan menggunakan bulldozer dan motor grader kemudian dilanjutkan
dengan pembongkaran dan pemuatan yang mana keduanya menggunakan alat mekanis
yaitu backhoe, pekerjaan selanjutnya adalah pengangkutan dengan menggunakan truck.
4. Direncanakan menggunakan backhoe Caterpillar 336 D L sebagai alat gali sekaligus
sebagai alat muat, bulldozer Caterpillar 825H Soil Compactor tipe U-Blade, sebagai alat
gali, truck Caterpillar Artikulasi 745 C digunakan sebagai alat angkut dan motor grader
Caterpillar 120 H sebagai alat perawatan jalan tambang.
5. Reklamasi didaerah bekas tambang dilakukan dengan cara pengambilan kembali tanah
penutup (top soil) ke bekas daerah penambangan kemudian dilakukan pemupukan tanah
untuk mengembalikan kestabilan dan kesuburan tanah. Sehingga dapat ditanami tanaman
yang lebih produktif bagi penduduk setempat, agar tata lingkungan tidak jauh berbeda
dengan lingkungan sebelumnya maka dipilih bibit mahoni sebagai tanaman reklamasi.
5. 2. Saran
Adapun saran setelah melakukan praktikum simulasi Tambang Terbuka ini adalah
sebagai berikut :
1. Pada saat kegiatan penambangan batugamping perlu dilakukan pengontrolan
sehingga dapat memberi batas-batas penambangan
35
2. Memperhatikan dampak pencemaran lingkungan di daerah sekitar penambangan
3. Dalam perencanaan Tambang Terbuka perlu pertimbangan dan perhitungan yang
benar-benar teliti dalam segala aspek yang mendukung dalam perencanaan
tambang terbuka, sehingga tidak terjadi kesalahan yang dapat berakibat vatal bagi
perusahaan
4. Diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat melihat kesalahan pada praktikum
kali ini dan memperbaiki kesalahan serta kekurangannya.
36
DAFTAR PUSTAKA
37