Anda di halaman 1dari 17

LAMPIRAN 8.

1
ANALISIS STATISTIK DATA CURAH HUJAN

Penentuan Curah Hujan Rencana


Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya metode analisis frekuensi langsung (direct frecquency analysis).
Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana berdasarkan data
curah hujan yang tersedia. Jika waktu pengukuran curah hujan lebih lama (jumlah
data banyak), hasil analisis semakin baik.

Tabel 8.1 (a) Data Curah Hujan

(sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Kabupaten Morowali)

Tabel 8.1 (b) Pengolahan Data Curah Hujan


No x x- (x-) m n n+1-m Yn YN (Yn-YN)2
1 317.50 181.99 135.51 18,363.64 1 48 48 3.88 0.55 11.11
2 83.80 181.99 (98.19) 9,640.79 2 48 47 3.18 0.55 6.92
3 243.50 181.99 61.51 3,783.79 3 48 46 2.76 0.55 4.90
4 478.80 181.99 296.81 88,097.66 4 48 45 2.46 0.55 3.67
5 269.40 181.99 87.41 7,640.95 5 48 44 2.23 0.55 2.83
6 204.90 181.99 22.91 524.98 6 48 43 2.04 0.55 2.21
7 350.50 181.99 168.51 28,396.46 7 48 42 1.87 0.55 1.75
8 243.20 181.99 61.21 3,746.97 8 48 41 1.72 0.55 1.39
9 137.00 181.99 (44.99) 2,023.88 9 48 40 1.59 0.55 1.10
10 200.90 181.99 18.91 357.68 10 48 39 1.48 0.55 0.86
11 188.70 181.99 6.71 45.06 11 48 38 1.37 0.55 0.68
12 102.50 181.99 (79.49) 6,318.26 12 48 37 1.27 0.55 0.52
13 51.00 181.99 (130.99) 17,157.73 13 48 36 1.18 0.55 0.40
14 28.00 181.99 (153.99) 23,712.15 14 48 35 1.09 0.55 0.29
15 35.00 181.99 (146.99) 21,605.33 15 48 34 1.01 0.55 0.21
16 58.50 181.99 (123.49) 15,249.16 16 48 33 0.93 0.55 0.14
17 49.80 181.99 (132.19) 17,473.54 17 48 32 0.85 0.55 0.09
18 97.00 181.99 (84.99) 7,222.88 18 48 31 0.78 0.55 0.05
19 130.00 181.99 (51.99) 2,702.70 19 48 30 0.71 0.55 0.03
20 79.80 181.99 (102.19) 10,442.29 20 48 29 0.65 0.55 0.01
21 98.40 181.99 (83.59) 6,986.87 21 48 28 0.58 0.55 0.00
22 57.20 181.99 (124.79) 15,571.92 22 48 27 0.52 0.55 0.00
23 152.00 181.99 (29.99) 899.25 23 48 26 0.46 0.55 0.01
24 69.00 181.99 (112.99) 12,766.18 24 48 25 0.40 0.55 0.02
25 192.00 181.99 10.01 100.25 25 48 24 0.34 0.55 0.04
26 304.00 181.99 122.01 14,887.05 26 48 23 0.28 0.55 0.07
27 122.00 181.99 (59.99) 3,598.50 27 48 22 0.22 0.55 0.11
28 308.00 181.99 126.01 15,879.15 28 48 21 0.17 0.55 0.15
29 329.00 181.99 147.01 21,612.68 29 48 20 0.11 0.55 0.19
30 489.00 181.99 307.01 94,256.68 30 48 19 0.05 0.55 0.24
31 239.00 181.99 57.01 3,250.43 31 48 18 0.00 0.55 0.30
32 51.00 181.99 (130.99) 17,157.73 32 48 17 -0.06 0.55 0.37
33 99.00 181.99 (82.99) 6,886.93 33 48 16 -0.11 0.55 0.44
34 13.00 181.99 (168.99) 28,556.78 34 48 15 -0.17 0.55 0.51
35 42.00 181.99 (139.99) 19,596.50 35 48 14 -0.23 0.55 0.60
36 106.00 181.99 (75.99) 5,774.10 36 48 13 -0.28 0.55 0.69
37 107.00 181.99 (74.99) 5,623.13 37 48 12 -0.34 0.55 0.79
38 323.00 181.99 141.01 19,884.53 38 48 11 -0.40 0.55 0.90
39 243.00 181.99 61.01 3,722.53 39 48 10 -0.46 0.55 1.02
40 174.00 181.99 (7.99) 63.80 40 48 9 -0.53 0.55 1.16
41 204.00 181.99 22.01 484.55 41 48 8 -0.59 0.55 1.30
42 241.00 181.99 59.01 3,482.48 42 48 7 -0.67 0.55 1.47
43 269.00 181.99 87.01 7,571.18 43 48 6 -0.74 0.55 1.66
44 243.00 181.99 61.01 3,722.53 44 48 5 -0.83 0.55 1.88
45 137.00 181.99 (44.99) 2,023.88 45 48 4 -0.92 0.55 2.15
46 311.00 181.99 129.01 16,644.23 46 48 3 -1.03 0.55 2.48
47 208.00 181.99 26.01 676.65 47 48 2 -1.16 0.55 2.93
48 255.00 181.99 73.01 5,330.83 48 48 1 -1.36 0.55 3.64
8,735.40 621,517.11 26.29 64.29

1. Perhitungan Simpangan Baku / Standar Deviasi Dengan Rumus :

( x- )2
S=
(n-1)
621,517.11
S=
48 -1

S = 114.99

2. Perhitungan Reduksi Variat Dihitung Dengan Menggunakan Rumus :


1
Y = - ln ( ( )

41
Y = - ln ( ( )
4
Y = 1.25

3. Perhitungan Koreksi Rata-rata (Reduce Mean) Dihitung Dengan


Menggunakan Rumus :
+1
Yn = - ln ( ( )
+1
n = 48 (jumlah data curah hujan)
m = 1 (urutan data)
48 + 1 1
Yn = - ln ( ( )
48 + 1
Yn = 3.88
(Hasil Perhitungan Dapat Dilihat Pada Tabel 8.1 (b).

4. Perhitungan Nilai Rata-rata Reduce Mean (YN) dapat ditentukan dengan


rumus:
Yn
YN =
n
26.29
=
48
YN = 0.55

5. Perhitungan Nilai Koreksi Standar Deviasi, Ditentukan Dengan Rumus:

( Yn- YN )2
Sn =
(n-1)
64.29
Sn =
47

Sn = 1.17

6. Perhitungan Perkiraan Curah Hujan Rencana Menurut Gumbel :


S
XT = + (Y-YN)
Sn
114.99
XT = 181.99 mm/bulan+ (1.25-0.55)
1.17
XT = 250.64 mm/bulan
LAMPIRAN 8.2
PERHITUNGAN INTENSITAS CURAH HUJAN

Perhitungan Intensitas Curah Hujan


Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
intensitasnya.
Hubungan intensitas, lama hujan, dan frekuensi hujan biasanya dinyatakan
dalam lengkung Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF=Intensity-Duration-Frequency
Curve). Besarnya intensitas hujan 1 jam dihitung dengan cara Partial series, yaitu
data curah hujan dalam satu jam dan mencari nilai ambangnya, kemudian
perhitungan dilanjutkan dengan menggunakan Distribusi Gumbell. Tetapi karena
tidak terdapatnya data curah hujan durasi pendek (1 jam), maka perhitungan
intensitas hujan satu jam dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe
sebagai berikut.
Penentuan intensitas hujan rencana dilakukan dengan pengolahan data
dengan pendekatan empiris, menggunakan rumus Mononobe.
R24 24 2/3
I= ( )
24 t
Dimana I adalah Intensitas curah hujan (mm/jam), R24 adalah Curah Hujan
harian maksimum (mm/hari) dan t adalah Waktu (1 jam).

Curah hujan maksimum = 250.64 mm/ hari


Dari rumus diatas maka diperoleh :
R24 24 2/3
I= ( )
24 t
250.64 24 2/3
I= ( )
24 1
I = 86.90 mm/jam
Tabel 8.2 (a) Keadaan Hujan dan Intensitas Hujan
Intensitas Curah Hujan (mm)
Keadaan Curah Hujan
1 jam 24 Jam
Hujan sangat ringan <1 <5
Hujan Ringan 1-5 5-20
Hujan Normal 5-10 20-50
Hujan Lebat 10-20 50-100
Hujan sangat lebat > 20 > 100

Analisis frekuensi langsung dapat dilakukan dengan dua sajian data curah
hujan, yaitu :
1. Seri Tahunan (annual series)
Pengolahan data curah hujan dilakukan dengan mengambil satu curah hujan
tertinggi dalam rentang waktu satu tahun. Kekurangan dalam analisis ini
adalah data curah hujan dibawah curah hujan maksimum pada tahun tertentu
tetapi lebih tinggi dari curah hujan maksimum pada tahun yang lain, tidak
diperhitungkan (digunakan).
2. Seri Sebagian (partial series)
Cara ini dapat menutupi kekurangan cara pertama (seri tahunan), karena
pengolahan data dilakukan dengan mengambil data curah hujan yang
melebihi suatu nilai tertentu dengan mengabaikan waktu kejadian hujan
yang bersangkutan.
LAMPIRAN 8.3
PENENTUAN NILAI KOEFISIEN LIMPASAN (C)

Dari table diperoleh nilai koefisien limpasan 0,9 karena berada pada
daerah yang kemiringannya >15% , tanpa tumbuhan dan merupakan daerah
tambang.
Tabel 8.3 (a) Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Kemiringan Kegunaan Lahan Koefisien Limpasan
Sawah, rawa-rawa 0.2
<3% Hutan, perkebunan 0.3
Perumahan dengan kebun 0.4
Hutan, perkebunan 0.4
Perumahan 0.5
3 15 %
Tumbuhan yang jarang 0.6
Tanpa tumbuhan, daerah penimbunan 0.7
Hutan 0.6
Perumahan, kebun 0.7
. 15 %
Tumbuhan yang jarang 0.8
Tanpa tumbuhan, daerah tambang 0.9
LAMPIRAN 8.4
PERHITUNGAN DEBIT AIR LIMPASAN

Penentuan besarnya air limpasan maksimum (peak run off) ditentukan


berdasarkan metode Rasional (US Soil Conservation Service, 1973, dalam
Warweman, 2010) dengan rumus sebagai berikut:
Qp = 0,278 .C .I .A
Dimana, Qmax adalah debit limpasa maksimum (m3/detik), C adalah
koefisian air limpasan, I adalah intensitas hujan (mm/jam), A adalah luas daerah
DTH, km.

Dari ketentuan diatas maka diperoleh:


A = 240 km2
C = 0,9
I = 86.90 mm/ jam
Qp = 0,278 .0.9 .86.90 mm/jam . 0.0601 km2
= 1.31m3/detik

Sedangkan debit limpasan puncak

QCH = A x CH
A = 0.0601 km2
CH = 181.99 mm/ jam
181.99
= /
1000

= 0.18199 m /hari
0.18199
= /
86400

= 2.10 x 10-6
QCH = 60,178.25 m2 x 2.10 x 10-6 mm/ detik
= 0.12 m3/detik
LAMPIRAN 8.5
PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PENYALIRAN

Saluran Terbuka Di Luar Bukaan Tambang


Masalah yang cukup penting dalam merancang sistem penyaliran tambang
adalah penentuan dimensi saluran terbuka. Untuk itu, perhitungan dimensi saluran
dilakukan dengan menggunakan rumus Manning :
1 2/3 1/2
Q=R S A
n
Dimana, Q adalah Debit aliran (m3/detik), n adalah Koefisien kekasaran
saluran, A adalah luas penampang saluran (m2), R adalah jari jari hidrolis (m)
dan S adalah kemiringan dasar saluran (%).

Air Tambang = QCH + 25% QRO


= 121.32 m3/detik + 25% (13,084.19 m3/detik)
= 3,392.36 m3/detik

Tabel 8.5 (a) Tipikal Harga Koefisien Kekerasan Manning, n, Yang Sering
Digunakan
Harga n
No Tipe Saluran
Minimum Normal Maksimum
Beton
a) Gorong-Gorong lurus dan bebas dari
kotoran 0.01 0.011 0.013

b) Gorong-Gorong dengan lengkungan


1 dan sedikit kotoran 0.011 0.013 0.014

c) Beton di poles 0.001 0.012 0.014

d) Saluran pembuangan dengan bak


control 0.013 0.015 0.017

2 Tanah,lurus dan seragam


a) Bersih Baru 0.016 0.018 0.02

b) Bersih telah melapuk 0.018 0.022 0.025


c) Berkikil 0/022 0.025 0.03
d) Berumput pendek, sedikit tanaman
0.022 0.027 0.033
penganggu
Saluran alami
a) Bersih lurus 0.025 0.03 0.033
b) Bersih berkelok-kelok 0.033 0.04 0.045
3 c) Banyak tanaman penganggu 0.05 0.07 0.08
d) Dataran banjir berumput pendek-
0.025 0.03 0.035
tinggi
e) Saluran dibelukar 0.035 0.05 0.07
(Sumber : Open Channel Hydraulic oleh Van Te Chow)

Bentuk saluran penampang dibuat persegi empat berbentuk trapesium


dengan kemiringan sisi 600, digunakan rumus :

Gambar 8.5.1 Bentuk Saluran Terbuka


Dimana, B adalah lebar permukaan saluran (m), b lebar dasar saluran (m), d
adalah tiggi saluran (m), a adalah kemiringan saluran, adalah sudut kemiringan
saluran (O) dan Z adalah tetapan.
1. Luas Penampang Basah (A)
A = b x d + z x d2
B = b + 2z x d
b/d = 2 {(1 + z2)0,5 z}
w = 0,20 m
a = d/sin
Untuk dimensi saluran berbentuk trapezium dengan luas penampang
optimum dan mempunyai sudut kemiringan dinding saluran sebesar 60O, maka
factor kemiringannya adalah :
1
= tangen
1
= tangen 60

= 0,58
maka, nilai b/d adalah :
b/d = 2 {(1 + z2)0,5 z}
= 2 {(1 + 0,582)0,5 0,58}
= 1,15
Jadi, luasannya adalah :
A = b x d + z x d2
= 1,15 x d2 + z x d2
= 1,73 d2
2. Debit (Q)
Q saluran DTH 1 = 549.37 m3/detik
Q saluran DTH 2 = 545.64 m3/detik
Q saluran DTH 3 = 4935.64 m3/detik
3. Kemiringan Saluran
Untuk kemiringan saluran ditetapkan sebesar 0,0025 (Pfleider E.P) agar
tidak terjadi pengendapan.
Dari ketiga data diatas, maka untuk penentuan dimensi saluran penyaliran
dpat dihitung seperti dibawah ini :
Saluran DTH 1
1
Q = R2/3 S1/2 A
n
1
549.37 = 0,02 (0,5d)2/3 (0,0025)1/2 1,73d2

549.37 = 50 x 0,63 d2/3 x 0.05 x 1,73 d2


201,62 = d8/3
d = 5.6 m 1 m
1. Luas Penampang Basah (A) =1,73 (1)2
= 1,73 m2
2. Jari-jari Hidrolis (R) = 0,5 (1)
= 0,5 m
3. Kedalaman Saluran (d) =1m
4. Lebar Dasar Saluran (b) = 1,15 x d
= 1,15 x 1
= 1,15 m
5. Lebar Permukaan Saluran (B) = b + (2z x d)
= 1,15 + (2 x 0,58 x 1)
= 2,47 m 2,3 m
6. Panjang Sisi Saluran (a) = d / sin
= 1,15 / sin 60O
= 1,32 m

Gambar 8.5.2 Dimensi Penampang Saluran DTH 1


Saluran DTH 2
1
Q = R2/3 S1/2 A
n
1
545.64 = 0,02 (0,5d)2/3 (0,0025)1/2 1,73d2

545.64 = 50 x 0,63 d2/3 x 0.05 x 1,73 d2


200,25 = d8/3
d = 5.5 m 1 m
7. Luas Penampang Basah (A) =1,73 (1)2
= 1,73 m2
8. Jari-jari Hidrolis (R) = 0,5 (1)
= 0,5 m
9. Kedalaman Saluran (d) =1m
10. Lebar Dasar Saluran (b) = 1,15 x d
= 1,15 x 1
= 1,15 m
11. Lebar Permukaan Saluran (B) = b + (2z x d)
= 1,15 + (2 x 0,58 x 1)
= 2,47 m 2,3 m
12. Panjang Sisi Saluran (a) = d / sin
= 1,15 / sin 60O
= 1,32 m

Gambar 8.5.3 Dimensi Penampang Saluran DTH 2


Saluran DTH 3
1
Q = R2/3 S1/2 A
n
1
4935.64 = 0,02 (0,5d)2/3 (0,0025)1/2 1,73d2

4935.64 = 50 x 0,63 d2/3 x 0.05 x 1,73 d2


1811.41 = d8/3
d = 11.45 m 2 m
13. Luas Penampang Basah (A) =1,73 (2)2
= 6,92 m2
14. Jari-jari Hidrolis (R) = 0,5 (2)
=1m
15. Kedalaman Saluran (d) =2m
16. Lebar Dasar Saluran (b) = 1,15 x d
= 1,15 x 2
= 2,3 m
17. Lebar Permukaan Saluran (B) = b + (2z x d)
= 2,3 + (2 x 0,58 x 2)
= 4,62 m 3,5 m
18. Panjang Sisi Saluran (a) = d / sin
= 2 / sin 60O
= 2,3 m

Gambar 8.5.4 Dimensi Penampang Saluran DTH 3


LAMPIRAN 8.6
PERHITUNGAN DIMENSI KOLAM PENGENDAPAN

Data yang diperoleh sebagai berikut :


% solid = 0,25%
% air = 99,75%

1. Volume air yang masuk kolam pengendapan


= % air x Q
= 0.9975 x 1.31 m3/detik
= 1.30 m3/detik

2. Volume padatan yang masuk kolam pengendapan


= % solid x Q
= 0.0025 x 1.31 m3/detik
= 3.275 x 10 -3 m3/detik

3. Berat air yang masuk kolam pngendapan


= 1.31 m3/detik x 1 ton/m3
= 2.358 ton/detik

4. Berat padatan yang masuk kolam pengendapan


= 1.31 m3/detik x 1.8 ton/m3
= 1.31 ton/detik

5. Total volume per detik


= 1.30 m3/detik + 3.275 x 10 -3 m3/detik
=1.303275 m3/detik

Kolam pengendapan ini untuk mengendapkan partikel padatan dengan


diameter 8 x 10-6 m. Persen solid yang terkandung dalam air adalah 0,25%
dengan rumus yang digunakan untuk menghitung kecepatan pengendapan adalah
dengan menggunakan hukum Stokes, yaitu :
Kecepatan pengendapan material (V)
g. D2 . ( p- a)
V=
18
Diman, V adalah Kecepatan pengendapan partikel (m3/ detik), g adalah
Percepatan gravitasi (m/ detik2), p adalah Bobot isi partikel padatan (kg/ m3), a
adalah Bobot isi air (kg/ m3), adalah Kekentalan dinamik air (0,00000131 kg/
m3) dan D adalah Diamerter partikel padatan (m).
9.8. (8106 )2 . ( 1800- 100)
V=
18 x 0.00000131
V = 0.0212 m/detik

Luas kolam yang dibutuhkan


Volume Total
=
Kecepatan Pengendapan
1.303275 m3/detik
=
0.0212 m/ detik
= 61.47 m2

Alat berat yang digunakan back hoe Komatsu PC 600 SE-6 mempunyai
spesifikasi sbb :
1. Kapasitas mangkuk munjung (heaped capacity) = 3.5 m3
2. Jangkauan gali mendatar = 12 m
3. Jangkauan gali vertikal =8m
4. Lebar terluar dari rantai (crawler track) = 5,02 m
Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat ditentukan ukuran kolam
pengendapan di lapangan, yaitu :
a. Lebar kolam (i) : 1 x 12 m = 12 meter
b. Lebar penyekat (a) : 5,02 m x 0,8 m = 4,01 meter
c. Kedalaman kolam (d) : 7 1 m = 6 meter
d. Panjang kolam (P) = 36 meter

Anda mungkin juga menyukai