Anda di halaman 1dari 6

KULTUM TEMAN TERBAIK

Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Puji syukur kepada Allah atas limpahan rahmat, nikmat dan
karunian-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw.,
keluarga dan para sahabat, serta pengikutnya sampai akhir jaman.

Kami kembali mengingatkan kepada diri sendiri dan para jamaah, marilah kita tingkatkan
iman dan taqwa kita kepada Allah. Karena bekal terbaik kita untuk menjalani kehidupan
dunia dan akherat kelak hanyalah taqwa. Allah telah befirman yang artinya, “Berbekalah, dan
sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang
yang berakal.” (QS. Al-Baqarah : 197)

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain Dalam bergaul dan
bermasyarakat keberadaan teman adalah sangat penting. Tentu kita mesti pandai-pandai
dalam memilih teman bergaul dan bermasyarakat. Seorang teman sungguh mempunyai
pengaruh yang luar biasa terhadap temannya. Teman yang hanya memiliki orientasi dunia,
akan mendorong kita memiliki karakter yang sama. Ia pun akan melibatkan kita ke dalam
perburuan dunia yang tidak ada titik puasnya. Hatipun akan dibuat lalai dari Allah dan lupa
akan bekal yang mesti dibawa untuk akherat.

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah menjelaskan karakter hati yang mati, yakni hati yang dimiliki oleh
orang yang tidak beriman kepada Allah, sekaligus bahaya yang bakal timbul ketika bergaul
denganya. Beliau berkata, “ Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia
memberi maka itu karena nafsunya , apabila ia menolak maka tolakanya atas dasar nafsunya,
maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan nafsunyalebih ia cintai daripada ridha
Allah. Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imannya, syahwat sebagai
komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian sebagai tunggangannya dan
kendaraannya. Tidak membutuhkan nasehat-nasehat dan selalu mengikuti langkah-langkah
syetan yang selalu merayu dan menggodanya. Maka bergaul dengan orang seperti ini akan
mencelakakan kita, berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan
membinasakan kita.”
Demikianlah kultum kali ini, kita memohon kepada Allah semoga Allah menjauhkan kita dari
kebodohan dan memalingkan kita dari kawan-kawan yang hanya berorientasi dunia belaka.
Aamiin.

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Sahabat sejati
adalah salah satu yang di butuhkan oleh setiap manusia. Sahabat sejati akan selalu
memotivasi dan membangkitkan kita manakala sedang terjatuh, membantu kita manakala
sedang kesusahan dan memerlukan bantuan, mengingatkan kita manakala kita salah dalam
langkah.

Dengan sahabat sejati, kita pun akan lebih leluasa untuk saling berbagi; berbagi cerita,
berbagi duka, berbagi tawa, berbagi ilmu, berbagi pengalaman, berbagi rahasia, dll. Namun
langkah sulitnya untuk mendapatkan sahabat sejati, sebab di dunia yang fana ini terlalu
banyak persahabatan dan/atau persaudaraan semu karena berdiri di atas pondasi yang rapuh,
tolok ukur yang keliru, tolok ukur berupa kepentingan-kepentingan duniawi bahkan di
bangun atas dasar kemaksiatan.
Dengan demikian maka tak heran di jaman sekarang ini kita sering menemukan orang yang
berteman atau bersahabat karena ada maunya saja, atau ketika dalam keadaan senang saja,
namun ketika keinginannya sudah tercapai dan/atau ketika temannya sedang dalam
kesusahan, maka tidak segan-segan dia meninggalkan temannya itu karena di anggap secara
duniawi sudah tidak penting, tidak menguntungkan dan tidak memerlukannya lagi.

Lantas, bagaimanakah kita bisa mengukur persahabatan sejati itu? Mari kita simak 12 ciri-ciri
sahabat sejati menurut Imam Al Ghazali:
1. Jika kau berbuat baik kepadanya, maka ia juga akan melindungimu.
2. Jika kau merapatkan ikatan persahabatan dengannya, maka ia akan
membalas balik persahabatanmu itu.
3. Jika kau memerlukan pertolongan darinya, maka ia akan berupaya
membantu sesuai dgn kemampuannya.
4. Jika kau menawarkan berbuat baik kepadanya, maka ia akan menyambut
dgn baik.
5. Jika ia memperoleh suatu kebaikan atau bantuan darimu, maka ia akan
menghargai kebaikan itu.
6. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu, maka maka ia akan berupaya
menutupinya.
7. Jika kau meminta sesuatu bantuan darinya, maka ia akan mengusahakannya
dengan sungguh-sungguh.
8. Jika kau berdiam diri (karena malu untuk meminta), maka ia akan
menanyakan kesulitan yang kamu hadapi.
9. Jika bencana datang menimpa dirimu, maka ia akan berbuat sesuatu untuk
meringankan kesusahanmu.
10.Jika kau berkata benar kepadanya, niscaya ia akan membenarkanmu.
11.Jika kau merencanakan sesuatu kebaikan, maka dengan senang hati ia akan
membantu rencana itu.
12.Jika kamu berdua sedang berbeda pendapat atau perselisihan paham,
niscaya ia akan lebih senang mengalah demi menjaga persahabatan itu.
Nah…apakah kita telah memiliki sahabat sejati seperti itu? Bukankah akan lebih baik jika
aku dan kamu wahai sahabatku segera instropeksi diri dulu? apakah diri kita sudah layak di
sebut sahabat sejati?

Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di dalam hadist Qudsi yg bermaksud:


“Sudah pastilah kecintaan-KU itu untuk orang-orang yang saling ziarah menziarahi karena
AKU, sudah pasti pula kecintaan-KU untuk orang yang saling cinta mencintai karena AKU,
sudah pasti pula kecintaan-KU kepada ornag-orang yang saling bantu-membantu karena
AKU. Juga sudah pastilah kecintaan-KU untuk orang yang saling tolong menololng karena
AKU.” (Riwayat Ahmad dan Hakim).

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shaleh


dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman
dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak
wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman
dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan
bau tidak sedap.” (HR. Bukhari & Muslim).
BUAH MANIS KESABARAN DALAM MENDIDIK ANAK

Setuju tidak, bahwa merawat dan mendidik anak itu butuh bergunung-gunung kesabaran?
Dari pagi sampai malam kita harus menghadapi tingkah polah anak yang tak ada habisnya.
Tak mau turun dari gendongan, bertengkar dengan adiknya, sering kebobolan ngompol saat
toilet training, mudah menangis, tidak mau makan, merengek tak hentinya minta jajan, dan
tentu masih banyak lagi yang lainnya. Padahal kita pun sudah lelah dengan pekerjaan
rumah yang tak kunjung ada habisnya.

Ketika itu mungkin emosi kita sudah memuncak hingga ubun-ubun, kepala serasa mau
pecah, dada terasa sesak. Saat itu yang kita butuhkan adalah kejernihan pikiran sehingga
bukan amarah yang menguasai kita. Disaat seperti itulah mestinya kita mau merenungkan
sebuah hadits yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari
Shuhaib radhiyallahu’anhu,

َ َ‫س ذ‬
‫اك‬ َ ‫ َولَ ْي‬،‫ أإ َّن أ َ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخ ْي ٌر‬،‫ع َجبًا أِل َ ْم أر ا ْل ُم ْؤ أم أن‬
َ
َ ‫ فَك‬،‫شك ََر‬
‫َان‬ َ ‫س َّرا ُء‬َ ُ‫صابَتْه‬ َ َ ‫ إأ ْن أ‬،‫أِل َ َح ٍد إأ ََّّل أل ْل ُم ْؤ أم أن‬
ُ‫َان َخ ْي ًرا لَه‬َ ‫صبَ َر فَك‬ َ ُ‫صابَتْه‬
َ ،‫ض َّرا ُء‬ َ َ ‫ َوإأ ْن أ‬،ُ‫َخ ْي ًرا لَه‬
”Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah
baik untuknya. Dan hal itu tidak ada kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila dia
mendapatkan kesenangan maka dia pun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan untuknya.
Apabila dia tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar, maka hal itu juga sebuah kebaikan
untuknya.” (HR. Muslim [2999] lihat al-Minhaj Syarh Shahih Muslim[9/241])

Anak adalah ujian bagi orang tuanya. Jika kita mampu bersabar dalam mendidik mereka
tentu akan ada balasan pahala dari Allah, dan kelak kita akan menuai buah dari kesabaran
yang manis bagaikan madu. Yaitu ketika mereka telah dewasa, kala mereka telah terbiasa
dan terdidik dengan kebaikan yang kita ajarkan dan mereka menjadi manusia yang taat
pada Rabbnya. Doa-doa yang selalu mereka panjatkan untuk kita adalah harta dan investasi
yang tak ternilai harganya. Lalu seperti apa saja aplikasi kesabaran dalam mendidik anak?

Berikut beberapa contohnya aplikasi kesabaran dalam mendidik anak,

1. Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada anak


Salah satu bagian dari kesabaran yang dijelaskan para ulama adalah kesabaran
dalam melakukan ketaatan pada Allah. Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada
anakpun termasuk dalam kategori ini. Mengajarkan kebaikan membutuhkan
kesabaran seorang ibu. Mengajarkan doa-doa harian, adab dan akhlak yang baik,
menghafal qur’an, dan lain sebagainya.
2. Sabar menjawab pertanyaan anak
Dalam masa tumbuh kembangnya, anak akan mengalami fase dimana ia akan selalu
bertanya tentang hal-hal di sekelilingnya mulai dari hal yan besar sampai hal-hal
yang sepele. Jangan keluhkan hal ini, wahai Ibu! Bersabarlah menjawab setiap
pertanyaan anak kita karena dengan anak bertanya pada kita sesungguhnya ia
menaruh kepercayaan pada kita sebagai orang tuanya. Jika kita ogah-ogahan atau
malah marah-marah dengan pertanyaan yang anak lontarkan maka anak mungkin
akan jera bertanya lagi dan ia tak akan menaruh kepercayaan lagi pada kita sehingga
akan bertanya pada orang lain. Lalu apa jadinya jika ia bertanya pada orang yang
tidak tepat sehingga mendapat jawaban yang berbahaya bagi agamanya?
3. Sabar menjadi pendengar dan teman yang baik
Termasuk sifat sabar dalam mendidik anak adalah menjadi pendengar yang baik.
Jangan pernah mengganggap remeh curhatan anak kita, dengarkan dan komentari
dengan bijak serta sisipi dengan nasehat.
4. Sabar ketika emosi memuncak
Menghadapi kelakuan anak yang terkadang nakal memang menjengkelkan. Saat
inilah dibutuhkan kesabaran. Jika amarah itu datang cobalah sementara untuk
menjauh dari anak hingga emosi kita mereda. Setelah reda, baru dekati anak lagi dan
cobalah menasehatinya. Menasehati anak sambil marah-marah tidak akan ada
gunanya dan tidak memberikan kesadaran bagi anak.
5. Sabar jika ikhtiar kita dalam mendidik anak belum menunjukkan hasil yang
maksimal
Bersabarlah jika belum ada hasil yang maksimal dalam mendidik anak kita.
Selalulah ingat bahwa Allah akan selalu melihat proses bukan hasil. Setiap ikhtiar
kita mendidik anak akan Allah balas meskipun itu hal yang kecil. Selalulah
mendoakan anak kita agar mereka menjadi anak yang shalih-shalihah.

Penuh Onak dan Duri

Mendidik anak itu tidak mudah, akan ada onak dan duri. Memupuk kesabaran juga bukan
perkara gampang. Bukankah kita tahu bersama bahwa jalan menuju surganya Allah penuh
dengan hal-hal yang tidak kita sukai apalagi wanita memang memiliki sifat suka berkeluh
kesah. Jadi bersemangatlah berusaha menjadi ibu yang sabar, semoga tips ini dapat
membantu:

1. Berlatihlah untuk sabar, dan ini harus bertahap tidaklah mungkin akan langsung
bisa.
2. Berdoa pada Allah agar menyuburkan sifat sabar dalam jiwa kita.
3. Membaca tentang keutamaan sifat sabar dan juga kisah Nabi dan shahabat serta
orang-orang shalih ketika mendidik anak-anak mereka.
4. Sabar itu bisa naik dan turun, maka rajinlah mencharge kesabaran kita dengan
banyak membaca, menghadiri majelis ilmu, serta berkawan dengan teman yang
shalihah agar bisa menasehati kita untuk bersabar.
5. Saling mengingatkan dengan partner kita dalam mendidik anak, yaitu suami kita.

Bukalah mata kita, banyak orang tua yang belum dikaruniai anak atau dikaruniai anak
namun memiliki ‘keterbatasan’ yang menjadikan anak sukar dididik. Ingatlah hal itu
sehingga dengan itu kita akan banyak bersyukur dan berusaha keras memupuk kesabaran
dalam mendidik anak-anak kita. Selalulah ingat bahwa anak adalah invetasi kita di akhirat
kelak. Ibarat bercocok tanam, tanamlah benih unggul dan sabarlah merawatnya, maka kelak
kita akan menyemai buah yang ranum.

Penulis: Nugrahaeni Ummu Nafisah


Artikel Muslimah.Or.Id

Anda mungkin juga menyukai