Dosen Pembimbing :
Ria Sapitri,S.Sn,M.Sn
Disusun oleh :
Sherina Miranti Putri
Bintang Prayoga
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transformasi mengandaikan suatu proses pengalihan total dari suatu
bentuk sosok baru yang akan mapan. Transformasi diandaikan sebagai tahap
akhir dari suatu proses perubahan. Transformasi dapat dibayangkan sebagai
suatu proses yang lama bertahap-tahap , tetapi dapat pula dibayangkan
sebagai suatu titik balik yang cepat. Kebudayaan merupakan hasil
penerapan realita dari buah pikiran, seni dan kreativitas dari kehidupan
suatu alam pikiran manusia dengan tanpa melepaskan aspek-aspek alam dan
religi sebagai hal-hal yang mempengaruhi. Dengan mempelajari
kebudayaan suatu bangsa, kita dapat mengikuti dan menelusuri ciri dan tarat
kehidupan yang pernah di capai oleh bangsa tersebut.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dari kolonialisme dan transfromasi budaya.
2. Untuk mengetahui karya-karya Raden Saleh.
3. Untuk mengetahui karya-karya Belanda di Indonesia.
1.3 Manfaat
Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara singkat
namun bermakna mengenai Transformasi budaya dan karya-karya Raden
Saleh serta Karya-karya Belanda di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Transformasi
Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-
angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan
dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal
yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal
sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau
melipatgandakan.
2
factor utama transformasi itu adalah pertentangan kelas yang berebut alat-
alat produksi.
Max Weber membayangkan bahwa transformasi adalah suatu
proses perubahan yang evolusioner dan saling mempengaruhi antar unsure
dalam suatu “tipe ideal” masyarakat, jadi bersifat ahistoris-multilinear.
Sedangkan menurut Rostow, proses transforrmasi lebih kepada perubahan
sosok bentuk dri prasarana alat-alat produksi serta kosumsi masyarakat.
Berbagai ilustrasi tentang sudut pandang dan teori mengenai
perubahan dan transformasi tersebut menunjukkan bahwa msayarakat dan
negara dibayangkan pada suatu masa, pada suatu, ketika, berubah bahkan
menghendaki perubahan yang berakhir (sementara) dengan suatu status
transformasi. Kenyataan terebut juga menunjukian bahwa cepat atau lambat
serat-serat budaya yang menyangga anyaman teguh suatu kebudayaan
masyarakat pada suatu saat meruyak dan membusuk untuk kemudian tidak
dapat berfungsi lagi sebagai pengikat kesatuan kebudayaan.
Berdasarkan hal ini, transformasi adalah kondisi perubahan dari
serat-serat budaya tersebut. Lepas dari sudat pandang yang melihat proses
perubahan dan kemudian transformasi masyarakat, sebagai proses historis-
hirarkis-dialektis seperti yang ditunjukkan Hegel dan Marx mauppun yang
ahistoris-multilinear yang ditunjukka oleh Weber, semuanya menunjukkan
bahwa apa yang disebut sebagai masyarakat atau kebudayaan beserta segala
sistem yang terkandung di dalam tubuhnya pada hakekatnya pada tahap
tertentu adalah struktur sebagai hasil dari persetujuan-persetujuan
sementara, kompromi, kesimpulan bersama sementara antara berbagai
unsure yang menyangga suatu kebudayaan.
Maka kebudayaan dalam pembicaraan ini adalah yang mengacu kepada
konsep yang melihat kebudayaan sebagai usaha atau upaya dari masyarakat
untuk menjawab tantangan yang ada pada suatu tahap perkembangan yang
dihadapkan kepadanya.
Dialog transformasi budaya juga terjadi di Indonesia. Proses
semacam ini dilakukan untuk mencoba mencari format dan sosok budaya
yang akan lebih mampu dan efektif dalam menjawab tantangan ekonomi
3
serta kebudayaan yang dihadakan kepadanya oleh statusnyua sebgai jajahan
Negara-negara Barat. Dalam kasus indoensia, transformasi budaya
dipengaruhi geografi, geoekonomi dan geopolitik wilayah ini.
Transformasi budaya di Indonesia menyentuh tujuh aspek utama
kebudayaan dan juga didasarkan fakta historis. Salah satu contohnya adalah
transformasi yang terjadi pada masa Kerajaan Sriwijaya dan dinasti
Syailendra di Jawa. Walapun pada masa itu agama Hindu-Budha
berkembang luas dan ada pengaruh dari India, tetapi transformasi budaya di
dua kawasan tersebut menunjukkan bahwa proses perubahan tersebut bukan
suatu proses “indianisasi” melainkan “indonesianisasi dari pengaruh
peradaban India. Proses Indonesianisasi atau jawanisasi terhadap pengaruh
kebudayaan India rupanya terus berlangsung hingga jaman pasca Mataram,
suatu jaman yang bukan lgi di bawah baying-bayang peradaban Hindia.
Secara historis, proses transformasi sebagai akibat dari dialog terus
menerus antara peradaban Hidia dengan budaya-budaya Nusantara telah
berlangsung sejak permulaan abad Masehi, lewat puncak-puncak kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7), Mataram (abad ke-8), Kediri (abad ke-11), Singasari
(abad ke-13), dan Majapahit (abad ke-14). Sungguh suatu kurun waktu yang
panjang. Dalam kurun waktu panjang tersebut dengan semua pasang-surut
proses transformasi budaya-budaya nusantara telah berhasil menciptakan
suatu “sintesa budaya” yang berarti. Suatu tranfomasi sosok-sosok budaya
yang mencerminkan keliatan serta keluwesan budaya kita.
Ketika Islam datang dan masuk ke dalam kawasan nusantara,
terjadilah dialog antara budaya Islam dengan budaya yang sudah ada.
Dialog peradaban Islam dengan kebudayaan nusantara, salah staunya
kebudayaan Jawa, berjalan tertatih-tatih. Apa yang disebut sebagai budaya
Jawa-Hindu sebagai hasil berbagai transformasi meliputi kurun waktu
kurang lebih 7 abad dan melewati berbagai puncak prestasi.
Transformasi kerajaan-kerajaan pasca Majapahit untuk menjadi
kerajaan Islam Jawa rupanya tidak berhasil memberkan cap Islam yang
kental pada budaya baru tersebut. Mungkin hal itu disebabkan oleh dua
factor. Pertama, lapisan sosok budaya jawa-Hindu yang terlah berbentuk
4
berabad-abad lamanya hingga berakar dengan kuatnya pada tubuh budaya
Jawa. Kedua, dialog budaya Jawa Islam belum sempat berkembang jauh,
kolonialisme barat sudah memulai kawasan nusantara.
Namun demikian, bagaimanapun kenyal lapisan elit politik di Jawa dalam
mencoba membangun sosok sintesa budaya baru Jawa-Islam, pada tingkat
dari masyarakat Islam telah merembes cukup jauh dan dalam. Sedangkan di
luar Jawa, seperti Aceh dan Goa (Makassar), Islam menemukan lahan yang
subur dalam berdialog dengan budaya local.
Ketika bangsa Barat (Portugis, Belanda, Inggris) datang, terjadi
benturan budaya yang cukup ekstrim. Max Weber berpendapat bahwa
memang ada ada perbedaan yang sangat mendasar antara budaya Barat dan
Timur. Cirri Barat terutama adalah rasionalitas, kegairahan untuk
berspekulasi can bereksperimen. Dengan cirri budaya yang demikian Barat
memiliki kemampuan berekspansi yang kemudian menjangkau
perkembangan yang jauh. Mungkin pendapat Weber ini dapat ikut
menjelaskan tentang kekalahan nenek moyang kita dari kekuatan Barat.
Indonesia kalah dari mereka karena idiom budaya kita kalah modern dengan
idiom budaya mereka.
Dengan demikian, dialog budaya kita dengan budaya Barat lewat
Portugis, Inggris, dan Belanda sejak semula sudah merupakan dialog yang
kikuk. Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa dialog tersebut,
dengan memakai istilah Alvin Toffler, lebih merupakan suatu “future
shock” atau suatu kejutan masa depan. Kita tidak siap menghadapi budaya
Eropa, yaitu suatu budaya yang sedang menyiapkan suatu budaya industri
yang kelak akan menentukan idiom modernitas dunia.
Pada waktu itu kita belum cukup lama bergulat untuk merumuskan sosok
yang tepat dalam transformasi budaya kita dalam sintesa Jawa-Islam.
Berbagai transformasi yang kita alami selama penjajahan Belanda adalah
pengalaman transformasi yang tidak serentak maupun yang sama.
contohnya, pengalaman antara Jawa dan Aceh tentu saja berbeda menurut
jangka waktu lamanya mengalami penjajahan.
5
Berikut adalah karya-karya pada masa kolonialisasi:
Pelukis : A. A. J. Payen
Judul : “Pemandangan di Candi Sukuh”
Tahun : –
Media : –
Ukuran : –
Deskripsi
Lukisan ini merupakan lukisan landscape dengan gaya Mooi Indie. Dalam
lukisan ini pelukis menggambarkan tentang pemandangan di salah satu
Candi di Indonesia yaitu Candi Sukuh.
Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang secara
administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai
candi Hindu karena ditemukannya objek pujaan lingga dan yoni. Candi ini
dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena
penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa
figurnya.
Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs
Warisan Dunia sejak tahun 1995.
6
Abdullah Suriosubroto Pemandangan di Djawa Tengah
Deskripsi
Foto karya berasal dari buku "Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi
Presiden Sukarno dari Republik Indonesia, Jilid 1", Panitia Penerbit
Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Sukarno (Lee Man Fong),
Jakarta, 1964.
7
Mengungsi – Wakidi
Pelukis : Wakidi
Judul : “Mengungsi”
Tahun :-
Media : Cat air pada kanvas
Ukuran : cm x cm
Deskripsi
Lukisan ini merupakan lukisan realisme dengan gaya mooi indie. Dengan
teknik melukis menggunakan cat air di atas kanvas.
Lukisan ini menggambarkan tentang orang yang mengungsi Tahun 1959,
dalam gerbong kereta api.
8
D. Tokoh-Tokoh Pada Masa Kolonialisme
1.
Portugis
2.
9
berkebangsaan Basque, yang pertama kali berhasil mengelilingi dunia
secara harfiah. Ia adalah bagian dari penjelajahan Magellan. Setelah
kematian Magellan di Filipina, Elcano meneruskan komando nau Victoria
dari Maluku hingga ke Sanlúcar de Barrameda di Spanyol.
Spanyol
3.
10
pala. Keberhasilannya ini membuka jalan bagi ekspedisi-ekspedisi
selanjutnya yang berujung pada praktik kolonialisme di Nusantara.
Belanda
4.
Inggris
11
Ia sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke
Ambon (1605) lalu ke Ternate serta Tidore dan mendapat rempah-rempah,
seperti lada dan cengkeh. Sedangkan ada James Cook sampai ke Batavia
tahun 1770, setelah dari Australia.
12
”Antara Hidup dan Mati”
“Gunung Merapi”
13
“ Terancam Punah”
14
F. Karya Belanda di Indonesia
Di antara karya lukisan terkenal yang dihasilkan pada saat itu, antara lain:
a) “Iringan Pengawal Seorang Pangeran Banten” yang dibuat pada
tahun 1596.
b) “Delegasi Diplomatik Pembawa Surat untuk Sultan Ageng
Tirtayasa” yang dibuat pada tahun 1673.
15
membentuk kebudayaan nasional. Sekitar tahun 1970-an dunia seni lukis
Indonesia mengalami masa “boom lukisan” dan mampu mengantarkan para
seniman lukis Indonesia pada pintu ujian citra berkesenian mereka. Mereka
dituntut untuk mampu memenuhi permintaan pasar sekaligus menguji
kreativitas para seniman lukis dalam mempertahankan mutu karyanya.
Berikut adalah contoh-contoh karya nya:
16
Lukisan Karya Rudolf Bonnet
“ Wanita Bali menabur bunga”
17
G. Tokoh-Tokoh Karya Belanda di Indonesia
A. Walter Spies
B. WOJ Nieuwenkamp
18
Wijnand Otto Jan Nieuwenkamp alias W.O.J.N., (lahir di Amsterdam, 27
Juli 1874 – meninggal di Fiesole, 23 April 1950 pada umur 75 tahun) adalah
seorang seniman berkebangsaan Belanda. Setelah belajar sebentar di
Amsterdamse Kunstnijverheidsschool, ia memantapkan diri sebagai seorang
otodidak. Ia berkarya di Amsterdam, Timur Tengah, Jawa (1898), Bali
(1904) dan Lombok (1906-1907), dan India Britania (1913-1914). Antara
tahun 1917-1919 ia berkeliling Sumatera, Jawa, Bali, dan sekitarnya. Antara
tahun 1924-1925, ia berkeliling kembali sebagai duta Handelsvereeniging
Amsterdam. Antara tahun 1933-1934 ia bertolak ke Kerajaan Mesir.
C. Rudolf Bonnet
19
PENUTUP
tentang Transformasi budaya dan mengetahui apa saja karya dari raden
saleh serta karya-karya pada masa belanda setelah melihat dan memahami
https://keluargaku.wordpress.com/2016/04/13/pengertian-dan-macam-
macam-kolonialisme-dan-imperialisme/
http://www.infodanpengertian.com/pengertian-transformasi
http://ejournals.umn.ac.id/index.php/FSD/article/view/391/357
http://www.nafiun.com/2013/02/perkembangan-seni-rupa-sastra-masa-
penjajahan-belanda.html
https://artsandculture.google.com/exhibit/koleksi-walter-
spies/UAIiRxfiBPnpKg?hl=id
https://lelang-lukisanmaestro.blogspot.com/2011/07/lukisan-karya-r-
bonnet.html
https://en.wikipedia.org/wiki/W._O._J._Nieuwenkamp
https://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh
makalhttps://lukisanku.id/biografi-pelukis-abdullah-suriosubroto
/https://blog.ruangguru.com/hs-search-
results?term=karya+belanda+di+indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Rudolf_Bonnet
http://sosiohistori.blogspot.com/2013/01/transformasi-budaya-
indonesia.html