Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH

TRANSFORMASI BUDAYA MASA KOLONIALISME

Dosen Pembimbing :
Ria Sapitri,S.Sn,M.Sn
Disusun oleh :
Sherina Miranti Putri
Bintang Prayoga

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


INSTITUT TEKNOLOGI BATAM
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang ,kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat dapat menyelesaikan Makalah mata kuliah Sejarah DKV tentang
“SEJARAH TRANSFORMASI BUDAYA MASA KOLONIALISME”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tanganterbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Sejarah DKV ini


memberikan manfaat bagi pembaca.

Batam, 21 Desember 2018

i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transformasi mengandaikan suatu proses pengalihan total dari suatu
bentuk sosok baru yang akan mapan. Transformasi diandaikan sebagai tahap
akhir dari suatu proses perubahan. Transformasi dapat dibayangkan sebagai
suatu proses yang lama bertahap-tahap , tetapi dapat pula dibayangkan
sebagai suatu titik balik yang cepat. Kebudayaan merupakan hasil
penerapan realita dari buah pikiran, seni dan kreativitas dari kehidupan
suatu alam pikiran manusia dengan tanpa melepaskan aspek-aspek alam dan
religi sebagai hal-hal yang mempengaruhi. Dengan mempelajari
kebudayaan suatu bangsa, kita dapat mengikuti dan menelusuri ciri dan tarat
kehidupan yang pernah di capai oleh bangsa tersebut.

Transformasi budaya merupakan suatu pendekatan untuk memahami


perubahan-perubahan yang terjadi pada sejarah kebudayaan manusia dari
zaman ke zaman, yang di cermati dari karya budaya benda yang
dihasilkannya

Teori ini mengamati perubahan dan pergesaran fenomena desain


dalam satu rentan waktu tertentuya yang dicata dan di amati oleh faktor-
faktor desain yang menjadi ciri utama perubahan, serta proses akulturasi dan
inkulturasi yang terjadi. Transformasi budaya diawali oleh adanya unsur
keterbukaan, baik yang dipaksakan ataupun karena karakter budaya tertentu
yang mudah menerima kebudayaan asing.

Melalu kajian transformasi budaya, desain dapat diamati


perubahannya pada turun waktu tertentu. Dengan mengamati proses
transformasi budaya dalam beberapa jenis karya desain, kita dapat
menyusun sebuah strategi budaya di masa yang akan datang.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna dari kolonialisme dan transfromasi budaya.
2. Untuk mengetahui karya-karya Raden Saleh.
3. Untuk mengetahui karya-karya Belanda di Indonesia.

1.3 Manfaat
Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara singkat
namun bermakna mengenai Transformasi budaya dan karya-karya Raden
Saleh serta Karya-karya Belanda di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Masa Kolonialisme


Masa kolonialisme sendiri memiliki arti pengembangan kekuasaan
sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali
untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar
wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu himpunan
keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan
sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat
ketimbang yang dikolonikan.

B. Pengertian Transformasi
Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-
angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan
dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal
yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal
sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau
melipatgandakan.

C. Transformasi budaya pada Masa Kolonialisme


Transformasi mengandaikan suatu proses pengalihan total dari suatu
bentuk sosok baru yang akan mapan. Transformasi diandaikan sebagai tahap
akhir dari suatu proses perubahan. Transformasi dapat dibayangkan sebagai
suatu proses yang lama bertahap-tahap , tetapi dapat pula dibayangkan
sebagai suatu titik balik yang cepat.
Proses transformasi dianalisis oleh berbagai ahli seperti Hegel.
Marx dan Weber serta Rostow. Perbedaan mereka adalah pada penekanan
dan factor yang mempengaruhi transformasi itu. Hegel menganggap
transformasi sebagai dialektika, khususnya dialektika spiritual. Karl Marx
menganggap transformasi juga sebagai dialektika, tetapi yang menjadi

2
factor utama transformasi itu adalah pertentangan kelas yang berebut alat-
alat produksi.
Max Weber membayangkan bahwa transformasi adalah suatu
proses perubahan yang evolusioner dan saling mempengaruhi antar unsure
dalam suatu “tipe ideal” masyarakat, jadi bersifat ahistoris-multilinear.
Sedangkan menurut Rostow, proses transforrmasi lebih kepada perubahan
sosok bentuk dri prasarana alat-alat produksi serta kosumsi masyarakat.
Berbagai ilustrasi tentang sudut pandang dan teori mengenai
perubahan dan transformasi tersebut menunjukkan bahwa msayarakat dan
negara dibayangkan pada suatu masa, pada suatu, ketika, berubah bahkan
menghendaki perubahan yang berakhir (sementara) dengan suatu status
transformasi. Kenyataan terebut juga menunjukian bahwa cepat atau lambat
serat-serat budaya yang menyangga anyaman teguh suatu kebudayaan
masyarakat pada suatu saat meruyak dan membusuk untuk kemudian tidak
dapat berfungsi lagi sebagai pengikat kesatuan kebudayaan.
Berdasarkan hal ini, transformasi adalah kondisi perubahan dari
serat-serat budaya tersebut. Lepas dari sudat pandang yang melihat proses
perubahan dan kemudian transformasi masyarakat, sebagai proses historis-
hirarkis-dialektis seperti yang ditunjukkan Hegel dan Marx mauppun yang
ahistoris-multilinear yang ditunjukka oleh Weber, semuanya menunjukkan
bahwa apa yang disebut sebagai masyarakat atau kebudayaan beserta segala
sistem yang terkandung di dalam tubuhnya pada hakekatnya pada tahap
tertentu adalah struktur sebagai hasil dari persetujuan-persetujuan
sementara, kompromi, kesimpulan bersama sementara antara berbagai
unsure yang menyangga suatu kebudayaan.
Maka kebudayaan dalam pembicaraan ini adalah yang mengacu kepada
konsep yang melihat kebudayaan sebagai usaha atau upaya dari masyarakat
untuk menjawab tantangan yang ada pada suatu tahap perkembangan yang
dihadapkan kepadanya.
Dialog transformasi budaya juga terjadi di Indonesia. Proses
semacam ini dilakukan untuk mencoba mencari format dan sosok budaya
yang akan lebih mampu dan efektif dalam menjawab tantangan ekonomi

3
serta kebudayaan yang dihadakan kepadanya oleh statusnyua sebgai jajahan
Negara-negara Barat. Dalam kasus indoensia, transformasi budaya
dipengaruhi geografi, geoekonomi dan geopolitik wilayah ini.
Transformasi budaya di Indonesia menyentuh tujuh aspek utama
kebudayaan dan juga didasarkan fakta historis. Salah satu contohnya adalah
transformasi yang terjadi pada masa Kerajaan Sriwijaya dan dinasti
Syailendra di Jawa. Walapun pada masa itu agama Hindu-Budha
berkembang luas dan ada pengaruh dari India, tetapi transformasi budaya di
dua kawasan tersebut menunjukkan bahwa proses perubahan tersebut bukan
suatu proses “indianisasi” melainkan “indonesianisasi dari pengaruh
peradaban India. Proses Indonesianisasi atau jawanisasi terhadap pengaruh
kebudayaan India rupanya terus berlangsung hingga jaman pasca Mataram,
suatu jaman yang bukan lgi di bawah baying-bayang peradaban Hindia.
Secara historis, proses transformasi sebagai akibat dari dialog terus
menerus antara peradaban Hidia dengan budaya-budaya Nusantara telah
berlangsung sejak permulaan abad Masehi, lewat puncak-puncak kerajaan
Sriwijaya (abad ke-7), Mataram (abad ke-8), Kediri (abad ke-11), Singasari
(abad ke-13), dan Majapahit (abad ke-14). Sungguh suatu kurun waktu yang
panjang. Dalam kurun waktu panjang tersebut dengan semua pasang-surut
proses transformasi budaya-budaya nusantara telah berhasil menciptakan
suatu “sintesa budaya” yang berarti. Suatu tranfomasi sosok-sosok budaya
yang mencerminkan keliatan serta keluwesan budaya kita.
Ketika Islam datang dan masuk ke dalam kawasan nusantara,
terjadilah dialog antara budaya Islam dengan budaya yang sudah ada.
Dialog peradaban Islam dengan kebudayaan nusantara, salah staunya
kebudayaan Jawa, berjalan tertatih-tatih. Apa yang disebut sebagai budaya
Jawa-Hindu sebagai hasil berbagai transformasi meliputi kurun waktu
kurang lebih 7 abad dan melewati berbagai puncak prestasi.
Transformasi kerajaan-kerajaan pasca Majapahit untuk menjadi
kerajaan Islam Jawa rupanya tidak berhasil memberkan cap Islam yang
kental pada budaya baru tersebut. Mungkin hal itu disebabkan oleh dua
factor. Pertama, lapisan sosok budaya jawa-Hindu yang terlah berbentuk

4
berabad-abad lamanya hingga berakar dengan kuatnya pada tubuh budaya
Jawa. Kedua, dialog budaya Jawa Islam belum sempat berkembang jauh,
kolonialisme barat sudah memulai kawasan nusantara.
Namun demikian, bagaimanapun kenyal lapisan elit politik di Jawa dalam
mencoba membangun sosok sintesa budaya baru Jawa-Islam, pada tingkat
dari masyarakat Islam telah merembes cukup jauh dan dalam. Sedangkan di
luar Jawa, seperti Aceh dan Goa (Makassar), Islam menemukan lahan yang
subur dalam berdialog dengan budaya local.
Ketika bangsa Barat (Portugis, Belanda, Inggris) datang, terjadi
benturan budaya yang cukup ekstrim. Max Weber berpendapat bahwa
memang ada ada perbedaan yang sangat mendasar antara budaya Barat dan
Timur. Cirri Barat terutama adalah rasionalitas, kegairahan untuk
berspekulasi can bereksperimen. Dengan cirri budaya yang demikian Barat
memiliki kemampuan berekspansi yang kemudian menjangkau
perkembangan yang jauh. Mungkin pendapat Weber ini dapat ikut
menjelaskan tentang kekalahan nenek moyang kita dari kekuatan Barat.
Indonesia kalah dari mereka karena idiom budaya kita kalah modern dengan
idiom budaya mereka.
Dengan demikian, dialog budaya kita dengan budaya Barat lewat
Portugis, Inggris, dan Belanda sejak semula sudah merupakan dialog yang
kikuk. Bahkan tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa dialog tersebut,
dengan memakai istilah Alvin Toffler, lebih merupakan suatu “future
shock” atau suatu kejutan masa depan. Kita tidak siap menghadapi budaya
Eropa, yaitu suatu budaya yang sedang menyiapkan suatu budaya industri
yang kelak akan menentukan idiom modernitas dunia.
Pada waktu itu kita belum cukup lama bergulat untuk merumuskan sosok
yang tepat dalam transformasi budaya kita dalam sintesa Jawa-Islam.
Berbagai transformasi yang kita alami selama penjajahan Belanda adalah
pengalaman transformasi yang tidak serentak maupun yang sama.
contohnya, pengalaman antara Jawa dan Aceh tentu saja berbeda menurut
jangka waktu lamanya mengalami penjajahan.

5
Berikut adalah karya-karya pada masa kolonialisasi:

Pemandangan di Candi Sukuh – A. A. J. Payen

 Pelukis : A. A. J. Payen
 Judul : “Pemandangan di Candi Sukuh”
 Tahun : –
 Media : –
 Ukuran : –

Deskripsi
Lukisan ini merupakan lukisan landscape dengan gaya Mooi Indie. Dalam
lukisan ini pelukis menggambarkan tentang pemandangan di salah satu
Candi di Indonesia yaitu Candi Sukuh.

Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang secara
administrasi terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso,
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai
candi Hindu karena ditemukannya objek pujaan lingga dan yoni. Candi ini
dianggap kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena
penggambaran alat-alat kelamin manusia secara eksplisit pada beberapa
figurnya.

Candi Sukuh telah diusulkan ke UNESCO untuk menjadi salah satu Situs
Warisan Dunia sejak tahun 1995.

6
Abdullah Suriosubroto Pemandangan di Djawa Tengah

 Pelukis : Abdullah Suriosubroto


 Judul : “Pemandangan di Djawa Tengah”
 Tahun :1900-1930
 Media : Cat air pada kanvas
 Ukuran : cm x cm

Deskripsi
Foto karya berasal dari buku "Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi
Presiden Sukarno dari Republik Indonesia, Jilid 1", Panitia Penerbit
Lukisan-lukisan dan Patung-patung Koleksi Sukarno (Lee Man Fong),
Jakarta, 1964.

7
Mengungsi – Wakidi

 Pelukis : Wakidi
 Judul : “Mengungsi”
 Tahun :-
 Media : Cat air pada kanvas
 Ukuran : cm x cm

Deskripsi
Lukisan ini merupakan lukisan realisme dengan gaya mooi indie. Dengan
teknik melukis menggunakan cat air di atas kanvas.
Lukisan ini menggambarkan tentang orang yang mengungsi Tahun 1959,
dalam gerbong kereta api.

Karya ini merupakan peristiwa yang menjadi kenangan Wakidi yang


dituangkan dalam bentuk sebuah lukisan.

8
D. Tokoh-Tokoh Pada Masa Kolonialisme
1.

Afonso de Albuquerque (juga dieja Afonso d'Albuquerque atau Alfonso de


Albuquerque; Alhandra, Portugal, 1453 - Goa, 16 Desember 1515) adalah
seorang pelaut Portugis terkenal yang berperan dalam pembentukan
Pemerintahan Kolonial Portugis di Asia.

Portugis

Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di


Tanjung Harapan, Afrika Selatan, pada 1488. Penjelajahan lalu diteruskan
Vasco da Gama yang sampai di Gowa (India) pada 1498, lalu pulang ke
Lisboa, Portugal, dengan membawa rempah-rempah. Portugis pun semakin
gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu, Portugis
melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso
d’Albuquerque untuk menguasai Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka
sebagai pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara pada 10
Agustus 1511.

2.

Juan Sebastián Elcano (kadang salah dieja


sebagai del Cano), lahir di Getaria tahun 1476 dan tewas di Samudera
Pasifik pada tanggal 4 Agustus 1526, adalah penjelajah Spanyol

9
berkebangsaan Basque, yang pertama kali berhasil mengelilingi dunia
secara harfiah. Ia adalah bagian dari penjelajahan Magellan. Setelah
kematian Magellan di Filipina, Elcano meneruskan komando nau Victoria
dari Maluku hingga ke Sanlúcar de Barrameda di Spanyol.

Spanyol

Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah


Christopher Columbus. Ia berlayar ke arah barat melewati Samudra Atlantik
sesuai Perjanjian Tordesillas menuju India sekitar tahun 1492-1502.
Ternyata ada kesalahan, karena sebenarnya ia sampai di benua Amerika;
yang ia pikir adalah India. Penjelajahan berikutnya dilakukan Magelhaens
dari Spanyol ke barat daya melintasi Samudra Atlantik sampai di ujung
selatan Amerika, kemudian melewati Samudera Pasifik dan mendarat di
Filipina pada tahun 1521. Pelayaran Magelhaens berpengaruh bagi dunia
ilmu pengetahuan karena dirinya berhasil membuktikan bahwa bumi itu
bulat. Penjelajahan Magelhaens kemudian dilanjutkan Sebastian del Cano.
Pada 1521, Sebastian del Cano berhasil berlabuh di Tidore, namun
kedatangan mereka dianggap melanggar Perjanjian Tordesillas. Untuk
menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis dan Spanyol melakukan
Perjanjian Saragosa pada 1529.

3.

Cornelis de Houtman (lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2


April 1565 – meninggal di Aceh, 11 September 1599 pada umur 34
tahun) adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran
dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-
rempah bagi Belanda. Cornelis de Houtman bersama armadanya tiba
pada 27 Juni 1596 di perairan Banten,lalu kembali lagi pada 14
Agustus 1597 membawa 240 kantong lada, 45 ton pala, dan 30 bal bunga

10
pala. Keberhasilannya ini membuka jalan bagi ekspedisi-ekspedisi
selanjutnya yang berujung pada praktik kolonialisme di Nusantara.

Belanda

Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap


Belanda yang kurang ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di
Banten membuat Sultan Banten saat itu marah. Akibatnya, ekspedisi ini
terbilang gagal. Sekitar 1598-1600, pedagang Belanda mulai berdatangan
kembali. Kedatangannya kali ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil
mendarat di Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan van Neck
menyebabkan semakin banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia.

4.

James Cook (lahir 27 Oktober 1728 – meninggal 14 Februari 1779 pada


umur 50 tahun) adalah seorang penjelajah dan navigatorInggris. Ia
mengadakan tiga perjalanan ke Samudra Pasifik dan berhasil menentukan
garis-garis pantai utamanya. Cook juga membuat peta.
Cook adalah orang Eropa pertama yang mengunjungi Hawaii. Selain itu, dia
juga merupakan orang Eropa kedua yang berhasil mencapai Selandia
Baru (setelah Abel Tasman) dan berhasil memetakan seluruh garis
pantainya.

Inggris

Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari rempah-


rempah. Tokoh penjelajahnya adalah Sir Henry Middleton dan James
Cook. Henry Middleton mulai menjelajah di tahun 1604 dari Inggris
menyusuri perairan Cabo da Roca (Portugal) dan Pulau Canary. Henry
Middleton lanjut menuju perairan Afrika Selatan hingga Samudra Hindia.

11
Ia sampai di Sumatra, lalu menuju Banten di akhir 1604. Ia berlayar ke
Ambon (1605) lalu ke Ternate serta Tidore dan mendapat rempah-rempah,
seperti lada dan cengkeh. Sedangkan ada James Cook sampai ke Batavia
tahun 1770, setelah dari Australia.

E. Karya-Karya Raden Saleh


Saat seniman Eropa mendominasi dunia seni di Netherlands East in
Dies,seorang seniman pribumidari gaya klasik barat , Raden Saleh Sjarif
Bustaman (1807-1880) mendapat kesempatan untuk belajar sen lukis di
Belanda tahun 1929. Raden Saleh kemudian berkelana kelili eropa selama
22 tahun di Eropa, Raden Saleh mendapatkan reputasi internasionalnya.

Saat Raden Saleh berada disana,Eropa sedang di dominasi gaya roman-


tisisme. Suatu gaya yang mengekspoitasi suasana mencekam,dengan cara
mendramatisir lukisan dengan teknik pencahyaan ekstrim,dikenal dengan
teknik chiarroscurro.

Karya Raden Saleh antara lain “Antara Hidup dan Mati”,”Pangeran di


ponegoro” , “Gunung Merapi” merupakan karya master piece. Raden Saleh
juga banyak melukis potret para penguasa Belanda di Jawa, serta keluarga
bangsawan Jawa. Raden Saleh dinobatkan sebagai pendiri seni modern
Indonesia. Dan,bahkan Baharudin Mara Sutan disebut sebagai seniman
nasionalis. Berikut adalah lukisan karya Raden saleh :

12
”Antara Hidup dan Mati”

“Gunung Merapi”

13
“ Terancam Punah”

“Penangkapan Pangeran di Ponegoro”

14
F. Karya Belanda di Indonesia

Pada masa penjajahan Belanda perkembangan seni rupa, khususnya


seni lukis memperoleh angin segar. Pada masa VOC, pemerintahan Heeren
XVII mengeluarkan peraturan yang sangat menguntungkan bagi
perkembangan seni lukis di Indonesia. Isi peraturan tersebut, yaitu setiap
kapal yang melakukan ekspedisi pelayaran ke Indonesia harus menyertakan
pelukis-pelukis atau juru gambar (teekenaars). Di samping memenuhi
keinginan VOC, para juru gambar itu pun menggunakan kesempatan
berkunjung ke Indonesia untuk mengembangkan kreativitasnya dalam
melukis.

Di antara karya lukisan terkenal yang dihasilkan pada saat itu, antara lain:
a) “Iringan Pengawal Seorang Pangeran Banten” yang dibuat pada
tahun 1596.
b) “Delegasi Diplomatik Pembawa Surat untuk Sultan Ageng
Tirtayasa” yang dibuat pada tahun 1673.

Lukisan-lukisan tersebut sampai sekarang masih tersimpan dengan baik di


museum Belanda. Menjelang pecah Perang Dunia II, beberapa pelukis
Belanda datang ke Indonesia, antara lain Wolter Spies, Rudolf Bonnet, dan
Niewenkamp.
Kedatangan mereka sangat berpengaruh terhadap perkembangan
seni lukis Indonesia terutama dalam hal gaya-gaya lukisan yang dianut
pelukis Eropa tersebut, misalnya aliran Kubisme, Ekspresionisme,
Surialisme atau Simbolisme. Adapun pelukis-pelukis terkenal dari Indonesia
pada masa penjajahan Belanda, antara lain Affandi, R. Saleh, dan Basuki
Abdullah.
Terbukanya peluang bagi seniman lukis untuk berkarya pada masa
VOC berkuasa, memunculkan semangat para seniman lukis muda untuk
membentuk perkumpulan yang menampung kegiatan melukis.
Setelah era revolusi, perkembangan seni lukis di Indonesia makin
menunjukkan jati dirinya sebagai bagian yang memiliki peran besar dalam

15
membentuk kebudayaan nasional. Sekitar tahun 1970-an dunia seni lukis
Indonesia mengalami masa “boom lukisan” dan mampu mengantarkan para
seniman lukis Indonesia pada pintu ujian citra berkesenian mereka. Mereka
dituntut untuk mampu memenuhi permintaan pasar sekaligus menguji
kreativitas para seniman lukis dalam mempertahankan mutu karyanya.
Berikut adalah contoh-contoh karya nya:

Lukisan Karya Walter Spies


“ Pemandangan Sungai dan Pengembala Kerbau”

16
Lukisan Karya Rudolf Bonnet
“ Wanita Bali menabur bunga”

Karya WOJ Nieuwenkamp


“Ruins of Denpasar”

17
G. Tokoh-Tokoh Karya Belanda di Indonesia
A. Walter Spies

Walter Spies merupakan pelukis, perupa, dan


juga pemusik. Ia adalah tokoh di belakang modernisasi seni di Jawa dan
Bali.
Spies lahir sebagai anak seorang peniaga kaya Jerman yang telah lama
menetap di Moskwa. Semenjak muda ia telah menggemari seni musik, seni
lukis, dan seni rupa. Ia mengenal Rachmaninoff dan mengagumi Gauguin.
Selepas Perang Dunia I, Spies sempat tinggal beberapa lama di Jerman dan
berteman dengan sutradara ternama masa itu, Friedrich Murnau. Kelak,
Murnau-lah yang banyak membantu Spies secara finansial di perantauan. Di
Jerman ia sudah cukup ternama karena lukisan-lukisannya, namun ia merasa
tidak kerasan karena sebagai homoseksual ia selalu dicari-cari polisi.
Pada tahun 1923 ia datang ke Jawa dan menetap pertama kali di
Yogyakarta. Dia dipekerjakan oleh sultan Yogya sebagai pianis istana dan
diminta membantu kegiatan seni keraton. Spies-lah yang pertama kali
memperkenalkan notasi angka bagi gamelan di keraton Yogyakarta. Notasi
ini kemudian dikembangkan di kraton-kraton lain dan digunakan hingga
sekarang.
Setelah kontraknya selesai, ia lalu pindah ke Ubud, Bali, pada tahun 1927.
Di sinilah ia menemukan tempat impiannya dan menetap hingga menjelang
kematiannya.

B. WOJ Nieuwenkamp

18
Wijnand Otto Jan Nieuwenkamp alias W.O.J.N., (lahir di Amsterdam, 27
Juli 1874 – meninggal di Fiesole, 23 April 1950 pada umur 75 tahun) adalah
seorang seniman berkebangsaan Belanda. Setelah belajar sebentar di
Amsterdamse Kunstnijverheidsschool, ia memantapkan diri sebagai seorang
otodidak. Ia berkarya di Amsterdam, Timur Tengah, Jawa (1898), Bali
(1904) dan Lombok (1906-1907), dan India Britania (1913-1914). Antara
tahun 1917-1919 ia berkeliling Sumatera, Jawa, Bali, dan sekitarnya. Antara
tahun 1924-1925, ia berkeliling kembali sebagai duta Handelsvereeniging
Amsterdam. Antara tahun 1933-1934 ia bertolak ke Kerajaan Mesir.

Ia tinggal di Edam antara tahun 1910-1920, lalu pindah ke Firenze, Italia. Ia


bekerja sebagai pelukis, seniman, tukang etsa, litograf, perancang sampul
buku dan membuat ex-libris. Di Edam, terdapat museum yang
dipersembahkan baginya, yang pada tahun 1970-an ditutup.

C. Rudolf Bonnet

Johan Rudolf Bonnet (lahir di Amsterdam,


Belanda, 30 Maret 1895 – meninggal di Laren, Belanda, 18 April 1978 pada
umur 83 tahun) adalah seorang pelukis berkebangsaan Belanda yang
menghabiskan sebagian besar hidupnya di Ubud, Bali sebagai seorang
seniman dan pelukis. Dia adalah salah seorang dari banyak pelukis asing
yang berkontribusi pada kemajuan seni lukis di Indonesia, khususnya di
Bali. Rudolf Bonnet datang ke Hindia Belanda (sebutan untuk Republik
Indonesia pada zaman kolonial Belanda) pada tahun 1928 bersama kedua
orangtuanya untuk mengunjungi saudara laki-laki dan perempuannya. Dia
tiba di Batavia, Hindia Belanda dia atas kapal S.S. 'Jan Pieterszoon Coen'.
Dia sempat tinggal di kota Semarang, namun bujukan dan foto-foto yang
ditunjukkan oleh Nieuwenkamp di Italia mendorong rasa ketertarikannya
untuk pergi ke kepulauan di sebelah Timur Jawa.

19
PENUTUP

Semoga dari makalah ini kita dapat memahami dan mengetahui

tentang Transformasi budaya dan mengetahui apa saja karya dari raden

saleh serta karya-karya pada masa belanda setelah melihat dan memahami

semua materi yang kami lampirkan di atas.


DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/k/Downloads/Gaya%20Desain-Wagiono%20Sunarto.pdf

https://keluargaku.wordpress.com/2016/04/13/pengertian-dan-macam-
macam-kolonialisme-dan-imperialisme/

http://www.infodanpengertian.com/pengertian-transformasi

http://ejournals.umn.ac.id/index.php/FSD/article/view/391/357

http://www.nafiun.com/2013/02/perkembangan-seni-rupa-sastra-masa-
penjajahan-belanda.html

https://artsandculture.google.com/exhibit/koleksi-walter-
spies/UAIiRxfiBPnpKg?hl=id

https://lelang-lukisanmaestro.blogspot.com/2011/07/lukisan-karya-r-
bonnet.html

https://en.wikipedia.org/wiki/W._O._J._Nieuwenkamp

https://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh

makalhttps://lukisanku.id/biografi-pelukis-abdullah-suriosubroto
/https://blog.ruangguru.com/hs-search-
results?term=karya+belanda+di+indonesia

https://id.wikipedia.org/wiki/Rudolf_Bonnet
http://sosiohistori.blogspot.com/2013/01/transformasi-budaya-
indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai