Ricky Susanto-Fst PDF
Ricky Susanto-Fst PDF
RICKY SUSANTO
103096029819
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
RICKY SUSANTO
103096029819
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Program Studi Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh :
RICKY SUSANTO
103096029819
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Skripsi yang berjudul “Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada
Industri Semen” telah diuji dan dinyatakan lulus pada sidang Munaqosyah Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari
Senin, 26 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Kimia.
Menyetujui
,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
,
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL KARYA
SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA
ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Ricky Susanto
103096029819
ABSTRAK
Ricky Susanto, Optimasi Koagulasi-Flokulasi dan Analisis Kualitas Air pada Industri
Semen (dibawah bimbingan Hendrawati dan Jimmy Tjandra).
The aim of this study is dicide optimation in coagulant and flocculant function on
water purify process and knowed of raw water qualities as source and water purify qualities.
Purify water at PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk it uses raw material water from
Cileungsi river. The purify was done by added Poly Alumunium Chloride as coagulant and
Polyacrylamide as flocculant. The measured of parameters are turbidity, pH, colour, organik
substance, all hardness, Ca hardness, Mg hardness, Fe degree and Mn degree. The permanent
of optimation coagulant and flocculant was measured based parameter of turbidity. The
smallest turbidity score is 13,5 NTU by using coagulant and flocculant are 140 ppm and 0
ppm (without add flocculant) but the biggest turbidity is 215 NTU by using coagulant and
flocculant are 230 ppm and 0,3 ppm. Those score showed optimation the function of
coagulant and flocculant and the result was based on clear water standardization on
Government Arrangement No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
Key Words : Water Purify, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Coagulation-Flocculation, PAC,
PAA.
KATA PENGANTAR
Bismillahirohman nirohim
Segala puji hanya milik Allah SWT, puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas terselesaikannya
Air pada Industri Semen”. Laporan ini merupakan hasil dari penelitian yang
dilakukan pada bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan Desember 2007.
Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN
skripsi ini banyak pihak-pihak yang membantu, oleh karena itu penulis
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi
2. Ibu Sri Yadial Chalid, M.Si selaku Ketua Prodi Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi.
4. Bapak Ir. Jimmy Tjandra selaku pembimbing II yang telah membantu penulis
5. Bapak Dr. Thamzil Las selaku penguji I dan Nurhasni, M.Si selaku penguji II
v
6. Dosen-dosen program studi kimia yang tidak bisa disebutkan satu-persatu,
terima kasih banyak atas ilmunya semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.
7. Kedua orang tua serta seluruh keluarga penulis yang senantiasa memberikan
9. Bapak Eko, Bapak Junaedi dan Bapak Sartono yang telah memberikan
10. Kepala Bagian Tata Usaha serta staf Fakultas Sains dan Teknologi
11. Seluruh teman-teman kimia terutama angkatan 2003 yang selalu menemani
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penulisan skripsi ini
oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan yang terdapat pada laporan
ini. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
2.1. Air....................................................................................................................... 4
2.3.1. Koagulasi................................................................................................ 10
vii
2.7. Beberapa Parameter Kualitas Air ....................................................................... 20
2.10. Turbidimeter..................................................................................................... 27
3.2.2. Bahan...................................................................................................... 28
viii
3.4. Alur Kerja........................................................................................................... 38
5.1. Kesimpulan......................................................................................................... 54
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 6. Nilai zat organik air baku dan air hasil penjernihan ................................... 46
Tabel 7. Nilai kesadahan total, Ca dan Mg air baku dan air hasil penjernihan. ........ 47
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
Gambar 9. Grafik kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan .............................. 41
Gambar 10. Grafik pH air baku dan air hasil penjernihan ........................................ 43
Gambar 11. Grafik warna air baku dan air hasil penjernihan ................................... 45
Gambar 12. Grafik zat organik air baku dan air hasil penjernihan ........................... 46
Gambar 13. Grafik kesadahan total air baku dan air hasil penjernihan .................... 48
Gambar 14. Grafik kesadahan Ca air baku dan air hasil penjernihan ....................... 49
Gambar 15. Grafik kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan ...................... 49
Gambar 16. Grafik Fe air baku dan air hasil penjernihan ......................................... 51
xi
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran Hal
x
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan
dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan
Dalam industri kebutuhan akan air tidak kalah penting terutama digunakan
sebagai pendingin pada mesin-mesin produksi dan kualitas air pun harus memenuhi
syarat tertentu agar mesin-mesin yang digunakan tetap terpelihara secara baik.
Tbk yang berfungsi sebagai penyediaan air. Air yang digunakan berasal dari sungai
Cileungsi yang diolah sedemikian rupa sehingga mencapai kejernihan tertentu sesuai
(PAC) sebagai pengikat kotoran berupa lumpur dan zat organik dan Poli Akril Amida
(PAA) sebagai bahan pembantu yang dapat memperbesar lumpur agar lumpur mudah
dengan kondisi air. Penambahan bah an1ki mia harus sesuai kebutuhan. Jika
1
pemberian terlalu sedikit maka kotoran-kotoran yang ada dalam air tidak terikat
secara sempurna begitu juga sebaliknya jika pemberian terlalu banyak maka lumpur
yang terbentuk cenderung terapung berada pada badan air yang akhirnya mengotori
badan air. Oleh karena itu pemberian bahan kimia harus efisien dan menghasilkan
analisis kualitas air baku dan air hasil penjernihan. Parameter utama yang diukur
adalah kekeruhan dan parameter pendukung yang diukur meliputi pH, warna, zat
organik, kesadahan total, kesadahan Ca2+, kesadahan Mg2+, kadar Fe dan kadar Mn.
Prinsip ekonomi dalam bidang industri merupakan hal yang utama yaitu
dengan prinsip pengeluaran yang sekecil mungkin dan pendapatan yang sebesar
mungkin dengan hasil produk yang berkualitas baik. Oleh karena itu pemakaian bahan
kimia harus se-efisien mungkin mengingat bahan kimia merupakan salah satu beban
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan jumlah bahan kimia yang optimal
untuk digunakan pada proses penjernihan air dan untuk mengetahui kualitas air baku
dan kualitas air hasil penjernihan serta untuk menyelesaikan studi S1 pada fakultas
2
1. Memberikan informasi bahwa produk air yang dihasilkan dibandingkan
No. 416/MENKES/PER/IX/1990.
Bahan kimia yang digunakan pada proses penjernihan air adalah Poli
Aluminium Klorida (PAC) sebagai koagulan dan Poli Akril Amida (PAA) sebagai
flokulan. Parameter yang diukur meliputi : kekeruhan, pH, warna, zat organik,
kesadahan total, kesadahan Ca2+, kesadahan Mg2+, kadar Fe dan kadar Mn.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H 2O, satu molekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Secara
fisik air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 1 atm dan temperatur 273,15 K (0 °C). Air merupakan suatu
pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia
lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam
molekul organik. Karena sifatnya ini air sering disebut sebagai pelarut universal. Air
berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah tekanan dan
temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai sebuah ion
hidrogen (H +) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida (OH -). Air
memiliki jarak antara atom H dengan atom O sebesar 0,958 Å dan 2 atom H yang
berikatan dengan atom O membentuk sudut 104,45 0 ini disebabkan oleh atom O yang
berikatan dengan 2 atom H memiliki 2 pasang elektron yang tidak berpasangan yang
Air adalah suatu zat kimia yang penting bagi semua makhluk, tetapi tidak di
planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Air sebagian besar terdapat
4
di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),
akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap
air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus
air, yaitu melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (meliputi
mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Air dapat berwujud padatan
(es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami
Air merupakan unsur utama bagi hidup kita. Kita mampu bertahan hidup tanpa
makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air kita akan mati dalam beberapa hari
saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air merupakan hal utama untuk
Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan
baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu air alam tidak pernah murni,
air alam banyak mengandung berbagai macam zat terlarut maupun tidak larut dan air
mengganggu kesehatan manusia, maka air itu dianggap bersih. Sementara itu, air yang
sehingga air tidak dapat digunakan lagi. Air menjadi tercemar karena masuknya
mahluk hidup, zat atau energi di dalam air sehingga kualitas air turun sampai ke
5
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.
Penetapan Baku Mutu Lingkungan Pasal 2 air dibagi dalam empat golongan, yaitu:
1. Golongan A
Air golongan A yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
2. Golongan B
Air golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air
minum.
3. Golongan C
Air golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D
Air golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik
Sebagian besar air yang digunakan oleh manusia adalah air bersih yang
berasal dari air permukaan tawar dan air tanah murni. Air Bersih adalah air yang
dan dapat diminum setelah dimasak. Pada daerah kering sebagian kebutuhan air
berasal dari lautan, suatu sumber yang akan menjadi penting setelah persediaan air
terutama air bersih bukan hanya disebabkan oleh jumlah penduduk yang semakin
6
bertambah juga sebagai akibat dari peningkatan taraf hidup yang diikuti oleh
peningkatan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga dan industri. Syarat air
pada Tabel 1.
I FISIKA
0
1 Suhu C Suhu Udara
2 Kekeruhan NTU 25,0
3 Warna (Pt Co – APHA) True C. U. 50,0
4 Warna (Pt Co – APHA) Apparent -
II KIMIA
III MIKROBIOLOGI
industri yaitu sebagai pendingin (cooler) disetiap plant yaitu bagian-bagian dari PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang memproduksi jenis semen yang berbeda dan
7
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tersebut. Kawasan pabrik PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk dilewati oleh aliran sungai Cileungsi yang merupakan sumber bahan
baku utama kebutuhan air industri. Untuk keperluan tersebut, PT Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk terlebih dulu mengolah air baku yang bersumber dari sungai Cileungsi
menjadi air bersih untuk keperluan industri. Proses pengolahan air dapat dibagi
1. Tahap Screening
dengan media penyaring yang biasa dikenal sebagai Trash Screen. Adapun fungsi
saringan tersebut adalah untuk menghindari sampah-sampah yang terikut dalam air
tersebut.
Air baku yang berasal dari sungai Cileungsi dialirkan masuk dalam bak
penampungan untuk diendapkan sementara (sand settling pond). Dalam bak ini air
atau lumpur yang terbawa oleh air baku tersebut. Kemudian air baku dipompa oleh
Air dialirkan oleh 4 buah pompa penyedot menuju tangki distribusi, namun
sebelumnya telah diinjeksikan Poli Alumunium Klorida (PAC) sebagai koagulan dan
Poli Akril Amida (PAA) sebagai flokulan untuk mempercepat pengikatan lumpur dan
zat organik, diendapkan dalam Clarifier. Pendistribusian air pada tangki distribusi
8
sedangkan tangki 2 dimasukkan ke dalam 2 buah clarifier. Clarifier adalah sebuah
bak tempat terjadinya proses koagulasi dan flokulasi hasilnya yaitu berupa air yang
4. Tahap Penyaringan/Filtrasi
Air hasil dari clarifier dipompakan menuju 3 buah saringan air (pressure
water filter) dengan tekanan tinggi yang memiliki kapasitas 450 ton/jam. Air akan
mengalir ke dalam media penyaring yang terdiri dari 6 lapisan pasir penyaring yaitu
lapisan anthracite coal dengan tebal 1 m, lapisan kerikil pasir putih dengan tebal 2-4
mm, 4-8 mm, 8-12 mm, 12-20 mm, 20-25 mm. Kotoran yang berupa lumpur halus
akan tersaring oleh lapisan media saringan air, sedangkan produk air bersih akan
5. Tahap Pendistribusian
Air dari bak air bersih dialirkan menuju bak air bersih dengan menggunakan
pompa air bersih (clear water pump). Terdapat 2 macam pompa air bersih. Pompa air
bersih I mengalirkan air dari bak air bersih ke plant I-V, sedangkan pompa air bersih
II mengalirkan air dari bak air bersih ke plant VI-VIII Dalam tahap ini juga terdapat
bak air lain yaitu bak air komuniti (community water pond) yang airnya digunakan
untuk kebutuhan CCIE (Cibinong Central Industrial Estate) dan dialirkan dengan
2.3.1. Koagulasi
ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat
dan dapat dilihat pada Gambar 2. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada
9
air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat
Partikel tersuspensi
ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara
menambahkan zat-zat kimia (misalnya PAC). Dari proses ini diharapkan flok-flok
Tujuan dari koagulasi adalah mengubah partikel padatan dalam air baku yang
tidak bisa mengendap menjadi mudah mengendap. Hal ini karena adanya proses
yang mempunyai berat ringan dan ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya
dengan air baku dan netralisasi muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku
Partikel- partikel ini cenderung untuk saling tolak-menolak satu sama lainnya
sehingga tetap stabil dalam bentuk tersuspensi atau koloid dalam air. Netralisasi
10
muatan negatif partikel-partikel padatan dilakukan dengan pembubuhan koagulan
pembentukan presipitat akan terjadi dengan cepat. Koloid dapat berlaku sebagai inti
kondensasi dalam presipitat tersebut dan koloid ikut terjaring ketika presipitat tersebut
mengendap. Pengendapan partikel dengan cara ini disebut sebagai koagulasi sweep-
flock.
permukaannya. Muatan ini disebabkan oleh adsorpsi ion-ion oleh partikel seperti
hidroksida (OH -) dari dalam air. Ion-ion tersebut mengelilingi rapat permukaan
partikel dan menarik ion-ion yang bermuatan dari dalam larutan, sehingga sebagian
muatan listrik partikel akan terimbangi. Lapisan rapat muatan itu merupakan lapisan
yang tidak bergerak yang disebut lapisan stern atau stern layer.
Lapisan stern dikelilingi lagi oleh muatan lapisan ion lawan, lapisan ini dapat
bergerak yang disebut dengan lapisan baur (diffused layer). Didalam lapisan baur ini
terdapat bidang geser yang merupakan batas dimana ion lawan masih dapat tertarik
sedangkan ion-ion diluar bidang geser bergerak dengan sendirinya. Kedua laipsan ini
yaitu lapisan stern dan lapisan baur disebut sebagai lapisan ganda koloid. Distribusi
11
Gambar 3. Distribusi muatan lapisan ganda.(Hammer dan Viessman, 1985).
Muatan positif dan negatif harus mempunyai muatan yang cukup kuat agar
penetralan muatan negatif dari koloid terjadi. Penetralan ini akan mengalami kesulitan
bila konsentrasi muatan positif rendah. Konsentrasi ion pada lapisan baur bervariasi.
Didekat lapisan stern konsentrasi ion agak tinggi dan mendekati media konsentrasi
dan ion negatif. Potensial dari medan elektrostatik ini terdapat dalam bidang geser,
dimana potensial inilah yang menentukan gerakan koloid dan interaksi antar koloid
partikel yang relatif besar disebut stabilitas. Koloid akan semakin stabil bila
mempunyai perbedaan muatan yang tinggi dan ukuran partikel yang kecil, dalam hal
ini potensial zeta semakin besar. Oleh karenanya untuk menghilangkan perbedaan
muatan pada koloid dapat dilakukan dengan cara menurunkan potensial zeta hingga
mencapai titik dimana koloid kehilangan stabilitasnya. Besarnya potensial zeta sangat
Nilai potensial zeta untuk koloid limbah biasanya sekitar -10mV sampai
22mV, sedangkan koagulasi optimum dapat dicapai ketika potensial zeta sama dengan
nol. Nilai potensial zeta dapat diturunkan dengan cara menambahkan ion yang
partikel dan mengurangi ketebalan lapisan ganda, sehingga akan memperkecil nilai
12
potensial zeta. Pada saat koagulan dilarutkan, kation akan menetralisir muatan negatif
Gaya tarik menarik antar partikel yaitu gaya van der waals mengakibatkan
koloid-koloid tersebut bergabung karena gaya tolak menolak telah dinetralisasi. Gaya
ini akan berpengaruh apabila partikel bisa saling mendekati sampai jarak cukup dekat,
sedangkan gaya tolak menolak disebabkan oleh adanya gaya coulomb antar partikel
bermuatan sejenis.
PAC merupakan suatu bentuk polimer anorganik dengan bobot molekul tinggi.
Pada umumnya PAC dirumuskan dengan Aln(OH)mCl3n-m. Nama lain dari PAC
klorida, aluminium oksi klorida dan aluminium klorohidrat. Bentuk poli aluminium
klorida dapat berupa cairan berwarna jernih kekuningan atau serbuk berwarna
13
Komposisi Jumlah
Al2O 3 (%) 10.3 ± 0.3
Cl (%) 9.0 ± 0.5
SO 4 (%) 3.1 ± 0.4
Fe (%) max 0.006
As (ppm) Max 0.5
Mn (ppm) Max 10
Cd (ppm) Max 0.3
Pb (ppm) Max 1.0
Hg (ppm) Max 0.1
Cr (ppm) Max 1.0
1. Memiliki daya koagulasi yang kuat; PAC dengan kuat mengkoagulasikan zat-zat
yang tersuspensi atau yang secara koloid dalam air untuk menghasilkan
penyaringan.
2. Mudah dalam pemakaian; PAC dapat dengan mudah dipergunakan, disimpan dan
dibandingkan dengan fero sulfat yaitu suatu jenis koagulan lain karena PAC
3. Lebih sedikit atau bahkan tanpa bantuan konsumsi alkali; Dengan menggunakan
PAC sedikit sekali pemakaian alkali atau bahkan tidak perlu, karena penurunan
nilai pH air sangat kecil atau bahkan dipertahankan pada titik netral walaupun
4. Efektif dalam skala pH yang besar; PAC bekerja dalam skala pH yang lebih besar
daripada zat koagulan lain. PAC biasanya bekerja dalam skala pH 6-9, tetapi
dalam beberapa kasus PAC juga dapat bekerja dengan lebih baik dalam skala pH
5-8.
14
5. Daya kerjanya tidak menurun pada suhu rendah; Daya koagulasi PAC tidak
dipengaruhi oleh suhu air. Karena itu, efektivitas PAC yang tinggi dapat
gumpalan lebih cepat daripada fero sulfat, oleh sebab itu dapat memperpendek
7. Baik dalam pengolahan air yang mengalir.; PAC secara khusus efektif baik
teknis maupun ekonomis dalam pengolahan air yang mengalir, air limbah dan
utama atau sebagai koagulan pembantu. Koagulan utama digunakan untuk membuat
partikel-partikel menjadi tidak stabil dan menggumpal bersama. Dalam hal ini PAC
adalah sebagai koagulan utama Sedangkan tujuan dari koagulan pembantu adalah
untuk menambah berat jenisnya menjadi flok yang mengendap secara perlahan-lahan
dan menambah ketebalannya sehingga flok tersebut tidak akan pecah pada saat
sedang berjalan. Dengan kata lain, koagulan pembantu dapat juga disebut sebagai
2.4.1. Flokulasi
kecil menjadi partikel yang lebih besar yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gaya antar
molekul yang diperoleh dari agitasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap laju terbentuknya partikel flok. Salah satu faktor penting yang
keadaan ini memberi kesempatan partikel melakukan kontak atau hubungan agar
15
membentuk penggabungan (agglomeration). Pengadukan lambat ini dilakukan secara
hati-hati karena flok-flok yang besar akan mudah pecah melalui pengadukan dengan
kecepatan tinggi.
Penggumpalan (flokulasi)
FLOKULAN
flokulasi, yaitu :
1. Flokulasi Perikinetik
gerak Brown, partikel tersebut saling bertubrukan satu sama lain dan pada saat
hubungan itulah terjadi pembentukan partikel yang lebih besar dan selanjutnya
terus menumpuk.
2. Flokulasi Ortokinetik
cairan. Proses ini membutuhkan pergerakan yang lambat dari partikel di dalam
air. Partikel akan dianggap bertubrukan bila jarak mereka dekat atau berada
dalam daerah yang masih mempunyai pengaruh terhadap partikel lain. Pada
16
proses ini kecepatan pengendapan dari partikel diabaikan. Untuk itu
antar partikel.
3. Pengendapan Diferensial
berbeda karena adanya perbedaan ukuran partikel. Partikel besar akan lebih
minum dan pengolahan air limbah. Selain itu juga digunakan dalam penyulingan
minyak, pengolahan tanah, pertanian dan digunakan juga dalam bidang biomedikal.
PAA termasuk dalam salah satu golongan flocculant. PAA merupakan cairan sangat
viskos, bahkan sulit larut dalam air, sehingga biasanya digunakan larutan yang hanya
mengandung sekian persen PAA. Dalam pengolahan air PAA digunakan sebagai
flokulan atau koagulan pembantu atau suatu polielektrolit yang berperan dalam proses
flokulasi. Karena berat molekulnya yang sangat tinggi PAA sangat efektif digunakan
yang besar. Struktur kimia Poli Akril Amida dapat dilihat pada Gambar 6.
17
Gambar 6. Poli Akril Amida.
1. pH; suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang
digunakan berada pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan
2. Suhu; proses koagulasi dapat berkurang pada suhu rendah karena peningkatan
viskositas dan perubahan struktur agregat menjadi lebih kecil sehingga dapat
lolos dari saringan, sedangkan pada suhu tinggi yang mempunyai kerapatan
lebih kecil akan mengalir ke dasar kolam dan merusak timbunan lumpur.
banyak maka flok tidak terbentuk dengan baik dan dapat menimbulkan
kekeruhan kembali.
18
2.6. Jar Tes
Untuk mengetahui tingkat kekeruhan suatu sampel air, maka digunakan alat
laboratorium yang bernama Jar-Tes. Jar-Tes juga digunakan untuk mengetahui kinerja
koagulasi dan flokulasi secara simulasi di laboratorium. Jar-Tes adalah rangkaian tes
pemakaian bahan kimia. Pada pengolahan air bersih atau air limbah dengan proses
kimia selalu dibutuhkan bahan kimia tertentu dengan dosis yang tertentu pula untuk
menurunkan kadar polutan yang ada di dalam air atau air limbah. Penambahan bahan
kimia tidak dapat dilakukan sembarang saja harus dengan dosis yang tepat dan bahan
sifat optis suatu larutan yaitu hamburan dari absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak
dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis zat
tersuspensi karena tergantung juga kepada ukuran dan bentuk butir partikel.
menentukan terhadap kehidupan akuatik. Air yang memiliki kekeruhan tinggi kurang
dapat menjadikan biomas cukup produktif, walaupun perairan itu memiliki zat-zat
masuk kedalam lingkungan perairan. Sebagian besar cahaya matahari yang masuk
kedalam lingkungan perairan digunakan oleh tumbuhan air seperti ganggang untuk
proses fotosintesa.
19
2.7.2. Derajat Keasaman (pH)
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Sedangkan yang dimaksud keasaman
+
adalah konsentrasi ion hidrogen (H ) dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu larutan dikatakan netral apabila memiliki nilai pH=7. Nilai pH>7
didefinisikan dengan :
pH = − log10[H + ]
+ -
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H terlarut dan ion OH
terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu pada
kesetimbangan.
Penambahan senyawa ion H + terlarut dari suatu asam akan mendesak kesetimbangan
ke kiri (ion OH - akan diikat oleh H + membentuk air). Akibatnya terjadi kelebihan ion
digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya
tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain mengunakan kertas lakmus, indikator
asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip
karena banyak reaksi-reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH
2.7.3. Warna
Warna di dalam air dapat disebabkan oleh adanya ion-ion metal alam
(besi dan mangan), humus, plangton, tanaman air dan buangan industri. Warna air
20
biasanya dihilangkan terutama sekali untuk penggunaan air industri dan air minum.
Warna dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu warna sebenarnya dan warna
nampak. Yang dimaksud dengan warna sebenarnya adalah warna nyata yaitu warna
nampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh zat-zat terlarut dalam air
lainnya yang merupakan sumber daya alam yang sangat penting dan dibutuhkan oleh
manusia. Secara normal zat organik tersusun oleh unsur-unsur C, H, O dan dalam
tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis atau kimia menjadi senyawa stabil
antara lain menjadi CO 2 dan H 2O. Untuk menyatakan kandungan bahan organik
dalam perairan dilakukan dengan mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
2.7.5. Kesadahan
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan
air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan
magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-
garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan
air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan
21
sedikit sekali busa. Cara yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Kesadahan air
total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO 3. Air sadah
tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat menyebabkan beberapa masalah.
Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air
sadah yang bercampur sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar
dihilangkan. Dalam industri, kesadahan air yang digunakan diawasi dengan ketat
Besi adalah satu dari lebih unsur-unsur penting dalam air permukaan dan air
tanah. Perairan yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah
tangga dan industri karena dapat menyebabkan karat pada beberapa alat-alat industri
dan alat-alat rumah tangga serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum
pada konsentrasi diatas 0,31 mg/L sifat kimia perairan dari besi adalah redoks,
Besi (II) sebagai ion berhidrat yang dapat larut, Fe2+, merupakan jenis besi
yang terdapat pada air tanah. Karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen dari
menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah. Oleh karena itu besi dengan bilangan
oksidasi rendah yaitu Fe (II) umum ditemukan dalam air tanah dibandingkan dengan
Fe (III).
Secara umum Fe (II) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1,0 – 10 mg/L
namun tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam
22
air tanah ditempat-tempat tertentu. Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai
sifat yang unik, dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II)
akan terlihat jernih tetapi begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari
atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dan air menjadi keruh dengan reaksi
sebagai berikut :
4Fe2+ + O 2 + 10 H 2O 4Fe(OH)3 + 8H +
Besi (II) dapat berbentuk sebagai jenis yang larut dalam dasar danau dan
sumber air yang kekurangan oksigen. Ion FeOH + dapat terjadi dalam perairan yang
bersifat basa, tetapi jika ada CO2 maka akan terbentuk FeCO 3 yang tidak larut. Besi
(II) dapat membentuk kompleks yang stabil dengan zat organik pengompleks dan
domestik sangat rendah yaitu dibawah 0,05 mg/L. Dalam kondisi aerob mangan
dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO 2 dan pada dasar perairan tereduksi
menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu
pemakaian air yang berasal dari dasar suatu sumber air sering ditemukan mangan
dalam konsentrasi tinggi. Pada pH yang agak tinggi dan kondisi aerob terbentuk
mangan yang tidak larut seperti MnO 2, MnO 4 atau MnCO 3 meskipun oksidasi dari
23
molekul-molekul zat terlarut untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang
tersebut, juga terhadap konsentrasi larutan dan berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1
kombinasi semua panjang gelombang spektrum tampak. Perbedaan warna yang kita
lihat adalah ditentukan dengan bagaimana gelombang cahaya tersebut diabsorpsi dan
Ketika cahaya dari panjang gelombang melalui larutan kimia yang diujikan,
sebagian cahaya tersebut akan diabsorpsi oleh larutan. Hukum Beer’s yang
dikembangkan pada tahun 1852 oleh J. Beer menyatakan secara kuantitatif absorpsi
ini sebagai :
Log I0/I = € L C
Keterangan :
I0 :Intensitas cahaya yang belum melewati sampel
I : Intensitas cahaya setelah melewati sampel
€ : Koefisien ekstingsi, yaitu konstanta yang tergantung pada sifat alami dari
senyawa substansi dan panjang gelombang yang digunakan untuk analisis
L : Panjang atau jarak cahaya yang melewati sampel
C : Konsentrasi larutan yang dianalisa
Ir
Lampu fototub
Tungsten
Io It Piranti
Detektor
Baca
Fotodioda
Monokromator Lensa silikon
(Prisma)
24
Logam tungsten sebagai suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan
yang meliputi daerah spektrum dimana instrumen itu dirancang untuk beroperasi.
Suatu monokromator berbentuk prisma, yakni suatu piranti untuk memencilkan pita
sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya.
Suatu detektor silicon photodiode yang berupa transduser yang mengubah energi
cahaya menjadi suatu isyarat listrik. Suatu sistem baca yang dapat menunjukkan
2.9. pH Meter
elektroda gelas. Elektroda ini akan menghasilkan perubahan tegangan, tegangan yang
diukur tergantung dari keadaan larutan sampel di sekitar elektroda kaca dan diukur
sebagai mV. Nilai mV perlu distandarkan terhadap nilai pH yang sebenarnya dalam
larutan sampel. Larutan buffer dengan pH yang telah diketahui dapat digunakan untuk
pH meter terdiri dari 2 bagian yaitu potensio atau mV meter dan elektroda.
1. Elektroda kaca, didalamnya terdapat larutan HCl atau buffer tertentu dan
elektroda besi intern. Ion H + dari larutan sampel menempel pada dinding kaca
elektroda hingga tegangan (potensial) muncul antara sisi dinding kaca yang
khusus tersebut.
2. Elektroda referensi, terdiri dari half cell Hg/Hg2Cl2 (kalomel) yang berhubungan
dengan larutan sampel melalui ”jembatan garam” (elektrolit) KCl dan membran.
Elektroda referensi ini disebut elektroda kalomel dan dengan elektroda kaca
25
merupakan satu sel elektrokimia yang menyebabkan perbedaan potensial elektris
2.10. Turbidimeter
Detektor
Detektor 90 0 Detektor
Transmitansi
Penghambur
Kaca
Hitam
Lampu
Tungsten
Lensa Sel
Sampel
Gambar 8. Skema alat turbidimeter
intensitas cahaya yang dihamburkan oleh partikel-partikel yang ada di dalam air.
Semakin tinggi intensitas cahaya yang dihamburkan maka semakin tinggi nilai
cahaya yang dihamburkan oleh sampel dengan intensitas cahaya yang dihamburkan
oleh larutan standar dalam keadaan sama. Sebagai standar kekeruhan digunakan
larutan suspensi polimer formazin dengan satuan FTU (Formazin Turbidity Unit) atau
sama dengan satuan NTU (Nephelometri Turbidity Unit). Jika di konversi ke dalam
satuan ppm sebagai SiO2 adalah sebesar 2,25. Skema alat turbidimeter dapat dilihat
pada Gambar 8.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tunggal Prakarsa Tbk Cibinong Bogor sedangkan sampel yang diambil berasal dari
tersebut. Penelitian ini berlangsung dari bulan Agustus 2007 sampai dengan bulan
Desember 2007
3.2.1. Alat
Peralatan laboratorium yang digunakan adalah pipet mikro, pipet volum, gelas
ukur, gelas erlenmeyer, botol semprot, seperangkat alat titrasi, hot plate, neraca
analitik sedangkan instrumen yang digunakan adalah pH meter Horiba model F-51,
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini meliputi : sampel air
yang berasal dari sungai Cileungsi, larutan PAC 10%, larutan PAA 0,01%, larutan
H 2SO 4 10 N, larutan KMnO 4 0,01 N, larutan asam oksalat 0,01 N, larutan buffer pH
10,0, NaOH 5 N, Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA) 0,02 N, HCl-Aquades 1:1,
indikator Eriochrom Black T (EBT), indikator Methyl Thymol Blue (MTB), 1,10-
phenanthrolin, asam askorbat (vitamin C), kalium sianida (KCN) dan formic acid
28
28
3.3.1. Persiapan Sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel air yang berasal dari
Cibinong Bogor. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 10 kali pada lokasi yang
sama yaitu pada bak pengendapan. Waktu pengambilan sampel dilakukan dari bulan
Agustus 2007 sampai dengan bulan Desember 2007. Jangka waktu pengambilan
sampel antara sampel yang satu dengan sampel yang lain adalah 7 hari. Sampel 1
3.3.2. Jar-Tes
penambahan koagulan dan flokulan pada proses penjernihan air. Sehingga diperoleh
sedangkan variasi pH, suhu dan pengadukan tidak dilakukan. Pada pH dan suhu yang
merupakan kondisi sumber alam air sungai, jika dilakukan variasi akan membutuhkan
energi yang lebih banyak yang selanjutnya membutuhkan biaya yang lebih besar,
karena dilakukan pengasaman atau pembasaan untuk variasi pH dan pemanasan atau
pendinginan untuk variasi suhu. Kecepatan pengadukan tidak dilakukan variasi pada
optimum yaitu pengadukan cepat sebesar 100 rpm dan pengadukan lambat sebesar 60
rpm.
1. Ke dalam 6 buah tabung jar tes di isi masing-masing 1000 ml air yang
2. Dipasangkan pengaduk yang terdapat pada jar tes pada masing-masing tabung.
29
3. Ditambahkan larutan PAC 10% sebagai koagulan secara bertingkat 1,0 ml, 1,1
ml, 1,2 ml, 1,3 ml, 1,4 ml, 1,5 ml sehingga konsentrasi PAC dalam sampel
adalah 100 ppm, 110 ppm, 120 ppm 130 ppm, 140 ppm, 150 ppm.
6. Diamati flokulasi yang terjadi pada tiap-tiap tabung dan bandingkan juga besar
8. Air supernatan siap dianalisa kekeruhannya dan ditetapkan nilai koagulan yang
paling baik.
1. Kedalam 6 buah tabung jar tes diisi masing-masing 1000 ml air yang kemudian
2. Dipasangkan pengaduk yang terdapat pada jar tes pada masing-masing tabung.
PAA 0,01% sebagai flokulan secara bertingkat misalnya 0 ml, 1 ml, 2 ml,
30
3ml, 4 ml, 5 sehingga konsentrasi PAA dalam sampel adalah 0 ppm 0,1 ppm
6. Diamati flokulasi yang terjadi pada tiap-tiap tabung dan bandingkan juga besar
pengukuran intensitas cahaya yang dipendarkan oleh suspensi dalam air. Pengukuran
1. Dinyalakan alat dengan menekan tombol power dan didiamkan selama ± 30 menit
2. Setelah itu dimasukkan sampel pada kuvet yang telah disediakan sampai tanda
batas.
3.3.4. Pengukuran pH
1. Dinyalakan alat dengan menekan tombol power dan didiamkan selama ± 10 menit
2. Setelah itu dimasukkan sampel pada gelas beker yang telah disediakan kemudian
31
3. Masukkan elektroda pH kedalam sampel lalu tekan meas.
Prinsip kerjanya adalah warna dalam air dibandingkan dengan warna standar
yang terbuat dari PtCo (Platinum Cobalt) yang diukur pada panjang gelombang 455
3. Dimasukkan larutan blangko yang berupa aquades dan tekan tombol Re-Zero
4. Setelah itu dimasukkan sampel yang akan dianalisa kemudian tekan tombol Read
5. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan True Colour Unit (True C.U).
Prinsip kerjanya adalah zat organik dalam suasana asam dioksidasi oleh
KMnO 4 yang kemudian di reduksi oleh Asam Oksalat berlebih. Kelebihan asam
oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO 4. Metode yang digunakan adalah titrasi
permanganometri (KMnO 4, H 2SO 4 dan asam oksalat). Cara kerjanya sebagai berikut :
1. Sebanyak 100 ml sampel air dimasukkan kedalam labu erlenmeyer bebas zat
organik.
KMnO 4 0,01 N tetes demi tetes sampai larutan berwarna merah muda.
menit tepat.
32
5. Setelah itu ditambahkan 10 ml larutan asam oksalat 0,01 N (warna KMnO 4 akan
hilang).
6. Dititrasi dengan larutan KMnO 4 0,01 N sampai dengan larutan berwarna merah
muda (a).
7. Untuk menentukan faktor ketelitian KMnO 4 0,01 N (ƒ) terhadap cairan bekas
dititrasi kembali dengan larutan KMnO 4 0,01 N sampai cairan berwarna merah
muda (X).
Perhitungan :
Keterangan :
a : ml KMnO 4 pada waktu titrasi
ƒ : faktor ketelitian KMnO 4, 10/X
31,6 : berat ekivalen KMnO 4
Prinsip kerjanya adalah Ca 2+ dan Mg2+ dalam air dapat membentuk senyawa
komplek dengan EDTA (Etilen Diamin Tetra Asetat) pada suasana pH tertentu. Untuk
mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam (EBT dan MTB). Metode
yang digunakan adalah titrasi kompleksometri EDTA dengan indikator EBT pada
kondisi larutan sampel pH 10 untuk kesadahan total dan indikator MTB pada kondisi
A. Kesadahan Total
33
c. Sampelnya Raw Water/air keruh ditambah 2 ml KCN 10 %
B. Kesadahan Ca2+
a. Berwarna biru, titrasi dengan EDTA 0,02 N sampai warna biru tepat
Kesadahan Mg2+
Keterangan :
20 : (1000/50) x 0,02 x 50 (berat ekivalen CaCO3)
0,4 : 0,02 x 20 (berat ekivalen Ca)
0,243 : 0,02 x 12,15 (berat ekivalen Mg)
Prinsip kerja Fe adalah Fe2+ dioksidasi dalam suasana asam dan panas
berwarna kuning. Pembentukan senyawa kompleks ini akibat reaksi dari Mn dengan
asam askorbat (vitamin C), kalium sianida (KCN) dan formic acid dimethylamida
34
yang kemudian diukur secara spektrofotometri pada panjang gelombang 560 nm.
2. Pengukuran Fe
b. Diputar sampai panjang gelombang yang tertera pada alat tersebut yaitu
f. Pada alat tekan tombol SHIFT dan TIMER dan waktu reaksi dimulai selama
3 menit.
35
h. Dimasukkan larutan blangko pada alat yang berupa aquades yang telah
i. Setelah pada alat menampilkan ”0.00 mg/L Fe FV” dimasukkan sampel yang
akan dianalisa.
3. Pengukuran Mn
b. Diputar sampai panjang gelombang yang tertera pada alat tersebut yaitu
sampai merata.
h. Pada alat tekan tombol SHIFT dan TIMER dan waktu reaksi dimulai selama
2 menit.
j. Dimasukkan larutan blangko pada alat yang berupa aquades yang telah
36
l. Dicatat hasil yang diperoleh dalam satuan ppm.
SUMBER AIR
Langkah 1 Langkah 2
PENAMPUNGAN
4.1. Hasil
Tbk dengan sumber air yang berasal dari sungai Cileungsi yang mengalir dikawasan
tersebut diperoleh data sebanyak 10 sampel air baku yang diambil pada tempat yang
sama yaitu bak pengendapan dan jangka waktu 7 hari antara sampel 1 dengan sampel
keseluruhan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Lampiran 1, sedangkan data untuk
masing-masing parameter kualitas air baik air baku maupun air hasil penjernihan
dan penambahan PAA sebagai flokulan terhadap air baku diperoleh nilai air hasil
penjernihan yang secara umum memenuhi standar kualitas air bersih menurut
digunakan di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk ini. Penambahan PAC dan PAA
dari ke-10 sampel air baku tersebut merupakan penambahan yang optimum.
Penambahan PAC berkisar antara 140 ppm sampai dengan 230 ppm dan
penambahan PAA berkisar antara 0 ppm sampai dengan 0,3 ppm. Pada kondisi
flokulan tidak selalu memberikan air hasil penjernihan yang baik karena pembentukan
flok yang terlalu besar mengakibatkan flok-flok tersebut mengapung pada permukaan
39
39
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kekeruhan
efektivitas proses koagulasi-flokulasi. Nilai kekeruhan dari air baku dapat dilihat pada
Tabel 3. Nilai kekeruhan yang bervariasi disebabkan oleh kondisi air sungai yang
sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pada suatu kasus nilai kekeruhan mencapai
harga ≥ 100 NTU, ini terjadi akibat adanya musim penghujan. Air hujan membawa
Kekeruhan Kekeruhan
Koagulan Flokulan
Sampel Air Baku Air Hasil
(ppm) (ppm)
(NTU) (NTU)
1 21.0 150 0.3 1.04
2 14.6 180 0.2 1.09
3 17.6 190 0.2 1.15
4 23.9 170 0.3 0.98
5 215 230 0.3 1.03
6 196 230 0.3 1.17
7 30.1 200 0.1 0.93
8 62.1 190 0.1 1.12
9 30.9 170 0.1 1.05
10 13.5 140 0.0 0.97 Dari
Tabel 3 dapat dilihat nilai kekeruhan air baku dan air hasil penjernihan setelah
penambahan PAC dan PAA. Penambahan PAC dan PAA dari ke-10 sampel tersebut
nilai kekeruhannya. Pada sampel 5 dan 6 nilai kekeruhan air baku memiliki harga 215
NTU dan 196 NTU, ini diakibatkan pada waktu tersebut terjadi hujan yang membawa
material-material kedalam air sungai Nilai kekeruhan terkecil adalah 13,5 NTU
dengan penambahan PAC sebanyak 140 ppm dan penambahan PAA sebanyak 0 ppm
atau tanpa penambahan PAA. Sedangkan nilai kekeruhan terbesar adalah 215 NTU
40
dengan penambahan PAC sebanyak 230 ppm dan penambahan PAA sebanyak 0,3
ppm. Penambahan ini juga optimum pada nilai kekeruhan sebesar 196 NTU.
250
200
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
dan PAA. Pada air baku nilai kekeruhan cenderung berubah-ubah dengan nilai
terkecil 13,5 NTU dan nilai terbesar 215 NTU. Perubahan nilai ini disebabkan oleh
kondisi air yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Pada air hasil penjernihan
nilai kekeruhan tidak jauh berbeda yaitu mendekati angka 1 NTU. Angka ini jelas
memenuhi standar air bersih yang digunakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Penurunan nilai kekeruhan dari air baku menjadi air hasil penjernihan
disebabkan oleh pengikatan zat-zat koloid/zat tersuspensi dalam air oleh bahan kimia
koagulan yang dibantu oleh flokulan sebagai pembesar flok yang menghasilkan
41
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa dalam
air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya karbonat
dan bikarbonat dapat menaikkan kebasaan air. Sedangkan adanya asam mineral bebas
dan asam karbonat dapat menaikkan keasaman air. Keadaan pH suatu perairan sangat
reaksi kimia dan biokimia yang penting terjadi pada tingkat pH yang khusus dalam
Tabel 4 dapat dilihat nilai pH air baku dan nilai pH air hasil penjernihan setelah
penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai pH dari ke-10 sampel air baku
bertahan pada angka 7. Nilai ini masih memenuhi standar yang ditetapkan yang
berada pada daerah batas syarat minimum dan batas syarat maksimum berdasarkan
Sama halnya dengan air hasil penjernihan yang diperoleh setelah penambahan PAC
dan PAA yaitu masih berada pada daerah batas syarat minimum dan syarat
maksimum. Nilai pH air hasil penjernihan dari ke-10 sampel bertahan pada angka 6
42
10
Sampel 9 Warna Koagulan Flokulan Warna
8
7
6
5 pH Air Baku
4 pH Air Hasil
3 Syarat Minimum
2 Syarat Maksimum
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
Setelah melihat data hasil dalam Tabel 4 dan Gambar 10 secara umum pH
mengalami penurunan dari air baku menjadi air hasil penjernihan. Hal ini disebabkan
terdapatnya ion hidrogen bebas (H +) yang dihasilkan dari reaksi hidrolisis yaitu ketika
koagulan bereaksi dengan air. Secara umum semakin banyak koagulan yang
4.2.3. Warna
Air minum dan air bersih sebaiknya tidak berwarna, hal ini untuk mencegah
keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme. Warna menjadi salah
satu parameter penting dalam menentukan tingkat pencemaran suatu air dan dalam
padatan tersuspensi yang terdapat pada air sehingga senyawa- senyawa dalam air
43
Air Baku (ppm) (ppm) Air Hasil
(True.C.U) (True.C.U)
1 129 150 0.3 9
2 105 180 0.2 8
3 114 190 0.2 12
4 123 170 0.3 9
5 1360 230 0.3 6
6 865 230 0.3 3
7 134 200 0.1 7
8 336 190 0.1 8
9 168 170 0.1 8
10 87 140 0.0 12
Dari Tabel 5 dapat dilihat nilai warna air baku dan nilai warna air hasil
penjernihan setelah penambahan bahan kimia PAC dan PAA Pada sampel 5 dan 6
nilai warna sangat tinggi ini disebabkan karena nilai warna berbanding lurus dengan
nilai kekeruhan, semakin tinggi nilai warna maka semakin tinggi pula nilai
kekeruhannya. Nilai warna air baku dari ke-10 sampel berkisar antara 87 True.C.U
sampai dengan 1360 True C.U. Sedangkan nilai warna air hasil penjernihan berkisar
antara 3 True C.U sampai dengan 12 True C.U. Pada pemakaian dosis terbesar yaitu
penambahan PAC dan PAA masing-masing sebesar 230 ppm dan 0,3 ppm mampu
menurunkan nilai warna dari 1360 True C.U menjadi 6 True C.U dan dari 865 True
C.U menjadi 3 True C.U. Sedangkan pada pemakaian dosis terkecil yaitu penambahan
PAC dan PAA masing-masing 140 ppm dan 0 ppm mampu menurunkan nilai warna
dari 87 True.C.U menjadi 12 True C.U. Air hasil penjernihan dengan nilai warna
paling baik (nilai warna kecil) berada pada pemakaian dosis PAC dan PAA masing-
masing 230 ppm dan 0,3 ppm yang menghasilkan nilai warna sebesar 3 True C.U.
Gambar 11 dapat dilihat bahwa nilai warna dari air baku tidak memenuhi syarat dari
44
dan PAA secara keseluruhan nilai warna mengalami penurunan menjadi nilai yang
Gambar 11. Grafik warna air baku dan air hasil penjernihan
1600
1400
1200
1000 Warna Air Baku
800 Warna Air Hasil
Syarat
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
mikroorganisme dalam perairan. Semakin tinggi nilai zat organik dalam air maka
semakin banyak jumlah mikroorganisme yang hidup didalamnya. Zat organik adalah
salah satu parameter penting yang diukur untuk mengetahui kualitas air yang bersih.
Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai zat organik air baku dan nilai zat organik air
hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA. Nilai zat organik air baku
berkisar antara 9,64 ppm sampai dengan 18,87 ppm sedangkan nilai zat organik air
hasil penjernihan berkisar antara 2,31 ppm sampai dengan 6,95 ppm. Air hasil
penjernihan dengan nilai zat organik paling baik (nilai zat organik kecil) yaitu berada
pada pemakaian dosis PAC dan PAA masing-masing 180 ppm dan 0,2 ppm; dan 140
ppm dan 0,0 ppm yaitu sebesar 2,31 ppm. Nilai zat organik tidak selalu meningkat
dengan meningkatnya nilai kekeruhan karena zat tersuspensi dalam air yang sangat
kompleks.
45
Tabel 6. Nilai zat organik air baku dan air hasil penjernihan.
peraturan 25
pemerintah no. 20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
secara jelas antara kandungan zat organik air baku dan kandungan zat organik air
hasil.
Gambar 12. Grafik zat organik air baku dan air hasil penjernihan
Nilai dari zat organik dalam air turun setelah adanya proses koagulasi-flokulasi. Zat
organik pada umumnya tersusun atas unsur-unsur C, H dan O dan dalam beberapa hal
46
mengandung N, S, P. Unsur-unsur ini membentuk senyawa koloid dalam air sehingga
4.2.5. Kesadahan
Kesadahan dalam air sangat tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerak
pada logam. Dalam industri kesadahan yang tinggi dapat merusak alat-alat produksi
Tabel 7. Nilai kesadahan total, Ca dan Mg air baku dan air hasil penjernihan
Pada Tabel 7 dapat dilihat nilai kesadahan total, Ca dan Mg dari air baku dan air
hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA. Sama halnya dengan zat
Kesadahan Kesadahan
Air Baku (ppm) Koagulan Flokulan Air Hasil (ppm)
Sampel
(ppm) (ppm)
Total Ca2+ Mg2+ Total Ca2+ Mg2+
1 128 44.8 3.89 150 0.3 130 48.0 2.43
2 134 45.6 4.86 180 0.2 142 46.4 6.32
3 124 41.6 4.86 190 0.2 130 44.8 4.37
4 140 44.0 7.29 170 0.3 148 51.2 4.86
5 103 32.0 5.59 230 0.3 98 34.4 2.92
6 108 36.0 4.37 230 0.3 110 34.4 5.83
7 124 44.0 3.40 200 0.1 120 42.4 3.40
8 112 36.0 5.35 190 0.1 120 41.2 4.13
9 110 35.2 5.35 170 0.1 112 35.2 5.83
10 116 38.8 4.62 140 0.0 126 41.6 5.35
organik kandungan kesadahan dalam air baik kesadahan total, kesadahan Ca dan
Kesadahan dalam air disebabkan oleh adanya logam Ca dan Mg dalam bentuk garam
karbonat. Nilai kesadahan total air baku berkisar antara 103 ppm sampai dengan 140
ppm, nilai kesadahan Ca air baku berkisar antara 32,0 ppm sampai dengan 44,8 ppm
dan nilai kesadahan Mg berkisar antara 3,40 ppm sampai dengan 7,29 ppm.
47
Pada nilai kesadahan total baik air baku maupun air hasil penjernihan sama-
sama menempati nilai aman, artinya air baku dan air hasil penjernihan memenuhi nilai
maksimum 500 ppm dalam bentuk senyawa CaCO3 yang dapat dilihat pada Gambar
13.
600
500
400
Kesadahan Total Air Baku
300 Kesadahan Total Air Hasil
Syarat
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
Gambar 13. Grafik kesadahan total air baku dan air hasil penjernihan
baku dan air hasil penjernihan setelah penambahan PAC dan PAA memenuhi standar
250
200
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 48
Sampel Air
Gambar 14. Grafik kesadahan Ca air baku dan air hasil penjernihan
Sama halnya seperti kesadahan total dan kesadahan Ca nilai dari kesadahan
Mg baik air baku maupun air hasil penjernihan memenuhi standar berdasarkan
160
140
120
100 Kesadahan Mg Air Baku
80 Kesadahan Mg Air Hasil
Syarat
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
Gambar 15. Grafik kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan
Dari data hasil yang diperoleh nilai dari kesadahan baik kesadahan total
(CaCO 3), kesadahan Ca maupun kesadahan Mg air baku dan air hasil penjernihan
memiliki nilai yang memenuhi standar air bersih menurut peraturan pemerintah No.
49
yang membentuk kesadahan tetap dengan Ca dan Mg dan beberapa mengandung
logam Fe, As, Mn, Cd, Pb, Hg dan Cr. komposisi PAC dapat dilihat pada Tabel 2
halaman 14.
Dalam lingkungan perairan keberadaan besi yang terlalu banyak sangat tidak
diinginkan karena dapat menimbulkan bekas karat pada alat-alat industri dan alat-alat
rumah tangga. Pada air minum pun keberadaan besi yang terlalu banyak dapat
menimbulkan rasa yang tidak enak. Salah satu cara penghilangan besi berlebih dalam
perairan adalah dengan cara penambahan bahan kimia PAC sebagai koagulan dan
PAA sebagai flokulan. Kandungan Fe dalam air berada dalam bentuk Fe2+ dan Fe3+
yang masing-masing bereaksi dengan atom oksigen, hidrogen dan sulfur merupakan
suatu senyawa organik. Penambahan koagulan dan flokulan mengikat atom Fe dalam
Fe dalam air.
50
Pada Tabel 8 dapat dilihat nilai dari Fe air baku dan air hasil penjernihan
setelah penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai Fe dari air baku berkisar antara
0,73 ppm sampai dengan 5,61 ppm. Kandungan logam Fe terbesar berada pada
sampel 5 dan 6. Pada kondisi ini terjadi hujan dimana logam Fe yang berada di
daratan dalam bentuk bijih besi terbawa bersama air hujan kedalam sungai.
Pemakaian dosis PAC dan PAA yang paling baik untuk nilai Fe adalah pada
penambahan masing-masing 150 ppm dan 0,3 ppm, 180 ppm dan 0,2 ppm serta 170
ppm dan 0,1 ppm yang memperoleh nilai Fe terkecil yaitu sebesar 0,00 ppm.
4
Fe Air Baku
3 Fe Air Hasil
Syarat
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
Pada Gambar 16 dapat dilihat bahwa nilai kandungan Fe air baku mengalami
penurunan setelah penambahan PAC dan PAA. Nilai Fe dalam air bersih menurut
Air hasil penjernihan yang diperoleh memiliki kandungan Fe yang memenuhi standar
51
Penambahan PAC sebagai koagulan dan PAA sebagai flokulan menurunkan
nilai Mn dalam air. Ini disebabkan karena Mn dalam air bereaksi dengan atom
oksigen membentuk senyawa MnO 2. Senyawa ini terikat sebagai senyawa organik
dalam air. Dengan penambahan PAC dan PAA senyawa organik tersebut terikat
0.5
0.4
Mn Air Baku
0.3 Mn Air Hasil
Syarat
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sampel Air
52
Dari Tabel 9 dapat dilihat nilai Mn air baku dan air hasil penjernihan setelah
penambahan bahan kimia PAC dan PAA. Nilai Mn dari air baku berkisar antara 0,117
ppm sampai dengan 0,344 ppm. Nilai Mn terbesar berada pada sampel 5 dan 6. Sama
halnya dengan logam Fe pada kondisi ini logam Mn yang berada di daratan dilarutkan
oleh air hujan dan dibawa menuju sungai. Ini terjadi pada saat turun hujan. Penetapan
dosis PAC dan PAA yang paling baik untuk nilai Mn adalah pada penambahan
masing-masing 230 ppm dan 0,3 ppm yang memperoleh nilai Mn terkecil yaitu
bahwa kandungan Mn air baku sudah memenuhi standar air bersih berdasarkan
dalam air hasil penjernihan telah memenuhi standar air bersih berdasarkan peraturan
kesadahan baik kesadahan total, Ca dan Mg memiliki titik puncak atau titik tertinggi
pada sampel 5 dan 6. Ini dikarenakan pada waktu pengambilan sampel 5 dan 6 terjadi
53
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, G dan Santika, S.S., 1987. Metoda Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Anonim. 1981. PAC Poly Aluminum Chloride. Taki Chemical Co., Ltd.
Arsyad, M.N., 2001. Kamus Kimia ’Arti dan Penjelasan Ilmiah. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Day, R.A dan A.L. Underwood. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Ke-empat
Erlangga. Jakarta.
Dodih S, Hazairin N, Adenan, Mizani R. 2005. Studi Kualitas Air Hujan Untuk
Keperluan Air Minum di Kota Banjarmasin. Pascasarjana Program Studi
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat Banjarbaru.
Elida N. 2004. Optimasi Proses Koagulasi Flokulasi Pada Limbah Cair Yang
Mengandung Melanoidin. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Khopkar, S.M., 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia. Jakarta.
55
Sugiharto., 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta.
Suriansyah, dkk. 2005. Karakteristik Kualitas Air PDAM Kabupaten Banjar Hasil
Pengolahan Dari Air Permukaan Dan Air Sumur Dalam. Pascasarjana
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas
Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Viessman, W and M.J. Hammer., 1985. Water Supply and Pollution Control, Fourth
Edition. Harper and Row Publishers. New York.
56
Lampiran 1. Dosis koagulan-flokulan
1 21.0 7.28 129 11.75 128 44.8 3.89 0.87 0.136 150 0.3 1.04 6.71 9 5.87 130 48.0 2.43 0.00 0.077
2 14.6 7.52 105 11.91 134 45.6 4.86 1.13 0.159 180 0.2 1.09 6.83 8 2.31 142 46.4 6.32 0.00 0.081
3 17.6 7.55 114 18.87 124 41.6 4.86 0.78 0.126 190 0.2 1.15 6.99 12 6.95 130 44.8 4.37 0.32 0.054
4 23.9 7.47 123 12.68 140 44.0 7.29 0.73 0.141 170 0.3 0.98 6.95 9 5.40 148 51.2 4.86 0.04 0.061
5 215 7.03 1360 23.3 103 32.0 5.59 5.61 0.344 230 0.3 1.03 6.69 6 2.93 98 34.4 2.92 0.05 0.014
6 196 7.55 865 18.41 108 36.0 4.37 2.59 0.180 230 0.3 1.17 6.70 3 3.08 110 34.4 5.83 0.12 0.044
7 30.1 7.74 134 13.30 124 44.0 3.40 0.84 0.117 200 0.1 0.93 7.03 7 7.11 120 42.4 3.40 0.08 0.054
8 62.1 7.76 336 9.64 112 36.0 5.35 2.30 0.211 190 0.1 1.12 7.29 8 3.79 120 41.2 4.13 0.04 0.090
9 30.9 7.11 168 12.79 110 35.2 5.35 1.12 0.175 170 0.1 1.05 6.76 8 6.95 112 35.2 5.83 0.00 0.103
1
13.5 7.47 87 15.64 116 38.8 4.62 0.85 0.219 140 0.0 0.97 7.18 12 2.31 126 41.6 5.35 0.08 0.216
0
Lampiran 2. Perhitungan
NB : Perhitungan nilai zat organik semua sampel sama baik air baku maupun air
hasil penjernihan.
a. Kesadahan total
Kesadahan total : 20 x a
: 20 x 6,4 ml
:128 ppm CaCO 3
b. Kesadahan Ca
Kesadahan Ca : 20 x b x 0,4
: 20 x 5,6 x 0,4
: 44,8 ppm Ca
c. Kesadahan Mg
58
Lampiran 3. Skema Pengolahan Air PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
PAC
TANK
PAA
TANK
59
Lampiran 1. Dosis koagulan-flokulan
1 21.0 7.28 129 11.75 128 44.8 3.89 0.87 0.136 150 0.3 1.04 6.71 9 5.87 130 48.0 2.43 0.00 0.077
2 14.6 7.52 105 11.91 134 45.6 4.86 1.13 0.159 180 0.2 1.09 6.83 8 2.31 142 46.4 6.32 0.00 0.081
3 17.6 7.55 114 18.87 124 41.6 4.86 0.78 0.126 190 0.2 1.15 6.99 12 6.95 130 44.8 4.37 0.32 0.054
4 23.9 7.47 123 12.68 140 44.0 7.29 0.73 0.141 170 0.3 0.98 6.95 9 5.40 148 51.2 4.86 0.04 0.061
5 215 7.03 1360 23.3 103 32.0 5.59 5.61 0.344 230 0.3 1.03 6.69 6 2.93 98 34.4 2.92 0.05 0.014
6 196 7.55 865 18.41 108 36.0 4.37 2.59 0.180 230 0.3 1.17 6.70 3 3.08 110 34.4 5.83 0.12 0.044
7 30.1 7.74 134 13.30 124 44.0 3.40 0.84 0.117 200 0.1 0.93 7.03 7 7.11 120 42.4 3.40 0.08 0.054
8 62.1 7.76 336 9.64 112 36.0 5.35 2.30 0.211 190 0.1 1.12 7.29 8 3.79 120 41.2 4.13 0.04 0.090
9 30.9 7.11 168 12.79 110 35.2 5.35 1.12 0.175 170 0.1 1.05 6.76 8 6.95 112 35.2 5.83 0.00 0.103
1
13.5 7.47 87 15.64 116 38.8 4.62 0.85 0.219 140 0.0 0.97 7.18 12 2.31 126 41.6 5.35 0.08 0.216
0
Lampiran 4 Gambar instrumen Jar Tester dan pH meter
60
Lampiran 5 Gambar instrumen Turbidimeter dan Spektrofotometer.
61