PADA DERMAGA
Disusun oleh:
Julfikhsan Ahmad Mukhti
Sumber Gambar:
http://commons.wikimedia.org diunduh 13 November 2013
Daftar Isi
1 Pendahuluan
5 Contoh Perhitungan
Bab 1
Pendahuluan
Pendahuluan Tentang Tambat Kapal
1
Mooring merupakan sistem
penambatan kapal dengan tali
atau kabel pada bollard yang
bertujuan untuk mencegah
pergerakan kapal berlebih saat
kapal sedang tambat.
pada bollard.
Pendahuluan Standar yang digunakan
1
Identifikasi Perhitungan
Aplikasi beban
Jenis Kapal Beban Tambat
pada struktur
dan Kondisi Pada Titik
dermaga
Perairan Tambat
Perhitungan
Beban Tambat Penentuan
Akibat Arus jenis bollard
dan Angin
Bab 2
Perhitungan
Beban Tambat
Perhitungan Beban Tambat
2
dermaga adalah karakteristik kapal yang
direncanakan untuk bersandar pada dermaga.
2
Kondisi lingkungan, yaitu kecepatan arus dan angin, mempengaruhi seberapa besar
beban tambat.
Untuk keperluan desain, kecepatan angin yang digunakan dapat berupa ekstrem
dengan konsep periode ulang.
Contoh tabel kecepatan angin ekstrem dengan periode ulang 1, 10, 50, dan 100 tahun
dengan Distribusi Gumbel
Return Extreme Wind Speed (m/s)
Period
(Years) Omni N NNE NE ENE E ESE SE SSE S SSW SW WSW W WNW NW NNW
1 10.69 4.63 4.78 5.29 7.22 10.03 10.23 8.88 6.58 5.79 5.89 6.27 8.8 10.53 10.69 7.54 5.19
10 14.77 8.43 8.61 8.93 11.54 12.89 12.61 10.95 8.49 7.96 8.5 9.95 12.16 14.34 14.77 11.68 8.41
50 16.77 10.29 10.49 10.71 13.66 14.29 13.78 11.96 9.43 9.02 9.78 11.76 13.8 16.2 16.77 13.71 9.99
100 17.61 11.07 11.29 11.47 14.55 14.88 14.27 12.39 9.83 9.47 10.32 12.52 14.5 16.99 17.61 14.57 10.66
Perhitungan Beban Tambat Perhitungan Beban Tambat
2
Beban tambat keseluruhan yang diterima oleh dermaga adalah penjumlahan dari
beban tambat akibat arus dengan beban tambat akibat angin.
𝐹𝐿 = 𝐹𝐿𝑐 + 𝐹𝐿𝑤
𝐹𝑇 = 𝐹𝑇𝑐 + 𝐹𝑇𝑤
Keterangan:
𝐹𝐿 = Gaya tambat total maksimum arah longitudinal
𝐹𝑇 = Gaya tambat total maksimum arah transversal
𝐹𝐿𝑐 = Gaya tambat arah longtudinal akibat arus
𝐹𝐿𝑤 = Gaya tambat arah longtudinal akibat angin
𝐹𝑇𝑐 = Gaya tambat arah transversal akibat arus
𝐹𝑇𝑤 = Gaya tambat arah transversal akibat angin
Perhitungan Beban Tambat
BS 6349-1
Beban Tambat Akibat Arus
2
Perhitungan beban mooring akibat arus menggunakan
Tali
persamaan dari BS 6349-1 halaman 121 sebagai Tambat
Bollard
berikut.
Arah
Longitudinal
DERMAGA
KAPAL
Arah
Transversal
Perhitungan Beban Tambat
OCDI (2002)
Beban Tambat Akibat Arus
2
Perhitungan beban mooring akibat arus menggunakan
Tali
persamaan dari OCDI (2002) halaman 24 sebagai Tambat
Bollard
berikut.
DERMAGA
KAPAL
Dimana:
𝐹𝐿𝑐 = beban tambat akibat arus arah tegak lurus as kapal (kN)
𝐹𝑇𝑐 = beban tambat akibat arus arah sejajar as kapal (kN)
𝑆 = wetted surface area (luas kapal yang tenggelam dalam
keadaan penuh) (m3)
= 0.85 x Panjang kapal keseluruhan (LOA) x lebar kapal
(beam)
𝑉𝑥 = kecepatan arus sejajar pantai (m/s)
𝑉𝑦 = kecepatan arus tegak lurus pantai (m/s)
𝜌 = massa jenis air (kg/m3)
𝐵 = proyeksi luas lambung kapal dibawah permukaan air (m2)
Arah
= Length between perpendiculars x draft kapal
Transversal
𝐶 = koefisien tekanan arus
Perhitungan Beban Tambat
BS 6349-1
Beban Tambat Akibat Angin
2
Perhitungan beban mooring akibat angin menggunakan
Tali
persamaan dari BS6349-1 halaman 119 sebagai berikut. Tambat
Bollard
Arah
Longitudinal
DERMAGA
KAPAL
Arah
Transversal
Perhitungan Beban Tambat
OCDI (2002)
Beban Tambat Akibat Angin
2
Perhitungan beban mooring akibat angin menggunakan
Tali
persamaan dari OCDI (2002) halaman 23 sebagai Tambat
Bollard
berikut.
1 Arah
𝐹𝐿𝑤 = 𝜌𝑎 𝑈 2 𝐴𝐿 𝐶𝑋 Longitudinal
2
1
DERMAGA
𝐹𝑇𝑤 = 𝜌𝑎 𝑈 2 𝐴 𝑇 𝐶𝑌
2
KAPAL
𝐹𝐿𝑤 = beban tambat akibat angin arah longitudinal)(kN)
𝐹𝑇𝑤 = beban tambat akibat angin arah transversal (kN)
𝜌𝑎 = massa jenis angin (kg/m3)
𝑈 = kecepatan angin maksimum (m/s)
𝐴𝐿 = luas permukaan kapal diatas permukaan air arah
memanjang (m2)
= lebar kapal (beam) x freeboard kapal
𝐴𝑇 = luas permukaan kapal diatas permukaan air arah
melintang (m2)
= Panjang kapal keseluruhan (LOA) x freeboard kapal Arah
𝐶𝑋 = koefisien gesek arah memanjang Transversal
𝐶𝑌 = koefisien gesek arah melintang
2
Koefisien Gaya Angin dan Arus
Perhitungan Beban Tambat (BS 6349)
2
Saat kapal sedang tambat, pergerakan kapal ditahan oleh bollard pada dermaga yang
dihubungkan oleh tali tambat.
Terdapat tiga jenis tali tambat yang berfungsi untuk menahan pergerakan kapal, antara lain:
Arah Longitudinal
Sumber: Katalog Trelleborg Marine Systems hal 10-7
Perhitungan Beban Tambat
Arah
Transversal
Arah Longitudinal
Sumber: Katalog Trelleborg Marine Systems hal 10-7
Perhitungan Beban Tambat
2
dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut: Bollard
Tali
𝐹𝐿 Arah
Longitudinal
Tambat
𝑅𝐿 = KAPAL
DERMAGA
cos 𝛽𝑉 cos 𝛽𝐻
KAPAL
𝐹𝑇 A A
𝑅𝑇 =
cos 𝛽𝑉 cos 𝛽𝐻
𝑅𝐿 = gaya tarik kapal pada titik
tambat arah longitudinal
Arah Potongan A-A
𝑅𝑇 = gaya tarik kapal pada titik Transversal
Pemilihan
Bollard dari
OCDI 2002
(hal. 25)
Bab 4
Aplikasi Beban
Pada Struktur
Aplikasi Beban Pada Struktur
Dalam analisis struktur dermaga, beban
tambat kapal hendaknya diaplikasikan pada
4
struktur dalam berbagai skenario.
Skenario yang umum digunakan untuk Ilustrasi Skenario Pembebanan
adalah:
Bollard
1. Saat kapal bergerak transversal 1. 1
DERMAGA
1
menjauhi dermaga
2. Saat kapal bergerak longitudinal ke KAPAL
kanan dan kiri sejajar dermaga
Arah gerak kapal
Pergerakan kapal arah transversal ditahan oleh
breast line dan head/stern line, sedangkan Bollard
pergerakan arah longitudinal ditahan oleh 2. DERMAGA
Skenario 3
R R
R Skenario 1 Skenario 5 R
Bollard
5
Tabel data untuk perhitungan beban mooring
akibat arus
Properti Nilai Keterangan
𝑆 20.060 m2 LoA = 400 m, Beam = 59 m
𝑉𝑥 0,36 m/s
𝜌 1.024 kg/m3
Nilai maksimum pada grafik
𝐶 4,5
koefisien tekanan arus
𝑉𝑦 0,36 m/s
𝐵 5.510 m2 LoA = 400m, Draft = 14,5 m Grafik koefisien tekanan arus
(Sumber: OCDI (2002) halaman 25)
𝐹𝐿𝑐 = 0.0014(20.060)(0,36)2 = 𝟑, 𝟔𝟒 𝒌𝑵
1 2
𝐹𝑇𝑐 = 1024 4,5 0,3 5.510 = 𝟏. 𝟔𝟒𝟓, 𝟐𝟕 𝒌𝑵
2
5
Tabel data untuk perhitungan beban mooring
akibat angin
Properti Nilai Keterangan
𝜌𝑎 0,001 ton/m3
𝑈 10,28 m/s
𝐴𝐿 224,2 m2 LoA kapal x freeboard kapal = 400 m x 3,8 m
𝐴𝑇 1520 m2 Lebar kapal (beam) x freeboard kapal = 59 m x 3,8 m
𝐶𝑋 1,5 Koefisien tekanan angin untuk rectangular cross section
𝐶𝑌 2,3 Koefisien tekanan angin untuk rectangular cross section
Koefisien gaya angin
(Sumber: OCDI (2002) halaman 144)
1
𝐹𝐿𝑤 = 0,001 (10,28)2 224,2 1,5 = 𝟏𝟕, 𝟕𝟕 𝒌𝑵
2
1
𝐹𝑇𝑤 = 0,001 (10,28)2 1520 2,3 = 𝟏𝟖𝟒, 𝟕𝟐 𝒌𝑵
2
Contoh Perhitungan
DERMAGA
= 𝟐𝟏, 𝟒𝟎 𝒌𝑵
KAPAL
Beban maksimal pada titik tambat:
𝐹𝐿 𝐹𝑇
𝑅𝐿 = 𝑅𝑇 =
cos 𝛽𝑉 cos 𝛽𝐻 cos 𝛽𝑉 cos 𝛽𝐻
Arah Transversal:
1.830,00 𝑘𝑁
𝑅𝑇 = = 𝟐. 𝟎𝟏𝟗, 𝟏𝟖 𝒌𝑵
cos(25) cos(0)
Arah Longitudinal:
Arah
21,41 𝑘𝑁 Transversal
𝑅𝐿 = = 𝟑𝟑, 𝟒𝟎 𝒌𝑵
cos(25) cos(45)
Contoh Perhitungan Pemilihan Kapasitas Bollard
5
Pemilihan bollard bergantung Pemilihan jenis bollard berdasarkan pada
pada displacement (MD atau displacement kapal
DT) kapal
Kapal yang direncanakan
memiliki displacement (MD)
sebesar 217.401,33 ton, maka
kapasitas bollard yang dipilih (Sumber: Katalog Trelleborg Marine Systems, halaman 10-7)
Wbollard
= E x D x (A+B) x ρbesi x g
= 38,47 kN
𝑊𝐵𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟𝑑 = Berat bollard (kN)
A, B, E, D = ukuran dimensi pada
bollard (m)
𝜌𝐵𝑒𝑠𝑖 = massa jenis besi (kg/m3) (Sumber: Katalog Trelleborg Marine Systems, halaman 10-7)
𝑔 = percepatan gravitasi
(m/s2)
5
Input Beban Struktur – Mooring Skenario 1
Kapal bergerak ke kanan arah Y-
Wbollard
= E x D x (A+B) x ρbesi x g
= 38,47 kN
𝑊𝐵𝑜𝑙𝑙𝑎𝑟𝑑 = Berat bollard (kN)
A, B, E, D = ukuran dimensi pada
bollard (m)
Z𝜌𝐵𝑒𝑠𝑖 = massa jenis besi (kg/m3)
𝑔 = percepatan gravitasi
Y (m/s2)
X
Sumber: OCDI (2002) halaman 24
Contoh Perhitungan Skenario Pembebanan
5
Input Beban Struktur – Mooring Skenario 2
Kapal bergerak ke kanan arah X+
Z
Y
X
Contoh Perhitungan Skenario Pembebanan
5
Input Beban Struktur – Mooring Skenario 3
Kapal bergerak ke kiri arah X-
Z
Y
X