Anda di halaman 1dari 23

PERENCANAAN

BEBAN GEMPA SESUAI


ASCE 7-10
Setelah respons spektrum desain telah selesai dibuat,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan
besarnya beban lateral akibat gempa, atau yang biasa
disebut beban geser dasar (base shear) yang
disimbolkan dengan V. Sebagaimana diketahui
bersama, beban gempa sesungguhnya bersifat
dinamik yang berubah menurut waktu. Akan tetapi,
perencanaan beban dinamik lebih kompleks sehingga
memerlukan lebih banyak waktu dan tenaga. Oleh
karena itu, code mengijinkan untuk dilakukan
penyederhanaan menjadi beban statik (statik
ekivalen) dengan beberapa persyaratan.
Statik ekivalen adalah suatu representasi dari beban
gempa setelah disederhanakan dan dimodifikasi, yang
mana gaya inersia yang bekerja pada suatu massa
akibat gempa disederhanakan menjadi gaya
horizontal (Widodo, 2001).

Sebagaimana dijelaskan oleh Widodo (2001), bahwa


sejarah pemakaian beban gempa sudah diketahui
sejak awal abad 20 tepatnya setelah gempa San
Francisco USA 1906 dan gempa Messina-Reggio Italia
1908. Pada saat itu, perilaku dinamik belum
sepenuhnya dikuasai, terutama secara analitik,
sehingga dibentuk suatu komisi yang terdiri dari para
ahli yang bertugas mempelajari perilaku gedung
tahan gempa yang menghasilkan 2 (dua)
rekomendasi, yaitu bangunan diisolasi terhadap tanah
dengan dukungan roll dan bangunan
disatukan rigid dengan pondasi. Rekomendasi kedua
yang dipilih. Efek beban dinamik terhadap bangunan
kemudian disederhanakan menjadi beban statik
ekivalen yang bekerja pada pusat massa yang
bersangkutan. Pada tahun 1909 disetujui bahwa suatu
bangunan harus didesain dengan beban horizontal
paling tidak 1/12 (8,33 %) dari berat total bangunan.
Sejak saat itu, perencanaan beban statik ekivalen
terus mengalami perkembangan.
Beban geser dasar (base shear) statik ekivalen
tersebut, meskipun sifat nya statik, namun tidak
diperoleh murni dari prinsip statik, tetapi sudah
memperhitungkan prinsip-prinsip dinamik (Widodo,

2001). Dalam konsep statik ekivalen tersebut, hanya


massa yang diperhitungkan, sedangkan konsep
dinamik memperhitungkan massa, kekakuan dan
redaman. Pada statik ekivalen, hanya mode 1 yang
diperhatikan, yang mana koordinat mode
shape dianggap linier dengan tinggi bangunan. Dekat
tidaknya bentuk mode 1 dengan segitiga linier
terbalik tersebut akan bergantung pada rasio antar
kekakuan balok dan kekakuan kolom. Semakin kecil
rasio antar kekakuan tersebut maka bentuk mode 1
akan semakin dekat dengan segitiga linier terbalik
(Widodo, 2001).
Pada SNI 1726-2002, beban statik ekivalen hanya
boleh digunakan pada gedung beraturan yang
memenuhi syarat sesuai pasal 4.2. Jika pasal 4.2
tersebut tidak terpenuhi, maka harus dilakukan
analisa dinamik.
Gedung beraturan tersebut umumnya dianggap
mempunyai distribusi inelastik yang seragam pada
keseluruhan elemen sistem penahan gaya lateral.

Gambar 1. Statik Ekivalen


(Ghosh & Fanella, 2003)
ASCE 7-10 memberikan persamaan berikut.
V = Cs W
(ASCE 7-10, 12.8-1)

Cs min1 = 0,044 SDS . I


(ASCE 7-10, 12.8-5)
Cs min 2 = 0,01

Gambar 2. Equivalent Lateral Force Procedure (FEMA


451B, 2007)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa Cs dipengaruhi
oleh spektra percepatan periode pendek 0,2 detik S DS,
spektra percepatan periode 1,0 detik SD1, Koefisien
Modifikasi Respon R,Importance factor I dan periode
getar struktur T.

Importance factor I merupakan suatu faktor yang


bertujuan untuk mereduksi kebutuhan daktilitas dan
menghasilkan kerusakan yang lebih kecil (Taranath,
2010).
Akan tetapi, sebelum proses perhitungan base
shear dilakukan, perlu dilakukan beberapa langkah
perencanaan yang lain, yaitu mengklasifikasikan
struktur.
Berikut adalah contoh perencanaan beban gempa
sesuai ASCE 7-10.
Data (Peta Hazard Gempa Indonesia 2010) :
Lokasi

: Meulaboh & Banda Aceh

Jenis Tanah

: Tanah Sedang (Site class D)

Fungsi bangunan

: Perkantoran

Tipe struktur

: Sistem Rangka Pemikul

Momen (SRPM)

Gambar 3. Contoh Rangka


Pemikul Momen
Didapat respons spektrum rencana sebagai berikut :

Gambar 4. Respons Spektrum Rencana

Didapat:
SDS
SD1

= 1,0 g
= 0,6 g

Tinggi struktur total, hn = 20 m.


1.

Penentuan Risk Category

Gambar 5. Risk Category (ASCE 7-10)


Dianggap struktur termasuk dalam risk caterory II.
2.

Penentuan Seismic Design Category

Penentuan Seismic Design Category (SDC)


disesuaikan dengan ASCE 11.6-1 dan 11.6-2.

Gambar 6. Seismic Design Category (ASCE 7-10)

Didapat Seismic Design Category (SDC) D.


3.

Penentuan tipe analisis beban lateral

Penentuan tipe analisis beban lateral disesuaikan


dengan ASCE 7-10, tabel 12.6.1, dimana karakteristik
struktur terdapat pada poin 4, dimana struktur tanpa
ketidakberaturan struktural dan memiliki ketinggian
tidak lebih dari 160 ft (48 m), dimana ketinggian
struktur utama adalah 20 m, sehinggga analisis beban

lateral yang digunakan adalah Equivalent Lateral


Force Analysis atau Analisis Beban Lateral
Ekivalen (Statik Ekivalen).

Gambar 7. Prosedur analisis beban lateral (ASCE 7-10)


Kesimpulan : analisis statik ekivalen diijinkan
untuk struktur ini.

4.

Penentuan sistem struktur sesuai ASCE 7-

10 tabel 12.2-1.
Gambar 8. Sistem struktur yang diijinkan (ASCE 7-10)

Berdasarkan ASCE 7-10, tabel 12.2-1, didapat sistem


struktur beton bertulang yang diijinkan untuk SDC D
adalah :
Special reinforced concrete moment
frames atau Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK),
dengan
Nilai R (Koefisien Modifikasi Respon) = 8.
Faktor kuat lebih sistem 0 = 3
Faktor pembesaran defleksi Cd = 5,5
5.

Penentuan Faktor Keutamaan I

(Importance Factors).
Faktor keutamaan I didapat sesuai ASCE 7-10, tabel

1.5-2, dimana digunakanSeismic Importance Factors.

Gambar 9. Faktor Keutamaan (ASCE 7-10)


Dari tabel diatas, didapat untuk risk
category II, Faktor Keutamaan I = 1,00.
6.

Perencanaan Base Shear.

Beban lateral rencana dihitung sesuai persamaan


ASCE 7-10.
V = Cs . W
(ASCE 7-10, 12.8-1)
Keterangan :
V

= base shear

Cs = koefisien gempa
W = berat struktur efektif
Periode getar struktur dihitung dengan :
Ta = 0,0466 . hn0,9= 0,0466 . 200,9= 0,6907 detik
(ASCE 7-10, 12.8-7)
Dari hasil analisis komputer, didapatkan periode getar
struktur Tc = 1,05 detik.
Maka sesuai ASCE 7-10, pasal 12.8.2, dimana T = Ta .
Cu Tc.

Gambar 10. Koefisien batas atas periode getar


struktur (ASCE 7-10)
SD1 = 0,6 g, maka Cu = 1,4
Ta . Cu = 0,6907. 1,4 = 0,967 detik
Karena Tc = 1,05 detik > Ta . Cu = 0,967 detik.
Maka periode getar struktur yang digunakan, T =
0,967 detik.
Keterangan: umumnya, rumus pendekatan yang
terdapat pada codes akan menghasilkan periode getar
yang lebih pendek dibandingkan dengan analisis
dinamik, dimana akan menghasilkan base shear yang
lebih konservatif. Hal ini disebabkan oleh
diabaikannya efek kekakuan dari komponen non

struktural dan ketahanan lateral dari kolom, balok,


pelat, sehingga menghasilkan nilai yang konservatif
(Taranath, 2010). Sehingga ASCE 7-10 membolehkan
untuk membesarkan periode getar struktur dengan
suatu faktor pengali Cu.
Selain itu, pada prinsipnya, periode getar struktur
adalah produk dari massa dan kekakuan, yang mana
tidak bisa didapat jika struktur belum selesai
dirancang (karena massa dan kekakuan belum ada).
Akan tetapi, pada dasarnya, seismic designtidak bisa
dimulai tanpa adanya periode getar struktur dan
periode getar struktur tidak bisa dilakukan
jika seismic design belum dilakukan. Menghadapi
situasi ini, codememberikan suatu formula
pendekatan agar proses desain dapat dimulai.
Formula pendekatan tersebut pada dasarnya akan
menghasilkan periode getar yang lebih singkat dari
pada periode getar real, dimana maksud dari hal
tersebut adalah jika periode getar pertama tersebut
tidak direvisi, maka perancangan struktur akan tetap
aman, dimana periode getar struktur yang kecil akan
menghasilkan base shearyang lebih besar yang
digunakan dalam desain (Ghosh & Fanella, 2003).

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa periode


getar struktur sangat dipengaruhi oleh kekakuan (dan
massa) yang diasumsikan, dimana perbedaan
penggunaan gross section ataupun cracked
section memberikan perbedaan yang besar
(misalnya seberapa rendah penggunaan cracked
section). Dengan maksud untuk membatasi
digunakannya periode getar yang terlalu tinggi
(misalnya dari analisis komputer) yang akan
menghasilkan base shear yang kecil, maka periode
getar dibatasi dengan suatu pengali Cu.
7.

Perhitungan Base Shear.

Suatu struktur sedemikian rupa bertingkat 5 (angka


ditulis sedemikian rupa untuk memudahkan analisis).
SDS = 1,0 g
SD1 = 0,6 g
R

=8

= 1,0

= 0,967 detik

Cs min1 = 0,044 SDS . I = 0,044 . 1,0 . 1 = 0,044


(ASCE 7-10, 12.8-5)
Cs min 2 = 0,01
Maka digunakan Cs = 0,07756
V = Cs . W = 0,07756 . W = (7,756 % dari berat
struktur).
Base shear V tersebut akan didistribusikan pada
setiap tingkat.
Setelah dilakukan perhitungan, didapat berat struktur
sedemikian rupa (termasuk beban hidup tereduksi)
sebagai berikut:
*Beberapa perhitungan dilakukan penyederhanaan
agar praktis*
Wx = 8974 kN.

Wt = Wi . n tingkat = 8974 . 5 = 44 870 kN


V = Cs . W = 0,07756 . 44870 = 3480,11 kN
Distribusi beban lateral gempa:

Keterangan :
Cvx

= faktor distribusi vertikal

= base shear

Widan Wx

= berat struktur efektif pada tingkat i

atau x
hidan hx

= tinggi struktur dari dasarke tingkat i

atau x
k

= suatu eksponen yang berhubungan

dengan periode getar struktur (yang


mempertimbangkan higher mode effects), bernilai 1,0
jika periode getar 0,5 detik (yang berarti
distribusinya berupa bentuk segitiga, umumnya pada
bangunan rendah), dan bernilai 2,0 jika periode getar

2,5 detik (yang berarti distribusinya berupa bentuk


parabolik, umumnya pada bangunan tinggi). Untuk
periode getar diantaranya dapat dilakukan interpolasi.
Untuk T = 0,967 detik, didapat k = 1,2335.

Gambar 11. Nilai k (FEMA


451B, 2007)
Maka didapat :

Catatan: karena denah gedung adalah simetris, maka


beban lateral adalah sama untuk kedua arah.

Demikian lah proses perencanaan beban lateral


gempa sesuai ASCE 7-10. Sebagaimana telah
dijelaskan oleh banyak literatur, bahwa proses seismic
design tidak cukup hanya sampai menentukan base
shear. Kehandalan struktur dalam menahan beban
gempa (seismic design) sesungguhnya merupakan
suatu proses rumit yang berintegrasi, dimulai dari
mengklasifikasikan struktur, menghitung base
shear,detailing dan lain-lain.
Referensi :
1.

Kementrian Pekerjaan Umum. (2010). Peta Hazard


Gempa Indonesia 2010. Jakarta.

2.

ASCE Standard ASCE/SEI. (2010). Minimum Design


Loads for Buildings and Other Structures (ASCE 710). Virginia.

3.

FEMA 451B. (2007). NEHRP Recommended


Provisions for New Buildings & Other Structures
Training & Instructional Materials. Washington.

4.

Taranath, B.S. (2010). Reinforced Concrete Design


of Tall Buildings. CRC Press. New York.

5.

Ghosh, S.K and Fanella, D.A. (2003). Seismic &


Wind Design of Concrete Buildings. International
Code Council, Inc. Illinois.

6.

Tumillar, S. 2009. Petunjuk Perancangan Struktur


Berdasarkan Ketentuan ASCE 7-05, IBC 2009 dan
ACI 318-08.HAKI. Jakarta.

7.

Widodo. (2001). Respon Dinamik Struktur Elastik.


Jurusan Teknik Sipil FTSP, Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.

Yogyakarta, 22 Juli 2011.

Anda mungkin juga menyukai