Anda di halaman 1dari 37

AR – 5602: UTILITAS 2 SEKOLAH TINGGI

SAINS DAN TEKNOLOGI


INDONESIA
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Pertemuan 7

SARANA
TRANSPORTASI VERTIKAL
PADA BANGUNAN

Oleh:
Raksa Maulana Subki, ST., lic.rer.reg.
2 November 2016
o Transportasi vertikal pada bangunan atau gedung adalah
suatu utilitas yang berfungsi sebagai lalu lintas para
pengguna di dalamnya untuk berpindah dari lantai satu ke
lantai lainnya. Tujuan dari transportasi vertikal ini adalah
untuk: efisiensi waktu, tenaga, keamanan, dan kesehatan.
o Penggunaan transportasi vertikal umumnya hanya untuk
bangunan tiga lantai ke atas, dibawah itu menggunakan
tangga biasa. Transportasi vertikal memiliki berbagai
macam jenisnya, ada yang menggunakan tangga mekanis
dan tabung disertai kabel.

2
1. Tangga (umum dan darurat)
2. Escalator
3. Elevator / Lift
4. Dumbwaiter
5. Ramp
6. Conveyor Belt
7. Katrol / Crane

3
o Tangga adalah suatu konstruksi yang digunakan untuk
menghubungkan dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu
sama lain.
o Berdasarkan sifat permanensinya, tangga bisa dibedakan
menjadi dua macam yaitu tangga permanen dan non
permanen. Tangga permanen digunakan untuk
menghubungkan dua bidang horisontal pada bangunan dan
atau lantai bangunan yang berbeda. Sedangkan tangga non
permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang
horisontal yang lebih tinggi dan digunakan pada saat-saat
tertentu saja, misalnya tangga bambu dan tangga lipat.
o Konstruksi tangga dapat dibuat dengan berbagai material, yaitu
kayu, baja, beton, dan batu bata. Sedangkan bagian-bagiannya
terdiri dari Ibu tangga, anak tangga, railing, bordes, dan baluster
(pagar). 4
o Tangga pada umumnya memiliki syarat:
1. Kemiringan sudutnya tidak lebih dari 38°.
2. Jika jumlah anak tangga lebih dari 12, maka harus
menggunakan bordes.
3. Lebar anak tangga untuk satu orang sebesar 90 cm, untuk
2 orang sebesar 110-120 cm.
4. Tinggi ballustrade (pagar) sekitar 80-90 cm.
5. Optrede dan antrede masing-masing sebesar max. 19 cm
dan min. 23 cm.

5
o Kriteria dan persyaratan tangga darurat diantaranya:
1. Kemiringan maksimum 40°
2. Letak antar tangga darurat dalam bangunan 30-40 m
3. Dilengkapi penerangan yang cukup dengan listrik cadangan
4. Harus diperhitungkan dengan material tahan api, dinding
(beton) dan pintu (metal) tahan api
5. Suplai udara segar
6. Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan
pintu masuk ke dalam ruang tangga tersebut

6
o Eskalator adalah transportasi vertikal untuk mengangkut orang
yang terdiri dari tangga terpisah yang dapat bergerak keatas
dan kebawah dengan mengikuti jalur atau rail yang digerakkan
dengan motor.
o Untuk jarak yang pendek eskalator lebih efektif dibanding
elevator dan dapat menampung pengguna dalam jumlah
banyak. Eskalator biasa digunakan di tempat ramai seperti
pusat perbelanjaan, tempat transit, dan bandara.
o Eskalator dibangun dari beberapa bagian yakni kerangka
penyangga, gigi penggerak, anak tangga, track, alat-alat
pengontrol, rem darurat, ballustrade (pagar), dan pegangan
tangan (hand rail).

7
8
o Syarat Eskalator:
• Dilengkapi dengan railing.
• Tidak ada celah antara lantai dengan anak tangga pada
Eskalator dan sebaliknya, yang didesain secara otomatis.
o Perletakan Eskalator:
• Paralel. Perencanaannya lebih menekan segi arsitektural
dan memungkinkan sudut pandang yang luas.
• Cross Over. Bersilangan secara menerus (naik saja atau
turun saja). Kurang efesien dalam sistem sirkulasi, tetapi
bernilai estetis tinggi.
• Double Cros Over. Perletakan bersilangan antara naik dan
turun, sehingga dapat mengangkut penumpang dengan
jumlah lebih banyak.
9
10
11
o Menentukan kapasitas dari eskalator
• Sangat tergantung pada berapa jumlah orang yang akan
diangkat persatuan waktu.
• Biasanya ditentukan dalam per jam, per menit, per 5 menit,
pada saat waktu puncak (peek hours).
o Memilih kecepatan dan lebar eskalator

12
N= 3600 x P x V x Cos Θ
L
P = Jumlah orang per langkah
V = Kecepatan dari eskalator (m/s)
Θ = Sudut dari kemiringan eskalator
L = Panjang langkah setiap orang (m)
• Misal: Suatu eskalator dengan sudut 35°, dioperasikan
dengan 1 orang per 400 mm langkah, dengan kecepatan
eskalator 0,65 m/s.

N = 3.600 x 1 x 0,65 x 0,8192 = 4.792 orang per jam


0,4
13
14
o Lift atau disebut juga elevator adalah alat utama yang
digunakan untuk transportasi vertikal dalam bangunan gedung
bertingkat banyak (highrise building). Lift sendiri juga memiliki
bermacam jenisnya:
• Passanger Elevator atau lift yang digunakan untuk
mengangkut orang.
• Service elevator yaitu lift untuk pelayanan.
• Freight Elevator atau lift untuk barang.
• Dumb Waiters atau lift untuk uang/makanan.
• Lift Kebakaran
o Lift terdiri dari: kereta (elevator car), kabel, mesin elevator, alat
pengontrol, beban pengimbang, rel (guide reil), ruang mesin,
dan sumur per penahan (pit lift).
15
1. Faktor beban puncak lift (peak load factor)
o Beban puncak lift tergantung:
• Jenis gedung, misal: kantor, hotel, apartemen, mall, dll.
• Lokasi gedung, misal: pusat kota, kawasan komersial, pinggir kota, dll.
2. Waktu perjalanan bolak balik lift (round trip time) (T). Waktu
yang diperlukan lift berjalan bolak-balik dari lantai terbawah
hingga teratas (dalam suatu zone) termasuk waktu berhenti,
penumpang keluar masuk lift dan pintu membuka dan menutup
disetiap lantai, dengan ketentuan:
• Penumpang masuk dalam lift di lantai dasar: 1,5 detik
• Pintu lift menutup di lantai dasar: 2 detik
• Pintu lift membuka dan menutup per lantai: 2 (n-1) 2 detik
• Penumpang keluar per lantai: (n-1) x (m/n-1) x 1,5 detik
• Perjalanan bolak balik lift (dasar ke atas): (2(n-l)h)/S (detik)
• Pintu lift membuka di lantai dasar: 2 detik 16
T = ((2h+4s) (n-1)+s(3m+4))/s

• T = round trip time


• h = tinggi lantai ke lantai
• m = kapasitas lift
• n = jumlah lantai
• s = kecepatan lift

17
3. Faktor elevator / lift
o Daya muat atau kapasitas lift sangat tergantung pada pabrik
pembuatnya
o Pada umumnya untuk 5-20 orang
o Untuk kebutuhan khusus: 50 orang (double deck)
o Dapat memuat tempat tidur (bed) rumah sakit pada lift
pasien

18
4. Kecepatan elevator / lift penumpang
o Kecepatan dipilih tergantung tinggi gedung, makin tinggi
suatu bangunan, makin cepat liftnya:
• 4-10, kecepatan lift: 60-120 m/menit
• 10-15, kecepatan lift: 180-210 m/menit
• 15-20, kecepatan lift: 210-240 m/menit
• 20-50, kecepatan lift 360-450 m/menit
• Untuk Rumah Sakit, kecepatan lift: 150-210 m/menit
o Kecepatan mempengaruhi: Waktu bolak balik (T) dan Waktu
menunggu lift.
o Sebagai batas kecepatan diambil gerak jatuh bebas oleh
gaya tarik bumi: 10m/detik
o Kecepatan rendah lift: 1 m/detik
o Kecepatan tinggi lift: 10 m/detik 19
5. Jumlah elevator / lift
o Pada bangunan gedung tinggi dibagi per zona vertikal
o Pembagian dalam zona untuk menghemat jumlah lift
o Tinggi 1 zona sebesar kurang lebih 20 lantai
o Jumlah lift harus dihitung seteliti mungkin
6. Waktu menunggu lift
o Kesabaran orang menunggu tergantung pada kota, negara
(di kota besar biasanya kurang sabar)
o Waktu tunggu: 30 detik (perkantoran), 60 detik (apartemen)
o Waktu menunggu: waktu bolak balik dibagi jumlah lift

20
7. Tenaga/energi listrik untuk lift
o Makin tinggi gedung, makin besar energi listrik untuk liftnya.
Oleh karena itu salah satu solusi dalam menghemat
energinya adalah membatasi tinggi gedung.
o Energi yang dibutuhkan lift dengan kapasitas (m orang),
kecepatan (s m/det) adalah sama dengan energi potensial
lift berikut muatannya.
o Tenaga listrik yang dibutuhkan adalah hanya untuk
mengerek muatan lift saja. Untuk lift dalam keadaan kosong
dapat dibuat seimbang oleh bandul (counterweight) lift.

21
22
Keterangan:
a = Luas lantai tipikal
n = jumlah lantai
Diketahui
m = kapasitas lift
a = 800 m²
s = kecepatan lift
T = waktu perjalanan n = 30 lantai
bolak balik m = 18 orang
N = jumlah lift s = 4 m/detik
w = waktu tunggu h = 3,60 m
h = tinggi lantai

o Perhitungan waktu perjalanan bolak balik (T)


o T = ((2h+4S) (n-1) + s(3m+4)) / s (det)
o T = ((2*3,6+4*4) (30-1) + 4 (3*18+4)) / 4 = 226,2 detik
o Perhitungan jumlah lift (N)
o N = (2n*T (2a-3m)) / 3m (n*T + 40000)
o N = (2*30*226,2 (2*800-3*18)) / 3*18 (30*226,2 + 40000) = 8,3
o N = 8 Lift
o Perhitungan waktu tunggu (w)
o w = T/N
o w = 226,2 / 8 = 28,27 detik < 30 detik 23
o Pengelompokkan dua buah lift

24
o Pengelompokkan tiga buah lift

o Pengelompokkan empat buah lift

25
o Pengelompokkan enam buah lift

o Pengelompokkan delapan buah lift

26
• Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 3
tingkat.
• Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan melebihi 1 tingkat
jika ada pengguna manula dan atau difabel.
• Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.
• Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan tangga.
• Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai agar waktu
tunggu tidak terlalu lama. Tersedia express lift untuk
bangunan melebihi 15 lantai (sistem zona lift). Express lift
mem-bypass lantai-lantai bawah dan langsung berhenti di
lantai 16, 17, 18, dst.
• Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25 lantai.
Skylobby adalah lantai lobby di mana orang turun dari lift
express dan berpindah ke lift-lift lokal yang berhenti pada tiap
lantai di atasnya. Dengan demikian kebutuhan ruang
core/shaft lift bisa tetap. 27
28
29
30
31
32
33
o Dumbwaiter / Lift
barang kecil,
adalah alat untuk
mengangkut
barang khusus
seperti makanan,
uang, dan lain-lain.

34
o Ramp adalah sarana
transportasi vertikal di
dalam maupun di luar
bangunan yang
berbentuk lantai miring
(maksimum kemiringan
1:12).
• Ramp untuk
kendaraan (gedung
parkir)
• Ramp untuk Rumah
Sakit
• Ramp untuk
penyandang cacat
(disable person)
35
o Conveyor Belt adalah
ban berjalan untuk
mengangkut barang,
misalkan di bandara.

36
• CIBSE, 2000, Transportation Systems in Buildings, UK:
Chartered Institutuion of Building Services Engineers
• Hall, Fred and Greeno, Roger, 2007, Building Services
Handbook (Forth Edition), Jordan Hill, Oxford: Butterworth-
Heinemann.
• Stein, Benjamin and Reynolds, John. S., 2000, Mechanical
and Electrical Equipment for Buildings, 9th Edition, Canada: John
Wiley and Sons, Inc.
• Gordon, Nelson., 1995, The Architecture of Building Services,
London: BT. Batsford Ltd.
• Parlour, R.P., 1994, Building Services: Engineering for
Architects, Pymble NSW 2070, Australia: Integral Publishing.
• Parlour, R.P., 2000, Building Services, A Guide to Integrated
Design, Engineering for Architect, 3rd Edition, Integral Publishing,
Australia: Pymble NSW 2073.
37

Anda mungkin juga menyukai