Anda di halaman 1dari 4

1/22/2019 4.4.2.

Asma: diagnosis dan tatalaksana | ICHRC

(/)

Enter terms then hit Search...

BAB 4. BATUK DAN ATAU KESULITAN BERNAPAS (/bab-4-batuk-dan-atau-kesulitan-bernapas) /


4.4 KONDISI YANG DISERTAI DENGAN WHEEZING (/44-kondisi-yang-disertai-dengan-wheezing) / 4.4.2. Asma:
diagnosis dan tatalaksana

Bahasa Indonesia

BUKU SAKU PELAYANAN KESEHATAN ANAK DI RUMAH SAKIT (/buku-saku-pelayanan-kesehatan-


anak-di-rumah-sakit)

BAB 1. TRIASE & KONDISI GAWAT DARURAT (PEDIATRI GAWAT DARURAT) (/bab-1-triase-kondisi-
gawat-darurat-pediatri-gawat-darurat)

BAB 2. PENDEKATAN DIAGNOSIS PADA ANAK SAKIT (/bab-2-pendekatan-diagnosis-pada-anak-


sakit)

BAB 3. MASALAH-MASALAH BAYI BARU LAHIR DAN BAYI MUDA (/bab-3-masalah-masalah-bayi-


baru-lahir-dan-bayi-muda)

BAB 4. BATUK DAN ATAU KESULITAN BERNAPAS (/bab-4-batuk-dan-atau-kesulitan-bernapas)

4.1. ANAK YANG DATANG DENGAN BATUK DAN ATAU KESULITAN BERNAPAS (/41-anak-yang-
datang-dengan-batuk-dan-atau-kesulitan-bernapas)

4.2. PNEUMONIA (/42-pneumonia)

4.3. BATUK DAN PILEK (/43-batuk-dan-pilek)

4.4 KONDISI YANG DISERTAI DENGAN WHEEZING (/44-kondisi-yang-disertai-dengan-wheezing)

4.4.1. BRONKIOLITIS (/441-bronkiolitis)

4.4.2. ASMA: DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA (/442-asma-diagnosis-dan-tatalaksana)

4.4.2. ASMA: PERAWATAN PENUNJANG, PEMANTAUAN, KOMPLIKASI, DAN TINDAK


LANJUT (/442-asma-perawatan-penunjang-pemantauan-komplikasi-dan-tindak-lanjut)

4.4.3 WHEEZING (MENGI) BERKAITAN DENGAN BATUK ATAU PILEK (/443-wheezing-mengi-


berkaitan-dengan-batuk-atau-pilek)

4.5. KONDISI YANG DISERTAI DENGAN STRIDOR (/45-kondisi-yang-disertai-dengan-stridor)

4.6. KONDISI DENGAN BATUK KRONIK (/46-kondisi-dengan-batuk-kronik)

4.7. PERTUSIS (/47-pertusis)

4.8. TUBERKULOSIS (/48-tuberkulosis)

4.9. ASPIRASI BENDA ASING (/49-aspirasi-benda-asing)

4.10 GAGAL JANTUNG (/410-gagal-jantung)

4.11 FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) (/411-flu-burung-avian-influenza)

http://www.ichrc.org/442-asma-diagnosis-dan-tatalaksana 1/4
1/22/2019 4.4.2. Asma: diagnosis dan tatalaksana | ICHRC

BAB 5. DIARE (/bab-5-diare)

BAB 6. DEMAM (/bab-6-demam)

BAB 7. GIZI BURUK (/bab-7-gizi-buruk)

BAB 8. ANAK DENGAN HIV/AIDS (/bab-8-anak-dengan-hivaids)

BAB 9. MASALAH BEDAH YANG SERING DIJUMPAI (/bab-9-masalah-bedah-yang-sering-dijumpai)

BAB 10. PERAWATAN PENUNJANG (/bab-10-perawatan-penunjang)

BAB 11. MEMANTAU KEMAJUAN ANAK (/bab-11-memantau-kemajuan-anak)

BAB 12. KONSELING DAN PEMULANGAN DARI RUMAH SAKIT (/bab-12-konseling-dan-


pemulangan-dari-rumah-sakit)

LAMPIRAN 1. PROSEDUR PRAKTIS (/lampiran-1-prosedur-praktis)

LAMPIRAN 2. DOSIS OBAT (/lampiran-2-dosis-obat)

LAMPIRAN 3. UKURAN PERALATAN YANG DIPERLUKAN UNTUK ANAK (/lampiran-3-ukuran-


peralatan-yang-diperlukan-untuk-anak)

LAMPIRAN 4. CAIRAN INFUS (/lampiran-4-cairan-infus)

LAMPIRAN 5. MELAKUKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK (/lampiran-5-melakukan-penilaian-status-


gizi-anak)

LAMPIRAN 6. ALAT BANTU DAN BAGAN (/lampiran-6-alat-bantu-dan-bagan)

4.4.2. Asma: diagnosis dan tatalaksana


Asma adalah keadaan inflamasi kronik dengan penyempitan saluran pernapasan yang reversibel. Tanda
karakteristik berupa episode wheezing berulang, sering disertai batuk yang menunjukkan respons
terhadap obat bronkodilator dan anti-inflamasi. Antibiotik harus diberikan hanya jika terdapat tanda
pneumonia.

Diagnosis

episode batuk dan atau wheezing berulang


hiperinflasi dada
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
ekspirasi memanjang dengan suara wheezing yang dapat didengar
respons baik terhadap bronkodilator.

Bila diagnosis tidak pasti, beri satu dosis bronkodilator kerja-cepat (lihat di bawah). Anak dengan asma
biasanya membaik dengan cepat, terlihat penurunan frekuensi pernapasan dan tarikan dinding dada dan
berkurangnya distres pernapasan. Pada  serangan berat, anak mungkin memerlukan beberapa dosis
inhalasi.

Tatalaksana

Anak dengan episode pertama wheezing tanpa distress pernapasan, bisa dirawat di rumah
hanya dengan terapi penunjang.  Tidak perlu diberi bronkodilator
Anak dengan distres pernapasan atau mengalami wheezing berulang, beri salbutamol dengan
nebulisasi atau MDI (metered dose inhaler). Jika salbutamol tidak tersedia, beri suntikan
epinefrin/adrenalin subkutan. Periksa kembali anak setelah 20 menit untuk menentukan terapi
selanjutnya:
Jika distres pernapasan sudah membaik dan tidak ada napas cepat, nasihati ibu untuk
merawat di rumah dengan salbutamol hirup atau bila tidak tersedia, beri salbutamol sirup per
http://www.ichrc.org/442-asma-diagnosis-dan-tatalaksana 2/4
1/22/2019 4.4.2. Asma: diagnosis dan tatalaksana | ICHRC

oral atau tablet (lihat di ).


Jika distres pernapasan menetap, pasien dirawat di rumah sakit dan beri terapi oksigen,
bronkodilator kerja-cepat dan obat lain seperti yang diterangkan di bawah.
Jika anak mengalami sianosis sentral atau tidak bisa minum, rawat dan beri terapi oksigen,
bronkodilator kerja-cepat dan obat lain yang diterangkan di bawah.
Jika anak dirawat di rumah sakit, beri oksigen, bronkodilator kerja-cepat dan dosis pertama steroid
dengan segera.
Respons positif (distres pernapasan berkurang, udara masuk terdengar lebih baik saat auskultasi)
harus terlihat dalam waktu 20 menit. Bila tidak terjadi, beri bronkodilator kerja cepat dengan interval
20 menit.
Jika tidak ada respons setelah 3 dosis bronkodilator kerja-cepat, beri aminofilin IV.

Oksigen

Berikan oksigen pada semua anak dengan asma yang terlihat sianosis atau mengalami kesulitan
bernapas yang mengganggu berbicara, makan atau menyusu (serangan sedang-berat).

Bronkodilator kerja-cepat

Beri anak bronkodilator kerja-cepat dengan salah satu dari tiga cara berikut: nebulisasi salbutamol,
salbutamol dengan MDI dengan alat spacer, atau suntikan epinefrin/adrenalin subkutan, seperti yang
diterangkan di bawah.

(1) Salbutamol Nebulisasi

Alat nebulisasi harus dapat menghasilkan aliran udara minimal 6-10 L/ menit. Alat yang
direkomendasikan adalah jet-nebulizer (kompresor udara) atau silinder oksigen. Dosis salbutamol
adalah 2.5 mg/kali nebulisasi; bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian dikurangi sampai setiap 6-8
jam bila kondisi anak membaik. Bila diperlukan, yaitu pada kasus yang berat, bisa diberikan setiap
jam untuk waktu singkat.

(2) Salbutamol MDI dengan alat spacer

Alat spacer dengan berbagai volume tersedia secara komersial. Penggunaannya mohon lihat buku
Pedoman Nasional Asma Anak. Pada anak dan bayi biasanya lebih baik jika memakai masker wajah
yang menempel pada spacer dibandingkan memakai mouthpiece. Jika spacer tidak tersedia, spacer
bisa dibuat menggunakan gelas plastik atau botol plastik 1 liter. Dengan alat ini diperlukan 3-4 puff
salbutamol dan anak harus bernapas dari alat selama 30 detik.

Gunakan alat spacer dan sungkup wajah


untuk memberi bronkodilator. Spacer dapat
dibuat secara lokal dari botol plastik
minuman ringan.

(3) Epinefrin (adrenalin) subkutan

Jika kedua cara untuk pemberian salbutamol tidak tersedia, beri suntikan epinefrin (adrenalin)
subkutan dosis 0.01 ml/kg dalam larutan 1:1 000 (dosis maksimum: 0.3 ml), menggunakan semprit
1 ml (untuk teknik injeksi lihat halaman 331). Jika tidak ada perbaikan setelah 20 menit, ulangi dosis

http://www.ichrc.org/442-asma-diagnosis-dan-tatalaksana 3/4
1/22/2019 4.4.2. Asma: diagnosis dan tatalaksana | ICHRC

dua kali lagi dengan interval dan dosis yang sama. Bila gagal, dirawat sebagai serangan berat dan
diberikan steroid dan aminofilin.

Bronkodilator Oral

Ketika anak jelas membaik untuk bisa dipulangkan, bila tidak tersedia atau tidak mampu membeli
salbutamol hirup, berikan salbutamol oral (dalam sirup atau tablet). Dosis salbutamol: 0.05-0.1
mg/kgBB/kali setiap 6-8 jam

Steroid

Jika anak mengalami serangan wheezing akut berat berikan kortikosteroid sistemik metilprednisolon 0.3
mg/kgBB/kali tiga kali sehari pemberian oral atau deksametason 0.3 mg/kgBB/kali IV/oral tiga kali sehari
pemberian selama 3-5 hari.

Aminofilin

Jika anak tidak membaik setelah 3 dosis bronkodilator kerja cepat, beri aminofilin IV dengan dosis
awal (bolus) 6-8 mg/kgBB dalam 20 menit. Bila 8 jam sebelumnya telah mendapatkan aminofilin,
beri dosis setengahnya. Diikuti dosis rumatan 0.5-1 mg/kgBB/jam. Pemberian aminofilin harus hati-
hati, sebab margin of safety aminofilin amat sempit.
Hentikan pemberian aminofilin IV segera bila anak mulai muntah, denyut nadi >180 x/menit, sakit
kepala, hipotensi, atau kejang.
Jika aminofilin IV tidak tersedia, aminofilin supositoria bisa menjadi alternatif.

Antibiotik

Antibiotik tidak diberikan secara rutin untuk asma atau anak asma yang bernapas cepat tanpa disertai
demam. Antibiotik diindikasikan bila terdapat tanda infeksi bakteri.:

Hospital Care for Children Online (http://www.ichrc.org/pocketbook-online-second-edition) | Language


Versions (http://www.ichrc.org/language-versions-0) | Training Tools (http://www.ichrc.org/training-tools-
1) | Implementation (http://www.ichrc.org/implementation) | Evidence (http://www.ichrc.org/evidence-
0) | Hospital Reporting (http://www.ichrc.org/audit)

© Copyright 2016 Hospital Care for Children.

http://www.ichrc.org/442-asma-diagnosis-dan-tatalaksana 4/4

Anda mungkin juga menyukai