Anda di halaman 1dari 89

Volume 4, Nomor 2, Tahun 2014 ISSN : 2086-9703

JURNAL KEPERAWATAN
• Pengaruh Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial Disease Pada Klien DM Tipe 2 di
RSAL dr. Midiyato S dan RSUD kota Tanjungpinang
• Intervensi Kombinasi Positional Release Technique Dan Penerapan Microwave Diathermy Sama
Dengan Myofascial Release Technique Dan Penerapan Microwaves Diathermy Dalam
Meningkatkan Fleksibilitas Otot Pada Kasus Myofascial Syndrome Gastrocnemius Di RSUD Jendral
Ahmad Yani
• Analisis Hubungan Tekanan Darah Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Rumah Bahagia Bintan
• Pengaruh Air Rebusan Buah Pare Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe
2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
• Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Masyarakat Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kampung Bugis
• Pengaruh Kompres Air Hangat Dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid Pada
Lansia Di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
• Efektifitas Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia Di Rumah
Bahagia Bintan

Penerbit:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang
Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014

PENELITIAN HAL

Pengaruh Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial Disease Pada Klien DM 514 - 526
Tipe 2 di RSAL dr. Midiyato S dan RSUD kota Tanjungpinang
(Linda Widiastuti)

Intervensi Kombinasi Positional Release Technique Dan Penerapan Microwave 527 - 539
Diathermy Sama Dengan Myofascial Release Technique Dan Penerapan
Microwaves Diathermy Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Otot Pada Kasus
Myofascial Syndrome Gastrocnemius Di RSUD Jendral Ahmad Yani
(Yudistira E)

Analisis Hubungan Tekanan Darah Dengan Risiko Jatuh Pada Lansia Di Rumah 540 - 547
Bahagia Bintan
(Ernawati, Safra Ria Kurniati, Mawar Eka Putri)

Pengaruh Air Rebusan Buah Pare Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada 548 - 557
Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang
(Harpen Suryadi, Lidia Wati, Safra Ria Kurniati)

Pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada 558 - 574
Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis
(Meily Nirna Sari, Joni, Mira Anggun, M.Hafiz)

Pengaruh Kompres Air Hangat Dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Artritis 575 - 585
Reumatoid Pada Lansia Di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
(Deasy Dondaria Lumbagaol, Raden Doni, Saidah Maisyarah, Suraidah)

Efektifitas Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Peningkatan Kualitas Tidur Lansia 586 - 595
Di Rumah Bahagia Bintan
(Endang Abdullah)
JURNAL KEPERAWATAN
STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli

Penanggung Jawab :
Heri Priatna

Penasehat :
Nur meity Sulistia Ayu

Penyunting :

Ketua :
Ernawati

Sekretaris :
Rian Yuliana

Bendahara :
Ria Muazizah

Penyunting Pelaksana :
Wasis Pujiati
Liza Wati
Yusnaini Siagian
Hotmaria Julia Dolok Pasaribu
Linda Widiastuti

Pelaksana Tata Usaha:


Siti Halimah
Cian Ibnu Sina
Ummu Fadhilah

Distribusi dan Pemasaran :


Agus Bahtiar
Ade Pardi
Anas Fajri

Alamat Redaksi:
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122
Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA
Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi
para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya
melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan.
Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu
memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang
Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya.
Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para
dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian.
Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi
pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh
karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal
keperawatan berikutnya.

Tanjungpinang, Juli 2014


STIKES Hang Tuah Tanjungpinang

Drs. Heri Priatna, SStFT,SKM, MM


PENGARUH SENAM KAKI TERHADAP TINGKAT PERIPHERAL
ARTERIAL DISEASE PADA KLIEN DM TIPE 2 DI RSAL DR.
MIDIYATO S DAN RSUD KOTA TANJUNGPINANG

Linda Widiastuti1

ABSTRAK
Prevalensi DM tipe 2 meningkat 40% dari tahun 2012-2013 di Tanjung Pinang. Diabetes Mellitus merupakan
suatu kelainan metabolik yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya Peripheral Arterial Disease
(PAD) dengan pemeriksaan hasil akle brachial index (ABI) ≤0,90. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
intervensi senam kaki terhadap tingkat PAD pada klien DM tipe 2. Desain penelitian kuantitatif kuasi eksperimen
pre-post test design melibatkan 66 responden terbagi 2 kelompok yaitu 1 kelompok intervensi dan kelompok
kontrol masing-masing 33 responden. Hasil penelitian mayoritas responden berusia 60-74tahun(51%),
perempuan(79%), tidak merokok(80%), hipertensi atau riwayat hipertensi(60%), lama menderita DM lebih dari
10 tahun(51%), mengikuti kegiatan senam diabetes (71%). Setelah intervensi selama empat minggu, hasil uji
hubungan didapatkan ada hubungan yang signifikan usia (p=0,000), riwayat merokok (p=0,000), dan lama
menderita DM (p=0,028) dengan tingkat PAD. Hasil uji beda berpasangan didapatkan ada perbedaan yang
signifikan tingkat PAD sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok senam kaki (p=0,000). Hasil uji regresi
logistik ordinal menunjukkan bahwa senam kaki memberikan pengaruh paling kuat terhadap tingkat PAD senam
kaki (p=0,033) dengan kontribusi sebesar 20,6%. Kesimpulan penelitian bahwa senam kaki berpengaruh terhadap
tingkat PAD klien DM tipe 2. Penelitian ini merekomendasikan perlu penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor
resiko lain yang mempengaruhi PAD seperti kadar kolesterol, kreatinin serum dan HbA1c. Prosedur pemeriksaan
ABI dan penggunaan intervensi senam kaki sebagai intervensi mandiri perawat dalam asuhan keperawatan pasien
DM tipe 2.

Kata kunci : senam kaki, Peripheral Arterial Disease, DM tipe 2

ABSTRACT
Type 2 Diabetes Mellitus (DM) prevalence grows 40% from 2012-2013 in Tanjung Pinang. Type 2 DM is a
metabolism disorders that can cause any chronic complications, such as Peripheral Arterial Disease (PAD) by
examination of the results ankle brachial index (ABI) ≤ 0,90. This research aimed the effectiveness of leg exercises
to PAD on type 2 DM client. The research method was quasi experimental quantitative with pre-test and post-test
study involves 66 respondents divided into 2 groups: one intervention groups and one control group each of 33
respondents. The Results, the majority of respondents aged 60-74 years (51%), women (79%), never smokers
(80%), hypertension or a history of hypertension (60%), suffering from diabetes more than 10 years (51%), follow
exercises for diabetes (71%). After four weeks of intervention, the test results significant relationship of age
(p=0,000), history of smoking (p=0,000), and suffering from diabetes (p=0,028) on the rate PAD. Significant
difference in the rate of PAD before and after the intervention on the one groups: leg exercises (p = 0.000). The
ordinal logistic regression test results point out that leg exercises has the strongest effect on the rate PAD (p =
0.033) with a contribution of 20.6%. The conclusion of this research is leg exercises the effectiveness to PAD on
type 2 DM client. The recommends research further needs associated with other risk factors that affect PAD such
as cholesterol levels, serum creatinine and HbA1c. ABI procedures inspection and the use of leg exercises as an
independent nursing intervention in the nursing treatment of type 2 DM patients.

Key words : leg exercises, peripheral arterial disease, type 2 Diabetes

514
Pendahuluan orang (peningkatan 23%) dari tahun
Diabetes Melitus (DM) disebut sebelumnya.
sebagai the great imitator karena penyakit Insiden DM mengalami peningkatan
ini dapat mengenai semua organ tubuh (PB dari tahun ke tahun. Dan keadaan ini akan
PAPDI, 2013). DM merupakan kelompok berdampak terhadap komplikasi dari DM
penyakit metabolik dengan karakteristik salah satunya adalah Peripheral Arterial
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan Disease (PAD) yaitu terbentuknya
sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya aterosklerosis akibat penebalan membran
(ADA, 2013). basal pembuluh darah besar dan kecil pada
Berdasarkan data International aliran darah arteri perifer di ektermitas
Diabetes Federation (IDF) (2014) pasien bawah. Faktor resiko PAD pada penderita
DM di seluruh dunia mengalami DM tipe 2 meningkat seiring dengan
peningkatan sebesar 34% yaitu dari 285 juta bertambahnya usia, jenis kelamin, lama
(6,4% dari populasi dunia) tahun 2010 menderita DM, riwayat hipertensi, aktifitas
menjadi 382 juta (8,3% dari populasi dunia) fisik yang rendah dan riwayat merokok
tahun 2013. Data WHO tahun 2013, jumlah serta hiperkolesterolnemia.
penderita DM di Indonesia dari 7 juta tahun Prevalensi PAD meningkat pada usia
2009 menjadi 8,5 juta (peningkatan 21%) lebih dari 70 tahun atau lebih tua, usia 50-
tahun 2013 (IDF, 2014). 69 tahun dengan riwayat DM atau merokok
Laporan RISKESDAS tahun 2013 dan usia kurang dari 49 tahun dengan DM
menyebutkan terjadi peningkatan yang disertai dengan salah satu faktor
prevalensi pada penderita DM 1,1% pada resiko tambahan seperti merokok,
tahun 2007 menjadi 1,5% pada tahun 2013, hipertensi atau kadar kolesterol yang tinggi
dengan jumlah penderita DM di Kepulauan (Ishida et all, 2012).
Riau sebesar 1,3% dari seluruh jumlah PAD merupakan faktor resiko
penderita DM di Indonesia (Depkes, 2013). terjadinya ulkus, gangren, dan
Di kota Tanjungpinang, jumlah penyembuhan luka yang lambat akibat
penderita DM berdasarkan data Dinkes sirkulasi darah yang tidak lancar pada
Kota Tanjungpinang naik dari 398 orang ekstermitas yang dapat menyebabkan
tahun 2012 menjadi 560 orang (peningkatan amputasi ektermitas bawah pada penderita
40%) tahun 2013 (Dinkes Kepri, 2013). DM (ADA, 2006). Gejala PAD dapat
Data rekam medis penderita DM tahun dinilai dengan pemeriksaan hasil akle
2014, kunjungan rawat jalan di RSAL dan brachial index (ABI) ≤ 0,90.
RSUD kota Tanjungpinang sebesar 452

515
Latihan fisik atau olahraga yang kelompok perlakuan untuk mengetahui
direkomendasikan adalah senam kaki DM. pengaruh acupressure, senam kaki, dan
Senam kaki DM dapat membantu gabungan acupressure dengan senam kaki
memperbaiki sirkulasi darah dan terhadap tingkat peripheral arterial
memperkuat otot-otot kecil kaki dan disease.
mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki Penelitian ini menggunakan metode
(deformitas), dan mengatasi keterbatasan simple random sampling sebanyak 66
gerak sendi (Soegondo, 2013). responden terbagi 2 kelompok yaitu 1
Penderita DM tipe 2 sering tidak kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menyadari bahwa mereka terkena PAD masing-masing 33 responden. Responden
karena ketidaktahuan akan tanda dan gejala dipilih berdasarkan kriteria laki-laki dan
dari PAD. Pencegahan PAD dapat perempuan yang berusia lebih dari 40
dilakukan dengan meningkatkan self care tahun, DM tipe 2 yang mempunyai nilai
pada penderita DM. Teori self care Orem ABI; ≥ 0,41 ABI ≤ 0,90 (PAD ringan-
bertujuan untuk melatih kemandirian sedang), tidak ada luka diabetes di
pasien dalam melakukan perawatan diri ektermitas kaki.
guna mempertahankan kesehatannya Peneliti melakukan analisis uji
(Tomey & Alligood, 2010). Pasien harus hubungan, uji beda berpasangan, uji beda
mampu mengatur dirinya secara mandiri independen pada masing-masing kelompok
sehubungan dengan kondisi sakitnya dan uji pengaruh. Peneliti melakukan
dengan cara mengenal tanda dan gejala, pengukuran menggunakan vascullar
faktor resiko terjadinya PAD dan cara dopller untuk uji ABI sebelum dan sesudah
penanganan pencegahan dari PAD. intervensi. Responden melakukan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka intervensi di ruang khusus tindakan yang
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian telah disiapkan oleh tempat penelitian
dengan judul “Pengaruh senam kaki maupun dirumah masing-masing selama
terhadap tingkat peripheral arterial disease empat minggu. Pada prosedur senam kaki
pada klien DM tipe 2 di RSAL dan RSUD responden melakukan gerakan kaki secara
kota Tanjungpinang”. bergantian (8 gerakan senam kaki) selama
15-30 menit setiap tiga kali dalam
Metode Penelitian seminggu.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan kuasi Hasil Penelitian
eksperimen pre-post test design pada tiga

516
Data diolah dengan uji univariat, Tidak ada Riwayat
24 37
bivariat dan multivariat Hipertensi

Ada Riwayat
1) Uji Univariat 43 63
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden.
Hipertensi

No Karakteristik n %
Hipertensi

1 Usia
Normal 6 9

36 – 45 tahun 5 8 15 23
Pre Hipertensi

46 – 55 tahun 23 34 35 53
Hipertensi (stage I)

56 – 65 tahun 38 58 10 15
Hipertensi (stage II)

2 Jenis kelamin 5 Lama menderita DM

Laki – laki 12 18 39 59
˂ 10 tahun

54 82 27 41
Perempuan ˃ 10 tahun

3 6
Riwayat Merokok Senam Diabetes

Tidak Merokok 54 82 19 29
Tidak Senam Diabetes

Merokok 3 5 47 71
Senam Diabetes

1 1 Total 66 100
1-10batang/hari

11-20batang/hari 1 1
Berdasarkan Tabel 1, diketahui
21-30batang/hari 1 1 karakteristik mayoritas responden: rentang
usia 56-65 tahun 38 (58%), jenis kelamin
˃ 30batang/hari 0 0
perempuan 54 (82%), riwayat tidak
merokok 54 (82%), riwayat hipertensi 43
Mantan Merokok 9 11
(63%), lama menderita DM kurang dari 10
4 tahun 39 (59%), mengikuti kegiatan senam
Riwayat Hipertensi
diabetes 47 (71%).
517
Kelompok p

value
2) Uji Bivariat
Tabel 2. Hasil Uji Hubungan Karakteristik Senam kaki 0,000
Responden dengan Tingkat PAD
Tingkat Berdasarkan Tabel 3, didapatkan nilai
Karakteristik Responden PAD p <0,005 pada kelompok. Ini menunjukkan

p value bahwa secara statistik ada perbedaan


tingkat PAD sebelum dan sesudah
Usia 0,000
intervensi pada kelompok senam kaki.

Jenis Kelamin 0,705


Tabel 4. Hasil Uji Beda Independen
Riwayat Merokok 0,000
Kelompok p

Hipertensi Atau Riwayat 0,487 value

Hipertensi
Senam kaki dengan Kontrol 0,133

Lama Menderita DM 0,028


Berdasarkan Tabel 4., diketahui
Senam Diabetes 0,724 tidak ada perbedaan yang bermakna
terhadap tingkat PAD antar
Berdasarkan Tabel 2. diketahui ada
kelompok intervensi senam kaki
hubungan yang signifikan usia, riwayat
dengan kelompok kontrol (p=0,133).
merokok, dan lama menderita DM dengan
tingkat PAD dengan nilai p value < 0,05.
Tidak ada hubungan yang signifikan jenis 3) Uji Multivariat
kelamin, hipertensi atau riwayat hipertensi, Tabel 5. Uji Pseudo R-Square Antar Kelompok
Intervensi
dan senam diabetes dengan tingkat PAD
Cox and
dengan nilai p value >0,05. Kelompok Intervensi
Snell

Tabel 3. Hasil Uji Beda Berpasangan Tingkat PAD Senam kaki 0,206
Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan Tabel 5, disimpulkan
bahwa kelompok memberikan kontribusi
paling besar terhadap variabel dependen
adalah kelompok intervensi senam kaki

518
sebesar 20,6%. Artinya senam kaki secara dari arteri merupakan organ yang aktif
simultan memberikan kontribusi terhadap secara biologi, oleh karena kemampuannya
tingkat PAD. dalam memproduksi zat vasodilator yang
dinamakan endothelium derived relaxing
Tabel 6. Perbandingan Besar Pengaruh Setiap factors (EDRF) yang dikenal juga sebagai
Intervensi Terhadap PAD. Nitric Oxide (NO). NO adalah stimulus
Hasil
yang penting dari vasodilatasi dan
Variabel p
Parameters mengurangi terjadinya peradangan melalui
Independen value
Estimates modulasi interaksi leukosit dan dinding
pembuluh darah dan lebih jauh NO
Senam Kaki -0,698 0,033
membatasi migrasi dan proliferasi
Berdasarkan Tabel 6, didapatkan
vascular smooth muscle cell (VSMC) serta
nilai p < 0,05 pada kelompok sehingga
membatasi aktivasi dari sel pembeku darah.
secara statistik ada pengaruh yang
Disfungsi endotel pada pasien DM
signifikan pada kelompok senam kaki
berhubungan dengan resistensi insulin,
terhadap tingkat PAD (p=0,033).
menunjukkan peranannya sebagai
penyebab awal perkembangan terjadinya
Pembahasan aterosklerosis (early atherosclerotic
Senam kaki dipilih sebagai salah satu cardiovascular disease) (Beckman et al.,
intervensi dalam penelitian ini karena 2012).
berdasarkan kajian ilmiah, pasien DM tipe Senam kaki sebagai salah satu
2 beresiko empat kali terjadinya PAD. intervensi dalam penelitian ini bertujuan
Menurut Hamburg (2011), menyatakan untuk meningkatan sirkulasi darah di kaki
bahwa PAD pada pasien DM tipe 2 untuk mencegah terjadinya PAD.
merupakan salah satu komplikasi Berdasarkan tinjauan kepustakaan yang
makrovaskular di pembuluh darah tungkai disampaikan oleh Ernawati (2013) senam
bawah. Hasil study oleh Wuang Li (2011) kaki dapat membantu memperbaiki
di Wuhan Central China, menyatakan sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot
bahwa prevalensi terjadinya PAD pada kecil kaki dan mencegah terjadinya
pasien DM tipe 2 sebesar 24,1% (484/2010 kelainan bentuk kaki. Selain itu dapat
pasien) dengan nilai ABI ≤ 0,90. meningkatkan kekuatan otot betis, otot
Hiperglikemi pada pasien DM dapat paha, dan juga mengatasi keterbatasan
mengakibatkan disfungsi endotel di pergerakan sendi (Ernawati, 2013). Menurut
pembuluh darah arteri. Lapisan sel endotel Paul (2014) menyatakan bahwa senam kaki

519
sebagai salah satu latihan fisik merupakan oleh Tzu Chi Nursing Journal (2007)
strategi tindakan intervensi yang efektif bahwa self care sangat penting dilakukan
untuk mencegah PAD. Terbukti secara oleh pasien DM tipe 2 untuk mencegah
signifikan pada penelitian Harefa (2011) terjadinya PAD dan komplikasi lain yang
terhadap 29 pasien DM tipe 2 di RSU lebih parah.
Dr.Pirngadi Medan, hasil penelitian Peneliti menggunakan edukasi dan
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan motivasi, merupakan komponen utama
senam kaki terhadap sirkulasi darah kaki model Orem’s yang effektif dalam
dengan nilai p value = 0,000 (<0,05). kemampuan adaptasi responden terhadap
Mayoritas responden pada penelitian pencegahan PAD. Tingkat kemandirian
ini, menyatakan selama peneliti tersebut akan menurunkan tingkat
menyatakan senang mendapatkan pelatihan ketergantungan dalam perawatan diri
tentang senam kaki, mau dan akan pasien (self care deficit Orem) guna
melaksanakan senam kaki 3 kali dalam mempertahankan kesehatannya (Tomey &
seminggu, responden menyadari Alligood, 2010).
pentingnya melaksanakan senam kaki
untuk mencegah PAD ditandai keluhan Daftar Pustaka
nyeri dan kram pada kaki sudah berkurang. American College of Cardiology
Selama mengikuti senam kaki selama Foundation/American Heart
empat minggu responden sangat antusias, Association (ACCF/AHA). (2011).
perhatian dan aktif dan mampu melakukan Pocket guideline: management of
senam kaki secara mandiri. patient with peripheral artery disease
Pencegahan PAD dapat dilakukan (lower extrimity, renal, mesenteric
dengan meningkatkan self care pada and abdominal aortic). Am Coll
penderita DM. Aplikasi teori self care Orem Cardiol.
bermanfaat bagi penderita DM dibuktikan ADA. (2013). Diagnosis and Classification
oleh Svartholm (2010), menyatakan bahwa of Diabetes Mellitus. Care Diabetes
self care pada pasien DM tipe 2 merupakan Journals.http://care.diabetesjournals.
faktor penting melatih kemampuan mandiri org/content/36/Supplement_1/S67.fu
pasien pada kepatuhan pemantauan glukosa ll.pdf+html. Diakses pada tanggal 22
darah mandiri, nutrisi, aktifitas fisik dan Oktober 2014.
pengobatan. Jika penderita tidak konsisten Antonio, et all. (2009). Penyakit arteri
dalam penatalaksanaan diabetes, akan perifer dalam ilmu penyakit dalam.
muncul berbagai komplikasi. Didukung

520
Edisi ke-5. Jakarta: Interna Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes
Publishing; DP (eds). Braunwald's Heart Disease
Al-Shaer et all. (2006). Effect of aging and A Textbook of Cardiovascular
atherosclerosis on endothelial and Medicine, 9th ed. Diakses pada
vascular smooth muscle function in tanggal 10 Januari 2015.
humans. Int J Cardiol. Diakses pada Black,. J. (2009). Medical-Surgical
tanggal 22 Desember 2014. Nursing: Clinical Management for
Ahmed, et all. (2012). Frequency of Positive Outcomes. Singapure:
Peripheral Arterial Disease in Saunders Elsevier.
Diabetic Patients by Ankle Brachial Castro Sa´nchez et all (2013). A Program of
Index. Asstt. Prof. of Medicine 3 Physical Therapy Modalities
Hospital, Karachi. Original Article. Improves Peripheral Arterial Disease
http://www.medforum.pk/index.php/ in Diabetes Type 2 Patients A
article-database/articles/ Diakses Randomized Controlled Trial.
pada tanggal 26 Juli 2015. Journal of Cardiovascular Nursing.
Ashok Khurana et all. (2013). Peripheral Diakses pada tanggal 20 Juli 2015.
vascular disease – a silent assassin: Its CDC. (2012). Peripheral Arterial Disease in
rising trend in Punjab. Journal, the Legs. National Center for Chronic
Indian Academy of Clinical Medicine Disease Prevention and Health
l Vol. 14, No. 2 l April-June, 2013. Promotion. www.cdc.gov. Diakses
Diakses pada tanggal 20 Juli 2015. pada tanggal 20 Juli 2015.
Annelies, et all. (2006). Age-related Christensen, P. (2009). Proses
differences in invasive treatment of Keperawatan: Aplikasi Model
peripheral arterial disease. Journal of Konseptual. Jakarta: EGC.
Psychosomatic Research 61 (2006) Donnell, et all. (2011). Optimal
739– 745. Diakses pada tanggal 14 Management of Peripheral Arterial
Juli 2015. Disease for the Non-Specialist. The
ASH. (2014). Smoking and peripheral Ulster Medical Journal.
arterial disease (PAD). ASH Research www.ums.ac.uk. Diakses pada
Report. Diakses pada tanggal 14 Juli tanggal 17 Juli 2015.
2015. Dahlan Sopiyudin (2010). Besar Sampel
Beckman et all. (2012). Diabetes Mellitus, dan Cara Pengambilan Sampel
the Metabolic Syndrome, and Dalam Penelitian Kedokteran dan
Atherosclerotic Vascular Disease. In: Kesehatan Edisi 3 Seri Evidence

521
Based Medicine 2. Jakarta. Salemba Permanente.http://www.measureuppr
medika essuredown.com/HCProf/Webinars/0
Depkes. Riset Kesehatan Dasar 32113.pdf
(Riskesdas) (2013). Data Statistik Ernawati. (2013). Penatalaksanaan
Penderita Diabetes Melitus di Keperawatan Diabetes Melitus
Indonesia. Jakarta. Diakses pada Terpadu Dengan Penerapan Teori
tanggal 22 Oktober 2014. Keperawatan Self Care Orem. Mitra
Dachun Xu. Jue Li. Liling Zou et all. Wacana Media. Jakarta.
(2010). Sensitivity And Specificity Egogrova N, Ageliki GV, Jacquelyn Q,
Of The Ankle–Brachial Index To Stephanie G, Alan M, Michael M, et
Diagnose Peripheral Artery Disease: al. (2010). Analysis of gender-related
A Structured Review. differences in lower extremity
http://vmj.sagepub.com. Diakses peripheral arterial disease. J Vasc
pada tanggal 10 Januari 2015. Surg. Diakses pada tanggal 22
Depkes. (2009). Tahun 2030 Prevalensi Desember 2014.
Diabetes Melitus Di Indonesia Galvani. (2014). Pengaruh Foot Massage
Mencapai 21,3 Juta Orang. dengan Rendam Air Hangat
Http://www.depkes.go.id/article/print Terhadap Nilai ABI pada Pasien DM
/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes- Tipe 2 di Puskesmas Kota Medan.
melitus-di-indonesia-mencapai-213- Tesis. Program Studi Magister Ilmu
juta-orang.html. Diakses pada tanggal Keperawatan. STIK Sint Carolus.
22 Oktober 2014. Jakarta.
Dinkes Kepri. (2013). Data penderita Harefa. (2011). Pengaruh Senam Kaki
Diabetes di Kepulauan Riau. Terhadap Sirkulasi Darah Kaki Pada
Tanjungpinang. Pasien Diabetes Melitus Di Ruang
Darmilis, et all. (2013). Efektifitas Terapi Penyakit Dalam Rsu Dr. Pirngadi
Acupressure Pada telapak Kaki Medan Tahun 2011. Tesis. Program
Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Studi Magister Ilmu Keperawatan.
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di USU Medan.
RSUD Pekanbaru.
Emil Thattassery . (2013). Hypertension Hiatt WR. (2012). Atherosclerotic
Guidelines and Adherence. Division peripheral arterial disease. Crager
of Cardiology Chief of Medical MA and Joseph L. Vascular disease
Specialties, Baltimore Mid-Atlantic of the Extrimities. In: editors.

522
Harrison’s principles of internal to nephrology clinic. Original Article.
medicine, vol.2. 18th ed. New York: Division of Nephrology, Department
mcgraw-Hill Companies. of Medicine, King Saud University
Harvard Women’s Health Watch. (2012). Riyadh, Saudi Arabia
Peripheral artery disease. Juliani. (2010). Pengaruh Senam Kaki
www.health.harvard.edu/womenextr Terhadap Peningkatan Sirkulasi
a. Diakses pada tanggal 20 Juli 2015. darah Kaki pada Pasien Diabetes
Hamburg M Naomi, Gary J Balady. (2011). Melitus Di RSUP Haji Adam Malik
Exercise Rehabilitation in Peripheral Medan. Tesis. Program Studi
Artery Disease Functional Impact and Magister Ilmu Keperawatan. USU
Mechanisms of Benefits. Department Medan.
of Medicine, Boston. Circulation Jin Ke, et all (2009). Acupressure Therapy
AHA. http://circ.ahajournals.org. Inhibits the Development of Diabetic
Diakses pada tanggal 22 Desember Complications in Chinese Patients
2014. with Type 2 Diabetes. The Journal of
IWGDF (International Working Group on Alternative and Complementary
The Diabetic Foot).(2014). Diagnosis Medicine. Volume: 15 Issue 9:
and treatment of PAD. September 16, 2009. Department of
http://iwgdf.org. Diakses pada Pathophysiology, Wenzhou Medical
tanggal 22 Oktober 2014. College, Zhejiang, China
JOWNC (Journal Wound Ostomy and
IDF. (2014). Atlas Diabetes. Continence Nurses Society). (2012).
http://www.idf.org.atlasdiabetes. Ankle Brachial Index Quick
Diakses pada tanggal 22 Oktober Reference Guide For Clinicians.
2014. http://jownc.org. Diakses pada
Ishida Akio et all. (2012). Age- and sex- tanggal 31 Oktober 2014.
related effects on ankle–brachial Ke Ji et all. (2009). Acupressure Therapy
index in a screened cohort of Inhibits the Development of Diabetic
Japanese: the Okinawa Peripheral Complications in Chinese Patients
Arterial Disease Study (OPADS). with Type 2 Diabetes. Journal of
Diakses pada tanggal 20 Juli 2015. Alternative and Complementary
Jamal et all (2009). Microvascular and Medicine.
macrovascular complications in http://online.liebertpub.com/doi/abs/
diabetic nephropathy patients referred
523
10.1089/acm. Diakses pada tanggal Polit & Beck. (2012). Nursing Research:
20 Juli 2015 Principles and Method. Ed 9.
Lisa Smith. (2012). Identifying and Philadelphia: LipponcottWilliams &
managing peripheral arterial disease Wilkins
Nursing Practice. Research review. PB PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis
Cardiovascular disease Nursing Penyakit Dalam Indonesia). (2013).
Times 23.10.12 / Vol 108 No 43 / Mengenal Diabetes Melitus.
www.nursingtimes.net http://www.pbpapdi.org. Diakses
Moosa et all (2013). Peripheral arterial pada tanggal 26 Oktober 2014
disease in diabetic Jordanian patients Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi
and the agreement between ankle Indonesia). (2011). Konsensus
brachial index and toe brachial index. Pengelolaan dan Pencegahan
The British Journal of Diabetes & Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
Vascular Disease. 13(1) 37–42 Tahun 2011.
Menkes RI. (2007). Acupressure sebagai http.www.perkeni.net.Diakses pada
terapi komplementer yang secara tanggal 22 Oktober 2014.
legal tercantum dalam permenkes RI Paul D Loprinzi & Kalen Abbott. (2014).
nomer 1109/Menkes/Per/2007. Association Of Diabetic Peripheral
NHLBI. (2004). The Seventh Report of the Arterial Disease And Objective-
Joint National Committee on Measured Physical Activity:
Prevention, Detection, Evaluation, NHANES 2003-2004. Journal of
and Treatment of High Blood Diabetes & Metabolic Disorders.
Pressure. National Institutes of http://www.jdmdonline.com/conten
Health National Heart, Lung, and t/13/1/63. Diakses pada tanggal 19
Blood Institute. Januari 2015.
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/g Susilo & Aima Havidz. (2014).
uidelines/jnc7full.pdf. Diakses pada Biostatistika Lanjut dan Aplikasi
tanggal 22 Oktober 2014. Riset. Jakarta: TIM.
Priyatno (2012). Pengaruh Senam Kaki Sihombing (2010). Prevalensi Penyakit
Terhadap Sensitivitas Kaki dan Perifer Pada Populasi Penyakit DM
Kadar Gula Darah Pada Aggregat di Puskesmas Kota Medan. Tesis.
Lansia DM di Magelang. Tesis. Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Program Studi Magister Ilmu Fakultas Kedokteran USU Medan.
Keperawatan. UI Depok.

524
Sheung Yap (2014). Relationship Between Sukanta Putu Oka. (2008). Pijat Akupresur
Peripheral Artery Disease And untuk Kesehatan. Jakarta: EGC
Combined Albuminuria And Low Suzuki, et all. (2010). Effects of
Estimated Glomerular Filtration Rate Acupressure on Lower Limb
Among Elderly Patients With Type 2 Ischemia. Original Article.
Diabetes Mellitus. Original Article. Department of Plastic Surgery,
Diabetes & Vascular Disease Saitama Medical University of
Research 2014, Vol 11(1) 41–47. Yamanashi. Jepang.
Svartholm. (2010). Self care activities of Susilo Putro. (2014). Panduan Gabungan
patients with Diabetes Mellitus Type Akupressure dan Reflexiologi Upaya
2 in Ho Chi Minh City. Thesis, 15 Penyembuhan Alternatif. Wanita
ECTS credits. Department of Public Katolik. Kalangan Sendiri. Jakarta
Health and Caring sciences. Section Sukanta Putu Oka. (2008). Terapi pijat
of Caring Sciences. tangan. Jakarta: Penebar Plus.
Soegondo. (2013). Penatalaksanaan Tomey, A.M & Alligood, M.R. (2010).
Diabetes Melitus Terpadu Ed.2, Nursing Theorists and Their Work.
panduan penataksanaan diabetes Six Edition. St.Louis, Mosby.
melitus bagi dokter dan edukator. CV Tzu Chi Nursing Journal. (2007).
Aksara Buana bekerja sama dengan Applying Orem’s Theory to the
Lipid RSCM-FKUI, Departemen Care of a Diabetes Patient with a
Kesehatan RI FKUI. Foot Ulcer. YongKang Veterans
Sheung Yap, et all. (2014). Relationship Hospita. Supervisor of Nurse
between peripheral artery disease and Department, YongKang
combined albuminuria and low Veterans Hospital.
estimated glomerular filtration rate http://www.nurseyongkang.org.
among elderly patients with type 2 Diakses pada tanggal 16 Januari
diabetes mellitus. Original Article 2015.
Diabetes & Vascular Disease Vavra AK and Melina RK. (2009).
Research. Diakses pada tanggal 24 Women and peripheral Arterial
Juli 2015. disease. Women’s Health.
Sastroasmoro Sudigdo &Ismael (2010). Villablanca AC, Muthuvel J, Carole B.
Dasar-Dasar Metodologi Penelitian (2010). Atherosclerosis and sex
Klinis Edisi Ke-3. Jakarta. Sagung hormone: current concept. Clinical
seto Science.

525
Wuang Li, Du Fan, Mao Hong, Wang Hong- hypertension among han chinese.
Xiang And Zhao Shi. (2011). Journal Vas Surg.
Prevalence and related risk factors of
1
peripheral arterial disease in elderly Linda Widiastuti, S.Kep, Ns, M.Kep :
patients with type 2 diabetes in Dosen STIKES Hang Tuah
Wuhan, Central China. Chinese Tanjungpinang.
Medical Journal.
Wang JC and Martin B. (2012). Aging and
atherosclerosis: mechanism,
functional consenquences and
potential therapeutics for cellular
senescene. Circulation Research.
Wibisono. (2009). Senam Khusus Untuk
Penderita Diabetes. Diakses pada
tanggal 13 November 2014 dari
http://senamkaki.com.
Xiangfeng Li, et all. (2007). Effects of
acupressure on lower limb blood flow
for the treatment of peripheal arterial
occlusive diseases. Division of
vascular surgery, departement of
surgery, Tokyo Japan.
Yu Ji Hee, et all. (2011). The Prevalence of
Peripheal Arterial Diseas Patients with
Type 2 Diabetes Mellitus in Korean.
Articlen Diabetes Metab Journal.
http://dx.doi.org/10.4093/dmj.2011.3
5.5.543. Diakses pada tanggal 31
Oktober 2014.
Yang, XM, Sun K, Wei LZ, Zhang W,
Hai YW, Rui TH. (2007). Prevalence
and risk factors for peripheral arterial
disease in the patients with

526
INTERVENSI KOMBINASI POSITIONAL RELEASE TECHNIQUE DAN
PENERAPAN MICROWAVE DIATHERMY SAMA DENGAN
MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE DAN PENERAPAN
MICROWAVES DIATHERMY DALAM MENINGKATKAN
FLEKSIBILITAS OTOT PADA KASUS MYOFASCIAL SYNDROME
GASTROCNEMIUS DI RSUD JENDRAL AHMAD YANI

Yudistira E 1

ABSTRAK
Latar belakang: Aktifitas dengan intensitas tinggi seperti lari dapat menimbulkan cidera pada jaringan, baik itu
cidera berat dan cidera ringan, cidera ringan pada ekstremitas bawah sering di jumpai nyeri pada daerah betis hal
tersebut berindikasi patologi myofascial syndrome M. Gastrocnemius, penanganan yang dapat dilakukan oleh
fisioterapi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara memberikan Positional release technique, Myofascial
release technique dan Microwave diathermy. Tujuan : 1) Untuk mengetahui intervensi Positional release
technique dan penerapan Microwave diathermy dapat meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome
Gastrocnemius. 2) Untuk mengetahui intervensi Myofacial release technique dan penerapan Microwave diathermy
dapat meningkatkan fleksibilitas otot pada Myofascial syndrome Gastrocnemius. 3) Untuk mengetahui Intervensi
Positional release technique dan penerapan Microwave diathermy lebih baik dalam meningkatkan fleksibilitas otot
daripada Myofascial release technique dan penerapan Microwave diathermy kasus myofascial syndrome
gastrocnemius.Metode : Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Pre dan Post Test Control group Design.
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien fisioterapi di RS U Ahmad Yani, Kondisi sampel diambil berdasarkan
dengan prosedur assesment serta kriteria insklusif dan ekslusif. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. Teknik pengelompokan sampel yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan rumus Slovin. Kelompok perlakuan 1 berjumlah 14 orang dengan pemberian positional release
technique dan microwave diathermy. Kelompok perlakuan 2 berjumlah 14 orang dengan myofascial release
technique dan microwave diathermy.Hasil : Pada kelompok perlakuan I menggunakan uji wilcoxon rank test hasil
nilai P adalah 0,016 dimana P< α (0,05) ho ditolak sehinga positional release techique dan microwave diathermy
dapat meningkatkan fleksibilitas otot. Uji T Test Related pada kelompok perlakuan II menggunakan uji t-test
related hasil nilai P adalah 0,001 dimana P< α (0,05) ho ditolak sehingga myofascial release technique dan
microwave diathrmy dapat meningkatkan fleksibiltas otot. Pada uji Mann whintey U test hasil P adalah 0,31
dimana P > α (0,05) ho dierima, Dapat disimpulkan bahwa Intervensi kombinasi Positional release technique dan
penerapan Microwave Diathermy sama dengan Myofascial release technique dan penerapan Microwave
Diathermy dalam meningkatkan fleksibilitas otot

Kata kunci : positional release technique, myofascial release technique, microwave diathermy

527
Pendahuluan teknologi yang sangat pesat dan hal ini
Myofascial syndrome merupakan salah membuat para remaja putri dapat dengan
satu gangguan otot yang kerap terjadi, mudah dan cepat apabila ingin
kondisi ini menimbulkan nyeri pada titik- mendapatkan sesuatu sehingga hal ini
titik otot tertentu, nyeri tersebut membuat gaya hidup para remaja putri
terlokalisasi, terkadang menimbulkan menjadi cenderung malas. Pandean (2013)
keterbatasan fungsi gerak, penurunan menyatakan batasan usia remaja akhir
aktifitas fungsional, seringkali nyeri menurut Depkes RI (2009)adalah 17-25
mengakibatkan gangguan suasana hati tahun.
(mood) akibat rasa nyeri di bagian tersebut. Sindroma myofasial memiliki prevalensi
Rasa sakit otot lokal, otot yang mengalami tinggi di antara pasien umum penduduk,
rasa sakit yang berkepanjangan mulai dari 30% di klinik kedokteran
memungkinkan untuk menghasilkan titik internal untuk lebih 83% di klinik khusus
pemicu dan kemudian menghasilkan manajemen nyeri di Amerika Serikat.
tanda-tanda klinis pada nyeri myofascial. Nyeri muskuloskeletal merupakan
Sindroma myofasial didiagnosis dengan penyebab meningkatnya kecacatan,
adanya nyeri pada sekumpulan grup otot mempengaruhi sekitar 10% dari populasi
atau adanya trigger point (titik nyeri) yang umum di AS (Stein, et al, 2002)
memprovokasi nyeri tersebut. Seperti teori Pada otot gastrocnemius sering
yang di kemukakan oleh Whyte Ferguson terjadi sindroma myofasial akibat
myofascial pain dihasilkan oleh memicu kelemahan dari otot tersebut, postur tubuh
titik sensitif, terdapat tautband di otot atau yang tidak baik biasanya karena pemakaian
fasia yang biasanya menyebabkan nyeri, sepatu yang ber-hak tinggi, alignment
nyeri tekan, gerak terbatas, dan seringkali tubuh yang tidak simetris, kerja otot yang
bereaksi seketika ketika dilakukan palpasi lama seperti berjalan berdiri lama
(Ferguson, 2012). Gejala tambahan yang bersepeda, faktor stress, pengulangan
digunakan untuk mendiagnosa Sindroma gerak yang berlebihan dan terus menerus
myofasial termasuk gangguan lingkup (repetitive motions) dan gangguan pada
gerak, kelemahan otot dan gangguan tidur. sendi, dengan contoh, ketika berjalan
Tidak hanya pada lansia, penurunan memerlukan kinerja dan koordinasi pada
aktivitas fisik juga terjadi pada remaja otot otot tungkai bawah, seperti hamstring,
khususnya pada wanita. Selain terkait quadriceps, soelus dan gastrocnemius.
dengan usia, penurunan aktivitas fisik juga Tidak seperti quadricep dan
bisa disebabkan karena kemajuan hamstring sebagai motor penggerak besar

528
pada saat berjalan dan lari, otot soleus dan posisi dimana pasien merasakan posisi
gastrocnemius lebih ke arah stabilitas yang paling nyaman sehingga nyeri terasa
ketika berjalan dan berlari, karena kerja paling minimal kemudian pada tautband
gastrocnemius sebagai flexor ankle, berikan tekanan (compression) dengan ibu
stabilitas ankle dan knee, dimana jari dengan intensitas sedang kemudian
gastrocnemius harus menjaga kestabilan lakukan rilis.
gerak pada knee dengan otot antagonis dari Positional release technique
ke empat otot quadriceps, dan kestabilan merupakan tindakan yang berlandaskan
ankle dengan otot-otot antagonis ekstensor mekanisme dari muscle spindle yaitu
ankle dan tibialis anterior. kaitannya dengan mekanisme reflek dari
Penanganan yang umum diberikan otot, dengan tujuan membantu normalkan
dalam masalah sindroma myofasial adalah reflek spindle dan mengurangi ketegangan
melepaskan adhesi, management nyeri, otot. Tehnik ini bekerja untuk mengurangi
meningkatkan ROM dengan peningkatan hiperaktifitas dari reflek myotatik dan
fleksibilitas otot yang terkena, menambah mengurangi impuls saraf aferen berlebih
kekuatan dan endurance otot. yang mengakibatkan rasa nyeri sehingga
Fisioterapi dapat memberikan berbagai mengurangi nyeri, pengurangan
macam intervensi untuk mengembalikan ketegangan lokal, meningkatkan lingkup
fungsional dari otot gastrocnemius, manual gerak, membantu menormalkansirkulasi
terapi berupa macam-macam release darah melancarkan saluran limfa, dan
technique dapat di berikan pada kasus meningkatkan potensi biomekanik yang
myofascial syndrome, seperti positional normal. (Kumaresan, 2012)
release technique dan myofascial release Myofacial release technique
technique merupakan tehnik merilis atau mengacu pada teknik massage berfungsi
melepaskan perlekatan yang ada di kasus untuk peregangan fasia dan melepaskan
sindroma myofasial, kemudian di tambah ikatan antara fasia dan integumen, otot,
dengan modalitas fisioterapi yaitu tulang, dengan tujuan untuk
Microwave Diathermy. menghilangkan nyeri, meningkatkan ROM
Positional release technique adalah dan keseimbangan tubuh (Shah,2012).
teknik untuk meredakan ketegangan otot Tujuan dari myofascial release
dan menangani rasa nyeri gerak. Pierce adalah untuk melepaskan perlengketan
meyatakan bahwa PRT didasarkan pada dalam lapisan dalam dari fasia. Hal ini
prinsip "positional release" di mana dihasilkan dengan cara meregangan
fisioterapi menggerakan otot dan sendi ke (streching) komponen otot fasia yang

529
terjadi abnormal crosslink, dan mengubah ekstensibilitas jaringan kolagen, maka hal
viskositas unsur fasia.Hasil yang ini dapat membantu sebelum melakukan
diharapkan dari tehnik ini secara langsung latihan atau treathment.
dapat menurunkan keluhan nyeri,
meningkatkan kinerja, meningkatkan Metode Penelitian
fleksibilitas dan lingkup gerak sendi, Rancangan yang digunakan yaitu
memperbaiki postur tubuh yang salah. Eksperimental. Dalam penelitian ini
Microwave Diathermy (MWD) menggunakan pendekatan Pre dan Post
adalah bentuk radiasi elektromagnetik, Test Control group Design. Pada penelitian
terletak antara spektrum gelombang ini dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
pendek dan gelombang infra merah dalam kelompok 1 (positional release technique
spektrum elektromagnetik, pada dunia dan microwave diathermy) dan kelompok
ilmiah dan medic frekuensi yang di pakai 2 (myofascial release technique dan
dan di setujui berada di kisaran 915 sampai microwave diathermy).
2,456 MHz, dengan gelombang panjang Penelitian dilakukan selama 2 minggu.
dari 12 sampai 33 cm. (Delisa, 2005) Setiap minggu diberikan treatment
Efek yang terjadi adalah kenaikan sebanyak 3 kali. Peningkatan fleksibilitas
temperatur, yaitu berpengaruh terhadap ankle diukur dengan menggunakan ankle
jaringan yang bersifat isolator, konduktor, dorsoflexion test pada saat sebelum
dan jaringan elektrolit. Pada jaringan yang penelitian dimulai dan pada akhir
bersifat isolator panas dapat timbul akibat penelitian.
discplacment current karena dipengaruhi Pengukuran denyut nadi dilakukan
oleh electron yang kuat, sedangkan pada setiap kali pertemuan, sebelum dan
jaringan yang bersifat konduktor panas sesudah latihan diberikan. Nilai denyut
terjadi akibat rotasi dipole karena ion-ion nadi yang dijadikan acuan pertama adalah
bersifat lebih mobile denyut nadi setelah latihan pertemuan
Pada jaringan ikat terjadi perbaikan pertama yang kemudian dibandingkan
sirkulasi pada jaringa tersebut, dimana dengan nilai denyut nadi setelah latihan
terjadi peningkatan kadar air dan GAG pada pertemuan terakhir penelitian.
pada matriks sehingga viskositas matriks Teknik pengambilan sampel yang
jaringan menurun dan mobilitas kolagen digunakan pada penelitian ini
meningkat yang akan meningkatkan daya menggunakan rumus Slovin. Sample
regang jaringan. Karena sifat panas yang terdiri dar pasien fisioterapi yang berada di
dihasilkan dapat meningkatkan RSU Ahmad Yani Kota Metro, Lampung

530
dan berdasarkan penghitungan didapatkan d. Subyek menderita luka bakar
jumlah sampel penelitian adalah 14 orang. dan luka terbuka.
Sampel penelitian dilakukan seleksi e. Subyek dengan nyeri yang
dengan menggunakan assessment disebabkan karena myofascial
fisioterapi berdasarkan patologi yang syndrome gastrocnemius,
terdiagnosa dan ditambah beberapa namun disertai penyakit lain.
kriteria. Adapun kriteria sampel penelitian
yang akan diambil oleh peneliti adalah Hasil dan Pembahasan
sebagai berikut: 1. Deskripsi data
Dari hasil pelatihan pada kelompok 1
1. Kriteria Inklusif dan kelompok 2, peneliti memberikan
Kriteria penerimaan dalam deskripsi atau gambaran sampel
pengambilan sample adalah mengenai karakteristik sampel dalam
a. Pria dan wanita yang mengalami kelompok tersebut. Deskripsi sampel
gangguan nyeri pada dibuat dalam bentuk distribusi
gastrocnemius frekuensi dan juga gambaran berupa
b. Pasien yang berusia 20-30 grafik. Adapun karakteristik sampel
tahun. yang dideskripsikan antara lain :
c. Subyek positif menderita nyeri a. Karakteristik berdasarkan jenis
akibat myofascial syndrome kelamin
gastrocnemius yang telah dipilih Tabel 1
Karakteristik Berdasarkan jenis
berdasarkan prosedur assesment
kelamin
fisioterapi yang telah ditetapkan.
d. Subjek bersedia bekerjasama
dan mengikuti program terapi
sebanyak 6 kali

2. Kriteria Penolakan (exclusive


criteria)
Berdasarkan data tabel 1
a. Subyek dengan fraktur pada
karakteristik sampel menurut jenis
lower extremity.
kelamin. Pada kelompok perlakuan I
b. Subyek penderita athroscopy
sampel laki-laki berjumlah 3 (48%) dan
lutut.
sampel perempuan berjumlah 4 orang
c. Subyek dengan kanker kulit.

531
(52%) dengan jumlah keseluruhan sampel
7 orang (100%) sedangkan Pada kelompok
perlakuan II sampel laki-laki sampel laki-
laki berjumlah 3 (48%) dan sampel
perempuan berjumlah 4 orang (52%) Grafik 2

dengan jumlah keseluruhan sampel 7 orang Karakteristik Berdasarkan Usia


Karakteristik Berdasarkan Indeks masa tubuh
(100%).
Tabel 3
Karakteristik berdasarkan indeks masa tubuh

Grafik 1
Karakteristik Berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel 3 Karekteristik


b. Karakteristik berdasarkan usia
Tabel 2 sampel berdasarkan indeks masa tubuh
Karakteristik usia
menunjukan bahwa indeks normal menempati

perolehan paling banyak dengan 6 orang

sampel (85 %) pada perlakuan I dan 4 orang

sampel (60 %) pada perlakuan II.

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat

bahwa sampel pada kelompok perlakuan I

terdiri 5 sampel berusia 21-25 tahun (71%) dan Grafik 3


Karakteristik berdasarkan indeks masa tubuh
2 sample yang berusia 26-30 tahun (29%).

Sedangkan pada kelompok perlakuan II terdiri c. Karakteristik sampel berdasarkan


dari 6 sample berusia antara 16-20 Tahun kesukaan olahraga
(85%), 1 sampel berusia 21-25 (15%).

532
Tabel 4 Tabel 6
Karakteristik berdasarkan jenis olahraga Kelompok Perlakuan II

Berdasarkan tabel di atas dapat


dilihat kelompok perlakuan II dengan
jumlah sampel 7 orang, mean nilai
fleksibilitas otot gastrocnemius sebelum
intervensi adalah 7.14 dengan standar
Grafik 4
deviasi 0.690 dan mean nilai fleksibilitas
Karakteristik berdasarkan jenis olah raga
otot gastrocnemius sesudah intervensi
adalah 11.14 dengan standar deviasi 0.900.
2. Hasil pengukuran perlakuan

a. Kelompok Perlakuan I dan II b. Selisih kedua perlakuan


Tabel 5
Kelompok Perlakuan I

Berdasarkan tabel di atas dapat Grafik 5


Perbandingan perlakuan I dan II
dilihat kelompok perlakuan I dengan
jumlah sampel 7 orang, mean nilai
fleksibilitas otot gastrocnemius sebelum Peningkatan nilai fleksibilitas otot

intervensi adalah 6.43 dengan standar gastrocnemius pada kedua perlakuan

deviasi 0.535 dan mean nilai fleksibilitas menunjukan perubahan yang signifikan.

otot gastrocnemius sesudah intervensi Pada tabel 4.5 dan 4.8 kelompok perlakuan

adalah 10.14 dengan standar deviasi 0.690. I menghitung selisih rata-rata pada awal

533
pengukuran hingga pada akhir pengukuran sebelum kelompok perlakuan I nilai
memiliki angka 3.71 dengan standar p<0,05) maka hasil dari sebelum kelompok
deviasi 0.758. Sedangkan pada kelompok perlakuan I terdistribusi tidak normal.
perlakuan II memiliki selisih rata-rata Sedangkan pada sebelum intervensi
pengukuran sebelum dan setelah yaitu 4.14 kelompok perlakuan II didapatkan nilai
dengan standar deviasi 0.690. dilihat dari p>0,05 yang berarti terdistribusi normal.
rata-rata kelopok perlakuan I dan
perlakuan II tidak ada perbedaan signifikan b. Uji Homogenitas
antara keduanya. Untuk mengetahui
homogenitas sample antara kelompok
3. Uji Persyaratan analisis perlakuan I dan kelompok perlakuan II,
a. Uji Normalitas maka peneliti menggunakan Levene’s
Uji normalitas ini digunakan test. Berikut hasil perhitungan uji
sebagai awal perhitungan untuk homogenitas dengan menggunakan
mengetahui sampel terdistribusi Levene’s test dari data peningkatan
normal, uji normalitas pada nilai fleksibilitas kelompok perlakuan I
penelitian ini menggunakan uji dan II.
Shapiro-Wilk test. Dimana Tabel 8
Uji homogenitas
dikatakan normal jika data
didapatkan nilai p>nilai α = 0,05,
sedangkan Ho ditolak bila nilai p<
nilai α = 0,05. Berdasarkan hasil perhitungan uji
Tabel 7
homogenitas dengan menggunakan
Uji normalitas
Levene’s test dari data peningkatan nilai
fleksibilitas kelompok perlakuan I dan II di
peroleh nilai p=0.803, dimana p>0,05
dapat di simpulkan bahwa kedua data
tersebut homogen.
Berdasarkan hasil uji yang telah
dilakukan dengan menggunakan perangkat 4. Uji Hipotesis
lunak komputer SPSS versi 16.0, pada a. Uji Hipotesis I
sebelum intervensi kelompok perlakuan I Pada kelompok perlakuan I
dengan nilai p=0.001 dan sebelum latihan menggunakan wilcoxon rank test,
kelompok perlakuan II p=0.099. Maka

534
untuk menguji signifikansi dua sampel Tabel 9
Uji hipotesis II
yang saling berpasangan (related)
kriteria penerimaan yang ditetapkan
adalah Ho diterima bila nilai p > nilai α
(0,05).
Rata-rata pada nilai fleksibilitas
Tabel 8
Uji
sebelum diberikan intervensi pada
kelompok perlakuan I adalah 7.14 dengan
standar deviasi 0.690, sedangakan setelah
di lakukan intervensi rata-rata nilai
stabilitas berubah menjadi 11.14 dengan
Hipotesis I
standar deviasi 0.900, dengan rata-rata
selisih adalah 4.14 standar deviasi 0.690.
Rata-rata pada nilai fleksibilitas
Berdasarkan hasil t-test Related. adalah
otot sebelum diberikan intervensi
p=0.001 dimana p<0.05, hal ini berarti Ho
adalah 6.43 dengan standar deviasi
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
0.535, sedangakan setelah di lakukan
Myofascial release technique dan
intervensi rata-rata nilai fleksibilitas
Microwave Diathermy dapat
berubah menjadi 10.14 dengan standar
meningkatkan fleksibiltas otot.
deviasi 0.690, dengan rata-rata selisih
adalah 3.71 standar deviasi 0.758.
c. Uji Hipotesis III
Berdasarkan hasil wilcoxon rank test
Untuk menguji signifikan
adalah p=0.016 dimana p<0.05, hal ini
komparatif dua sampel yang tidak
berarti Ho ditolak, sehingga dapat
berpasangan pada kelompok perlakuan
disimpulkan bahwa Positional release
I dan kelompok perlakuan II dengan
technique dan Microwave Diathermy
mann whitney test. Dengan penguji
dapat meningkatkan fleksibiltas otot.
hipotesa Ho diterima bila nilai p>nilai
α=0,05, sedangkan Ho ditolak bila p<
b. Uji Hipotesis II
nilai α=0,05.
Pada kelompok perlakuan II Tabel 10
menggunakan t test related, untuk Uji hipotesis III

menguji signifikansi dua sampel yang


saling berpasangan (related) kriteria
penerimaan yang ditetapkan adalah Ho
diterima bila nilai p > nilai α (0,05).

535
Kelompok perlakuan II rata-rata ditemukan patologi myofascial
4.14 dengan stándar deviasi 0.690. gastrocnemius, hal ini di perkuat dalam
Setelah diuji dengan man teori fleksibilitas bahwa pada perempuan
whitney u test, maka hasil yang didapat fleksibilitas otot lebih buruk di bandingkan
adalah p=0.318 dimana p>0,05, dengan laki-laki sehingga rentan bermasalah pada
demikian ho diterima dan ha ditolak yang otot.
berarti Intervensi kombinasi Positional Kemudian pada disribusi sampel
release technique dan penerapan menurut usia, ditemukan kondisi
Microwave Diathermy tidak lebih baik myofascial terdapat antara usia 21-25
dalam meningkatkan fleksibilitas otot tahun lebih banyak daripada usia 26-30, hal
daripada Myofascial release technique dan ini di karenakan usia 21-25 tahun memiiki
penerapan Microwave Diathermy kasus jumlah aktivitas yang tinggi. Pada
Myofascial Syndrome Gastrocnemius distribusi sampel menurut indeks masa
Dilihat perbedaan selisih rata-rata tubuh hasil menyatakan tidak
yang signifikan antara perlakuan I adalah mempengaruhi kondisi patologi ini.
3.71 dengan stándar deviasi 0,758 dan Hasil yang telah didapatkan
perlakuan II adalah 4.14 dengan stándar peneliti dalam penelitian ini adalah tidak
deviasi 0.690, membuktikan bahwa ada perbedaan signifikan antara
Intervensi kombinasi Positional release peningkatan nilai fleksibilitas otot
technique dan penerapan Microwave gastrocnemius pada kelompok perlakuan I
Diathermy sama baiknya dengan yang diberikan Intervensi Positional
Myofascial release technique dan Release Technique dan penerapan
penerapan Microwave Diathermy dalam Microwave Diathermy dan kelompok
meningkatkan fleksibilitas otot. perlakuan II yang diberikan intervensi
Berdasarkan hasil penelitian yang Myofascial Release Technique dan
telah dilakukan pada 14 orang sampel yang penerapan Microwave Diathermy. Dimana
terbagi kedalam dua kelompok yaitu telah didapatkan hasil bahwa kelompok
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan I tidak lebih baik daripada
perlakuan II dengan masing-masing kelompok perlakuan II terhadap
berjumlah 7 orang sampel. Distribusi peningkatan fleksibilitas otot
sampel yang di dapatkan pada populasi gastrocnemius.
pasien yang berada pada RSUD. Jend. Hal ini terjadi karena keduanya
Ahmad Yani diperoleh perbandingan jenis merupakan intervensi release namun hanya
kelamin perempuan lebih banyak teori dasar penerapan yang berbeda,

536
release yang di berikan pada daerah modalitas microwave diathermy, pada
tautband memiliki efek yang hampir sama perlakuan II yang menggunakan MRT
karena sebelumnya pada kedua perlakuan bahwa memiliki selisih rata-rata
di berikan penerapan microwave peningkatan fleksibilitas otot
diathermy yang merupakan modalitas gastrocnemius sedikit lebih tinggi karena
dengan efek dapat meningkatkan panas efek streching yang di berikan pada kondisi
pada jaringan tubuh. otot yan rileks dengan ketegangan
Kondisi tersebut meningkatkan berkurang akibat MWD sedangkan pada
aliran darah di sekitar jaringan yang perlakuan I tidak ada sama sekali streching.
terpapar oleh gelombangnya. Terjadinya
perubahan panas yang sifatnya lokal Kesimpulan
jaringan, yang meningkatkan metabolisme Berdasarkan hasil penelitian dan
jaringan lokal, meningkatkan vasomotion pembahasan maka kesimpulan yang dapat
sehingga timbul homeostatik lokal yang diambil adalah intervensi kombinasi
akhirnya menimbulkan vasodilatasi. Positional Release Technique dan
Perubahan panas secara general penerapan Microwave Diathermy
yang menaikkan temperatur pada daerah meningkatkan fleksibilitas otot kasus
lokal. Untuk meningkatkan elastisitas Myofacial syndrome gastrocnemius,
jaringan ikat karena terjadi perbaikan intervensi kombinasi Myofsacial Release
sirkulasi pada jaringan tersebut. Hal ini Technique dan penerapan Microwave
menyebabkan daerah patologi dengan Diathermy meningkatkan fleksibilitas otot
adanya taut band pada myofascial kasus Myofacial syndrome gastrocnemius,
syndrome mengalami vasodilatasi terlebih intervensi kombinasi Positional Release
dahulu kemudian otot sekitar telah terjadi Technique dan penerapan Microwave
fase rileksasi sehingga ketegangan Diathermy sama baiknya dengan
berkurang, peneliti menganalisis bahwa hal Myofascial Release Technique dan
ini lah yang menyebabkan perbandingan penerapan Microwave Diathermy dalam
antara teori muscle spindle yang ada pada meningkatkan fleksibilitas otot pada kasus
positional release technique serta teori Myofascial syndrome gastrocnemius.
release dengan streching pada myofascial
release technique seakan akan memiliki Daftar Pustaka
efek yang sama pada penelitian ini. A Kumaresan, GDeepthi Vaiyapuri
Di tambah dengan kondisi otot Anandh . S,Prathap, “Effectiveness
telah rileks dan elastis karena efek OfPositional Release Therapy In

537
Treatment Of Trapezitis”, and Manipulative Therapy, Maney
International Journal of Publishing, America, 2006
Pharmacutical Sciences and Health Evelyn C. Pearce, “Anatomy and
Care, Chennai,2012 Physiology for Nurses”, PT
Bennett, Robert, “MyofascialPain Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Syndromes and Their 2006
Evaluation”,Best Practice & Faiz Omar dan David Moffat, “At a Glande
Research Clinical Anatomi”, Erlangga, Jakarta, 2004
Rheumatology,Oregon Health and Ferguson Whyte, and Robert Garwin,
Science University,Portland, 2007 “Clinical Mastery in the treatment
Borg-Stein J, Simons DG, “Focused of Myofascial Pain”, Lippincott
Review: Myofascial Pain”, The Williams & Wilkins,
American Academy of Physical Maryland,2004
Medicine and Gerald J. Tortora, “Principle of anatomy
Rehabilitation,America, 2002 and physiology”, John Wiley &
Byong-yong Hwang,“Basic Bobath Sons, inc, 2006
Course”, Universitas Indonusa Esa Joel A. DeLisa. Bruce M, Gans Nicholas E.
Unggul, Jakarta, 2006 Wals, “Physical Medicine and
C.B Frank, “Ligament Structure, Rehabilitation: Principles and
Physiology and Function”, J Practice”, Lippincott Williams &
Musculoskel Neuron Interact, 2004 Wilkins,Philadelphia, 2005
David J. Alvarez, Pamela G. Rockwell, Lewis Mock, “Clinical Mastery in the
“Trigger Points: Diagnosis and Treatment Myofascial Pain”, 2005
Management”, Am Fam Physician, Lucy Whyte Ferguson, DC, and Ben Daitz,
Michigan, 2002 MD, “Myofascial Pain: A Manual
Dhadwal N. Hangan, Zeman R. Li J, Medicine Approach to Diagnosis
“Tolerability and Efficacy of Long- and Treatment”, 2012
Term Lidocaine Trigger Point MCPT, Mellbourne College Professional
Injections in Patients with Chronic Therapy, “Myofascial Release
Myofascial Pain”, Departement of Technique”, Mellbourne,
Neuorology, New York, 2013 Australia,2006
Dommerholt J. Bron C. Fransen J, Peraturan Mentri Kesehatan Republik
“Myofascial Trigger Point: An Indonesia Nomor8 Tahun 2013
Evidence”, The Journal of Manual

538
Pamela K. Levangie,Cyntia C. Norkin,
“Joint Structure and Function: A
Comprehensive Analysis”, Fifth
editon, 2011
Qader, Ari R., MBChB, FICMS, and
Shaxawan SAEB, MBChB,
DPRS, “The Gastrocnemius
Muscle Flap Used as Cover for
Exposed Upper Tibia”, 2010
Sthephen Fallon MIAPT and,
MARGARET WALSH (BSc.)
MIAPT, “Positional Release
Technique;A valid technique for
use by Physical Therapy
Practitioners”, IPTAS Conference,
2012
Tudor O., Bompa, “Training for young
champion”, 2000

539
ANALISIS HUBUNGAN TEKANAN DARAH DENGAN RISIKO JATUH
PADA LANSIA DI RUMAH BAHAGIA BINTAN TAHUN 2015

Retno Setiowati1

ABSTRAK
Menurut UU Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dikatakan lanjut
usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia yang mengalami penuaan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis yang bisa mempengaruhi
status kesehatannya. Salah satunya adalah perubahan tekanan darah yang bisa berpengaruh terhadap perfusi
jaringan otak maupun organ lain yang bisa mempengaruhi keseimbangan lansia sehingga meningkatkan risiko
jatuh. Jatuh pada lansia memiliki dampak yang cukup serius dikarenakan lansia mengalami proses penuaan
sehingga kemampuan jaringan untuk menyembuhkan dirinya menurun dibandingkan dengan orang dewasa.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan tekanan darah dengan risiko jatuh pada lansia di Rumah
Bahagia Bintan. peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa teknik pengumpulan data dengan mengukur
tekanan darah responden untuk variabel tekanan darah dan menyebarkan kuesioner untuk variabel risiko jatuh.
Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan 37 orang sebagai responden dari total lansia 42 orang dimana 5 lansia
tidak dapat diwawancarai karena keterbatasan kemampuan berkomunikasi dan status mental. Hasil yang
didapatkan dari uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov Swirnov nilai asymp. Sig 0.000 yang lebih kecil
dari nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak, artinya ada hubungan antara tekanan darah dengan risiko jatuh pada lansia
di Rumah Bahagia Bintan.

Kata kunci : Tekanan darah, jatuh, lansia

ABSTRACT
According to Law of the Republic of Indonesia Number 13 of 1998 on the welfare of the elderly, said the elderly
are a person who has attained the age 60 years and older. Elderly who have aging that result in changes both
physically and psychologically that could affect their health status. One is a change in blood pressure that can
affect the brain tissue perfusion and other organs that could affect the balance of the elderly thus increasing the
risk of falls. Falls in the elderly have fairly serious impact because the elderly are aging so that the network's
ability to heal itself declined compared with adults. The purpose of this study was to determine the relationship of
blood pressure with the risk of falls in the elderly in Rumah Bahagia Bintan. Researchers use data collection tools
such as data collection techniques by measuring the blood pressure of respondents to variable blood pressure and
distributing questionnaires to a variable risk of falling. In this study, researchers set 37 as the respondents of the
total elderly 42 where five elderly can not be interviewed due to the limited ability to communicate and mental
status. Results obtained from statistical test by using the Kolmogorov Swirnov asymp value. Sig 0000 is smaller
than the value α = 0:05 so that Ho is rejected, it means that there is a relationship between blood pressure with
the risk of falls in the elderly in Rumah Bahagia Bintan.

Key words : Blood pressure , falls , elderly

PENDAHULUAN kelahiran di negara-negara tertentu


Lansia merupakan kelompok usia yang
mempengaruhi hal tersebut. Menurut
mengalami peningkatan jumlah setiap
Population Reference Bureau (2011),
tahunnya. Fenomena tersebut terlihat dari
jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas
meningkatnya jumlah lansia dari tahun ke
diperkirakan berjumlah 2,5 kali lipat dari
tahun dan perbandingannya dengan
populasi berusia 0-4 tahun pada tahun 2050.
kelompok usia lain. Rendahnya angka
540
Kelompok usia di atas 65 tahun sebesar 57%, dan di atas 75 tahun sebesar
diperkirakan meningkat dari 601 juta pada 63.8% (Riskesdas, 2013 dalam Pusat Data
tahun 2015 menjadi 714 juta pada tahun dan Informasi Kementerian Kesehatan,
2020. Pada tahun 2050 jumlah lansia 2014).
diperkirakan mencapai 1.5 milyar jiwa atau Tekanan darah merupakan tekanan di
16% dari total populasi yang hanya berkisar dalam pembuluh darah ketika jantung
5% di tahun 1950. memompakan keseluruh tubuh. Pada lansia
Indonesia juga mencatat adanya sistem kardiovaskuler mengalami
peningkatan jumlah penduduk usia lanjut. perubahan seperti arteri yang kehilangan
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun elastisitasnya yang bisa menyebabkan
2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu peningkatan nadi dan tekanan sistolik darah
18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). (Tortora & Anagnostakos, 1990 dalam
Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut Watson, 2003). Salah satu masalah yang
usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa sering terjadi pada lansia terkait dengan
dan diperkirakan pada tahun 2025, tekanan darah adalah hipertensi sehingga
jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa memperbesar risiko jatuh. Lebih dari
(Departemen Kesehatan, 2015). separuh lansia yang pernah jatuh, sebagian
Lansia merupakan kelompok usia yang besar terjadi di kamar tidur dan kamar
memiliki risiko tinggi untuk mengalami mandi. Lansia jatuh saat ia berpindah tanpa
masalah kesehatan. World Health pengawasan. Terdapat hubungan yang
Organization (WHO) telah signifikan antara jatuh dan diagnosa medis,
mengidentifikasikan lansia sebagai seperti penyakit neurologis, masalah
kelompok masyarakat yang mudah kardiovaskuler, dan penyakit saluran
terserang kemunduran fisik dan mental pernafasan (Watson, 2003).
(Watson, 2003). Salah satu masalah Setiap tahunnya sekitar 30% lansia yang
kesehatan yang paling sering dialami lansia tinggal di komunitas mengalami jatuh.
adalah hipertensi. Di Indonesia hipertensi Insiden jatuh di setiap tahunnya di antara
merupakan salah satu masalah kesehatan lansia yang tinggal di komunitas meningkat
utama dan penyebab pertama masalah dari 25% pada usia 70 tahun menjadi 35%
kesehatan pada lansia, diikuti oleh arthritis, tahun setelah berusia lebih dari 75 tahun
stroke, PPOK (Penyakit Paru Obstruksif (Commodore, 1995 dalam Stanley & Beare,
Kronis, dan DM(Diabetes Mellitus). 2007). Pengobatan telah didokumentasikan
Prevalensi menurut umur 55-64 tahun dengan baik sebagai faktor yang turut
sebesar 45, 9%, kelompok usia 65-74 tahun berperan dalam terjadinya jatuh. Banyak

541
jenis obat-obatan yang dapat memengaruhi variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
tekanan darah atau dapat menyebabkan rasa mempengaruhi variabel tersebut sehingga
pusing. Obat-obatan antihipertensi, tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel
vasodilator, diuretik, antipsikotik, dan Wallen, 2008). Dalam rancangan ini
antidepresan atau trisiklik, beberapa beta peneliti menganalisis hubungan antara
blocker, sedatif dan hipnotik, serta obat variabel independen (tekanan darah)
hipoglikemik dapat menurunkan tekanan dengan variabel dependen (risiko jatuh)
darah (Stanley & Beare, 2007). pada responden dalam waktu yang
Selain lansia yang tinggal di komunitas, bersamaan.
lansia yang tinggal di institusi perawatan Penelitian ini telah dilakukan di Rumah
lansia seperti Panti Wredha juga berisiko Bahagia Bintan. Kegiatan penelitian ini
mengalami jatuh. Rumah Bahagia Kawal dimulai dari pembuatan proposal riset
merupakan institusi perawatan lansia di sampai seminar hasil, yaitu dari bulan
Kepulauan Riau dengan jumlah lansia Maret sampai dengan Juli 2015. Populasi
mencapai 43 orang. Dari wawancara merupakan keseluruhan objek penelitian
dengan petugas panti didapatkan data atau objek yang diteliti (Notoadmojo,
bahwa 3 lansia mengalami jatuh dalam 3 2005). Pada penelitian ini, yang menjadi
bulan terakhir. populasinya adalah seluruh lansia di Rumah
Berdasarkan fakta-fakta yang telah Bahagia Bintan.
dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk Sampel merupakan sebagian yang
menganalisis hubungan tekanan darah diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dengan risiko jatuh pada lansia di Rumah dan dianggap mewakili seluruh populasi
Bahagia Bintan tahun 2015. (Notoatmodjo, 2005). Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan adalah total
METODE PENELITIAN sampling, dimana keseluruhan populasi
Desain penelitian merupakan rencana diambil sebagai responden. Dalam
penelitian yang disusun sedemikian rupa penelitian ini, peneliti menetapkan 37 orang
sehingga dapat menuntun peneliti untuk sebagai responden dari total lansia 42 orang
dapat memperoleh jawaban terhadap dimana 5 lansia tidak dapat diwawancarai
pertanyaan peneliti (Sastroasmoro & karena keterbatasan kemampuan
Ismael, 2002). Penelitian ini merupakan berkomunikasi dan status mental.
penelitiandengan metode korelasi yaitu Untuk melakukan pengumpulan data,
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui peneliti menggunakan alat pengumpulan
hubungan dan tingkat hubungan antara dua data berupa teknik pengumpulan data

542
dengan mengukur tekanan darah responden Berdasarkan pelaksanaan hasil
untuk variabel tekanan darah dan penelitian yang dilakukan pada
menyebarkan kuesioner untuk variabel responden, maka didapatkan data
risiko jatuh. Kuesioner yang digunakan mengenai tekanan darah responden
adalah kuesioner Risiko Jatuh MORSE. sebagai berikut :
Prosedur pengumpulan data yang
Tabel 1
peneliti lakukan pada saat pelaksanaan Distribusi tekanan darah lansia di Rumah Bahagia

penelitian adalah setelah peneliti diberikan Bintan Tahun 2015

izin melakukan penelitian mulai bulan April


sampai dengan Juli 2015 di Rumah Bahagia Tekanan darah Frekuensi Persentase
Bintan Kepulauan Riau, peneliti melakukan Normal 6 16.2
pengecekan terhadap responden. Proses
Hipertensi 31 83.8
pengumpulan data dilakukan dengan cara
Total 37 100.0
pengukuran langsung tekanan darah lansia
dengan menggunakan sphygmomanometer
dan stetoskop dan dilanjutkan dengan Berdasarkan tabel di atas menunjukkan
pengisian kuesioner. bahwa sebagian besar responden
mengalami hipertensi yaitu sebesar 83.8%.
HASIL PENELITIAN b. Distribusi frekuensi risiko jatuh
Pada bagian ini akan disajikan hasil dari pada lansia di Rumah Bahagia
penelitian tentang “Analisis hubungan Bintan
tekanan darah dengan risiko jatuh pada
Tabel 2
lansia di Rumah Bahagia Bintan Tahun
Distribusi frekuensi risiko jatuh pada lansia di
2015” yang telah dilaksanakan pada bulan Rumah Bahagia Bintan

Maret s/d Juli 2015. Risiko Jatuh Frekuensi Persentase


1. Analisis Univariat Tidak Ada 5 13.5
Analisis univariat pada penelitian ini
Risiko
bertujuan untuk mendapatkan gambaran
Risiko Rendah 25 67.6
tentang distribusi tekanan darah dan
risiko jatuh pada lansia. Risiko Tinggi 7 18.9

a. Distribusi frekuensi tekanan Total 37 100.0


darah pada lansia di Rumah
Bahagia Bintan

543
Berdasarkan tabel di atas, sebagian Total 25 57 3

besar responden memiliki risiko rendah 7


yaitu sebesar 67.6%. 13. 67.6 18.9 100.0 0.000
2. Analisis Bivariat
5% % % %
Analisis bivariat pada penelitian ini
menggunakan uji Kolmogorov
Swirnov sebagai uji alternatif jika tidak Berdasarkan tabel di atas

memenuhi syarat uji Chi Square untuk didapatkan hasil uji statistik dengan

menganalisis hubungan antara dua menggunakan uji Kolmogorov Swirnov

variabel. nilai asymp. Sig 0.000 yang lebih kecil


dari nilai α = 0.05 sehingga Ho ditolak,

Tabel 3 artinya ada hubungan antara tekanan


Hubungan Tekanan Darah dengan Risiko Jatuh Pada darah dengan risiko jatuh pada lansia di
Lansia di Rumah Bahagia Bintan Tahun 2015
Rumah Bahagia Bintan.

Risiko Jatuh Total Asymp. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Sig 1. Tekanan darah


Berdasarkan hasil penelitian
Tid Risik Risik
terhadap 37 responden didapatkan
ak o o
bahwa sebagian besar responden
ada Rend Ting
mengalami hipertensi yaitu sebesar
risi ah gi
83,8%. Hasil ini sejalan dengan teori
ko yang menyatakan bahwa lansia berisiko
Teka No 5 1 0 6 mengalami hipertensi dikarenakan
nan rm 83. 16.7 .0% 100.0 perubahan fisiologis terkait faktor

Darah al 3% % % penuaan dimana elastisitas pembuluh


darah menurun.
Hi 0 24 7 3

pe 1
2. Risiko Jatuh
r .0% 77.4 22.6 100.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
ten % % 0%
37 responden didapatkan bahwa sebagian
si
besar lansia memiliki risiko jatuh dengan
kategori risiko rendah yaitu sebesar 67,6%.
Banyak faktor yang menyebabkan

544
terjadinya peningkatan risiko jatuh pada SARAN
lansia yaitu kelemahan otot, tekanan darah, Berdasarkan temuan dan kelemahan
gangguan penglihatan, penggunaan obat- dalam penelitian ini, ada beberapa hal yang
obatan tertentu, dan usia. peneliti sarankan untuk menjadi kajian
lebih lanjut yaitu sebaiknya harus pada
Hubungan antara tekanan darah dengan lansia yang belum mengalami gangguan
risiko jatuh pada lansia. pada sistem pendengaran dan sulit
Berdasarkan hasil penelitian pada 37 mengingat riwayat penyakitnya.
responden dengan uji Kolmogorov Swirnov Diharapkan pada lansia yang masih efektif
didapatkan hasil ada hubungan antara untuk berkomunikasi.
tekanan darah dengan risiko jatuh pada
lansia. Peningkatan tekanan darah dikaitkan DAFTAR PUSTAKA
dengan kemampuan perfusi ke jaringan- Acap, S, Demirbuken, I, Alqun, C, dkk
jaringan tubuh termasuk otak sebagai pusat (2015).Is hypertension a risk factor
kontrol kesadaran dan keseimbangan. for poor balance control in elderly
adults?Accessed on March 25, 2015
KESIMPULAN from http://www.ncbI.nlm.nih.gov/
Kesimpulan yang dapat diambil dari pmc /articles/PMC4395739/
penelitian ini adalah Lansia dengan tekanan
darah yang lebih tinggi dan arteri yang lebih Black, J..M & Hawks, J.H (2009). Medical
kaku kurang mampu mentranspor oksigen surgical nursing : clinical
dan glukosa ke otak pada periode nafas management for positives outcome.
berat. Lansia dengan aliran darah 20% lebih Singapore : Elsevier
rendah memiliki risiko jatuh 70% lebih
besar dibandingkan lansia dengan aliran Bowman, T.S, Gaziano, J.M, & Buring, J.E
darah yang baik. Penataksanaan hipertensi, dkk. (2007). A prospective study of
termasuk penanganan dengan menurunkan cigarette smoking and risk of incident
kadar kolesterol bisa membantu hypertension in women.
meningkatkan aliran darah ke otak, yang
dalam hal ini akan membantu menurunkan Fuller, G.F. (2000). Falls in the elderly.
risiko jatuh pada lansia Accessed on June 1, 2015 from
http://www.aafp.org/afp/2000/0401/p
2159.html

545
Hausdorff, J., Herman, T., & Baltadjieva, SKAH_PUBLIKASI.pdf pada
R., dkk. (2006). Balance and Gait in tanggal 25 Juni 2015.
Older Adults With Systemic
Hypertension, AmericanJournal Of Oparil, S. (2006).Hypertension in the
Cardiology . Accessed on June 1, Elderly: Optimizing Management in
2015 from http://www.ncbi.nlm.nih the Real World.Diakses di
.gov/pubmed/12615286 http://www.medscape.org/viewarticle
/527792 pada tanggal 24 Juni 2015.
Lemon, P & Burke, K (2004). Medical
Surgical Nursing : critical thinking in Pietrangelo, A. (2014). The Side Effects
client care. New Jersey : Pearson OfHigh Blood PressureOn The Body.
Education Inc. Accessed on July 2nd, 2015 from
http://www.healthline.com/health/hig
McKnights’s. (2010). Study uncovers link h-blood-pressure-
between elderly falls, and high blood hypertension/effect-on-body.
pressure, altered blood flow in brain.
Diakses di http://www.mcknights. Ravindran, R.M & Kutty, V. R. (2015).
com/news/study-uncovers-link Risk Factors for Fall-Related Injuries
between-elderly-falls-and-high- Leading to Hospitalization Among
blood-pressure-altered-blood-flow- Community-Dwelling Older Persons.
in-brain/article/170483/ pada tanggal Asia Pac J Public Health January
25 Juni 2015. 2016 vol. 28 no. 1 suppl 70S-76S.
Accessed on March 15, 2015 from
NIH Senior Health. (2013). Falls and Older http://aph.sagepub.com/content/28/1_
Adults. Diakses di suppl/70S.full
http://nihseniorhealth.gov/falls/aboutf
alls/01.html pada tanggal 24 Juni Stanley, M & Beare, P.G (2007). Buku ajar
2015. keperawatan gerontik edisi 2. Jakarta
: EGC
Novianti, S. (2014). Hubungan kekuatan
otot quadriceps femoris dengan Smeltzer, S.C, Bare, B.G, Hinkle, J.L,
risikojatuh pada lansia. Diakses di Cheever K.H, (2012). Brunner and
http://eprints.ums.ac.id/30791/12/NA Suddarth’s Textbook of medical
surgical nursing. Singapore : Elsevier

546
Tinetti, M.E. (2014). Antihypertensive
Medications and Serious Fall Injuries
in a Nationally Representative Sample
of Older Adults. Accessed on July,
2015
frommhttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/PMC4136657/

Watson, R. (2003). Perawatan pada lansia.


Jakarta : EGC

1. Dosen STIKES Hang Tuah


Tanjungpinang

547
PENGARUH AIR REBUSAN BUAH PARE TERHADAP PENURUNAN
KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG
Harpen Suryadi1, Lidia Wati2, Safra Ria Kurniati3

ABSTRAK
Penderita DM biasanya tidak menyadari penyakitnya. Biasanya mereka baru menyadari setelah terjadinya
komplikasi sehingga DM sering disebut sebagai “silent killer”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan pre and post test
without control. Jumlah populasi sebanyak 424 orang dan sampel yang dipilih 10 orang menggunakan purposive
sampling dengan kadar gula darah >200 mg/dL. Analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi
0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2,191 dengan signifikansi 0,028 < 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM
tipe 2.

Kata kunci: Air Rebusan Buah Pare, Kadar Gula Darah, DM tipe 2

ABSTRACT
Patients DM usually not aware the sick. They realized after the occurrence of complication so that DM
is often called a silent killer. Objective of this study is to know the effect of balsampear boiled water to decrease
blood sugar levels in patient with DM type 2 in the working area of Tanjungpinang public health center in 2013.
This study is a quasy experiment with pre and post test without control design. Total population is 424 people and
samples were choosen by using purposive sampling with blood sugar >200 mg/dL. Analysis of data using a
wilcoxon test with significance level 0,05. Based on analysis resulting z observation -2,191 with significance of
0,028 < 0,05. These data show there is influence of balsampear boiled water to decrease blood sugar levels in
patient with DM type 2.

Keywords: Balsempear Boiled Water, blood sugar levels, Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN berubah menjadi masalah kesehatan


Semakin hari ilmu pengetahuan dan terkait gaya hidup: pola makan yang tidak
teknologi semakin maju dan berkembang ke seimbang, merokok, olah raga, aktifitas
arah kehidupan yang lebih modern, seksual, lingkungan dan pekerjaan.
sehingga diikuti pula oleh perubahan pola Penyakit-penyakit itu kebanyakan muncul
dan gaya hidup manusia. Perubahan gaya saat usia dewasa, pertengahan 30 – 40
hidup tersebut ternyata diikuti dengan tahun, meski risiko munculnya penyakit itu
munculnya permasalahan yang tidak sudah ada sejak usia remaja.
sedikit. Jika masa lalu masalah kesehatan Penyakit-penyakit terkait gaya
banyak terkait dengan higienitas atau hidup dampaknya sangat bermakna bagi
kebersihan dan infeksi, maka sekarang ini kehidupan seseorang dan keluarganya.
Beberapa penyakit berakibat fatal seperti
penyakit jantung dan stroke. Beberapa

548
penyakit seperti penyakit ginjal, kanker dan glukosa. Glukosa akan diserap oleh usus
Diabetes Mellitus berdampak menimbulkan dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
permasalahan kronis dan berkepanjangan, pembuluh darah. Pada orang yang
pengobatan yang rumit dan mahal sehingga mengalami diabetes, kadar gula di dalam
memunculkan beban sosial ekonomi. darahnya meningkat bahkan melebihi batas
Diabetes Mellitus berasal dari normal oleh orang sehat lainnya.
bahasa Yunani diabainein yang berarti
“tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang Adapun jenis dari DM yaitu:
berarti “rasa manis”. Penyakit ini kemudian a. Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin
dikenal sebagai kencing manis. Dependent Diabetes Mellitus / IDDM /
Darmono (2007) menyatakan tergantung insulin)
bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan DM tipe 1 juga disebut sebagai
suatu penyakit menahun yang ditandai oleh diabetes anak-anak. Ciri-cirinya adalah
kadar glukosa darah melebihi normal dan hilangnya sel beta penghasil insulin
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak sehingga terjadi kekurangan insulin pada
dan protein yang disebabkan oleh tubuh. Ini dapat dialami anak-anak
kekurangan hormon insulin secara relatif maupun dewasa. Diabetes ini sulit
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak dicegah, kebanyakan penderitanya
terkendali dapat terjadi komplikasi memiliki kesehatan dan berat badan
metabolik akut maupun komplikasi yang baik saat penyakit ini mulai
vaskuler jangka panjang, baik diderita. Selain itu, sensitivitas maupun
mikroangiopati maupun makroangiopati. respon tubuh terhadap insulin umumnya
Penyakit Diabetes Mellitus normal. Penyebab terbanyak dari tipe ini
adalah golongan penyakit kronis yang adalah kesalahan reaksi autoimunitas
ditandai dengan peningkatan kadar gula yang menghancurkan sel β pankreas.
dalam darah sebagai akibat adanya Gejala biasanya muncul
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, secara mendadak, berat dan
dimana organ pankreas tidak mampu perjalanannya sangat progresif. Jika
memproduksi insulin sesuai kebutuhan tidak diawasi dapat berkembang menjadi
tubuh. Diabetes Mellitus adalah penyakit ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosis
dimana penderitanya mengalami gangguan ditegakkan, pasien biasanya memiliki
dalam mengubah makanan menjadi energi. berat badan yang rendah, hasil tes
Setelah makan, makanan diubah menjadi deteksi antibodi islet hanya bernilai
gula yang juga sering disebut sebagai

549
sekitar 50 – 80% dan kadar gula darah pemberian obat hipoglisemik
puasa >140 mg/dL. (antidiabetik oral/ADO), namun jika
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin glukosa darah tetap tinggi dapat
Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM / diberikan insulin.
tidak tergantung insulin). Diabetes ini c. DM tipe 3
terjadi karena kombinasi dari kecatatan Diabetes jenis ini dulu sering
dalam produksi insulin dan resistensi disebut diabetes sekunder atau DM tipe
terhadap insulin atau berkurangnya lain. Etiologi DM jenis ini adalah:
sensitivitas terhadap insulin yang 1) Penyakit pada pankreas yang merusak
melibatkan reseptor insulin di membran sel β seperti hemokromatosis, fibrosis
sel. kistik.
Tahap awal abnormalitas yang paling 2)Sindrom hormonal yang mengganggu
utama adalah berkurangnya sensitifitas sekresi dan atau menghambat kerja
terhadap insulin, yang ditandai dengan insulin seperti akromegali,
meningkatnya kadar insulin dalam feokromositoma dan cushing
darah. Pada tahap ini, hiperglikemia sindrom.
dapat diatasi dengan berbagai cara dan 3) Obat-obat yang mengganggu sekresi
obat anti diabetes sehingga insulin (fenitoin, dilantin) atau
meningkatkan sensitifitas terhadap menghambat kerja insulin (estrogen
insulin atau mengurangi produksi dan glukokortikoid).
glukosa. 4) Kondisi tertentu yang jarang terjadi
Gejala muncul perlahan-lahan dan seperti kelainan pada reseptor insulin.
biasanya ringan (kadang-kadang bahkan 5) Sindrom genetik.
belum menampakkan gejala selama d. Gestasional diabetes mellitus
bertahun-tahun). Progresivitasnya gejala GDM terjadi sekitar 2 – 5% dari
berjalan lambat. Koma hiperosmolar semua kehamilan. GDM bisa
dapat terjadi pada kasus-kasus berat. menyebabkan permasalahan dengan
Namun, ketoasidosis jarang sekali kehamilan termasuk macrosomia, janin
muncul kecuali kasus yang disertai stres mengalami kecacatan dan menderita
atau infeksi. Kadar insulin menurun penyakit jantung sejak lahir.
(tetapi tidak sampai nol) atau bahkan Diabetes jenis ini biasanya
tinggi atau mungkin juga insulin bekerja muncul pada kehamilan trimester kedua
tidak efektif. Pengendaliannya tidak dan ketiga. Kategori ini mencakup DM
hanya berupa diet dan olah raga atau yang terdiagnosis ketika hamil

550
(sebelumnya tidak diketahui). Wanita juta orang, jumlah tersebut menempati
yang sebelumnya diketahui telah urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan
mengidap DM, kemudian hamil, tidak urutan pertama adalah India (31,4 juta),
termasuk ke dalam kategori ini. China (20,8) dan Amerika Serikat (17,7
e. Diabetes Mellitus terkait malnutri- juta). Diperkirakan jumlah penderita
si (DMMal) Diabetes Mellitus di Indonesia akan
Kategori ini diusulkan oleh meningkat pada tahun 2030 yaitu 21,3 juta
WHO karena kasusnya banyak sekali jiwa. Jumlah penderita Diabetes Mellitus
ditemukan di negara-negara sedang tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia
berkembang, terutama di wilayah tropis. tercatat 175,4 juta orang dan diperkirakan
Diabetes jenis ini biasanya tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang.
menampakkan gejala pada usia muda, Tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
antara 10 – 40 tahun (lazimnya di bawah tahun 2030 menjadi 366 juta orang.
30 tahun). Sebagian pasien mengalami Ketika kadar gula darah sangat
nyeri perut yang menjalar ke daerah tinggi, maka pasien akan buang air kecil
punggung (pola jalaran nyeri ini mirip terus menerus, haus dan merasa tidak sehat.
dengan pola jalaran akibat pankreatitis) Namun pasien yang memiliki gejala ini
Jumlah penderita Diabetes Mellitus tidaklah banyak. Ini sebabnya Diabetes
di dunia dari tahun ke tahun mengalami Mellitus sering disebut sebagai “silent
peningkatan, hal ini berkaitan dengan killer”.
jumlah populasi yang meningkat, life Diabetes mellitus (DM) yang tidak
expectancy bertambah, urbanisasi yang terkontrol akan menyebabkan kelainan
merubah pola hidup tradisional ke pola pada berbagai organ tubuh seperti
hidup modern, prevalensi obesitas pembuluh darah (aterosklerotik), mata
meningkat dan kegiatan fisik kurang. (diabetik retinophaty), ginjal (diebetik
Diabetes Mellitus perlu diamati kerena sifat nephropathy), saraf (diabetik neuropathy),
penyakit yang kronik progresif, jumlah kerusakan pada sistem saraf otonom,
penderita semakin meningkat dan banyak hilangnya rasa pada kulit dan luka yang
dampak negatif yang ditimbulkan. sulit sembuh dan terjadinya gangguan
Survei yang dilakukan oleh leukosit sehingga mudah terinfeksi.
organisasi kesehatan dunia atau World Gejala yang paling sering
Health Organization (WHO) menyatakan diderita oleh seorang penderita diabetes
bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus (diabetesi) adalah:
di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4 a. Polydipsia atau banyak minum.

551
Penderita diabetes akan sering 8) Prurita vulvae atau gatal pada alat
merasa haus. kelamin wanita.
b. Polyuria atau banyak buang air kecil.
Kondisi gula darah yang sangat
Frekuensi buang air kecil akan
tinggi juga dapat menyebabkan gangguan
meningkat dari sebelumnya dan
kesadaran hingga mengalami koma (coma
membuat para penderita diabetes
diabetikum).
menjadi tidak nyaman. Ciri khas dari
Langkah awal yang harus dilakukan
penyakit ini adalah penderita diabetes
pada pengelolaan DM berupa upaya
lebih banyak mengeluarkan urine pada
perubahan pola hidup atau upaya non
malam hari.
farmakologik, seperti mengatur makanan
c. Polyphagia atau banyak makan.
dan latihan jasmani atau berolahraga. Jika
Nafsu makan pasien meningkat
dengan upaya seperti ini gula darah
seiring dengan kondisi sel dalam tubuh
penderita belum juga menurun, barulah
yang kekurangan pasokan gula.
diupayakan dengan pemberian obat-obatan
d. Penurunan berat badan secara drastis.
tertentu. Berkaitan dengan penggunaan
Kebanyakan dari penderita
obat-obatan, sebagian penderita DM beralih
diabetes akan mengalami penurunan
menggunakan cara herbal. Salah satu
berat badan dan sering kali tidak
tanaman herbal yang dapat digunakan untuk
disadari. Untuk itu, sebaiknya memang
menurunkan kadar glukosa darah adalah
melakukan penimbangan berat badan
pare.
secara rutin.
Selain gejala tersebut, orang yang
BAHAN DAN METODE
mengalami diabetes juga biasanya
PENELITIAN
mengeluhkan:
Penelitian ini menggunakan desain
1) Lemah, mudah lelah.
penelitian eksperimental semu (quasy
2) Gatal.
experiment), yaitu penelitian yang menguji
3) Kesemutan atau mati rasa, perasaan
coba suatu intervensi pada sekelompok
tebal-tebal pada tangan, kaki dan
subjek dengan atau tanpa kelompok
bagian tubuh lain.
pembanding namun tidak dilakukan
4) Luka yang lama sembuhnya.
randomisasi untuk memasukkan subjek ke
5) Mudah mengalami infeksi terutama
dalam kelompok perlakuan atau kontrol.
pada kulit.
Jenis design yang digunakan dalam
6) Mata kabur
penelitian ini adalah pre and post test
7) Disfungsi ereksi pada pria.

552
without control (kontrol diri sendiri), yaitu sampai menjadi satu gelas (1 gelas ± 200 cc)
peneliti hanya melakukan intervensi pada . Panaskan dengan api kecil selama 15
satu kelompok tanpa pembanding. Model sampai 30 menit. Biarkan dingin kemudian
rancangan ini adalah dengan melakukan disaring. Hasil saringan diminum setiap
dua kali observasi yaitu sebelum hari.
eksperimen dan sesudah eksperimen. Sebaiknya kompor yang digunakan
Jumlah sampel yang digunakan adalah kompor minyak tanah, atau bisa
sebanyak 10 orang yang dilakukan pre test, dengan menggunakan kompor gas tetapi
perlakuan dan post test. Responden berada besarnya api harus tetap terjaga (kecil)
di wilayah Puskesmas Tanjungpinang yang sehingga lamanya waktu merebus (15 - 30
menderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 menit) dan hasil akhir air rebusan adalah
dengan usia 25 – 80 tahun, penderita dengan sesuai ketentuan (± 200 cc). Selama proses
kadar gula darah >200 mg/dL, penderita perebusan, wadah dalam keadaan tertutup.
yang bersedia menghentikan obat diabetik Bagian dari pare yang berkhasiat
oral (ODO), maupun obat diabetik injeksi, untuk menurunkan kadar gula darah adalah
penderita DM tipe 2 yang mampu buah serta bijinya, sehingga buah dan biji
memahami pertanyaan dan bersedia direbus secara bersamaan.
mengikuti prosedur terapi, penderita DM Jalannya penelitian ini berupa
tipe 2 yang bersedia mematuhi diet DM, pengumpulan data kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 yang hanya bersedia penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas fisik ringan (activity dilakukan terapi air rebusan buah pare.
daily living/ADL), responden bersedia Setiap responden dilakukan pemeriksaan
untuk dijadikan subjek penelitian, serta kadar gula darah 2 kali sehari dengan
responden tidak mempunyai gangguan baik interval waktu pre dan post yaitu 6 jam, dan
fisik maupun mental sehingga bisa untuk dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
diwawancarai dan dilakukan pengambilan Adapun kadar gula darah yang diberikan air
sampel darah. rebusan buah pare adalah responden yang
Alat yang dibutuhkan adalah air mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
rebusan buah pare. Adapun cara Uji kemaknaan yang digunakan
pengelolaannya yaitu sebagai berikut: buah adalah uji wilcoxon test karena skala yang
pare yang sudah dicuci bersih, ambil 200 digunakan adalah nominal-ordinal
gram, belah menjadi empat bagian lalu iris (kategorik), uji yang digunakan adalah non
tipis-tipis ± 1 cm. Rebus dengan parametrik yang membedakan 2 mean yang
menggunakan air matang, dari tiga gelas air berpasangan (pre dan post test) yang

553
menghasilkan ρ, dengan α= 0,05. Selain itu 201 Hiper 159 Normal
juga disebabkan oleh jumlah sampel yang Keterangan: Hiper = Hiperglikemia
kecil (10 sampel) sehingga distribusi data
tidak normal.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengukuran
HASIL
Sebelum penelitian, responden telah kadar gula darah sebelum diberikan air
rebusan buah pare dapat disimpulkan
menyetujui inform consent. Responden
yang dipilih telah sesuai dengan kriteria bahwa secara keseluruhan responden
mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
inklusi dan eksklusi. Penelitian ini
dilakukan di rumah responden masing- Hiperglikemia merupakan kadar gula darah
yang melebihi dari normal. Kadar gula
masing. Hasil pengukuran kadar gula darah
pada responden dapat dilihat pada Tabel 1. darah sewaktu yang berada dalam rentang
normal adalah antara 100 – 199 mg/dl
Kadar gula darah responden (10
Tabel 1. Perbandingan Kadar Gula Darah Pre dan
Post Test pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja orang) yang pada awalnya tinggi
Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013 (hipeglikemia), setelah diberikan air
Kadar Kadar rebusan buah pare sebagian besar (80% / 8
Gula Gula orang) mengalami penurunan, sedangkan

Darah Kategori Darah Kategori 20% atau 2 orang mengalami kenaikan dari
kadar gula darah sebelum diberikan air
Pre Test Pre Test
rebusan buah pare. Dari 8 responden yang
(mg/dL) (mg/dL)
mengalami penurunan, 4 (empat) responden
455 Hiper 309 Hiper dengan kadar gula darah normal, sedangkan
377 Hiper 351 Hiper 4 (empat) responden masih hiperglikemia.
Walaupun telah diberikan air
216 Hiper 220 Hiper
rebusan buah pare, 2 responden (20%)
316 Hiper 181 Normal
mengalami peningkatan kadar gula darah
230 Hiper 138 Normal antara pre dan post test. Peningkatan kadar
271 Hiper 254 Hiper gula darah bukanlah disebabkan oleh air

266 Hiper 312 Hiper rebusan buah pare, tapi bisa disebabkan
oleh pengaturan diet pasien yang tidak
350 Hiper 198 Normal
sesuai dengan pengelolaan Diabetes
380 Hiper 267 Hiper
Mellitus.

554
Pengelolaan DM terdiri dari 4 Ditujukan pada diabetesi
pilar yaitu penyuluhan kesehatan, terutama pasien yang baru. Materi
perencanaan makan (diet), latihan fisik yang dijelaskan meliputi pengertian
(olah raga), dan pengobatan atau Diabetes Mellitus, gejala,
farmakologis. 4 pilar pengelolaan DM ini penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
merupakan satu kesatuan, antara pilar yang mengenal dan mencegah komplikasi
satu dengan pilar yang lain tidak dapat akut dan kronik, perawatan dan
dipisahkan. pemeliharaan kaki dan lain-lain.
Tujuan pengelolaan Diabetes c. Pencegahan tersier
Mellitus adalah: Ditujukan pada diabetesi
a. Tujuan jangka pendek yaitu lanjut dan materi yang diberikan
menghilangkan gejala / keluhan dan meliputi: cara perawatan dan
mempertahankan rasa nyaman dan pencegahan komplikasi dan upaya
tercapainya target pengendalian darah. untuk rehabilitasi.
b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah 2. Diet diabetes mellitus
komplikasi, mikroangiopati dengan (perencanaan makan)
tujuan menurunkan mortalitas dan Tujuan diet pada diabetes
morbiditas. mellitus adalah mempertahankan atau
Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus mencapai berat badan ideal,
meliputi: mempertahankan kadar glukosa darah
1. Penyuluhan kesehatan. mendekati normal, mencegah
Tujuan penyuluhan yaitu komplikasi akut dam kronis serta
meningkatkan pengetahuan diabetesi meningkatkan kualitas hidup.
tentang penyakit dan pengelolaannya Penderita diabetes mellitus di
dengan tujuan dapat merawat sendiri dalam melaksanakan diet harus
sehingga mampu mempertahankan memperhatikan (3 J) yaitu:
hidup dan mencegah komplikasi lebih a. Jumlah kalori yang
lanjut. Penyuluhan ini meliputi: dibutuhkan.
a. Pencegahan primer b.Jadwal makan yang harus diikuti.
Ditujukan untuk kelompok c.Jenis makanan yang harus
resiko tinggi yakni mereka yang diperhatikan.
belum pernah menderita, tetapi Komposisi makanan yang
berpotensi untuk menderita DM. dianjurkan adalah makanan dengan
b. Pencegahan sekunder komposisi seimbang yaitu yang

555
mengandung karbohidrat (45-60%), cucurbitacin dapat menurunkan gula darah.
protein (10-15%), lemak (20-25%), Charantin dan momordicin yang dapat
garam (≤3000mg atau 6-7 g perhari) dan meningkatkan sekresi insulin dan
serat (±25g perhari). meningkatkan sensitifitas insulin.
3. Latihan fisik (olah raga)
Tujuan olah raga adalah untuk PENUTUP
meningkatkan kepekaan insulin, Hasil penelitian menunjukkan
mencegah kegemukan, memperbaiki bahwa kadar gula darah responden yang
aliran darah, merangsang pembentukan minum air rebusan buah pare terjadi
glikogen baru dan mencegah komplikasi penurunan. Hasil perhitungan yang
lebih lanjut. diperoleh dari pengolahan data, dari 10
4. Pengobatan (farmakologis) responden menunjukkan bahwa hasil uji
Jika penderita diabetes Wilcoxon dapat dilihat nilai ρ diperoleh
(diabetesi) telah menerapkan pengaturan adalah 0,028.
makanan dan kegiatan jasmani yang
teratur namun pengendalian kadar gula DAFTAR PUSTAKA
darah belum tercapai maka
dipertimbangkan pemberian obat Andrianto, T.T, (2011): Ampuhnya Terapi
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) Herbal Berantas Berbagai Penyakit
dan insulin. Berat. Yogyakarta, Najah
Arisman, (2013): Obesitas, Diabetes
Berkaitan dengan penggunaan Mellitus & Dislipidemia: Konsep,
obat-obatan, sebagian penderita DM beralih Teori, dan Penanganan Aplikatif.
menggunakan cara Salah satu tanaman Jakarta, EGC
herbal yang dapat digunakan untuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
menurunkan kadar glukosa darah adalah & Penanaman Modal Kota
pare. Pare (momordica charantia L) Tanjungpinang, Badan Pusat Statistik
mengandung flavonoid, glikosida Kota Tanjungpinang, (2011):
cucurbitacin, charantin dan momordin Tanjungpinang Dalam Angka 2011.
(Sari, 2012: 100). Flavonoid, berfungsi Tanjungpinang
meningkatkan metabolisme dan imunitas Dahlan, M.S, (2009): Statistik untuk
tubuh, membantu mengobati komplikasi Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta,
diabetes, menurunkan kadar gula darah dan Salemba Medika
kadar lipid dalam darah. Glikosida

556
Dharma, K.K, (2011): Metodologi Moore, M.C, (2012): Buku Pedoman Terapi
Penelitian Keperawatan: Pedoman Diet dan Nutrisi. Jakarta, Hipokrates
Melaksanakan dan Menerapkan Notoatmodjo, S, (2012): Metodologi
Hasil Penelitian. Jakarta, Trans Info Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Media Rineka Cipta
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Ode, S.L, (2012): Konsep Dasar
Profil 2012 Keperawatan. Yogyakarta, Nuha
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, Medika
Profil 2012 Priyatno, D, (2011): Buku Saku Analisis
Gibney, M.J, dkk, (2009): Gizi Kesehatan Statistik Data dengan SPSS. Jakarta,
Masyarakat. Jakarta, EGC MediaKom
Hananta, I.P.Y, (2011): Deteksi Dini dan Rizki, F, (2013): The Miracle of Vegetable.
Pencegahan Diabetes Melitus. Jakarta, AgroMedia Pustaka
Yogyakarta, MedPress Sari, R.N, (2012): Diabetes Mellitus:
Hasdianah, (2012): Mengenal Diabetes Dilengkapi dengan Senam DM.
Mellitus pada Orang Tua dan Anak- Yogyakarta, Nuha Medika
Anak dengan Solusi Herbal. Sunarjono, H, (2013): Bertanam 36 Jenis
Yogyakarta, Nuha Medika Sayur. Jakarta, Penebar Swadaya
Khomsan, A, (2009): Rahasia Sehat dengan Sunaryati, S.S, (2011): 14 Penyakit Paling
Makanan Berkhasiat. Jakarta, Sering Menyerang dan Sangat
Kompas Mematikan. Yogyakarta, FlashBooks
Kurniali, P.C, (2013): Hidup Bersama
Diabetes: Mengaktifkan Kekuatan
1
Kecerdasan Ragawi untuk . H. Harpen Suryadi : Mahasiswa STIKes
Mengontrol Diabetes dan Hang Tuah Tanjungpinang Prodi S1
Komplikasinya. Jakarta, Gramedia Keperawatan.

2
Londong, D, (2011): Dasar Penentuan . Lidia Wati, S.Kep., Ns : Ketua Prodi S1
Jumlah Sampel. Keperawatan STIKes Hang Tuah
http://dedylondong.blogspot.com. Tanjungpinang.
Diakses: 7 November 2013
3
Mansjoer, A, dkk, (1999): Kapita Selekta . Safra Ria Kurniati, S.Kep.Ns : Dosen
Kedokteran. Jakarta, Media STIKes Hang Tuah Tanjungpinang.
Aesculapius

557
PENGARUH AIR REBUSAN DAUN SELEDRI TERHADAP TEKANAN
DARAH TINGGI PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPUNG BUGIS

Meily Nirna Sari1, Joni2, Mira Anggun3, M.Hafiz4

ABSTRAK
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dengan tensi (tekanan darah) melebihi batas normal.
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experiment dengan rancangan yang digunakan adalah rancangan One
Group Pretest – Postest Design tanpa adanya kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan observasi pertama (pretest)
yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan – perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen
(postest), populasi seluruh penderita hipertensi yang mengalami hipertensi sesuai dengan kriteria dari WHO di
wilayah Kampung Bugis yang berjumlah 188 penderita, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 72
responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan spignomanometer air raksa dan
stetoskop. Kemudian data dianalisis menggunakan uji t-test. Uji analisis menunjukkan bahwa nilai p value 0,000
< (α=0,05) , sehingga ada pengaruh Air Rebusan Daun Seledri Terhadap Tekanan Darah Tinggi Pada Masyarakat
di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis. Pemberian rekomendasi rebusan seledri juga dapat digunakan
sebagai terapi pendamping atau terapi pelengkap pada pengobatan farmakologis hipertensi.

Kata Kunci : Air rebusan daun seledri, tekanan darah tinggi.

PENDAHULUAN Hasil Riset Kesehatan Dasar


Hipertensi atau tekanan darah tinggi
(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
adalah suatu keadaan dengan tensi (tekanan
prevalensi hipertensi pada penduduk
darah) melebihi batas normal. Hipertensi
berusia 18 tahun ke atas di Indonesia
merupakan salah satu penyakit yang
sebesar 25,8%. Indonesia memiliki angka
mengakibatkan angka kesakitan yang
yang cukup tinggi, yaitu 15%. Data dari 320
tinggi. Hipertensi diderita sekitar 25% dari
juta penduduk Indonesia terkena hipertensi
populasi di Amerika Serikat. Prevalensi
(Prasetyaningrum, 2013). Dinas Kesehatan
hipertensi meningkat seiring dengan
Kota Tanjungpinang yang berbasis
pertambahan usia (McCowman, 2007).
puskesmas sekota Tanjungpinang pada
Data dari WHO menunjukkan penderita
tahun 2013. Tahun 2013 hipertensi masih
hipertensi di beberapa negara yaitu
menduduki peringkat pertama untuk
Hongkong 7,5% , Singapura 14, Korea
penyakit tidak menular yang banyak
10,55%, Filipina 14,4%, Kanada 14,9%,
diderita oleh penduduk Tanjungpinang
USA 15% (kulit putih) serta 27% (kulit
dengan jumlah mencapai 1659 orang. Data
hitam). Beberapa penyakit degeneratif juga
bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota
mengalami peningkatan seperti jantung dan
Tanjungpinang tahun 2013 (Januari s/d Mei
hipertensi (Bappenas, 2007) dalam
2013) memperlihatkan Puskesmas
Noviensyah (2013).
Kampung Bugis menduduki peringkat

558
pertama dengan jumlah kejadian 677 yaitu memperbanyak air seni sehingga
kejadian dari tujuh puskesmas di volume darah berkurang (Soeryoko, 2010).
Tanjungpinang. Dari 677 kejadian Alasan peneliti mengapa mengambil
hipertensi yang terjadi di Puskesmas penderita wanita Hipertensi adalah karena
Kampung Bugis 339 kasus terjadi pada dari Data Dinas Kesehatan Tanjungpinang
Perempuan, dan 278 kasus terjadi pada laki- tahun 2013 terdapat data penderita
laki. hipertensi di wilayah Kampung Bugis
Menurut Susilo dan Wulandari (2011) sebanyak 667, kasus yang terjadi pada
Penyakit tekanan darah tinggi merupakan wanita sebanyak 339 kasus sedangkan pada
penyakit yang cukup ditakuti masyarakat. kasus yang terjadi pada laki-laki sebanyak
Penyakit yang bisa timbul akibat tekanan 278 kasus. Sehingga peneliti tertarik
darah tinggi antara lain:stroke, infark melakukan penelitian pada penderita wanita
miokardium, gagal jantung, ensefalopati. pada umur 45-90 tahun.
Tekanan darah tinggi dapat diobati dengan BAHAN DAN METODE
terapi farmakologis beberapa jenis obat Penelitian ini menggunakan desain
antihipertensi yang beredar di pasaran Quasi Experiment dengan rancangan yang
dengan mekanisme yang berlainan dalam digunakan adalah rancangan One Group
menurunkan tekanan darah sedangkan Pretest – Postest Design tanpa adanya
terapi non farmakologis, yaitu terapi herbal kelompok kontrol tetapi sudah dilakukan
Seledri (Apium Graveolens L), Timun, observasi pertama (pretest) yang
Mahkota Dewa, Belimbing dan lain memungkinkan peneliti dapat menguji
sebagainya. perubahan – perubahan yang terjadi setelah
Seledri (Apium Graveolens L) adanya eksperimen (postest). Instrumen
merupakan jenis terapi herbal untuk penelitian ini menggunakan cheklist. .
mengatasi hipertensi. Beberapa kandungan Pengamat tinggal memberikan tanda check
seledri yang berperan penting menurunkan ( ) pada daftar tersebut yang menunjukan
tekanan darah, antara lain magnesium dan adanya gejala/ciri dari sasaran pengamatan.
pthalides, apigenin kalium dan asparagin. (Notoatmodjo 2002, h. 99). Sedangkan
Magnesium dan pthalides berperan untuk mendapatkan hasil tekanan darah
melenturkan pembuluh darah. Apigenin peneliti menggunakan spignomanometer air
berfungsi untuk mencegah penyempitan raksa dan stetoskop untuk mengukurnya.
pembuluh darah dan tekanan darah tinggi. Seledri sebanyak 16 tangkai di rebus
Kalium dan asparagin bersifat diuretik, dengan 400 ml air hingga menjadi 300 ml
air. Air rebusan seledri tersebut diminum

559
untuk satu hari yaitu 150 ml untuk pagi dan
150 ml untuk sore.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis
Kelamin Frekuensi Persen

1 Perempuan 35 53.8

2 Laki-laki 30 46.2

Total 65 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 53,8% dan sebagian kecil berjenis
distribusi penderita hipertensi sebagian kelamin laki-laki yaitu sebanyak 46,2%.
besar berjenis kelamin perempuan yaitu

No. Umur Frekuensi Persen


35-43
1. 16 24.6
tahun
44-52
2. 32 49.2
tahun
53-62
3. 17 26.2
tahun
Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Umur
dan sebagian kecil berusia 35-43 tahun
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari
yaitu sebanyak 24,6%.
total 65 penderita hipertensi sebagian besar
berusia 44-52 tahun yaitu sebanyak 49,2%
Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Berat Badan
Berat
No. Frekuensi Persen Mean
Badan
45-
1. 46 70.8 55.85
58 Kg
59-
2. 17 26.2
72 Kg

560
73-
3. 2 3.1
86 Kg

Tabel diatas menunjukkan bahwa memiliki berat badan antara 45-58 Kg dan

dari total 65 penderita hipertensi sebagian kecil 3,1% memiliki berat badan

mempunyai berat badan rata-rata 55,85 Kg, antara 73-86 Kg.

sebagian besar penderita hipertensi 70,8%

Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Tinggi Badan


N Mean Median STD Min Max
Tinggi
65 162.62 165.00 7.432 150 178
Badan

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari tinggi badan terendah 150 cm dan tertinggi
total 65 penderita hipertensi mempunyai 178 cm.
tinggi badan rata-rata 162,62 cm dengan
Karakteristik Penderita Hipertensi Berdasarkan Tekanan Darah Sebelum
Diberikan Rebusan Seledri
Tekanan
N Mean Median Sd Min Max
Darah
Sistol 65 181.92 180.00 18.471 140 220
Diastol 65 99.62 100.00 11.295 80 130

561
S 6 1 1 1 1 1
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari istol 5 40.46 40.00 3.542 20 70
total 65 penderita hipertensi mempunyai D 6 8 8 7 7 9
tekanan darah sistol rata-rata 181,92 mmHg iastol 5 3.00 0.00 .896 0 5
dengan tekanan darah sistol terendah 140
mmHg dan tertinggi 220 mmHg. Tabel diatas menunjukkan bahwa dari

Sedangkan untuk tekanan darah diastol total 65 penderita hipertensi mempunyai

mempunyai rata-rata 99,62 mmHg dengan tekanan darah sistol rata-rata 140,46 mmHg

tekanan darah diastol terendah 80 mmHg dengan tekanan darah sistol terendah 120

dan tertinggi 130 mmHg. mmHg dan tertinggi 170 mmHg.


Sedangkan untuk tekanan darah diastol
Karakteristik Penderita Hipertensi mempunyai rata-rata 83 mmHg dengan
Berdasarkan Tekanan Darah Setelah tekanan darah diastol terendah 70 mmHg
Diberikan Rebusan Seledri dan tertinggi 95 mmHg.
T
M M S M M
ekanan N
ean edian d in ax
Darah
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Rebusan Seledri Di Kelurahan Kampung Bugis
Variab P.Valu
N Mean STD SE t
el e
Sistol 6 41.46 17.29 2.14 19.33
0.000
pre-post 5 2 2 5 1

penurunan tekanan darah sistol pada


Pada tabel diatas dijelaskan rata-rata
penderita hipertensi sebelum dan sesudah
penurunan tekanan darah sistol pada
diberikan rebusan seledri dengan p.value
penderita hipertensi sebesar 41,462 mmHg
0,000 <>
dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna rata-rata

562
Analisis Perbedaan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Sebelum Dan Sesudah
Diberikan Rebusan Seledri Berdasarkan Tekanan Darah Diastol
Variab P.Valu
N Mean STD SE t
el e
Diastol 6 16.61 11.69 1.45 11.45
0.000
pre-post 5 5 6 1 3

yang menderita hipertensi. Bila


Pada tabel diatas menunjukan rata-rata
ditinjau perbandingan antara
penurunan tekanan darah diastol pada
perempuan dan pria, ternyata
penderita hipertensi sebesar 16,615 mmHg
perempuan lebih banyak menderita
dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang
hipertensi. Dari Survey Kesehatan
bermakna rata-rata penurunan tekanan
Rumah Tangga / SKRT (2004), pada
darah diastol pada penderita hipertensi
orang yang berusia 25 tahun ke atas
sebelum dan sesudah diberikan rebusan
menunjukkkan bahwa 27% laki-laki
seledri dengan p.value 0,000
dan 29% wanita menderita hipertensi
(Akhmad 2010). Menurut
PEMBAHASAN
Armilawaty (2007) penyakit
1. Karakteristik Penderita Hipertensi
hipertensi cenderung lebih tinggi
Berdasarkan Data Demografi
pada jenis kelamin perempuan
a. Jenis Kelamin
dibandingkan dengan laki-laki. Hal
Berdasarkan hasil penelitian
ini dikarenakan pada perempuan
diketahui bahwa sebagian besar
meningkat seiring dengan
penderita hipertensi 53,8% berjenis
bertambahnya usia yang mana pada
kelamin perempuan dan sebagian
perempuan masa premenopause
kecil 46,2% berjenis kelamin laki-
cenderung memiliki tekanan darah
laki.
lebih tinggi daripada laki-laki,
Jenis kelamin ternyata
penyebabnya sebelum menopause
mempengaruhi tekanan darah
wanita relatife terlindungi dari
seseorang, pada data yang didapat
penyakit kardiovaskuler oleh
perempuan lebih banyak menderita
hormon estrogen.
hipertensi yaitu 53,8%, sedangkan
b. Umur
pada laki-laki data didapat 46,2%

563
Berdasarkan hasil penelitian 70,8% memiliki berat badan antara
diketahui bahwa sebagian besar 45-58 Kg dan sebagian kecil 3,1%
penderita hipertensi 49,2% berumur memiliki berat badan antara 73-86
antara 44 – 52 tahun dan sebagian Kg. Indeks Massa Tubuh dari rata-
kecil 24,6% berumur antara 53-62 rata berat badan (kg) dibagi rata-rata
tahun. kuadrat tinggi badan (m) yaitu 21,28
Bertambahnya umur dapat Kg/m2.
meningkatkan kejadian hipertensi. Menurut Artika (2009) orang
Pada data didapat sebagian besar yang memiliki berat badan di atas 30
penderita hipertensi berumur antara persen berat badan ideal, memiliki
44-52 tahun yaitu sebanyak 49,2%. kemungkinan lebih besar menderita
Dengan bertambahnya umur, risiko tekanan darah tinggi. Menurut Yessi
terkena hipertensi menjadi lebih (2009) kegemukan dimana berat
besar. Pada umumnya tekanan darah badan mencapai indeks massa tubuh
akan meningkat dengan > 27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat
bertambahnya umur terutama setelah tinggi badan (m) merupakan salah
40 tahun. Prevalensi hipertensi di satu faktor risiko terhadap timbulnya
Indonesia pada golongan umur di hipertensi. Kelebihan berat badan
bawah umur 40 tahun masih berada akan memaksa jantung bekerja lebih
di bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun keras. Curah jantung dan sirkulasi
angka tersebut terus meningkat volume darah penderita hipertensi
mencapai 20-30%. (Soendoro 2007). yang obesitas lebih tinggi dari
Menurut Elisa, Nunung & Uken penderita hipertensi yang tidak
(2009, h. 3) semakin bertambahnya obesitas.
usia tekanan darah cenderung Menurut Elisa, Nunung & Uken
meningkat, hal ini disebabkan karena (2009, h. 3) kelebihan berat badan
hilangnya elastisitas jaringan dan (overweight) terkait dengan level
arterisklerosis pada orang tua serta insulin yang tinggi yang
pelebaran pembuluh darah. mengakibatkan tekanan darah
c. Berat Badan meningkat. Berat badan yang
Berdasarkan hasil dari penelitian berlebih atau obesitas yang
diketahui bahwa rata-rata berat berpengaruh terhadap terjadinya
badan penderita hipertensi 55,85 kg, hipertensi. Berat badan yang
sebagian besar penderita hipertensi berlebihan akan membuat seseorang

564
susah bergerak dengan bebas. Hasil Uji t dependent (paired t
Jantung harus bekerja lebih keras test) menunjukan ada perbedaa
untuk memompa darah agar dapat rata-rata pre dan post pada tekanan
menggerakan beban berlebihan dari sistolik sebesar 41,462 mmHg, t
tubuh tersebut, sehinga orang yang hitung (19,331) > t table (2,000)
mengalami obesitas lebih mudah dan pv (0,000) < α (0,05). Dan
untuk menderita penyakit hipertensi terdapat perbedaan rata-rata pre
(Sustrani, Alam & Hadibroto 2005, dan post pada tekanan diastolik
hh30 - 31). sebesar 16,615 mmHg, t hitung
2. Pengaruh Pemberian Rebusan (11,453) > t able (2,000) dan pv
Seledri Terhadap Penurunan (0,000) < α (0,05).
Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Seledri atau celery ( Apium
Tekanan darah pada penderita graveolens ) merupakan salah satu
hipertensi sebelum diberikan dari jenis terapi herbal untuk
rebusan seledri memiliki rata-rata menangani penyakit hipertensi.
tekanan darah sistolik sebesar Unsur-unsur yang terdapat dalam
181,92 mmHg yang menurut Joint seledri yang dapat menurunkan
National Comite (JNC) termasuk tekanan darah adalah flavanoid,
dalam kategori hipertensi derajat 3 apigenin, vitamin C, fitosterol dan
atau hipertensi berat dan untuk vitamin K yang dapat berperan
diastoliknya adalah 99,62 mmHg dalam metabolisme gula
termasuk dalam kategori (mengatur kadar gula darah),
hipertensi derajat satu atau metabolisme lemak, efek diuretik
hipertensi ringan. Sedangkan dan mempertahankan elastisitas
tekanan darah pada penderita pembuluh darah. Dengan
hipertensi setelah diberikan demikian rebusan seledri memiliki
rebusan seledri memiliki rata-rata peranan mekanisme penurunan
tekanan darah sistolik sebesar takanan darah.
140,46 mmHg termasuk dalam Rebusan seledri dalam
kategori hipertensi derajat 1 atau menurunkan tekanan darah
hipertensi ringan dan untuk mempunyai 4 mekanisme kerja
diastoliknya adalah 83 mmHg yaitu dengan cara membantu
termasuk dalam kategori normal. metabolisme gula, metabolisme
lemak, efek diuretik dan

565
mempertahankan elastisitas Flavonoid berperan sebagai zat
pembuluh darah. Dalam hal ini yang dapat membantu
vitamin C, fisterol dan berperan metabolisme lemak. Flavonoid
sebagai zat yang dapat membantu dapat bertindak sebagai quencer
proses metabolisme gula. Vitamin atau penstabil oksigen singlet.
C berperan penting melalui proses Salah satu flavonoid yang
metabolisme kolesterol, karena berkhasiat seperti itu adalah
dalam proses metabolisme quercetin. Senyawa ini
kolesterol vitamin C dapat beraktivitas sebagai antioksidan
meningkat laju kolesterol yang dengan melepaskan atau
dibuang dalam bentuk asam menyumbangkan ion hidrogen
empedu dan mengatur kepada radikal bebas peroksi agar
metabolisme kolestreol. Vitamin C menjadi lebih stabil. Aktivitas
juga dapat meningkatkan kadar tersebut menghalangi reaksi
HDL dan berfungsi sebagai oksidasi kolesterol jahat (LDL)
pencahar sehingga dapat yang menyebabkan darah
meningkatkan pembuangan mengental, sehingga mencegah
kotoran (Kusuma 2010). Fitosterol pengendapan lemak pada dinding
adalah sterol yang terdapat dalam pembuluh darah (Jupiter 2008).
tanaman dan mempunyai struktur Vitamin K berpotensi mencegah
mirip kolesterol. Secara alami penyakit serius seperti penyakit
fitosterol dapat ditemukan di jantung dan stroke karena efeknya
dalam sayuran, kacang-kacangan, mengurangi pengerasan pembuluh
gandum. Fitosterol dapat darah oleh faktor-faktor seperti
membantu menurunkan kadar timbunan plak kalsium (Astawan
kolesterol dengan cara 2010).
menghambat penyerapan Apiin berperan sebagai zat yang
kolesterol di usus sehingga dapat membantu proses diuretik.
membantu menurunkan jumlah Cara kerjanya yaitu membantu
kolesterol yang memasuki aliran ginjal mengeluarkan kelebihan
darah. Sehingga fitosterol dapat cairan dan garam dari dalam tubuh,
membantu untuk menurunkan sehingga berkurangnya cairan
tekanan darah dikutip dari dalam darah akan menurunkan
(Grandfa 2007). tekanan darah (Masteryen 2009).

566
Vitamin K dan apigenin dibagi kuadrat tinggi badan (m)
berperan sebagai zat yang dapat merupakan salah satu faktor risiko
membantu peningkatan elastisitas terhadap timbulnya hipertensi.
pembuluh darah. Vitamin K Kelebihan berat badan akan
berpotensi mencegah penyakit memaksa jantung bekerja lebih
serius seperti penyakit jantung dan keras. Curah jantung dan sirkulasi
stroke karena efeknya mengurangi volume darah penderita hipertensi
pengerasan pembuluh darah oleh yang obesitas lebih tinggi dari
faktor-faktor seperti timbunan plak penderita hipertensi yang tidak
kalsium (Astawan 2010). obesitas.
Sedangkan apigenin yang terdapat Jenis kelamin sangat
di seledri sangat bermanfaat untuk mempengaruhi tekanan darah
mencegah penyempitan pembuluh seseorang, pada data yang didapat
darah dan tekanan darah tinggi perempuan lebih banyak
(Seledri Penyedap yang menderita hipertensi yaitu 53,8%,
Berkhasiat 2010). sedangkan pada laki-laki data
Faktor risiko hipertensi dibagi didapat 46,2% yang menderita
menjadi dua yaitu dapat dikontrol hipertensi. Bila ditinjau
dan tidak dapat dikontrol. Faktor perbandingan antara perempuan
risiko yang dapat dikontrol yaitu dan pria, ternyata perempuan lebih
obesitas, kurang olahraga, banyak menderita hipertensi. Dari
merokok, menderita diabetes Survey Kesehatan Rumah Tangga
mellitus, menkonsumsi garam / SKRT (2004), pada orang yang
berlebih, minum alkohol, diet, berusia 25 tahun ke atas
minum kopi, pil KB dan stress. menunjukkkan bahwa 27% laki-
Sedangkan faktor risiko yang tidak laki dan 29% wanita menderita
dapat dikontrol yaitu Umur, jenis hipertensi (Akhmad 2010). Hal ini
kelamin, dan genetik. dikarenakan pada perempuan
Obesitas merupakan salah meningkat seiring dengan
satu faktor risiko hipertensi yang bertambahnya usia yang mana
dapat dikontrol. Menurut Yessi pada perempuan masa
(2009) kegemukan dimana berat premenopause cenderung
badan mencapai indeks massa memiliki tekanan darah lebih
tubuh > 27 (berat badan (kg) tinggi daripada laki-laki

567
penyebabnya sebelum menopause, jantung, penyakit ginjal, kelenjar
wanita relatife terlindungi dari adrenal, dan sistem saraf simpatis,
penyakit kardiovaskuler oleh obesitas, tekanan psikologis, stres,
hormon estrogen (Armilawaty dan ketegangan bisa menyebabkan
2007). hipertensi (Marzuky 2009).
Bertambahnya umur dapat Penanganan hipertensi
meningkatkan kejadian hipertensi. menurut Lenny (2008), secara
Pada data didapat sebagian besar garis besar dibagi menjadi 2 jenis
penderita hipertensi berumur yaitu penanganan dengan obat-
antara 44-52 tahun yaitu sebanyak obatan (farmakologi) dan
49,2%. Dengan bertambahnya penanganan non obat (non
umur, risiko terkena hipertensi farmakologis). Penanganan secara
menjadi lebih besar. Pada farmakologis yaitu terdiri atas
umumnya tekanan darah akan pemberian obat yang bersifat
meningkat dengan bertambahnya diuretik, simpatetik, betabloker,
umur terutama setelah 40 tahun. dan vasodilator dengan
Prevalensi hipertensi di Indonesia memperhatikan tempat,
pada golongan umur di bawah mekanisme kerja dan tingkat
umur 40 tahun masih berada di kepatuhan. Penanganan non-
bawah 10%, tetapi di atas 50 tahun farmakologis yaitu meliputi
angka tersebut terus meningkat penurunan berat badan, olah raga
mencapai 20-30%. (Soendoro secara teratur, diet rendah lemak &
2007). Hal ini disebabkan karena garam, dan terapi komplementer
hilangnya elastisitas jaringan dan (Marlia 2009).
arterisklerosis pada orang tua serta Salah satu dari penanganan
pelebaran pembuluh darah (Elisa, non farmakologis dalam
Nunung & Uken 2009, h. 3). menyembuhkan penyakit
Penyebab penyakit hipertensi hipertensi yaitu terapi
secara umum diantaranya komplementer. Terapi
aterosklerosis (penebalan dinding komplementer bersifat terapi
arteri yang menyebabkan pengobatan alamiah diantaranya
hilangnya elastisitas pembuluh adalah dengan terapi herbal, terapi
darah), keturunan, bertambahnya nutrisi, relaksasi progresif,
jumlah darah yang dipompa ke meditasi, terapi tawa, akupuntur,

568
akupresur, aromaterapi, terapi responden untuk mengkonsumsi
bach flower remedy, dan rebusan seledri. Pendapat ini
refleksologi (Sustrani, Alam, sesuai dengan Mitchell (dalam
Hadibroto 2005, h. 74-105). Jenis Winardi 2002) yang
obat yang digunakan dalam terapi mengemukakan bahwa motivasi
herbal yaitu seledri atau celery ( mewakili proses psikologikal yang
Apium graveolens ), bawang putih menyebabkan timbulnya,
atau garlic (Allium Sativum), diarahkannya dan terjadinya
bawang merah atau onion (Allium persistensi kegiatan sukarela yang
cepa), tomat (Lyocopercison diarahkan ke tujuan tertentu.
lycopersicum), semangka Faktor perancu yang tidak dapat
(Citrullus vulgaris). (Sustrani, dikontrol oleh peneliti adalah pola
Alam, Hadibroto 2005, h. 74-105). makan dan psikis masing-masing
Pengaruh pemberian rebusan responden, karena keterbatasan
seledri dalam penelitian ini juga peneliti yang sulit untuk
didukung oleh beberapa faktor mengontrolnya satu per satu,
yang tidak diteliti tapi sehingga hasil penelitian kurang
dimungkinkan dapat baik apakah penurunan tekanan
mempengaruhi pengaruh rebusan darah disebabkan oleh pemberian
seledri dalam menurunkan tekanan rebusan seledri atau oleh faktor
darah, yaitu faktor internal dan lain.
eksternal. Faktor internal atau Pada penelitian ini, peneliti
faktor dari dalam diri individu memilih responden dan kemudian
dimungkinkan dapat memberikan diukur tekanan darahnya, setelah
pengaruh pemberian rebusan penderita hipertensi bersedia
seledri. Yang mencakup faktor menjadi responden maka diberikan
internal adalah keadaan fisik dan rebusan seledri sebanyak 2 kali
psikis individu (Puspa 2009). sehari selama satu minggu.
Faktor intenal terkait keadaan Peneliti juga minta bantuan 2
pskis adalah motivasi responden orang teman untuk membantu
untuk mengkonsumsi rebusan melakukan penelitian karena
seledri. Yang dimungkinkan keterbatasan peneliti dan waktu
motivasi yang tinggi dapat penelitian. Sebelum datang ke
meningkatkan keinginan responden peneliti memberikan

569
penjelasan tentang kriteria berusia 44-52 tahun dan sebagian kecil
responden yang dipilih dan cara 24,6% berusia 35-43 tahun.
memberikan terapi rebusan seledri Karakteristik berat badan sebagian
kepada 2 orang teman tersebut. besar penderita hipertensi 70,8%
Faktor eksternal atau faktor dari memiliki berat badan 45-58 Kg dan
luar individu juga dimungkinkan sebagian kecil 3,1% memiliki berat
dapat mempengaruhi pemberian badan 73-86 Kg. Karakteristik tinggi
rebusan seledri. Faktor eksternal badan penderita hipertensi rata – rata
tersebut adalah segala hal yang adalah 162,62 cm, nilai tengah 165 cm,
berada diluar individu misalnya standar deviasi 7,432, tinggi minimal
adalah kesibukan masing-masing 150 cm dan tinggi maximal 178 cm.
individu atau individu yang 2. Tekanan darah sistolik pada penderita
bekerja. Aktifitas diluar rumah hipertensi sebelum pemberian rebusan
dapat mengakibatkan kurangnya seledri rata-ratanya adalah 181,92
atau tidak sesuai jadwal mmHg, nilai tengah 180 mmHg, standar
mengkonsumsi rebusan seledri. deviasi 18,471, tekanan darah minimal
Faktor eksternal lainnya adalah 140 mmHg, tekanan darah maksimal
pengunaan rebusan seledri yang 220 mmHg. Tekanan darah diastolik
memiliki rasa pahit. Tidak semua pada penderita hipertensi sebelum
responden menyukai rasa pahit. pemberian rebusan seledri rata-ratanya
Untuk mengantisipasinya rebusan adalah 99,62 mmHg, nilai tengah 100
seledri tersebut diberikan pada saat mmHg, standar deviasi 11,295, tekanan
masih hangat. darah minimal 80 mmHg, tekanan darah
maksimal 130 mmHg.
KESIMPULAN 3. Tekanan darah sistolik pada penderita
Dari hasil penelitian yang telah hipertensi sesudah pemberian rebusan
dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal seledri rata-ratanya adalah 140,46
sebagai berikut : mmHg, nilai tengah 140 mmHg, standar
1. Karakteristik jenis kelamin sebagian deviasi 13.542, tekanan darah minimal
besar penderita hipertensi 53,8% 120 mmHg, tekanan darah maksimal
berjenis kelamin perempuan dan 170 mmHg. Tekanan darah diastolik
sebagian kecil 46,2% berjenis kelamin pada penderita hipertensi sesudah
laki-laki. Karakteristik umur sebagian pemberian rebusan seledri rata – ratanya
besar penderita hipertensi 49,2% adalah 83 mmHg, nilai tengah 80

570
mmHg, standar deviasi 7.896, tekanan Brownson, Ross C dkk. 1993. Chronic
darah minimal 70 mmHg, tekanan darah Disease Epidemiology And Control.
maksimal 95 mmHg. American Public Health
4. Ada perbedaan rata-rata pre dan post Association, Washington : ix + 337
pada tekanan sistolik sebesar 41,462 hlm
mmHg, t hitung (19,331) > t table
(2,000) dengan demikian Ho ditolak Brown, M.J and Haydock, S.
atau ada perbedaan yang bermakna “Pathoetiology, Epidemiology and
antara tekanan darah sistolik pre dan Diagnosis of Hypertension”.
post pemberian rebusan seledri dengan Drugs.59.2(2000):1-12.
pv (0,000) < α (0,05). Sedangkan
perbedaan rata-rata pre dan post pada Darmodjo, R.B. dan Hadi Martono, Ilmu
tekanan diastolik sebesar 16,615 Kesehatan Usia Lanjut Dalam Buku
mmHg, t hitung (11,453) > t table Ajar Geriatri, Fakultas Kedokteran
(2,000) dengan demikian Ho ditolak Universitas Indonesia, Jakarta,
atau ada perbedaan yang bermakna 2000.
antara tekanan darah sistolik pre dan
post pemberian rebusan seledri dengan Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis
pv (0,000) < α (0,05). Penemuan dan Tatalaksana
Penyakit Hipertensi. Depkes,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta : iii + 32 hlm.
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit
Tidak Menular : Solusi Pencegahan Depkes RI. 2007. Pedoman Surveilans
dari Aspek Perilaku dan Epidemiologi Penyakit Jantung dan
Lingkungan. Elex Media Pembuluh Darah. Depkes, Jakarta :
Komputindo, Jakarta : vii +168 hlm. ii + 52 hlm.

Ayu,2008. Faktor Risiko Terjadinya Hull, Alison. 1996. Penyakit Jantung,


Hipertensi. http://www.mailarchive. Hipertensi dan Nutrisi. Sinar
com/sukasukamu@yahoogroups.co Grafika Offset, Jakarta : v + 85 hlm.
m/msg00321.html. Akses 20 Maret
2008. Kalavathy, M.C., Thankappan, K.R., Sarma
P.S., Vasan, R.S. ”Prevalence,
Awareness, Treatment and Control

571
of Hypertension In An Elderly Moerdowo. 1984. Masalah
Community Based Sample In Hipertensi / Tekanan Darah Tinggi.
Kerala, India.” National Medicine Bhratara Karya
Journal of India. 13.1 (2000) : 9-15. Aksara, Jakarta : iii + 162 hlm.

Kaplan & Stamler. 1983. Prevention of Mackenna, B.R. dan Callender, R. 1990.
Coronary Heart Disease : Practical Illustrated Physiology Fifth Edition.
Management of The Risk Factors. Edinburg : Churchill Livingstone.
WB Saunders Company, USA : iii +
219 hlm. MacMahon, S. “Blood Pressure, Stroke and
Coronary Heart Disease. Part 1.
Kannel, WB. 1990. Hypertension and The Prolonged Different in Blood
Risk of Cardiovascular Disease, Pressure : Prospective
dalam : Laragh dan Brenner Observational Studies Corrected for
(eds).1990. Hypertension- Regression Dilution Bias”. Lancet.
pathophysiology, diagnosis, and 335 (1990) : 765-774
management, Vol.1. Raven Press,
New York : 101-6. Murti, Bhisma. 2003. Prinsip dan Metode
Riset Epidemiologi. Gajah Mada
Kanarek, Robin B & Robin Marks- University Press, Yogyakarta : v +
Kaufman. 1991. Nutrition and 317 hlm.
Behavior : New Perspectives. Van
Nostrand Reinhold, New York : ix + Ridwan,2008. Hipertensi Dan Faktor
301 hlm. Risikonya Dalam Kajian
Epidemiologi.
Kimberly A.J. ,2011Facts and Statistics On http://ridwanamiruddin.wordpress.c
High Blood Pressure. om/2007/12/08/hipertensi-dan-
http://www.cdc.gov/ faktorrisikonya- dalam-kajian-
bloodpressure/facts.htm. epidemiologi/.

Law, M. “Salt, Blood Pressure and Sidabutar RP dan Wiguno. 1990. Hipertensi
Cardiovascular Risk”. Journal of Esensial Dalam Ilmu Penyakit
Cardiovascular Risk. 7.1(2000):5-8. Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.

572
Tahun 2002. Skripsi. FKM UI
Soeryoko,2010. Hipertensi : Faktor Risiko Depok : x + 78 hlm.
dan Penatalaksanaannya.
http://www.pjnhk.go.id/content/vie Purwanti, Sri. 2005. Hubungan Antara
w/788/31/. Indeks Massa Tubuh dan Pola
Hidup Dengan Hipertensi Di
Susalit, E. 1991. Hipertensi. Kelurahan Abadi Jaya Depok
Pendidikan Dokter Uji Diri IDI. Tahun 2001 (Analisis Data
Sekunder Faktor Risiko PTM).
Soeharto, Iman. 2000. Pencegahan dan Skripsi. FKM UI, Depok : vii + 43
Penyembuhan Penyakit Jantung hlm.
Koroner : Panduan Bagi
Masyarakat Umum. PT. Gramedia Wahyuni, Inge. 2000. Faktor-faktor Yang
Pustaka Utama, Jakarta : ix + 283 Berhubungan Dengan Kejadian
hlm. Hipertensi Pada Kelompok Lansia
Di Kecamatan Ciwidey
Setiawan, Zamhir. 2006. Karakteristik Kab.Bandung Tahun 1997 (Analisis
Sosiodemografi Sebagai Faktor Data Sekunder). Skripsi. FKM UI,
Risiko Hipertensi Studi Ekologi Di Depok : viii + 83 hlm.
Pulau Jawa Tahun 2004. Tesis.
FKM UI, Depok Timmreck, Thomas C. 2001. Epidemiologi
Suatu Pengantar Edisi 2. Penerbit
Siburian, Imelda. 2004. Gambaran Buku Kedokteran EGC, Jakarta : v
Kejadian Hipertensi dan Faktor- + 480 hlm.
faktor Yang Berhubungan Tahun
2001 (Analisis Data Sekunder SKRT Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel
2001). Skripsi. FKM UI Depok : Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah
i+71 hlm. Mada University Press, Yogyakarta
: ix + 259 hlm.
Sanusi, Annisa. 2003. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Nurparida, Lia. 2004. Hubungan Antara
Hipertensi Pada Pasien Lansia Pola Makan, Gaya Hidup dan
Rawat Jalan Di Poliklinik Geriatri Status Gizi Dengan Hipertensi Pada
RSUPN Cipto Mangunkusumo Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik

573
Penyakit Dalam RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta Tahun
2004. Skripsi. FKM UI, Depok : vii
+ 75 hlm.

574
PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT DAN KOMPRES HANGAT
JAHE TERHADAP NYERI ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA DI
POSYANDU BATU 10 TANJUNGPINANG TAHUN 2014

Deasy Dondaria Lumbagaol1, Raden Doni2, Saidah Maisyarah3, Suraidah4

ABSTRAK
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi
berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Semakin bertambahnya umur manusia, maka
akan terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan- perubahan, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan sexual. Namun yang paling sering terjadi dan yang
paling menonjol pada diri lansia adalah pada perubahan fisiknya. sebagian besar dari lansia mengalami gangguan
sistem muskuloskeletal, yang menyebabkan nyeri sendi, seperti atritis rheumatoid. Artritis reumatoid adalah
penyakit inflamasi kronis dan sistemik yang simetris, yang terutama menyerang sendi perifer dan otot, tendon,
ligamen, dan pembuluh darah di sekitarnya. Dilakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Kompres Air
Hangat Dan Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri Atritis Rheumatoid Pada Lansia Di Posyandu Batu 10
Tanjungpinang Tahun 2014. Desain Penelitian menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (quasi
experiment). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami nyeri Artritis Reumatoid di
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang dengan jumlah 220 orang dan sampel 22 orang. Analisis yang digunakan adalah
uji paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan ρ value 0,000 (ρ < nilai α) sehingga (Ha Diterima) yang artinya
ada pengaruh kompres air hangat dan kompres hangat jahe terhadap penurunan nyeri Artritis Reumatoid pada
lansia di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang tahun 2015.

Kata Kunci :

PENDAHULUAN 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2


Menua atau menjadi tua adalah milyar (Nugroho, 2012).
suatu keadaan yang terjadi di dalam Di Indonesia, pada tahun 2015
kehidupan manusia. Menjadi tua jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5
merupakan proses alamiah, yang berarti juta orang (Pujiastuti, 2003, dalam Izza,
seseorang telah melalui tiga tahap 2013). Indonesia termasuk negara yang
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua memasuki era penduduk berstruktur lanjut
(Nugroho, 2012). usia (aging structured population) karena
Di dunia, pada tahun 2015 mempunyai jumlah penduduk dengan usia
diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut 60 tahun ke atas sekitar 7,18% (Efendi,
ada 500 juta dengan rata-rata usia 60 tahun 2013). Peningkatan jumlah penduduk lansia
(Nugroho, 2012). Pada tahun 2020 ini antara lain disebabkan karena tingkat
diprediksi jumlah lansia sebesar 11,34% sosial ekonomi masyarakat yang
dengan usia harapan hidup 71,1 tahun meningkat, kemajuan di bidang pelayanan
(Sudoyo, dkk, 2009). Sedangkan pada tahun

575
kesehatan, dan tingkat pengetahuan muncul rasa tidak nyaman untuk disentuh,
masyarakat yang meningkat (Efendi, 2013). muncul pembengkakan, peradangan,
Semakin bertambahnya umur kekakuan, dan pembatasan gerakan.
manusia, maka akan terjadi proses penuaan Penyakit-penyakit gangguan sistem
secara degeneratif yang akan berdampak muskuloskeletal yang menyebabkan nyeri
pada perubahan - perubahan, tidak hanya sendi antara lain: Osteoatritis, Arthritis
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, Gout, Arthritis Rheumatoid, Arthritis
perasaan, sosial, dan sexual. Namun yang Infeksi (Anies, 2006, dalam Izza, 2013).
paling sering terjadi dan yang paling Artritis adalah peradangan dari
menonjol pada diri lansia adalah pada suatu sendi (Sibuea, 2009). Penderita secara
perubahan fisiknya. Lansia akan mengalami berangsur-angsur merasakan nyeri dan
perubahan pada sistem tubuh, seperti sistem kekakuan pada tangan dan jari-jari, sendi-
pengindraan, sistem saraf, sistem sendi bengkak tetapi tidak merah. Secara
perkemihan, sistem reproduksi, sistem berangsur-angsur tulang rawan dari sendi-
pencernaan, sistem respirasi, sistem sendi hancur dan mengakibatkan
kardiovaskuler, dan yang paling sering deformitas. Pada sendi-sendi lain juga akan
adalah perubahan pada sistem terkena, terutama sendi-sendi besar seperti
muskuloskeletal (Izza, 2013). sendi lutut (Sibuea ddk, 2009).
Pada lansia sistem Artritis Reumatoid merupakan
muskuloskeletal akan mengalami beberapa penyakit reumatik yang paling sering
perubahan seperti perubahan pada jaringan terjadi, tetapi perubahan fisiologis,
penghubung (kolagen dan elastin), pengaruh pada individu, dan
berkurangnya kemampuan kartilago untuk penatalaksanaan penyakitnya kurang
beregenerasi, kepadatan tulang berkurang, dikenal baik oleh praktisi selain tim
perubahan struktur otot, dan terjadi reumatologi (Kneale, 2011).
penurunan elastisitas sendi (Anies, 2006, Jumlah penderita Artritis
dalam Izza, 2013). Hal ini yang Reumatoid di dunia saat ini telah mencapai
menyebabkan sebagian besar dari lansia angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6
mengalami gangguan sistem penduduk bumi menderita penyakit Artritis
muskuloskeletal, yang menyebabkan nyeri Reumatoid (WHO 2010). Di Indonesia
sendi. Nyeri sendi adalah tanda atau gejala prevalensi kasus Artritis Reumatoid pada
yang mengganggu bagian persendian, nyeri tahun 2014 berkisar 0,1% sampai 0,3%
sendi akan mengganggu kinerja bagian sementara di Amerika mencapai 3%
tubuh. Pada nyeri sendi biasanya akan (Nainggolan, 2009, dalam susanti, 2014).

576
Perbandingan pasien wanita tiga kali lebih relaksasi, dan kompres (Potter dan Perry,
banyak dari pria. Diperkirakan angka ini 2006, dalam Izza, 2013).
terus meningkat hingga tahun 2025 dengan Pemberian kompres air hangat
indikasi lebih dari 25% akan mengalami adalah intervensi keperawatan yang sudah
kelumpuhan (Zen, 2010, dalam Susanti, lama di aplikasikan oleh perawat. Kompres
2013). air hangat dianjurkan untuk menurunkan
Data yang diperoleh di Dinkes nyeri karena dapat meredakan nyeri,
Provinsi kepulauan Riau Tahun 2013, meningkatkan relaksasi otot, meningkatkan
angka kejadian penyakit Artritis Reumatoid sirkulasi, meningkatkan relaksasi
di Kepri sebanyak 4.941 jiwa. Berdasarkan psikologis, dan memberi rasa nyaman,
data yang diperoleh di Dinkes Kota bekerja sebagai counteriritan (Koizier &
Tanjungpinang, lansia yang mengalami Erb, 2009, dalam Izza, 2013), dan kompres
Artritis Reumatoid sebanyak 305 jiwa. jahe merupakan tindakan yang sering kali
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, digunakan sebagai obat nyeri persendian
angka kejadian tertinggi di Tanjungpinang karena kandungan gingerol dan rasa hangat
adalah di Puskesmas Batu 10 sebanyak 220 yang ditimbulkannya membuat pembuluh
lansia yang mengalami penyakit Artritis darah terbuka dan memperlancar sirkulasi
Reumatoid pada tahun 2013. darah, sehingga suplai makanan dan
Terapi farmakologi yaitu tindakan oksigen lebih baik dan nyeri sendi
pemberian obat sebagai penurun nyeri. berkurang (Utami & Puspaningtyas, 2013,
Biasanya dengan pemberian obat-obat dalam Izza 2013).
analgesik seperti Pemberian obat anti Berdasarkan latar belakang dan
inflamasi nonsteroid (OAINS), contoh: hasil penelitian yang terkait diatas, bahwa
aspirin dan ibuprofen. Penggunaan obat- di Tanjungpinang memiliki peningkatan
obatan analgesik memiliki dampak buruk angka kejadian Artritis Reumatoid serta
seperti rasa yang tidak nyaman pada saluran belum ada penelitian yang membandingkan
cerna, mual, diare, perdarahan tukak, dapat kompres air hangat dan kompres hangat
juga mengakibatkan kerusakan pada ginjal, jahe dalam penurunan nyeri Artritis
dan gangguan kardiovaskuler (Sukandar Reumatoid di Tanjungpinang. Untuk itu
dkk, 2009, dalam Izza, 2013). Adapun peneliti tertarik melakukan penelitian
terapi nonfarmakologi yaitu dengan tentang Pengaruh Kompres Air Hangat dan
bimbingan antisipasi, distraksi, stimulus Kompres Hangat Jahe Terhadap Nyeri
kutaneus, terapi es dan panas, hipnosis, Artritis Reumatoid pada lansia di Posyandu
Batu 10 Tanjungpinang tahun 2014

577
BAHAN DAN METODE Tabel 4.2
PENELITIAN Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
Desain Penelitian menggunakan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
rancangan penelitian eksperimen semu Kompres Air Hangat Pada Lansia Di
(quasi experiment). Populasi pada Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
penelitian ini adalah seluruh lansia yang Skala Nyeri Pre-test Post-test
mengalami nyeri Artritis Reumatoid di
n % n %
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang dengan
jumlah 220 orang dan sampel 22 orang. Tidak nyeri 0 0 0 0
Penelitian ini dilaksanakan di
Ringan 1 9,1 9 81,8
Posyandu batu 10 yang terpilih sebagai
sampel. Sedang 9 81,8 2 18,2
HASIL PENELITIAN
Berat 1 9,1 0 0
A. Analisis Univariat
terkontrol
Analisis univariat bertujuan untuk
Berat tidak 0 0 0 0
menjelaskan atau mendeskripsikan
terkontrol
karakteristik setiap variabel penelitian.
Total 11 100 11 100
Pada penelitian ini analisis univariat
dilakukan untuk mendeskripsi variabel
penurunan nyeri artritis reumatoid sebelum Tabel 4.2, menggambarkan
dan setelah diberikan perlakuan kompres air mayoritas responden sebelum diberikan
hangat dan kompres hangat jahe pada lansia perlakuan kompres air hangat mengalami
di Posyandu Batu 10 Tanjungpinang. tingkat nyeri sedang sebanyak 9 (81,8%)
Untuk mengetahui gambaran responden. Sesudah diberikan perlakuan
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Sebelum dengan kompres air hangat, responden
Dan Sesudah Dilakukan Kompres Hangat yang mengalami nyeri sedang menjadi 2
dan Kompres Hangat Jahe Pada Lansia Di (18,2%) responden.
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang dapat 2. Distribusi Frekuensi Skala Nyeri
dilihat pada table berikut : Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
1. Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Kompres Hangat Jahe Pada Lansia Di
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Posyandu Batu 10 Tanjungpinang
Kompres Air Hangat Pada Lansia Di tahun 2014
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang Tabel 4.3
Tahun 2014

578
Distribusi Frekuensi Skala Nyeri kompres air hangat dan kompres hangat
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan jahe terhadap nyeri Artritis Reumatoid.
Kompres Hangat Jahe Pada Lansia Di Hasil analisis Bivariat selengkapnya dapat
Posyandu Batu 10 Tanjungpinang Tahun dilihat pada tabel di bawah
2014 1. Analisis Uji Pengaruh Kompres Air
Skala Nyeri Pre-test Post-test Hangat dan Kompres Hangat Jahe
n % n % Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid pada
Lansia di Posyandu Batu 10
Tidak nyeri 0 0 3 27,3
Tanjungpinang Tahun 2014
Ringan 0 0 8 72,7
Tabel 4.4
Sedang 6 54, 0 0
Analisis Uji Pengaruh Kompres Air
5
Hangat dan Kompres Hangat Jahe
Berat 5 45, 0 0
Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid
terkontrol 5
pada Lansia di Posyandu Batu 10
Berat tidak 0 0 0 0
Tanjungpinang Tahun 2015
terkontrol
Total 11 10 11 100
0

Tabel 4.3, menggambarkan


mayoritas responden sebelum diberikan
perlakuan kompres hangat jahe mengalami
tingkat nyeri sedang sebanyak 6 (54,5%)
responden. Sesudah diberikan perlakuan
dengan kompres hangat jahe, responden
yang mengalami nyeri sedang menjadi 0%.
B. Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah uji statistik
yang berguna untuk menguji kedua mean
antara sampel yang berhubungan adalah
dengan menggunakan uji beda dependen.
Uji yang digunakan adalah Uji Paired T
Test untuk mengetahui adanya pengaruh

579
Eksperimen n Rerata ± S.D Perbedaan IK 95% ρ value
rerata ± S.D
Sebelum kompres 11 5,18 ± 1,168
air hangat 2,909 ± 1,446 3,881 - 1,938 0,000

Sesudah kompres 11 2,27 ± 1,191


air hangat
Sebelum kompres 11 6,55 ± 1,128
hangat jahe 5,364 ± 1,433 6,327 - 4,401 0,000

Sesudah kompres 11 1,18 ±0,982


hangat jahe

Tabel 4.4 Berdasarkan nilai rata-


rata sebelum dilakukan intervensi
PEMBAHASAN
kompres air hangat yaitu 5,18 (nyeri
A. Analisis Univariat
sedang) dan turun menjadi 2,27 (nyeri
1. Skala Nyeri Sebelum Dan Setelah
ringan) setelah diberikan perlakuan
Dilakukan Kompres Air Hangat Pada
kompres air hangat. Sedangkan nilai rata-
Lansia Di Posyandu Batu 10
rata sebelum dilakukan intervensi
Tanjungpinang Tahun 2014
kompres hangat jahe yaitu 6,55 (nyeri
Berdasarkan hasil penelitian,
sedang) dan turun menjadi 1,18 (nyeri
sebelum dilakukan pemberian kompres
ringan) setelah diberikan perlakuan
air hangat terdapat 11 responden, dimana
kompres hangat jahe. Diketahui kompres
sebagian besar responden mengalami
air hangat dan kompres hangat jahe pada
nyeri sedang sebanyak 9 (81,8%)
lansia menunjukkan ρ value 0,000 (ρ <
responden berdasarkan hasil pengukuran
nilai α) sehingga (Ha Diterima) yang
dengan menggunakan lembar observasi.
artinya ada pengaruh kompres air hangat
Setelah dilakukan pemberian kompres
dan kompres hangat jahe terhadap
air hangat sebagian besar 9 (81,8%)
penurunan nyeri Artritis Reumatoid pada
responden mengalami penurunan nyeri
lansia di Posyandu Batu 10
menjadi ringan berdasarkan hasil
Tanjungpinang tahun 2014.
pengukuran dengan menggunakan
lembar observasi.

580
Menurut Kozier dan Erb (2009), hangat jahe sebagian besar 8 (72,7%)
Secara konduksi dimana terjadi responden mengalami penurunan nyeri
pemindahan sensasi hangat dari waslap menjadi ringan berdasarkan hasil
hangat ke dalam tubuh sehingga akan pengukuran dengan menggunakan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah lembar observasi.
(vasodilatasi), sehingga akan terjadi Pada tahapan fisiologis nyeri,
penurunan ketegangan otot (Izza 2013). kompres jahe menurunkan nyeri sendi
Pada tahap fisiologis nyeri, pada tahap transduksi, dimana pada
kompres air hangat menurunkan nyeri tahapan ini jahe memiliki kandungan
sendi melalui tahap transmisi, dimana gingerol yang mengandung
pada tahapan ini sensasi hangat pada siklooksigenase yang bisa menghambat
kompres air hangat menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai
pengeluaran mediator inflamasi seperti mediator nyeri, sehingga terjadi
sitokinin proinflamasi, kemokin, yang penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe
dapat menurunkan sensivitas nociceptor dapat digunakan sebagai salah satu
sehingga akan meningkatkan ambang alternatif pengobatan non farmakologis
rasa nyeri sehingga terjadilah penurunan untuk menurunkan nyeri sendi (Izza,
nyeri (Izza, 2013). 2013).
Penatalaksanaan artritis reumatoid Menurut Budhawar (2006)
menggunakan kompres air hangat ini melulurkan rimpang jahe yang telah
merupakan suatu alternatif dalam dipanaskan dan dihaluskan saat timbul
penanganan nyeri, salah satunya nyeri nyeri sendi, dapat mengurangi nyeri
Artritis Reumatoid . sendi tanpa efek samping karena tidak
2. Skala Nyeri Sebelum Dan Setelah mengandung bahan kimia dengan
Dilakukan Kompres Hangat Jahe khasiat dan manfaatnya telah diakui oleh
Pada Lansia Di Posyandu Batu 10 peneliti. Penggunaan jahe sebagai lulur
Tanjungpinang tahun 2015 dapat menghilangkan rasa nyeri dan
Hasil penelitian sebelum menaikkan sirkulasi darah yang akan
dilakukan pemberian kompres hangat mengurangi udem (pembengkakan)
jahe terdapat 11 responden dimana 6 (Potter & Perry, 2006, dalam Izza, 2013).
(54,5%) responden mengalami nyeri Kompres jahe berfungsi
sedang berdasarkan hasil pengukuran menurunkan nyeri dengan menggunakan
dengan menggunakan lembar observasi. efek panas yang merupakan efek
Setelah dilakukan pemberian kompres farmakologi dari jahe. Efek panas pada

581
jahe ini yang dapat menyebabkan Pada kelompok kompres hangat
terjadinya vasodilatasi pembuluh darah jahe, sebagian besar lansia mengalami
sehingga akan menyebabkan nyeri sedang 6 (54,5%) sebelum
peningkatan pada sirkulasi darah dan diberikan kompres hangat jahe. Setelah
menyebabkan penurunan nyeri dengan diberikan perlakuan kompres hangat
menyingkirkan produk-produk inflamasi jahe, responden yang mengalami nyeri
seperti bradikinin, histamin, dan ringan mengalami penurunan nyeri
prostaglandin yang menimbulkan nyeri menjadi tidak nyeri. Hal ini dibuktikan
lokal. Panas akan merangsang serat saraf dengan analisis uji Paired T test dengan
yang menutup gerbang sehingga hasil ρ value 0,000 (ρ < nilai α), sehingga
transmisi implus nyeri ke medula Ha Diterima. Pada kelompok kompres
spinalis dan otak dapat dihambat (Price hangat jahe memiliki nilai rata-rata
and Wilson, 2005) dengan hasil 5,364.
Penatalaksanaan artritis reumatoid Pada kelompok kompres air
menggunakan kompres hangat jahe juga hangat, sesuai dengan hasil dari
merupakan salah satu alternatif dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan
penanganan nyeri. oleh Wulan (2013), menunjukkan ada
B. Analisa Bivariat pengaruh terapi kompres air hangat
3. Pengaruh Kompres Air Hangat dan terhadap penurunan skala nyeri pada
Kompres Hangat Jahe Terhadap wanita lanjut usia dengan nilai
Nyeri Artritis Reumatoid pada Lansia significancy 0,000 (p<0,05).
Pada kelompok kompres air Penelitian ini sesuai dengan teori
hangat, sebagian besar lansia mengalami menurut Izza (2013) tentang kompres air
nyeri sedang yaitu sebanyak 9 (81,8%) hangat, yang mengatakan pada tahap
responden sebelum diberikan kompres fisiologis nyeri, kompres air hangat
air hangat dan mengalami penurunan menurunkan nyeri sendi melalui tahap
nyeri menjadi ringan setelah diberikan transmisi, dimana pada tahapan ini
perlakuan kompres air hangat. Hal ini sensasi hangat pada kompres air hangat
dibuktikan dengan analisis uji Paired T menghambat pengeluaran mediator
test dengan hasil ρ value 0,000 (ρ < nilai inflamasi seperti sitokinin proinflamasi,
α), sehingga Ha Diterima. Dimana pada kemokin, yang dapat menurunkan
kelompok kompres air hangat memiliki sensivitas nociceptor sehingga akan
nilai rata-rata 2,909. meningkatkan ambang rasa nyeri
sehingga terjadilah penurunan nyeri.

582
Sedangkan pada kelompok mengalami penurunan. Kompres air
kompres hangat jahe, sesuai dengan hasil hangat dan kompres hangat jahe
dari penelitian sebelumnya yang merupakan tindakan alternatif tanpa
dilakukan oleh Izza (2013) menunjukkan menggunakan bahan kimiawi yang dapat
hasil p value 0,000 dimana lebih kecil mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh
dari 0,05 yang bermakna terdapat lansia dengan artritis reumatoid.
pengaruh yang signifikan pemberian
kompres air hangat dan kompres jahe KESIMPULAN
terhadap penurunan skala nyeri sendi A. Kesimpulan
pada lansia, dan perbedaan penurunan Berdasarkan hasil penelitian yang
skala nyeri sendi adalah 1,12. Izza dilakukan tentang “Pengaruh Kompres
menyimpulkan bahwa kompres jahe Air Hangat dan Kompres Hangat Jahe
lebih efektif dalam mengurangi nyeri Terhadap Nyeri Artritis Reumatoid pada
sendi pada lansia dibandingkan kompres Lansia di Posyandu Batu 10
air hangat. Tanjungpinang Tahun 2014” maka
Penelitian ini sesuai dengan teori ditarik kesimpulkan bahwa:
menurut Izza (2013), yang mengatakan 1. Sebagian besar lansia mengalami
pada tahap fisiologis nyeri, kompres jahe nyeri sedang sebelum dilakukan
menurunkan nyeri sendi pada tahap kompres air hangat dan mengalami
transduksi, dimana pada tahapan ini jahe penurunan nyeri menjadi ringan
memiliki kandungan gingerol yang setelah dilakukan kompres air hangat.
mengandung siklooksigenase yang bisa 2. Nyeri Artritis Reumatoid sebelum
menghambat terbentuknya prostaglandin dilakukan kompres hangat jahe sebagian
sebagai mediator nyeri, sehingga terjadi besar berada pada skala nyeri sedang,
penurunan nyeri sendi. Sehingga jahe setelah diberikan perlakuan berupa
dapat digunakan sebagai salah satu kompres hangat jahe sebagian besar
alternatif pengobatan non farmakologis lansia mengalami penurunan nyeri
untuk menurunkan nyeri sendi. menjadi ringan.
Dari hasil penelitian yang sesuai 3. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
dengan penelitian terkait dan juga teori pengaruh antara kompres air hangat dan
dapat disimpulkan bahwa setelah diberi pemberian kompres hangat jahe terhadap
perlakuan berupa kompres air hangat dan nyeri Artritis Reumatoid pada lansia di
kompres hangat jahe, nyeri artritis Posyandu Batu 10 Tanjungpinang. Hal
reumatoid yang dialami oleh lansia ini dibuktikan oleh hasil ρ value 0,000 (ρ

583
< nilai α) baik pada kelompok kompres Dahlan, Sopiyudin.(2009). Statistik Untuk
air hangat maupun pada kelompok Kedokteran Kesehatan. Jakarta :
kompres hangat jahe, maka Rineka Cipta
keputusannya Ha Diterima yang artinya Dharma, Kelana Kusuma. (2011).
terdapat pengaruh yang signifikan antara Metodologi Penelitian
pemberian kompres air hangat dan Keperawatan. Jakarta : CV.
kompres hangat jahe. Dimana terdapat Trans Info Media
perbedaan diantara kedua kelompok Efendi, Ferry. (2013). Keperawatan
pada kelompok kompres air hangat Kesehatan Komunitas. Jakarta :
memiliki nilai rata-rata 2,909 sedangkan Salemba Media
pada kelompok kompres hangat jahe Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut
memiliki nilai rata-rata dengan hasil Usia. Jakarta : CV Trans Info
5,364. Hal ini menunjukkan bahwa Media
kompres hangat jahe lebih efektif dalam Hariana, Arief. (2013). Tumbuhan Obat &
menurunkan skala nyeri Artritis Khasiatnya. Jakarta : Penebar
Reumatoid. Swadaya
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Metode
Penelitian Keperawatan dan
Tekhnik Analisa Data Cetakan
DAFTAR PUSTAKA
Kedua. Jakarta : Salemba Medika
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur
Indriana, Yeniar. (2012). Gerontologi &
Penelitian Suatu Praktik. Jakarta
Progeria. Yogyakarta : Pustaka
: Rineka Cipta
Pelajar
Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011).
Izza, Syarifatul. (2014). Perbedaan
Keperawatan Lanjut Usia.
Efektifitas Pemberian Kompres
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Air Hangat Dan Pemberian
Bernedeta S, Gallerina. (2015). Studi
Kompres Jahe Terhadap
Komparatif Nafas Dalam
Penurunan Nyeri Sendi Pada
Dengan Kompres Dingin
Lansia Di Unit Rehabilitasi
Dibandingkan Kompres Hangat
Sosial Wening Wardoyo
Terhadap nyeri Artritis Rematoid
Ungaran : STIKES Ngundi
Pada Lansia di Puskesmas Bt.10
Waluyo Ungaran
Tahun 2015. Tanjungpinang :
STIKES HANG TUAH

584
Kneale, Julia D. (2011). Keperawatan Stockslanger, Jaime L & Schaeffer, Liz.
Ortopedik & Trauma. Jakarta : (2007). Buku Saku Asuhan
EGC Keperawatan Geriatrik. Jakarta :
Meilani, Reni. (2015). Perbandingan EGC
Efektifitas Kompres Hangat Dan Sudoyo, dkk. (2009). Ilmu Penyakit Dalam
Kompres Dingin Terhadap Jilid 1 Edisi V. Jakarta : Internal
apenurunan Skala Nyeri Publishing
Disminore Pada Remaja Putri Di Susanti, Devi. (2014). Pengaruh Kompres
SMA 3 TPI. Tanjungpinang : Hangat Jahe Terhadap
STIKES HANG TUAH Penurunan Nyeri Artritis
Mubin, A.Halim. (2013). Panduan Praktisi Rematoid pada Lansia Di Panti
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Tresna Werdha Kasih Sayang
EGC Ibu Batu Sangkar. Sumatera
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Barat :Universitas
Metodologi Penelitian Muhammadiyah
Kesehatan. Jakarta : Tamsuri, Anas. (2007). Konsep Dan
Rineka Cipta Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :
Nugroho, Wahyudi. (2012). Keperawatan EGC
Gerontik Dan Geriatrik Edisi. 3. Wulan, Rifda Angelina.(2015). Pengaruh
Jakarta : EGC Terapi Kompres Air Hangat
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Terhadap Penurunan Skala Nyeri
Ilmu Keperawatan. Jakarta : Pada Wanita Lanjut Usia Di Panti
Salema Medika Tresna Werda Mulia Dharma
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. Kabupaten Kubu Raya. Pontianak
(2005). Buku Ajar Fundamental : Universitas Tanjungpura
Keperawatan. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A, & Wilson, Lorraine M.
(2005). Patofisiologi : konsep
klinis proses-proses penyakit,
volume 2. Jakarta : EGC.

Sibuea, dkk. (2009). Ilmu Penyakit Dalam.


Jakarta : Rineka Cipta

585
EFEKTIFITAS RENDAM KAKI AIR HANGAT TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS TIDUR LANSIA DI RUMAH BAHAGIA
BINTAN
Endang Abdullah1

ABSTRAK
Penderita DM biasanya tidak menyadari penyakitnya. Biasanya mereka baru menyadari setelah terjadinya
komplikasi sehingga DM sering disebut sebagai “silent killer”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh
air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjungpinang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan pre and post test
without control. Jumlah populasi sebanyak 424 orang dan sampel yang dipilih 10 orang menggunakan purposive
sampling dengan kadar gula darah >200 mg/dL. Analisa data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi
0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2,191 dengan signifikansi 0,028 < 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa ada pengaruh air rebusan buah pare terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM
tipe 2.

Kata kunci: Air Rebusan Buah Pare, Kadar Gula Darah, DM tipe 2

ABSTRACT
Patients DM usually not aware the sick. They realized after the occurrence of complication so that DM
is often called a silent killer. Objective of this study is to know the effect of balsampear boiled water to decrease
blood sugar levels in patient with DM type 2 in the working area of Tanjungpinang public health center in 2013.
This study is a quasy experiment with pre and post test without control design. Total population is 424 people and
samples were choosen by using purposive sampling with blood sugar >200 mg/dL. Analysis of data using a
wilcoxon test with significance level 0,05. Based on analysis resulting z observation -2,191 with significance of
0,028 < 0,05. These data show there is influence of balsampear boiled water to decrease blood sugar levels in
patient with DM type 2.

Keywords: Balsempear Boiled Water, blood sugar levels, Diabetes Mellitus

PENDAHULUAN seimbang, merokok, olah raga, aktifitas


Semakin hari ilmu pengetahuan dan
seksual, lingkungan dan pekerjaan.
teknologi semakin maju dan berkembang ke
Penyakit-penyakit itu kebanyakan muncul
arah kehidupan yang lebih modern,
saat usia dewasa, pertengahan 30 – 40
sehingga diikuti pula oleh perubahan pola
tahun, meski risiko munculnya penyakit itu
dan gaya hidup manusia. Perubahan gaya
sudah ada sejak usia remaja.
hidup tersebut ternyata diikuti dengan
Penyakit-penyakit terkait gaya
munculnya permasalahan yang tidak
hidup dampaknya sangat bermakna bagi
sedikit. Jika masa lalu masalah kesehatan
kehidupan seseorang dan keluarganya.
banyak terkait dengan higienitas atau
Beberapa penyakit berakibat fatal seperti
kebersihan dan infeksi, maka sekarang ini
penyakit jantung dan stroke. Beberapa
penyakit seperti penyakit ginjal, kanker dan
berubah menjadi masalah kesehatan
Diabetes Mellitus berdampak menimbulkan
terkait gaya hidup: pola makan yang tidak
586
permasalahan kronis dan berkepanjangan, pembuluh darah. Pada orang yang
pengobatan yang rumit dan mahal sehingga mengalami diabetes, kadar gula di dalam
memunculkan beban sosial ekonomi. darahnya meningkat bahkan melebihi batas
Diabetes Mellitus berasal dari normal oleh orang sehat lainnya.
bahasa Yunani diabainein yang berarti
“tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang Adapun jenis dari DM yaitu:
berarti “rasa manis”. Penyakit ini kemudian a. Diabetes mellitus tipe 1 (Insulin
dikenal sebagai kencing manis. Dependent Diabetes Mellitus / IDDM /
Darmono (2007) menyatakan tergantung insulin)
bahwa Diabetes Mellitus (DM) merupakan DM tipe 1 juga disebut sebagai
suatu penyakit menahun yang ditandai oleh diabetes anak-anak. Ciri-cirinya adalah
kadar glukosa darah melebihi normal dan hilangnya sel beta penghasil insulin
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak sehingga terjadi kekurangan insulin pada
dan protein yang disebabkan oleh tubuh. Ini dapat dialami anak-anak
kekurangan hormon insulin secara relatif maupun dewasa. Diabetes ini sulit
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak dicegah, kebanyakan penderitanya
terkendali dapat terjadi komplikasi memiliki kesehatan dan berat badan
metabolik akut maupun komplikasi yang baik saat penyakit ini mulai
vaskuler jangka panjang, baik diderita. Selain itu, sensitivitas maupun
mikroangiopati maupun makroangiopati. respon tubuh terhadap insulin umumnya
Penyakit Diabetes Mellitus normal. Penyebab terbanyak dari tipe ini
adalah golongan penyakit kronis yang adalah kesalahan reaksi autoimunitas
ditandai dengan peningkatan kadar gula yang menghancurkan sel β pankreas.
dalam darah sebagai akibat adanya Gejala biasanya muncul
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, secara mendadak, berat dan
dimana organ pankreas tidak mampu perjalanannya sangat progresif. Jika
memproduksi insulin sesuai kebutuhan tidak diawasi dapat berkembang menjadi
tubuh. Diabetes Mellitus adalah penyakit ketoasidosis dan koma. Ketika diagnosis
dimana penderitanya mengalami gangguan ditegakkan, pasien biasanya memiliki
dalam mengubah makanan menjadi energi. berat badan yang rendah, hasil tes
Setelah makan, makanan diubah menjadi deteksi antibodi islet hanya bernilai
gula yang juga sering disebut sebagai sekitar 50 – 80% dan kadar gula darah
glukosa. Glukosa akan diserap oleh usus puasa >140 mg/dL.
dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui

587
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (Non-Insulin glukosa darah tetap tinggi dapat
Dependent Diabetes Mellitus / NIDDM / diberikan insulin.
tidak tergantung insulin). Diabetes ini c. DM tipe 3
terjadi karena kombinasi dari kecatatan Diabetes jenis ini dulu sering
dalam produksi insulin dan resistensi disebut diabetes sekunder atau DM tipe
terhadap insulin atau berkurangnya lain. Etiologi DM jenis ini adalah:
sensitivitas terhadap insulin yang 1) Penyakit pada pankreas yang merusak
melibatkan reseptor insulin di membran sel β seperti hemokromatosis, fibrosis
sel. kistik.
Tahap awal abnormalitas yang paling 2)Sindrom hormonal yang mengganggu
utama adalah berkurangnya sensitifitas sekresi dan atau menghambat kerja
terhadap insulin, yang ditandai dengan insulin seperti akromegali,
meningkatnya kadar insulin dalam feokromositoma dan cushing
darah. Pada tahap ini, hiperglikemia sindrom.
dapat diatasi dengan berbagai cara dan 3) Obat-obat yang mengganggu sekresi
obat anti diabetes sehingga insulin (fenitoin, dilantin) atau
meningkatkan sensitifitas terhadap menghambat kerja insulin (estrogen
insulin atau mengurangi produksi dan glukokortikoid).
glukosa. 4) Kondisi tertentu yang jarang terjadi
Gejala muncul perlahan-lahan dan seperti kelainan pada reseptor insulin.
biasanya ringan (kadang-kadang bahkan 5) Sindrom genetik.
belum menampakkan gejala selama d. Gestasional diabetes mellitus
bertahun-tahun). Progresivitasnya gejala GDM terjadi sekitar 2 – 5% dari
berjalan lambat. Koma hiperosmolar semua kehamilan. GDM bisa
dapat terjadi pada kasus-kasus berat. menyebabkan permasalahan dengan
Namun, ketoasidosis jarang sekali kehamilan termasuk macrosomia, janin
muncul kecuali kasus yang disertai stres mengalami kecacatan dan menderita
atau infeksi. Kadar insulin menurun penyakit jantung sejak lahir.
(tetapi tidak sampai nol) atau bahkan Diabetes jenis ini biasanya
tinggi atau mungkin juga insulin bekerja muncul pada kehamilan trimester kedua
tidak efektif. Pengendaliannya tidak dan ketiga. Kategori ini mencakup DM
hanya berupa diet dan olah raga atau yang terdiagnosis ketika hamil
pemberian obat hipoglisemik (sebelumnya tidak diketahui). Wanita
(antidiabetik oral/ADO), namun jika yang sebelumnya diketahui telah

588
mengidap DM, kemudian hamil, tidak urutan pertama adalah India (31,4 juta),
termasuk ke dalam kategori ini. China (20,8) dan Amerika Serikat (17,7
e. Diabetes Mellitus terkait malnutri- juta). Diperkirakan jumlah penderita
si (DMMal) Diabetes Mellitus di Indonesia akan
Kategori ini diusulkan oleh meningkat pada tahun 2030 yaitu 21,3 juta
WHO karena kasusnya banyak sekali jiwa. Jumlah penderita Diabetes Mellitus
ditemukan di negara-negara sedang tahun 2000 di dunia termasuk Indonesia
berkembang, terutama di wilayah tropis. tercatat 175,4 juta orang dan diperkirakan
Diabetes jenis ini biasanya tahun 2010 menjadi 279,3 juta orang.
menampakkan gejala pada usia muda, Tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan
antara 10 – 40 tahun (lazimnya di bawah tahun 2030 menjadi 366 juta orang.
30 tahun). Sebagian pasien mengalami Ketika kadar gula darah sangat
nyeri perut yang menjalar ke daerah tinggi, maka pasien akan buang air kecil
punggung (pola jalaran nyeri ini mirip terus menerus, haus dan merasa tidak sehat.
dengan pola jalaran akibat pankreatitis) Namun pasien yang memiliki gejala ini
Jumlah penderita Diabetes Mellitus tidaklah banyak. Ini sebabnya Diabetes
di dunia dari tahun ke tahun mengalami Mellitus sering disebut sebagai “silent
peningkatan, hal ini berkaitan dengan killer”.
jumlah populasi yang meningkat, life Diabetes mellitus (DM) yang tidak
expectancy bertambah, urbanisasi yang terkontrol akan menyebabkan kelainan
merubah pola hidup tradisional ke pola pada berbagai organ tubuh seperti
hidup modern, prevalensi obesitas pembuluh darah (aterosklerotik), mata
meningkat dan kegiatan fisik kurang. (diabetik retinophaty), ginjal (diebetik
Diabetes Mellitus perlu diamati kerena sifat nephropathy), saraf (diabetik neuropathy),
penyakit yang kronik progresif, jumlah kerusakan pada sistem saraf otonom,
penderita semakin meningkat dan banyak hilangnya rasa pada kulit dan luka yang
dampak negatif yang ditimbulkan. sulit sembuh dan terjadinya gangguan
Survei yang dilakukan oleh leukosit sehingga mudah terinfeksi.
organisasi kesehatan dunia atau World Gejala yang paling sering
Health Organization (WHO) menyatakan diderita oleh seorang penderita diabetes
bahwa jumlah penderita Diabetes Mellitus (diabetesi) adalah:
di Indonesia pada tahun 2000 berjumlah 8,4 a. Polydipsia atau banyak minum.
juta orang, jumlah tersebut menempati Penderita diabetes akan sering
urutan ke-4 terbesar di dunia, sedangkan merasa haus.

589
b. Polyuria atau banyak buang air kecil. Kondisi gula darah yang sangat
Frekuensi buang air kecil akan tinggi juga dapat menyebabkan gangguan
meningkat dari sebelumnya dan kesadaran hingga mengalami koma (coma
membuat para penderita diabetes diabetikum).
menjadi tidak nyaman. Ciri khas dari Langkah awal yang harus dilakukan
penyakit ini adalah penderita diabetes pada pengelolaan DM berupa upaya
lebih banyak mengeluarkan urine pada perubahan pola hidup atau upaya non
malam hari. farmakologik, seperti mengatur makanan
c. Polyphagia atau banyak makan. dan latihan jasmani atau berolahraga. Jika
Nafsu makan pasien meningkat dengan upaya seperti ini gula darah
seiring dengan kondisi sel dalam tubuh penderita belum juga menurun, barulah
yang kekurangan pasokan gula. diupayakan dengan pemberian obat-obatan
d. Penurunan berat badan secara drastis. tertentu. Berkaitan dengan penggunaan
Kebanyakan dari penderita obat-obatan, sebagian penderita DM beralih
diabetes akan mengalami penurunan menggunakan cara herbal. Salah satu
berat badan dan sering kali tidak tanaman herbal yang dapat digunakan untuk
disadari. Untuk itu, sebaiknya memang menurunkan kadar glukosa darah adalah
melakukan penimbangan berat badan pare.
secara rutin.
Selain gejala tersebut, orang yang BAHAN DAN METODE
mengalami diabetes juga biasanya PENELITIAN
mengeluhkan: Penelitian ini menggunakan desain
9) Lemah, mudah lelah. penelitian eksperimental semu (quasy
10) Gatal. experiment), yaitu penelitian yang menguji
11) Kesemutan atau mati rasa, perasaan coba suatu intervensi pada sekelompok
tebal-tebal pada tangan, kaki dan subjek dengan atau tanpa kelompok
bagian tubuh lain. pembanding namun tidak dilakukan
12) Luka yang lama sembuhnya. randomisasi untuk memasukkan subjek ke
13) Mudah mengalami infeksi terutama dalam kelompok perlakuan atau kontrol.
pada kulit. Jenis design yang digunakan dalam
14) Mata kabur penelitian ini adalah pre and post test
15) Disfungsi ereksi pada pria. without control (kontrol diri sendiri), yaitu
16) Prurita vulvae atau gatal pada alat peneliti hanya melakukan intervensi pada
kelamin wanita. satu kelompok tanpa pembanding. Model

590
rancangan ini adalah dengan melakukan disaring. Hasil saringan diminum setiap
dua kali observasi yaitu sebelum hari.
eksperimen dan sesudah eksperimen. Sebaiknya kompor yang digunakan
Jumlah sampel yang digunakan adalah kompor minyak tanah, atau bisa
sebanyak 10 orang yang dilakukan pre test, dengan menggunakan kompor gas tetapi
perlakuan dan post test. Responden berada besarnya api harus tetap terjaga (kecil)
di wilayah Puskesmas Tanjungpinang yang sehingga lamanya waktu merebus (15 - 30
menderita diabetes mellitus (DM) tipe 2 menit) dan hasil akhir air rebusan adalah
dengan usia 25 – 80 tahun, penderita dengan sesuai ketentuan (± 200 cc). Selama proses
kadar gula darah >200 mg/dL, penderita perebusan, wadah dalam keadaan tertutup.
yang bersedia menghentikan obat diabetik Bagian dari pare yang berkhasiat
oral (ODO), maupun obat diabetik injeksi, untuk menurunkan kadar gula darah adalah
penderita DM tipe 2 yang mampu buah serta bijinya, sehingga buah dan biji
memahami pertanyaan dan bersedia direbus secara bersamaan.
mengikuti prosedur terapi, penderita DM Jalannya penelitian ini berupa
tipe 2 yang bersedia mematuhi diet DM, pengumpulan data kadar gula darah pada
penderita DM tipe 2 yang hanya bersedia penderita DM tipe 2 sebelum dan sesudah
melakukan aktifitas fisik ringan (activity dilakukan terapi air rebusan buah pare.
daily living/ADL), responden bersedia Setiap responden dilakukan pemeriksaan
untuk dijadikan subjek penelitian, serta kadar gula darah 2 kali sehari dengan
responden tidak mempunyai gangguan baik interval waktu pre dan post yaitu 6 jam, dan
fisik maupun mental sehingga bisa untuk dilakukan selama 3 hari berturut-turut.
diwawancarai dan dilakukan pengambilan Adapun kadar gula darah yang diberikan air
sampel darah. rebusan buah pare adalah responden yang
Alat yang dibutuhkan adalah air mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
rebusan buah pare. Adapun cara Uji kemaknaan yang digunakan
pengelolaannya yaitu sebagai berikut: buah adalah uji wilcoxon test karena skala yang
pare yang sudah dicuci bersih, ambil 200 digunakan adalah nominal-ordinal
gram, belah menjadi empat bagian lalu iris (kategorik), uji yang digunakan adalah non
tipis-tipis ± 1 cm. Rebus dengan parametrik yang membedakan 2 mean yang
menggunakan air matang, dari tiga gelas air berpasangan (pre dan post test) yang
sampai menjadi satu gelas (1 gelas ± 200 cc) menghasilkan ρ, dengan α= 0,05. Selain itu
. Panaskan dengan api kecil selama 15 juga disebabkan oleh jumlah sampel yang
sampai 30 menit. Biarkan dingin kemudian

591
kecil (10 sampel) sehingga distribusi data PEMBAHASAN
tidak normal. Berdasarkan hasil pengukuran
kadar gula darah sebelum diberikan air
HASIL rebusan buah pare dapat disimpulkan
Sebelum penelitian, responden telah bahwa secara keseluruhan responden
menyetujui inform consent. Responden mengalami hiperglikemia (>200 mg/dl).
yang dipilih telah sesuai dengan kriteria Hiperglikemia merupakan kadar gula darah
inklusi dan eksklusi. Penelitian ini yang melebihi dari normal. Kadar gula
dilakukan di rumah responden masing- darah sewaktu yang berada dalam rentang
masing. Hasil pengukuran kadar gula darah normal adalah antara 100 – 199 mg/dl
pada responden dapat dilihat pada Tabel 1. Kadar gula darah responden (10
orang) yang pada awalnya tinggi
Tabel 1. Perbandingan Kadar Gula Darah Pre dan (hipeglikemia), setelah diberikan air
Post Test pada Penderita DM Tipe 2 di Wilayah Kerja rebusan buah pare sebagian besar (80% / 8
Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013
orang) mengalami penurunan, sedangkan
Kadar Kadar
20% atau 2 orang mengalami kenaikan dari
Gula Gula
kadar gula darah sebelum diberikan air
Darah Kategori Darah Kategori rebusan buah pare. Dari 8 responden yang
Pre Test Pre Test mengalami penurunan, 4 (empat) responden
dengan kadar gula darah normal, sedangkan
(mg/dL) (mg/dL)
4 (empat) responden masih hiperglikemia.
455 Hiper 309 Hiper
Walaupun telah diberikan air
377 Hiper 351 Hiper rebusan buah pare, 2 responden (20%)
216 Hiper 220 Hiper mengalami peningkatan kadar gula darah

316 Hiper 181 Normal antara pre dan post test. Peningkatan kadar
gula darah bukanlah disebabkan oleh air
230 Hiper 138 Normal
rebusan buah pare, tapi bisa disebabkan
271 Hiper 254 Hiper
oleh pengaturan diet pasien yang tidak
266 Hiper 312 Hiper sesuai dengan pengelolaan Diabetes
350 Hiper 198 Normal Mellitus.
Pengelolaan DM terdiri dari 4
380 Hiper 267 Hiper
pilar yaitu penyuluhan kesehatan,
201 Hiper 159 Normal
perencanaan makan (diet), latihan fisik
Keterangan: Hiper = Hiperglikemia (olah raga), dan pengobatan atau

592
farmakologis. 4 pilar pengelolaan DM ini penatalaksanaan Diabetes Mellitus,
merupakan satu kesatuan, antara pilar yang mengenal dan mencegah komplikasi
satu dengan pilar yang lain tidak dapat akut dan kronik, perawatan dan
dipisahkan. pemeliharaan kaki dan lain-lain.
Tujuan pengelolaan Diabetes c. Pencegahan tersier
Mellitus adalah: Ditujukan pada diabetesi
a. Tujuan jangka pendek yaitu lanjut dan materi yang diberikan
menghilangkan gejala / keluhan dan meliputi: cara perawatan dan
mempertahankan rasa nyaman dan pencegahan komplikasi dan upaya
tercapainya target pengendalian darah. untuk rehabilitasi.
b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah 2. Diet diabetes mellitus
komplikasi, mikroangiopati dengan (perencanaan makan)
tujuan menurunkan mortalitas dan Tujuan diet pada diabetes
morbiditas. mellitus adalah mempertahankan atau
Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus mencapai berat badan ideal,
meliputi: mempertahankan kadar glukosa darah
1. Penyuluhan kesehatan. mendekati normal, mencegah
Tujuan penyuluhan yaitu komplikasi akut dam kronis serta
meningkatkan pengetahuan diabetesi meningkatkan kualitas hidup.
tentang penyakit dan pengelolaannya Penderita diabetes mellitus di
dengan tujuan dapat merawat sendiri dalam melaksanakan diet harus
sehingga mampu mempertahankan memperhatikan (3 J) yaitu:
hidup dan mencegah komplikasi lebih a. Jumlah kalori yang
lanjut. Penyuluhan ini meliputi: dibutuhkan.
a. Pencegahan primer b.Jadwal makan yang harus diikuti.
Ditujukan untuk kelompok c.Jenis makanan yang harus
resiko tinggi yakni mereka yang diperhatikan.
belum pernah menderita, tetapi Komposisi makanan yang
berpotensi untuk menderita DM. dianjurkan adalah makanan dengan
b. Pencegahan sekunder komposisi seimbang yaitu yang
Ditujukan pada diabetesi mengandung karbohidrat (45-60%),
terutama pasien yang baru. Materi protein (10-15%), lemak (20-25%),
yang dijelaskan meliputi pengertian garam (≤3000mg atau 6-7 g perhari) dan
Diabetes Mellitus, gejala, serat (±25g perhari).

593
3. Latihan fisik (olah raga) PENUTUP
Tujuan olah raga adalah untuk Hasil penelitian menunjukkan
meningkatkan kepekaan insulin, bahwa kadar gula darah responden yang
mencegah kegemukan, memperbaiki minum air rebusan buah pare terjadi
aliran darah, merangsang pembentukan penurunan. Hasil perhitungan yang
glikogen baru dan mencegah komplikasi diperoleh dari pengolahan data, dari 10
lebih lanjut. responden menunjukkan bahwa hasil uji
4. Pengobatan (farmakologis) Wilcoxon dapat dilihat nilai ρ diperoleh
Jika penderita diabetes adalah 0,028.
(diabetesi) telah menerapkan pengaturan
makanan dan kegiatan jasmani yang DAFTAR PUSTAKA
teratur namun pengendalian kadar gula
darah belum tercapai maka Andrianto, T.T, (2011): Ampuhnya Terapi
dipertimbangkan pemberian obat Herbal Berantas Berbagai Penyakit
meliputi obat hipoglikemi oral (OHO) Berat. Yogyakarta, Najah
dan insulin. Arisman, (2013): Obesitas, Diabetes
Mellitus & Dislipidemia: Konsep,
Berkaitan dengan penggunaan Teori, dan Penanganan Aplikatif.
obat-obatan, sebagian penderita DM beralih Jakarta, EGC
menggunakan cara Salah satu tanaman Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
herbal yang dapat digunakan untuk & Penanaman Modal Kota
menurunkan kadar glukosa darah adalah Tanjungpinang, Badan Pusat Statistik
pare. Pare (momordica charantia L) Kota Tanjungpinang, (2011):
mengandung flavonoid, glikosida Tanjungpinang Dalam Angka 2011.
cucurbitacin, charantin dan momordin Tanjungpinang
(Sari, 2012: 100). Flavonoid, berfungsi Dahlan, M.S, (2009): Statistik untuk
meningkatkan metabolisme dan imunitas Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta,
tubuh, membantu mengobati komplikasi Salemba Medika
diabetes, menurunkan kadar gula darah dan Dharma, K.K, (2011): Metodologi
kadar lipid dalam darah. Glikosida Penelitian Keperawatan: Pedoman
cucurbitacin dapat menurunkan gula darah. Melaksanakan dan Menerapkan
Charantin dan momordicin yang dapat Hasil Penelitian. Jakarta, Trans Info
meningkatkan sekresi insulin dan Media
meningkatkan sensitifitas insulin.

594
Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Ode, S.L, (2012): Konsep Dasar
Profil 2012 Keperawatan. Yogyakarta, Nuha
Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau, Medika
Profil 2012 Priyatno, D, (2011): Buku Saku Analisis
Gibney, M.J, dkk, (2009): Gizi Kesehatan Statistik Data dengan SPSS. Jakarta,
Masyarakat. Jakarta, EGC MediaKom
Hananta, I.P.Y, (2011): Deteksi Dini dan Rizki, F, (2013): The Miracle of Vegetable.
Pencegahan Diabetes Melitus. Jakarta, AgroMedia Pustaka
Yogyakarta, MedPress Sari, R.N, (2012): Diabetes Mellitus:
Hasdianah, (2012): Mengenal Diabetes Dilengkapi dengan Senam DM.
Mellitus pada Orang Tua dan Anak- Yogyakarta, Nuha Medika
Anak dengan Solusi Herbal. Sunarjono, H, (2013): Bertanam 36 Jenis
Yogyakarta, Nuha Medika Sayur. Jakarta, Penebar Swadaya
Khomsan, A, (2009): Rahasia Sehat dengan Sunaryati, S.S, (2011): 14 Penyakit Paling
Makanan Berkhasiat. Jakarta, Sering Menyerang dan Sangat
Kompas Mematikan. Yogyakarta, FlashBooks
Kurniali, P.C, (2013): Hidup Bersama
Diabetes: Mengaktifkan Kekuatan
Kecerdasan Ragawi untuk 1. Dosen STIKes Hang Tuah
Mengontrol Diabetes dan Tanjungpinang.
Komplikasinya. Jakarta, Gramedia .

Londong, D, (2011): Dasar Penentuan


Jumlah Sampel.
http://dedylondong.blogspot.com.
Diakses: 7 November 2013
Mansjoer, A, dkk, (1999): Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta, Media
Aesculapius
Moore, M.C, (2012): Buku Pedoman Terapi
Diet dan Nutrisi. Jakarta, Hipokrates
Notoatmodjo, S, (2012): Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Rineka Cipta

595
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Umum
Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan
belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah
tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi
tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik
penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.

Petunjuk Penulisan
1. Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset
keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas :
Pendahuluan : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian.
Metodologi : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara
pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan
grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang
disajikan dalam tabel atau gambar.
Hasil : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil
Dan Pembahasan tersebut dengan penelitian lain.
Daftar Pustaka : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil
tersebut dengan penelitian lain.
2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci;
pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama;
kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk).
3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan
alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal
40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang.
4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan
inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan
kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang
aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada
halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel
yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea.
5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan
tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah.
6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di
lampiri referensi.
7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber
pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh:
(Novia, 2009:12).
8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association).
9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi
ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi
nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir.
10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam
bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII,
Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang
Tuah di sertai tanda tangan penulis.

KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN


Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor
/bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal
keperawatan STIKES Hang Tuah.

 Jenis Artikel
 Penelitian
 Ulasan artikel
 Ringkasan
 Laporan kasus
 Penelitian klinis
 Tinjauan pustaka
 Lembar Metodologi

 Halaman Judul
 Judul Artikel
 Nama lengkap penulis
 Tingkat pendidikan penulis
 Asal institusi penulis
 Alamat lengkap penulis

 Abstrak
 Abstrak dalam Bahasa Indonesia
 Abstrak dalam Bahasa Inggris
 Kata kunci dalam Bahasa Indonesia
 Kata kunci dalam Bahasa Inggris

 Teks
Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan
 Pendahuluan
 Bahan dan Cara
 Hasil
 Diskusi
 Kesimpulan
 Kepustakaan

 Gambar dan Tabel


 Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab
 Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar

 Nama dan alamat untuk percetakan ulang


…………………………………………………………………………………………………………
… ………………………………………………………………………

 Soft Copy

Penulis menjamin bahwa:


 Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan.
 Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublika-
sikan dalam bentuk apapun.
 Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis

Tanda tangan penulis utama:

………………………………. Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG

Nama :………………………………………………………………………………………
 Mahasiswa
 Individu
 Instansi
Alamat :……………………………………………….......................................................................
…………………………………………………………………...............................
Telp: …………………………………………………..............................................

Akan berlangganan Jurnal Keperawatan,


Vol..............: No:……………………..s/d……………………………………
Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan

Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening


No……………….., Bank……………a/n…………………………………………..

Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang:


Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau
Telp / fax (0771) 316516

Pelanggan

Tgl. Pesanan :……………………. …………………..

Anda mungkin juga menyukai