Anda di halaman 1dari 5

sijElo to mPu

alEkis.mEK per esw wEturi mnea ri mPuntEmk pEln


aEsoea. aiyro wEtuea aEK esdi mkuRai tEmk gEsikEsin
mtEG tEn. nsG pEln aE soea ntEaieln ckelen mtn.
ntEn sEdi mdEnE tropon no ri tnea. nsb tEmk ckrudun
tEnaieln no mietuni tropon. ag naolin asun
riasEeGlbolo.mkEd aoin bolo tulumn muaietrEk tropki
mupeaeR mairi bolea. tp mEetmuni lpo asu mkEd.aiey.
tjEni csinPE.naiy mutoro cinea naEK npeaeR tropoeG.
nkEd. aEKai ann arueG riaw. teslEni lpo mkRai
emKliGai asun mkoa mekad tau.
ed nsiag aitn aEKni aidon emeR ri bolea. ntuju mtmuni
ay mklail ai ritG. smn Gtu rit. njEloni ann nPrEGi mkEd.
agtu psikuwko nmuapiR mCji btu. aiy apiPinro tejedmu.
mpmul riaulun lEtu riaejn.ned nepbli lpo an nsb mCji
btuni ripn.
tEnsEdi aeln lpo aido mCji btu top.psto ann.
mkuniro laon gKn silisE bol mCji batumnE.siaewn ltu
silisE lPo. nsb aiysi mkPr.aiysi mCji btu. mkuniro
amulGEn btu mduprup aEKea lEtu riaEsoea ri liari mPu.
aiytonro nsbri nepsKGi tomtowea riaPrE kuaeatop
rijElo nerko aEK anu mklailai ritu. aiyerg nriadadai
rupaolokolea.
nama : Essy Andina Anggi
kelas : IX C (9)

Riwayat Raja Bone (5): La Tenri Sukki


DALAM Lontaraq Akkarungeng ri Bone, disebutkan bahwa Raja Bone V, La Tenrisukki adalah
pewaris takhta dari ibunya, I Benriwa Gau. Arumpone ini kawin dengan sepupu satu kalinya, We
Tenri Songke anak dari La Mappasessu dengan We Tenri Lekke. Dari perkawinan ini lahirlah La
Uliyo Bote’E yang kawin dengan sepupunya We Tenri Wewang DenraE anak saudara kandung La
Tenri Sukki bernama We Tenri Sumange’ dengan suaminya La Tenri Giling Arung Pattiro
MaggadingE, La Panaongi To Pawawoi yang kemudian menjadi Arung Palenna. La Panaongi kawin
dengan We Tenri Esa’ Arung Kaju saudara perempuan We Tenri Songke’. Dari perkawinan ini
lahirlah La Pattawe Daeng Sore MatinroE ri Bettung.

Anak La Tenrisukki yang lain adalah La Pateddungi To Pasampoi kawin dengan We Malu Arung
Toro melahirkan anak perempuan bernama We Tenri Rubbang Arung Pattiro. La Tenri Gera’ To
Tenri Saga MacellaE Weluwa’na menjadi Arung Timpa. Inilah yang kawin dengan We Tenri
Sumpala Arung Mampu, anak dari La Potto To Sawedi Arung Mampu Riaja dengan isterinya We
Cikodo Datu Bunne. Dari perkawinan ini lahirlah We Mappewali I Damalaka. Inilah yang kawin
dengan anak sepupunya La Gome To Saliwu Riwawo, lahirlah La Saliwu Arung Palakka dan juga
Maddanreng Mampu. La Saliwu yang kawin dengan Massalassae’ ri Palakka bernama We Lempe,
darinya lahirlah La Tenriruwa Matinroe ri Bantaeng.

Selanjutnya La Tenri Sukki melahirkan La Tadampare (meninggal dimasa kecil). Berikutnya We


Tenri Sumange Ida Tenri Wewang kawin dengan La Tenrigiling Arung Pattiro MaggadingE anak dari
La Settia Arung Pattiro dengan isterinya We Tenri Bali. Lahirlah We Tenri Wewang DenraE yang
kemudian kawin dengan sepupunya La Uliyo Bote’E. Anak berikutnya adalah We Tenri Talunru Ida
Tenri Palesse. Kemudian We Tenri Gella kawin dengan La Malesse Opu Daleng Arung Kung.
Lahirlah We Tenrigau yang kemudian kawin dengan La Uliyo Bote’e, lahirlah We Temmaroe’ yang
kawin dengan La Polo Kallong anak La Pattanempunga, turunan ManurungE ri Batulappa.

***

La Tenrisukki merupakan Arumpone (Raja Bone) pertama yang disebutkan memiliki hubungan
dengan kerajaan besar lain di Sulawesi Selatan. Arumpone ini memerintah di akhir Abad XV sampai
permulaan Abad XVI. Di masa kekuasaannya, La Tenrisukki berhasil memukul mundur serangan
militer Pajung Luwu, Dewaraja Batara Lattu. Angkatan laut Luwu Mula-mula mendarat dan membuat
basis pertahanan di Cellu, sementara pasukan Bone berkedudukan di Biru-biru. Strategi militer Bone
adalah memancing Luwu dengan beberapa perempuan. Pancingan ini berhasil mengelabui Luwu
sehingga saat perang pasukan Dewaraja mulanya menyangka tidak ada laki-laki. hingga bersemangat
menghadapi perempuan - perempuan tersebut. Namun dari belakang muncul laki-laki dengan jumlah
yang amat banyak, sehingga orang Luwu berlarian ke pantai untuk naik ke perahunya.
Setelah perang selesai (Perang itu dikenal dengan ”Perang Cellu”, karena Angkatan Perang Luwu
berlabuh di Cellu sebelum menyerang Bone. Perang Cellu dimenangkan oleh passiunoBone. Luwu
kalah dan pajung kebesaran Luwu diserahkan kepada Raja Bone). Arumpone dan Datu Luwu
mengadakan pertemuan. Arumpone mengembalikan payung warna merah itu kepada Datu Luwu,
tetapi Datu Luwu mengatakan, ”Ambillah itu payung sebab memang engkaulah yang dikehendaki
oleh Dewatae’ untuk bernaung dibawahnya. Walaupun bukan karena perang engkau ambil, saya
akan tetap berikan. Apalagi saya memang memiliki dua payung”. Sejak peristiwa itu, La Tenri Sukki
digelari Arung MappajungE (raja yang memakai payung). (Kasim, 2002 dalam Makkulau, 2009).

Paska Perang Cellu, Arumpone mengadakan perjanjian dengan Datu Luwu To Serangeng Dewaraja
yang disebut Polo Malelae’ ri Unnyi (Gencatan senjata di Unnyi), karena terjadi di Kampung Unnyi.
Arumpone La Tenri Sukki berkata, ”Alangkah baiknya kalau kita saling menghubungkan Tana Bone
dengan Tana Luwu”. Menjawab Datu Luwu, ”Baik sekali pendapatmu itu, Arumpone”. Maka
disepakatilah Ulu Ada (Perjanjian) sebagai berikut :

1. Mali siparappeki, mareba sipatokkoki, dua ata seddi puang, Gaukna Luwu Gaukna Bone,
manguruja manguru deceng. (Kita naikkan yang hanyut, kita tegakkan yang rebah. Dua rakyat
satu raja, tindakan Luwu tindakan Bone sama – sama menanggung buruk baiknya. Maksudnya,
kita bantu bagi yang membutuhkan bantuan, rakyat dan raja Luwu bersatu dengan rakyat dan raja
Bone dalam menghadapi segala tantangan).

2. Tessipamate matei, sisappareng akkenunggi, tessibawang pawengngi, tessitajeng


alilungngi. (Tidak saling mematikan, saling menunjukkan hak milik, tidak saling menghina, dan
tidak saling mencarikan kesalahan. Maksudnya, Bone dan Luwu jangan saling mencelakakan,
tetapi mestinya saling menghormati dan menghargai hak milik masing – masing).

3. Namauna siwennimua lettukna to Bone ro Luwu, Luwuni. Namauna siwennimua lettukna


Luwue ri Bone, to Boneni. (Walaupun baru satu malam orang Bone di Luwu, maka mereka
sudah menjadi orang Luwu, walaupun baru satu malam orang Luwu sampai di Bone, maka
mereka sudah menjadi orang Bone. Maksudnya, orang Luwu ataupun orang Bone diperlakukan
sama, dihargai, dan dihormati sama seperti kalau mereka berada di negeri sendiri, di Luwu
ataupun di Bone).

4. Tessiagelliang tessipikki, bicaranna Bone bicaranna Luwu, Adeqna Bone adekna Luwu, Adeqna
Luwu adekna Bone. (Tidak saling memarahi dalam kesulitan, masalahnya Luwu masalahnya
Bone, adatnya Bone adatnya Luwu. Maksudnya, Luwu dan Bone bersama – sama bertekad
menyelesaikan masalah mereka berdasarkan ketentuan hukum adat masing – masing).
5. Tessiacinnaiyangngi ulaweng matasa, Pattola malampe’. (Tidak saling menginginkan emas murni
dan calon pengganti yang panjang. Maksudnya, Bone dan Luwu tidak saling mencampuri masalah
urusan dalam negeri masing – masing).

6. Niginigi temmaringngerang ri ulu adae, iyya risering parowo ri Dewatae lettu ritorimunrinna.
Iyya makkuwa ramunramunna, apu apunna ittello riaddampessangnge ri batue
tanana. (Barangsiapa yang mengingkari perjanjian perdamaian ini, maka dialah akan disapu
seperti sampah oleh Dewata sampai anak cucunya, dan negerinya akan hancur seperti telur yang
dihempaskan di batu. Maksudnya, bila Luwu ataupun Bone mengingkari perjanjian perdamaian
tersebut, maka akan mendapat kutukan dari Dewata).

Usai Perjanjian Polo MalelaE ri Unnyi ini, kedua raja ini, Arumpone dan Datu Luwu kemudian
kembali ke negerinya. Keseluruhan substansi perjanjian Unnyi tersebut tidak mengandung unsur yang
menetapkan tentang pembayaran kerugian perang dari pihak Luwu (yang kalah perang) kepada pihak
Bone (yang menang perang). Dengan demikian perjanjian perdamaian tersebut menyimpang dari
kelaziman perjanjian gencatan senjata, yang pada umumnya menetapkan sanksi kerugian perang yang
harus dibayar oleh negara agresor yang kalah perang. Hal ini menunjukkan pendekatan
kekeluargaan Arung Mangkaue La Tenrisukki kepada Datu Luwu, Dewaraja.

Berdasarkan substansi materi perjanjian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya
Perjanjian Uunyi adalah perjanjian persekutuan antara Bone dan Luwu. Persekutuan entente semacam
ini, baru untuk pertama kalinya terjadi dalam Sejarah Kerajaan Bone. Arti strategis Polo Malelae ri
Unnyi bagi Bone, adalah suatu sukses di bidang politik dan militer. Dengan peristiwa tersebut
menampatkan Bone dalam posisi strategis dan prestise yang kuat terhadap kerajaan – kerajaan kecil di
sekitar Kerajaan Bone bahkan juga kerajaan – kerajaan lainnya di kawasan Sulawesi Selatan. (Kasim,
2002).

Dimasa pemerintahan La Tenri Sukki, terjadi pula permusuhan antara orang Bone dengan orang
Mampu. Pertempuran terjadi di sebelah selatan Itterung, diburu sampai di kampungnya. Arung
Mampu La Pariwusi kalah dan menyerahkan persembahan. Arung Mampu berkata, ”Saya serahkan
sepenuhnya kepada Arumpone, asalkan tidak menurunkan saya dari pemerintahanku”. Arumpone
menjawab, ”Saya akan mengembalikan persembahanmu dan saya akan mendudukkanmu sebagai
Palili Bone. Akan tetapi engkau harus berjanji untuk tidak berpikir jelek dan jujur sebagai pewaris
harta benda”. Sesudah itu, dilantiklah Arung Mampu memimpin negerinya dan kembalilah
Arumpone ke Bone.

La Tenri Sukki menjadi Arung Mangkaue’ ri Bone selama 20 tahun. Di saat akhir hidupnya ia
mengumpulkan seluruh orang Bone dan menyampaikan, ”Saya sekarang dalam keadaan sakit, apabila
saya wafat maka yang menggantikan saya adalah anakku yang bernama La Uliyo”. Setelah pesan itu
disampaikan, ia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. (***)

Anda mungkin juga menyukai