Anda di halaman 1dari 60

Becauce We Care

STANDAR PELAYANAN MEDIK


PENYAKIT PARU
(PDPI)
SMF PARU
Dr. Handoko Gunawan, SpP
Dr. Wim Lambey, SpP
Dr. Bambang Heru, SpP
Dr. Benyamin Paulus Octavianus, SpP

Jl. Panjang Arteri No. 26, Kedoya Utara , Jakarta Barat 11520
Telp. +62 21 2991 0999, Fax. +62 21 5694 2233
www.grhakedoya.com

0
No. ICD-X: J.851
1. Nama penyakit / diagnosis : Abses Paru
Abses paru adalah peradangan di jaringan
paru yang disertai pembentukan rongga
yang berisi nanah

2. Kriteria diagnosis :  Demam tinggi, batuk-batuk, mula-mula


jumlah dahak sedikit. Bila rongga abses
berhubungan dengan bronkus yang
agak besar maka isi abses dibatukkan
keluar dalam jumlah banyak, berupa
nanah, kadang-kadang disertai
hemoptisis. Seringkali dahak berbau
busuk atau bercampur darah
 Pemeriksaan jasmani: foto toraks
menunjukkan rongga berisi udara dan
cairan dalam paru dengan air fluid level

3. Diagnosis diferensial :  Empiema


 Bula terinfeksi
 Kanker paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA & lateral
Laboratorium darah: leukosit, LED
meninggi
 Sediaan apus sputum pulasan gram,
biakan dan uji resistensi terhadap
kuman mikroorganisme

4.2. Khusus :  Bronkoskopi


 Tomogram atau
 CT Scanning toraks

5. Konsultasi :  Dokter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Bedah Toraks bila
perlu tindakan pembedahan

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap

1
7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Fisioterapi bila sputum banyak

7.2. Terapi medikamentosa :  Penisilin injeksi 2 x 1,2 juta unit &


Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
rongga abses menutup ( 2 minggu)
 Metrodinazol 3 x 500 mg, bila dahak
berbau busuk (infeksi kuman anaerob)
 Obat pilhan lain: amoksisilin + asam
klavulanat 3 x 1 g selama 3 – 5 hari,
dilanjutkan 3 x 500 mg sampai rongga
abses menutup

7.3. Terapi khusus :  Cuci bronkus (bronchial toilet) atau bila


abses berhubungan dengan bronkus
besar
 Reseksi paru bila terapi antibiotika
gagal

8. Standar rumah sakit :  Rumah sakit tipe C / D bila tidak begitu


berat
 Rumah sakit tipe B / A, bila perlu
tindakan operasi

9. Penyulit (komplikasi) :  Batuk darah masif


 Sepsis
 Infeksi jamur
 Pembentukan fungus ball

10. Informed consent (tertulis) : Perlu, bila akan dilakukan tindakan

11. Standar tenaga :  Dokter umum bila gejala ringan


 Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : Tergantung perjalanan penyakit

13. Masa pemulihan : Tergantung perjalanan penyakit

14. Output :  Sembuh sempurna


 Rongga abses tersisa

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

2
17. Bidang terkait :  Bedah Toraks
 Rehabilitasi Medik
 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah (bila perlu tindakan)

3
No. ICD-X: J.80
1. Nama penyakit / diagnosis : Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
Adalah gagal napas akut yang ditandai
dengan hipoksemia berat dan edema paru
nonkardiogenik, akibat inflamasi akut,
peningkatan permeability kapiler dan
mengurangnya compliance paru. Etiologi
pneumonia bakteri, virus, Pneumocystis
carinii, legionela dan TB milier, aspirasi isi
lambung (syndrom Mendelson), terhirup
etilen glikol atau hidrokarbon, near
drowning, renjatan traumatik atau
hemoragik, emboli lemak atau cairan
amnion, kontusio paru, trauma nontoraks,
cedera kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, pankreatitis, kelebihan dosis
heroin, metadon, propoksifen atau
barbiturat atau terhirup parakuat. Banyak
lagi keadaan lain yang dianggap sebagai
penyebab seperti terhirup asap,
penggunaan oksigen berkonsentrasi tinggi
pada bantuan ventilasi lama, uremia,
operasi pintas kardiopulmoner, DIC,
transfusi darah masif, sindrom Goodpasture
dll.

2. Kriteria diagnosis :  Adanya faktor penyebab (telah


diuraikan di atas)
 Gambaran infiltrat merata di kedua paru
pada foto toraks
 Tekanan baji kapiler paru < 12 mmHg
 PaO2 (dari Analisis Gas Darah Arteri
-AGDA) 50 mmHg atau kurang dengan
penggunaan oksigen fraksi 60%

Catatan:
Gejala klinis tidak khas seperti batuk, sesak
(takipnea), takikardia, ronki di kedua paru.

3. Diagnosis diferensial : Edema paru kardiogenik

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks
 AGDA

4.2. Khusus : -
4
5. Konsultasi : Dokter spesialis paru

6. Perawatan rumah sakit : Harus dirawat di rumah sakit

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Cairan infus

7.2. Terapi medikamentosa :  Mengobati faktor penyebab

7.3. Terapi khusus :  Menggunakan ventilator mekanik


(dengan PEEP) yang dilengkapi
dengan terapi NO (nitrogen oksida)
dengan posisi “prone”

8. Standar rumah sakit : Tipe B

9. Penyulit (komplikasi) :  Gagal napas


7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Sepsis
 Payah jantung

10. Informed consent (tertulis) : Diperlukan terutama karena sewaktu-waktu


diperlukan bantuan ventilator mekanik

11. Standar tenaga : Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : Sampai keadaan klinis, AGDA dan foto


toraks menjadi tenang

13. Masa pemulihan : 2 – 4 minggu

14. Output : Dubia

15. PA : Umumnya tidak diperlukan

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Anestesi
 Penyakit Dalam
 Kardiologi
 Neurologi
 Bedah
18. Fasilitas khusus :  ICU
 ICCU

5
No. ICD-X: J.45
1. Nama penyakit / diagnosis : Asma Bronkiale

2. Kriteria diagnosis :  Riwayat serangan sesak napas disertai


mengi daan atau batuk-batuk berulang
dengan atau tanpa dahak akibat faktor
pencetus dan dapat hilang dengan atau
tanpa pengobatan
 Pada pemeriksaan jasmani dijumpai
ekspirasi memanjang dengan atau
tanpa mengi (wheezing). Pada
serangan dapat ditemukan penggunaan
otot bantu napas yang berlebihan

Klasifikasi diagnosis :  Asma intermiten


 Asma persisten
 Asma persisten sedang
 Asma persisten berat

3. Diagnosis diferensial :  Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


 Pneumotoraks
 Asma kardiale
 Bronkitis kronik
 Payah jantung kiri

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium
- darah rutin
- kadar eosinofil total
- kadar IgE
 Foto toraks untuk menyingkirkan
penyakit lain

4.2. Khusus :  Spirometri


 Uji bronkodilator
 Uji provokasi bronkus bila diperlukan
(gejala tidak khas)

5. Konsultasi :  Dokter spesialis paru

6. Perawatan rumah sakit :  Rawat jalan bila serangan asma ringan


 Rawat inap bila serangan asma berat

7. Terapi :
Terapi jangka panjang
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Avoidance (menghilangkan faktor
pencetus)
6
 Fisioterapi
 Senam asma
 Pendidikan dan penyuluhan kesehatan

7.2. Terapi medikamentosa :  Antiinflamasi


- Steroid inhaler
- Steroid oral dosis rendah
 Teofilin lepas lambat
 2 agonis lepas lambat
 Anti leukotrien: kromolin
 Obat lain: antibiotika, mukolitik,
ekspektoran atas indikasi

Terapi pada serangan akut


Menurut beratnya serangan
7.3. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Terapi cairan (infus)

7.4. Terapi medikamentosa :  Bronkodilator


- Adrenalin subkutan
- Terbutalin i.m
- Aminofilin i.v
Bronkodilator inhalasi (2 agonis,
ipratropium bromide) dengan:
- Nebulisasi
- Inhaler + spacer
 Kortikosteroid sistemik: i.v, i.m, oral
 Antibiotika, mukolitik, ekspektoran atas
indikasi

8. Standar rumah sakit :  Tipe D atau Puskesmas dengan fasiliti


perawatan

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit :  Sinusitis
 Emfisema subkutis
 Pneumotoraks
 Gagal napas

9.2. Karena tindakan :  Infeksi


 Pneumomediastinum

10. Informed consent (tertulis) : Perlu bila gagal napas dan membutuhkan
pemasangan mesin bantu napas (ventilator
mekanik)

11. Standar tenaga : Dokter Umum


7
12. Lama perawatan :  1 minggu

13. Masa pemulihan : Dapat langsung bekerja (0 – 5 hari)

14. Output :  Cepat membaik


 Perbaikan bertahap
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Alergi


 THT
 Rehabilitasi Medik

18. Fasilitas khusus : ICU dengan ventilator mekanik bila disertai


gagal napas

8
No. ICD-X: J.20
1. Nama penyakit / diagnosis : Bronkitis Akut
Ialah proses radang akut pada saluran
bawah. Tidak dijumpai kelainan radiologi.
Penyebab tersering adalah virus. Bila
berlangsung lebih dari 5 – 7 hari dan terjadi
perubahan warna sputum perlu dipikirkan
infeksi bakteri.

2. Kriteria diagnosis : Demam, batuk-batuk (dari batuk kering


sampai berdahak), kadang-kadang disertai
sesak napas dan disertai nyeri dada

3. Diagnosis diferensial :  Infeksi akut saluran napas bagian atas


 Bronkopneumonia
 TB paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral
 Laboratorium rutin darah
- Hitung leukosit mungkin meninggi
- Pada hitung jenis, terdapat dominasi
sel leukosit PMN
 Sputum mikoroorganisme atas indikasi

4.2. Khusus : Sesuai komplikasi

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat jalan

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 O2
 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi medikamentosa :  Mukolitik


 Ekspektoran
 Antitusif bila perlu
 Antibiotika bila perlu

7.3. Terapi khusus :  Terapi inhalasi bila perlu


 Sesuai komplikasi

8. Standar rumah sakit : Tipe D

9
9. Penyulit (komplikasi)
9.1. Karena penyakit :  Pneumonia
 Abses paru
 Empiema
 Septikemia

9.2. Karena tindakan : -

10. Informed consent (tertulis) : Tidak perlu

11. Standar tenaga : Dokter Umum

12. Lama perawatan : Tidak perlu rawat

13. Masa pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Komplikasi

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : -

10
No. ICD-X: J.47
1. Nama penyakit / diagnosis : Bronkiektasis
Ialah penyakit paru yang ditandai oleh
dilatasi yang disertai destruksi dinding
bronkus yang kronik dan menetap.
Keadaan ini dapat terjadi akibat kelainan
kongenital, infeksi menahun dan berulang,
faktor mekanik, maupun gangguan saraf
perifer otot-otot bronkus.

2. Kriteria diagnosis :  Kelainan anatomic berupa pelebaran


bronkus yang dapat terlihat pada
bronkografi atau CT scanning toraks
dan kadang-kadang dari foto toraks
biasa
 Gejala klinis dapat tidaak ditemukan
atau berupa batuk produktif atau batuk
darah. Pada keadaan lanjut dapat
disertai sesak napas
 Batuk pada perubahan posisi

3. Diagnosis diferensial :  Fibrosis


 TB paru
 Bronkitis kronik

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA & lateral
 Laboratorium rutin darah: hitung
leukosit meninggi
 MO sputum

4.2. Khusus :  Bronkografi


 CT scanning toraks
 Pengambilan bahan untuk biakan & uji
resistensi mikoorganisme penyebab:
aspirasi transtorakal, bronkoskopi
dengan sikat kateter terlindung ganda
atau kateter balon
 Foto sinus paranalisis jika dicurihai ada
sinusitis

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap pada bronkiektasis terinfeksi


berulang atau hemoptisis

11
7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Fisioterapi
- postural drainage bila dahaak amat
banyak
- Breathing Exercises
- Coughing Exercise
 Cuci bronkus atau bronchial toilet, bila
produksi sputum amat banyak

7.2. Terapi medikamentosa :  Antibiotika bila ada infeksi


 Mukolitik ekspektorans bila perlu
 Bronkodilator bila ada obstruksi
 Koagulan bila batuk darah

7.3. Terapi khusus : Pembedahan: lobektomi atau pneumo-


nektomi bila kelainan unilateral disertai
keluhan infeksi berulang atau batuk darah

8. Standar rumah sakit :  Tope C & D atau Puskesmas untuk


kasus-kasus ringan
 Tipe B atau A bila membutuhkan
tindakan bedah

9. Penyulit (komplikasi) :  Sepsis


 Hemoptisis masif
 Gagal napas

10. Informed consent (tertulis) : Perlu bila ada diagnostik invasif

11. Standar tenaga : Dokter Umum untuk kasus ringan

12. Lama perawatan : 1 – 2 minggu

13. Masa pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Lesi ireversibel, tak daapat sembuh


 Bebas gejala
 Komplikasi
 Gagal napas
 Kematian

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : Bila memungkinkan


12
17. Bidang terkait :  Mikrobiologi
 Rehabilitasi Medik
 Bedah Toraks
 THT

18. Fasilitas khusus : OK bila dilakukan tindakan bedah


ICU bila memerlukan ventilator mekanik

13
No. ICD-X: J.81
1. Nama penyakit / diagnosis : Edema Paru

2. Kriteria diagnosis :  Klinis biasanya pasien dalam posisi


duduk sedikit membungkuk ke depan,
sesak hebat, dapat disertai dengan
sianosis, berkeringat dingin, batuk
dengan sputum berwarna kemerahan
 Pada auskultasi didapatkan ronki basah
kasar pada lebih dari setengah
lapangan paru, wheezing, gallop
protodiastolik, bunyi jantung dua
pulmonal mengeras
 Pada foto toraks didapatkan hilus
melebar, densiti meningkat, disertai
garis Kerley ABC

3. Diagnosis diferensial :  ARDS


 Emboli paru
 Pneumonia
 Pneumotoraks
 Asma akut
 PPOK eksaserbasi akut
 Tumor mediastinum
 Tumor paru
 Efusi pleura

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks
 AGDA
 EKG
 Enzim kardiak

4.2. Khusus :  Tekanan baji kapiler pulmoner (PCWP)


 Rasio total edema alveolar-serum
(Tpc / Tpc)
 Perbedaan tekanan osmotic kapiler
tekanan baji kapiler pulmoner (COP-
PCWP)

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Setiap penderita dengan dugaan edema


paru harus segera dirawat

7. Terapi :
Umum:
14
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen
 Infus cairan

7.2. Terapi medikamentosa :  Bergantung pada penyebab / penyakit


yang mendasari

7.3. Terapi khusus :  Ventilator mekanik dengan atau tanpa


PEEP1 pada hipoksia berat, asidosis
atau tidaak berhasil dengan terapi
oksigen
 CPAP

8. Standar rumah sakit :  Rumah Sakit tipe B

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit :  Gagal napas
9.2. Karena tindakan : Cairan intravaskular berlebih atau
berkurang
10. Informed consent (tertulis) : Perlu terutama bila akan dilakukan
pemasangan ventilator mekanik

11. Standar tenaga : Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : Tergantung penyebab

13. Masa pemulihan : 1 – 2 minggu

14. Output :  Sembuh


 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Anestesi
 Kardiologi
 Penyakit Dalam
18. Fasilitas khusus : ICU
ICCU

15
No. ICD-X: J.90
1. Nama penyakit / diagnosis : Efusi Pleura

2. Kriteria diagnosis : Terdapatnya cairan dalam rongga pleura


yang dapat disebabkan oleh:
 Tuberkulosis
 Infeksi nontuberkulosis
 Keganasan primer / metastasis
 Reaksi radang ikutan proses lain
Gejala klinis yang sering dijumpai adalah
sesak napas, batuk-batuk, dada sisi yang
sakit lebih cembung dan tertinggal pada
pernapasan, suara napas menghilang,
pekak dan perkusi.

3. Diagnosis diferensial :  Pleuropneumonia


 Schwarte (penebalan pleura)
 Atelektasis

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak
cairan)
 Analisis cairan pleura: kimia, hitung sel
 Mikrobiologi
 Sitologi

4.2. Khusus :  Punksi dan biopsi pleura


 Torakoskopi (atas indikasi)
 Bila dicurigai keganasan, pemeriksaan
yang sesuai dugaan

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Bila ciaran banyak dan produksi cepat

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa : -

7.2. Terapi medikamentosa : Sesuai dengan penyebab efusi pleura. Bila


penyebab belum diketahui, dapat
dipertimbangkan pengobatan anti
tuberkulosis, terutama pada usia dewasa
muda.

16
7.3. Terapi khusus : Punksi cairan pleura dan bila cairan cukup
banyak dilakukan pemasangan WSD

8. Standar rumah sakit :  Tipe D


 Pasien yang menggunakan WSD harus
dirawat di rumah sakit tipe C / B dengan
dokter spesialis paru

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Empiema
 Penekanan paru dan organ-organ di
mediastinum
 Schwarte (penebalan pleura)

9.2. Karena tindakan  Pneumotoraks


 Perdarahan

10. Informed consent (tertulis) : Perlu untuk tindakan diagnostik dan terapi
invasif

11. Standar tenaga : Dokter Umum

12. Lama perawatan : 1 minggu, tergantung diagnosis dan


penyebab

13. Masa pemulihan : 1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi (tergantung diagnosis &
penyebab)

15. PA : Biopsi pleura

16. Autopsi / risalah rapat : Bila mungkin

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Patologi klinik
 Patologi anatomi

18. Fasilitas khusus : Totakoskopi

17
No. ICD-X: I.26
1. Nama penyakit / diagnosis : Emboli Paru

2. Kriteria diagnosis : Emboli paru muncul bila trombus vena


terlebas dan terbawa dalam sirkulasi arteri
pulmoner, tersangkut dan menyumbat
sebagian / total aliran darah di pohon arteri
pulmoner

3. Diagnosis diferensial :  Penyakit-penyakit jantung (angina,


infark miokard perikarditis, aneurisma
aorta disekan, gagal jantung, stenosis
mitral, tamponade jantung)
 Penyakit-penyakit paru (pneumonia,
pleuritis, pneumotoraks, asma, PPOK,
penyakit paru interstitial, ARDS,
aspirasi)
 Penyakit-penyakit esofagus (spasme,
ruptur esofagus)
 Penyakit mediastinum (mediastinitis,
pneumomediastinum, hematom
mediastinum)
 Proses-proses abdominal (pankreatitis,
abses subfrenik, ruptur hati, perforasi
ulkus, iskemi / distensi usus)
 Penyakit-penyakit ginjal (batu ginjal,
pielonefris infark ginjal)
 Penyakit-penyakit sistemik (syok,
anemia, sepsis)
 Dispnea psikogen
 Penyakit-penyakit neuromuscular
(abnormalitas susunan syaraf pusat,
neuropati yang melibatkan otot-otot
pernapasan, miopati yang melibatkan
otot-otot pernapasan)
 {enyakit-penyakit muskuloskeletal
(patah tulang iga, patah tulang sternum,
kostokondritis, spasme otot, kolaps
vertebral akut)

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium: leukosit, serum LDH,
enzym transaminase, bilirubin
 Foto toraks
 EKG
 AGDA

18
4.2. Khusus :  Scanning ventilasi perfusi
 Dopler
 Angiografi pulmoner
 Impedance plethysmography (IPG)
 Venografi
 Ekokardiografi Transesofageal (TEE)
 Helikal CT Scanning

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap, setiap penderita dengan


dugaan emboli paru harus segera dirawat.

7. Terapi :
Emboli submasif
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Oksigen

7.2. Terapi medikamentosa : Infus heparin 7 – 10 hari dilanjutkan


Walfarin oral

7.3. Terapi khusus : -

Emboli submasif berulang


7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Oksigen

7.2. Terapi medikamentosa : Antikoagulasi bila masih ada trombus

7.3. Terapi khusus : Mencegah emboli septik dengan cara vena


cavae plication, clipping dan ligasi

Emboli masif
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Oksigen dengan aliran tinggi
 Infus

7.2. Terapi medikamentosa :  Heparin bolus


 Terapi trombolitik

7.3. Terapi khusus :  Embolektomi

8. Standar rumah sakit : Rumah Sakit tipe B, sebaiknya tipe A

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Infark paru
 Hemoptisis masif
 ARDS
19
9.2. Karena tindakan -

10. Informed consent (tertulis) : Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan
diagnostik invasif dan terapi agresif

11. Standar tenaga :  Dojter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Jantung Pembuluh
Darah

12. Lama perawatan : Tergantung penyebab

13. Masa pemulihan : 2 minggu

14. Output :  Sembuh


 Sembuh parsial
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi (Radionuklear)


 Anestesi
 Kardiologi
 Penyakit Dalam
 Ahli Bedah kardiovaskuler

18. Fasilitas khusus :  Kamar bedah


 ICU
 ICCU

20
No. ICD-X: J.86
1. Nama penyakit / diagnosis : Empiema

2. Kriteria diagnosis :  Didapatkan pus pada punksi pleura


 Gejala klinis yang sering didapatkan
adalah demam, sesak napas, batuk-
batuk. Dada sisi yang sakit lebih
cembung, tertinggal pada pernapasan
dan suara napas menghilang.

3. Diagnosis diferensial :  Pleuritis eksudativa


 Pleuropneumonia
 Abses paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral
 Laboratorium
- sediaan apus cairan pleura dengan
* pulasan gram
* bakteriologi + BTA
- biakan kuman dan uji resistensi
untuk kuman TB dan kuman non TB
- bila diduga kuman anaerob sebagai
penyebab gunakan medium
transport BHI (Brain Heart Infusion)
- pemeriksaan parasitologi amuba

4.2. Khusus :  Punksi pleura


 Torakoskopi atas indikasi

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap agar pengembangan paru dapat


diupayakan lebih cepat dan semaksimal
mungkin

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat

7.2. Terapi medikamentosa :  Awal terapi bersifat empirik


 Antibiotika sesuai hasil uji resistensi

7.3. Terapi khusus :  WSD


 Bedah bila konservatif gagal

21
8. Standar rumah sakit :  Rumah sakit tipe D
 Rujukan pada rumah sakit tipe C / B
dengan spesialis paru
9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Septikemia
 Fistula

9.2. Karena tindakan  Perdarahan


 Piopneumotoraks

10. Informed consent (tertulis) : Perlu untuk tindakan memasang WSD atau
tindakan bedah

11. Standar tenaga :  Dokter umum: bila empiema sedikit dan


belum membutuhkan pemasangan
WSD
 Dokter spesialis paru: bila perlu
pemasangan WSD, bila timbul penyulit
dan akan bekerjasama dengan Ahli
Bedah Toraks, bila perlu tindakan
bedah (dekortikasi)

12. Lama perawatan : 2 – 4 minggu

13. Masa pemulihan : 1 – 2 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi

15. PA : Perlu untuk tindakan diagnostik dan terapi


invasif

16. Autopsi / risalah rapat : Bila mungkin

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Bedah toraks
 Mikrobiologi
 Parasitologi

18. Fasilitas khusus : Torakoskopi

22
No. ICD-X: J.96
1. Nama penyakit / diagnosis : Gagal Napas
Gagal napas ialah ketidakmampuan sistem
respirasi dalam mempertahankan
homeostasis oksigen dan karbondioksida
secara adekuat.

2. Kriteria diagnosis : Sesak napas (apnea atau dispnea berat),


gelisah, dapat sampai sianosis.
Ditemukannya murmur, gallop dan derik
menunjukkan kemungkinan adanya gagal
jantung, bising mengi mungkin pada suatu
krisis asma, ronki disertai sputum yang
banyak dan demam mungkin ada infeksi
paru, gejala neurologik mungkin pada
stroke atau miastenia gravis. Gambaran
hasil AGDA menunjukkan rendah, PaO2 di
bawah 50 mmHg, PaCO2 di atas 50 mmHg
waktu bernapas dalam udara kamar.

Etiologi
 Gagal napas tipe I
Saluran napas dan parenkim paru:
- infeksi (virus, bakteri, jamur parasit
dll)
- trauma (kontusio paru, laserasi
paru)
- lain-lain (neoplasma, narkotika,
akibat payah jantung, ARDS, emboli
paru, atelektasis, perdarahan
alveolar, volume overload)
 Gagal napas tipe II
- susunan saraf pusat
a. obat-obat (sedativa, hipnotika,
anestesi umum, racun)
b. gangguan metabolik
(hiponatremia, hipokalemia,
hipoksemia, pemberian
karbohidrat berlebihan, alkalosis,
hiperglikemia, hipotiroidisme)
c. neoplasma
d. infeksi (meningitis, ensefalitis,
abses)
e. peningkatan tekanan intrakanial
f.hipoventilasi
g. lain-lain

23
- Saraf dan otot
a. trauma (cedera mudulaspinalis,
cedera diafragma)
b. obat-obat (neuromuscular
blocking agents, aminoglikosida)
c. metabolic (hipokalemia,
hipomagnesemia,
hipofosfaatemia)
d. neoplasma
e. lain-lain (penyakit motor neuron,
meastenia gravis, multiple
sclerosis, distrofi otot, Guillain-
Barre syndrome)

- Saluran napas atas


a. Tissue enlargement (hiperplasia
tonsil dan adenoid, neoplasma,
polip, goiter)
b. Infeksi (epiglotitis,
laringotrakeititis
c. Trauma
d. Lain-lain (obstructive sleep
apnea, kelumpuhan pita suaraa
bilateral, edemalaring,
trakeomalasia, arthritis
krikoaritenoid)

- Dada
a. trauma (fraktur iga, flail chest,
burn eschar)
b. faktor lain (kifoskoliosis,
skleroderma, spondalitis,
pneumotoraks, efusi pleura,
fibrotoraks, posisi telentang,
obesitas, asitesis, nyeri)

3. Diagnosis diferensial :  Pneumotoraks


 Asma akut berat
 Infark miokard akut
 Pneumonia

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  AGDA
 Foto toraks
 EKG
 Sputum gram

24
4.2. Khusus :  AGDA serial

5. Konsultasi :  Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Harus dirawat di rumah sakit

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Terapi oksigen
 Fisioterapi

7.2. Terapi medikamentosa :  Bronkodilator


 Antibiotik
 Steroid
 Kardiotonika
 Cairan infus
 Terapi nutrisi
 Menangani faktor predisposisi /
penyebab

7.3. Terapi khusus :  Ventilator mekanik


 Bronkoskopi (untuk bronchial toilet)

8. Standar rumah sakit : Rumah Sakit tipe B

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Gagal jantung
9.2. Karena tindakan Akibat pemakaian pipa trakea dan ventilator
mekanik
 Trauma intubasi
 Gangguan hemodinamik
 Pneumonia nosokomial
 Barotrauma (pneumotoraks,
pneumomediastinum)
 Kesulitan penyapihan dari ventilator
mekanik

10. Informed consent (tertulis) : Perlu karena pemakaian ventilator mekanik

11. Standar tenaga :  Dokter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Anestesi / ICU

12. Lama perawatan : Sampai klinik dan AGDA stabil dan foto
toraks menjadi tenang.

13. Masa pemulihan : 2 – 4 minggu

25
14. Output : Meragukan, tergantung faktor etiologik,
cepatnya penanganan kegawatan dan
respons terhadap pengobatan.

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Laboratorium
 Anestesi
 Kardiologi
 Fisioterapi

18. Fasilitas khusus : ICU dengan ventilator mekanik.

26
No. ICD-X: C.34
1. Nama penyakit / diagnosis : Kanker Paru

2. Kriteria diagnosis : Ditemukan sel atau jaringan tumor ganas


berasal dari bronkus / paru. Pada stadium
dini seringkali tanpa gejala. Pada stadium
lebih laanjut mungkin didapatkan gejala
batuk / batuk darah, nyeri dada, sesak
napas, sindrom vena kava superior,
sindrom pleksus brakial anoreksia,
penurunan berat badan.

3. Diagnosis diferensial :  TB paru


 Tumor mediastinum
 Abses paru
 Tuberkuloma
 Pneumonia
Karena keluhan dan temuan amat mirip
dengan TB paru atau pneumonia,
didiagnosis seringkali terlambat, setelah
pengobatan untuk TB / pneumonia gagal.
Hal ini amat sering terjadi pada orang-orang
tua dan BTA sputum (-).

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral (sesuai letak
lesi)
 Sitologi sputum

4.2. Khusus :  Sitologi sekret bronkopulmoner


 Bronkoskopi, biopsi bronkus,
transbronchial lung biopsy (TBLB)
 Biopsi aspirasi transtorakal (BATT)
dengan jarum halus (fine needle-
aspiration biopsy)
 Punksi pleural + biopsi pleura +
pemeriksaan sitologi, histopatologi (bila
ada efusi pleura
 Biopsi aspirasi / ekstirpasi kelenjar
getah bening supraklavikula
 Tomogram atau CT Scanning toraks
 Torakotomi eksplorasi bila semua
upaya diagnostik tidak menghasilkan
kepastian jenis histologi

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

27
6. Perawatan rumah sakit :  Rawat inap biasa untuk mempercepat
diagnosis
 Rawat inap segera bila didapatkan
penyulit, misalnya sindrom vena kava
superior, obstruksi saluran napas besar
atau efusi pleura masif
 Rawat inap untuk pemberian
kemoterapi

7. Terapi :
(tergantung jenis histologis,
derajat / stage dan tampilan)  Untuk jenis histologis, dipakai klasifikasi
menurut WHO
 Untuk penderajatan (staging)
digunakan pembagian menurut sistem
TNM yang disepakati oleh UICC &
AJCC tahun 1997
 Untuk tampilan (performance status)
dipakai pembagian menurut skala
Karnofsky atau WHO

Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel


Kecil (KPKBSK):
 Derajat IA & B
Reseksi paru (lobektomi) dan diseksi
kelenjar getah being toraks kemoterapi
bila mungkin.

 Derajat IIA & B


- reseksi (lobektomi /
pneumonektomi)
- diseksi kelenjar getah bening toraks
- dilanjutkan dengan radioterapi
- kemoterapi bila mungkin

 Derajat IIIA
- reseksi paru
- diseksi kelenjar getah bening yang
mungkin
- dilanjutkan radioterapi dan
kemoterapi

 Derajat IV
- umumnya simptomatik / perawatan
paliatif dan bebas nyeri
- kemoterapi bila masih mungkin

28
Catatan:
Termasuk KPKBSK ialah karsinoma
skuamosa, adenokarsinoma dan karsinoma
sel besar.

Kanker Paru Jenis Karsinoma Sel Kecil:


Pengobatan primer adalah kemoterapi
dikombinasi dengan radioterapi

8. Standar rumah sakit :  Diagnostik dan terapi paliatif definitive:


rumah sakit tipe B dengan dokter
spesialis paru
 Perawatn paliatif dan bebas nyeri:
rumah sakit semua tipe

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Sindrom vena kava superior
 Gawat napas (penekanan bronkus
besar)
 Batuk darah
 Infeksi sekunder
 Nyeri akibat metastasis
 Hiperkalsemia
 Berbagai gangguan hormonal

9.2. Karena tindakan  Tergantung tindakan yang dilakukan

10. Informed consent (tertulis) : Perlu untuk semua tindakan diagnostik


invasif dan terapi.

11. Standar tenaga :


11.1. Diagnostik + pengobatan
definitif  Dokter Spesialis Paru
 Dokter Spesialis Radioterapi

11.2. Bila diperluka pembedahan  Dokter Spesialis Bedah Toraks

11.2. Pengobatan paliatif bebas nyeri  Dokter umum dan spesialis lain terkait

12. Lama perawatan : Tergantung derajat dan terapi yang


diberikan

13. Masa pemulihan : Tergantung perjalanan penyakit

14. Output : Tahan hidup sampai lima tahun dengan /


tanpa gejala penyakit:
 Sembuh parsial

29
 Komplikasi
 meninggal

15. PA : Mutlak perlu untuk pengobatan yang tepat

16. Autopsi / risalah rapat : Sangat dianjurkan

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Patologi anatomi
 Laboratorium klinik
 Radioterapi
 Penyakit dalam
 Rehabilitasi medik

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah toraks


Perhatian khusus Untuk diagnosis yang lebih dini, setaip
penderita dengan gejala-gejala pernapasan,
umur  50 tahun, perokok berat, BTA
sputum (-), dengan dugaan tuberkulosis
atau pneumonia berulang, harus dicurigai
menderita kanker paru, bila respons klinik
pengobatan tidak memadai setelah 1 – 2
minggu. Pada kasus-kasus seperti ini,
pemeriksaan yang menjurus ke arah kanker
paru harus dilaksanakan.

30
No. ICD-X: C.34
1. Nama penyakit / diagnosis : Nodul Paru Soliter
Ialah lesi radiologik berbentuk bulat soliter
dikelilingi oleh jaringan paru yang normal.

2. Kriteria diagnosis :  Gambaran radiologik


 Dapat dengan atau tanpa gejala klinis
seperti batuk-batuk, batuk berdarah

3. Diagnosis diferensial :  Tumor paru (jinak maupun ganas)


 Tuberkuloma
 Pneumonia eosinofilik
 Sindrome loeffler
 Hemangioma
 Mikosis paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium
- darah rutin: Hb, leuko, LED, hitung
jenis, eosinofil total
- feses: rutin + telur cacing
- serologi: jamur
 Foto toraks PA dan lateral
 Uji Mantoux

4.2. Khusus :  CT Scanning toraks


 Bronkoskopi + biopsi transbronkial
(TBLB)
 TTB (biopsi transtorakal) dengan
tuntunan fluoroskopi atau CT Scanning
toraks
 Torakotomi bila diagnosis pasti tidak
dapat ditegakkan

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat jalan


Catatan: bila rawat inap diagnostik lebih
cepat
7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa : -

7.2. Terapi medikamentosa :  Simptomatik


 Terapi sesuai dengan penyakit

7.3. Terapi bedah : Sesuai indikasi


31
8. Standar rumah sakit : Tipe B atau C
9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit Batuk darah
 Kanker, penyakit memburuk
 Mikosis, infeksi sistemik

9.2. Karena tindakan Batuk darah, pneumotoraks


10. Informed consent (tertulis) : Perlu, karena banyak dilakukan tindakan
invasif
11. Standar tenaga : Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan :  Tanpa pembedahan, 10 – 14 hari


 Dengan pembedahan 20 hari

13. Masa pemulihan : Dengan pembedahan 7 hari

14. Output :  Bukan kanker: sembuh


 Kanker: kekambuhan, penyebaran
penyakit

15. PA : Diperlukan untuk diagnostik pasti


16. Autopsi / risalah rapat : Dianjurkan
17. Bidang terkait :  Anestesi
 Bedah toraks
 Laboratorium Patologi Klinik
 Mikologi

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah toraks, bila dilakukan


tindakan bedah

19. Pencegahan : Untuk penemuan kasus yang lebih dini,


setiap penderita dengan gejala-gejala
pernapasan, umur  50 tahun, perokok
berat, sputum BTA (-), dengan dugaan
tuberkulosis atau pneumonia berulang,
harus dicurigai menderita kanker paru, bila
respon klinik pada awal pengobatan tidak
memadai. Pada kasus-kasus seperti ini,
pemeriksaan yang menjurus kepada kanker
paru harus dilaksanakan

32
No. ICD-X: J 17.2
1. Nama penyakit / diagnosis : Penyakit Jamur Paru

2. Kriteria diagnosis : Penyakit jamur paru adalah infeksi paru


yang disebabkan oleh jamur, baik infeksi
primer maupun infeksi sekunder.

Tidak ada gejala yang khas, gejala dapat


berupa:
 Batuk-batuk
 Batuk darah berulang
 Demam
 Mungkin timbul sesak napas

Faktor predisposisi:
 Penderita diabetes melitus
 Penderita yang mendapat antibiotika
atau steroid untuk jangka waktu yang
lama
 Penderita yang mendapat sitostatika
 Penderita dengan defisiensi imunologis

3. Diagnosis diferensial :  Pneumonia karena sebab lain


 Tuberkulosis paru
 Tumor paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks
 Mikroskopik dan biakan jamur dari
sputum, bilasan bronkus, biopsi paru
 Serologi jamur

4.2. Khusus :  Bronkoskopi, bilasan bronkus, TBLB


 Tomogram atau
 CT Scanning toraks dengan kontras

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap untuk pasien dengan batuk


darah, atau keadaan umum buruk

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 Fisioterapi (atas indikasi)

33
7.2. Terapi medikamentosa : Tergantung jenis jamur, umumnya dipakai
obat golongan ketokonazol, itrakonazol atau
flukonazol. Kadang-kadang perlu
amfoterisin B.

7.3. Terapi khusus : Bila ada fungus ball disertai batuk darah
biasanya perlu pembedahan (reseksi paru)

8. Standar rumah sakit :  Rumah sakit tipe C


 Rumah sakit tipe B/A bila diperlukan
tindakan bedah

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Batuk darah
 Sepsis

9.2. Karena tindakan -

10. Informed consent (tertulis) : Perlu, bila perlu tindakan invasif

11. Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : Tergantung perjalanan penyakit

13. Masa pemulihan : tergantung perjalanan penyakit

14. Output :  Sembuh


 Sembuh parsial

15. PA : Perlu, bila dilakukan reseksi paru

16. Autopsi / risalah rapat :  Masih ada batuk darah berulang


 Bila diagnosis pasti belum dapat
ditegakkan

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Bedah toraks
 Parasitologi
 Mikologi

18. Fasilitas khusus : Bronkoskopi

34
No. ICD-X: J.60-64, J.66
1. Nama penyakit / diagnosis : Penyakit Paru Kerja
Penyakit paru akibat kerja meliputi antara
lain:
 Pneumokoniosis pekerja tambang batu
bara (J60)
 Asbestosis (J61)
 Silikosis (J62)
 Pneumokoniosis lain (J63-J64)
 Bisinosis (J66)

2. Kriteria diagnosis :  Riwayat pekerjaan / paparan yang


akurat dan terinci
 Keluhan tergantung berat ringannya
penyakit, mulai dari batuk, sesak
napas, penurunan berat badan sampai
pada kecacatan yang menetap
 Pemeriksaan faal paru tergantung berat
ringannya penyakit, mulai dari yang
ringan reversible sampai pada yang
berat dan irreversible
 Gambaran radiologi tergantung berat-
ringannya penyakit, dinilai berdasarkan
klasifikasi ILO tentang gambaran
radiologis pneumokoniosis

3. Diagnosis diferensial : Dapat berupa berbagai kelainan paru


seperti:
 Bronkitis kronik
 Asma bronkial
 Penyakit paru interstitial lain

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks
 Uji faal paru

4.2. Khusus :  Uj provokasi bronkus


 CT Scanning toraks

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Pada kasus berat dan atau dengan kasus-
kasus komplikasi kardiopulmoner dan
komplikasi lain

7. Terapi : Penanganan pada dasarnya meliputi


penanganan keluhan paru sesuai dengan
35
kelainan yang ada, termasuk penanganan
kardiopulmoner dan komplikasi lainnya
Catatan:
 Pemeriksaan kesehatan berkala
termasuk pemeriksaan fungsi paru
memegang peranan utama untuk
deteksi sedini mungkin dan mencegah
kecacatan tetap
 Prinsip-prinsip kesehatan kerja perlu
selalu ditaati

8. Standar rumah sakit : Rumah sakit tipe B / C

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Korpulmonale
 Gangguan paru dan pernapasan yang
menetap
 Mesote;ioma dan kanker paru pada
paparan debu asbes
 Tuberkulosis paru pada paparan debu
silika
9.2. Karena tindakan -

10. Informed consent (tertulis) : Diperlukan pada tindakan-tindakan khusus

11. Standar tenaga :  Dokter Spesialis Paru, untuk


penanganan khusus di bidang masalah
paru
 Dokter Kesehatan kerja untuk
penanganan umum dan lingkungan
kerja

12. Lama perawatan : Tergantung berat penyakit dan respons


terhadap pengobatan

13. Masa pemulihan : Tergantung berat penyakit dan respons


terhadap pengobatan

14. Output :  Sembuh


 Kelainan menetap
 Pada keadaan yang berat (komplikasi)
dapat terjadi kematian

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

36
17. Bidang terkait :  Radiologi
 Kesehatan kerja

18. Fasilitas khusus : Laboratorium khusus analisis material

37
No. ICD-X: A 15.6
1. Nama penyakit / diagnosis : Pleuritis Eksudativa TB
Pleuritis eksudativa TB adalah peradangan
pleura disertai terbentuknya cairan eksudat
yang disebabkan oleh infeksi tuberkulosis.

2. Kriteria diagnosis : Batuk-batuk, demam, nyeri dada sisi yang


sakit, sesak napas. Hemitoraks sisi yang
sakit lebih cembung, pergerakan tertinggal
pada pernapasan, perkusi pekak / redup,
suara napas melemah, mediastinum
terdorong ke sisi yang sehat

3. Diagnosis diferensial :  Empiema


 Asbes paru
 Efusi pleura ganas
 Tumor paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral
 Foto toraks lateral dekubitus bila cairan
sedikit
 Uji tuberkulin

4.2. Khusus :  Punksi pleura untuk pemeriksaan


cairan pleura: uji rivalta (+)
 Hitung jenis sel, sel mononuclear
dominan, kadar glukosa rendah, BTA
 Biopsi pleura: ditemukan tuberkel &
radang kronik

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Umumnya berobat jalan. Rawat inap bila


penderita sesak napas

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  -

7.2. Terapi medikamentosa : Sama dengan terapi tuberkulosis paru,


ditambah dengan prednison 4 x 10mg,
kemudian dosis diturunkan tiap 5 – 7 hari

38
7.3. Terapi khusus : Punksi pleura semaksimal mungkin baik
pada pasien sesak napas maupun tanpa
sesak napas

8. Standar rumah sakit : Rumah Sakit tipe C dengan fasilitas dokter


spesialis paru dan memiliki CT-Scanning
toraks

9. Penyulit (komplikasi) :  Infeksi berlanjut menjadi empiema


 Fistula bronkopleural

10. Informed consent (tertulis) : Bila akan melakukan tindakan invasif

11. Standar tenaga :  Dokter umum


 Sokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : Sampai gejala toksik pasien hilang

13. Masa pemulihan : 2 – 4 minggu

14. Output : Biasanya sembuh baik, bila berobat dengan


teratur

15. PA : Perlu

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Mikrobiologi
 Patologi Anatami

18. Fasilitas khusus : -

39
No. ICD-X: J.18
1. Nama penyakit / diagnosis : Pneumonia
ialah infeksi akut pada parenkim paru yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus
maupun parasit.

2. Kriteria diagnosis : Demam, batuk-batuk (dari kering sampai


berdahak), sesak napas yang semakin
memberat dan kadang-kadang disertai nyeri
dada dan batuk darah.

3. Diagnosis diferensial :  Tumor paru


 TB paru
 Mikosis paru
 Efusi pleura (bila lesi terletak di lobus
bawah paru)

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral
 Laboratorium rutin darah
- jumlah leukosit meninggi
- pada hitung jenis terdapat dominasi
sel leukosit PMN
 Pemeriksaan bakteriologik sputum

4.2. Khusus : Pemeriksaan mikroorganisme dan


resistensi dari:
 Sputum
 Aspirat transtrakea
 Aspirat transtorakal
 Bilasan bronkus

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap, terutama pada penderita yang


secar nyata membutuhkan O2, atau
mengalami komplikasi, terlihat dari
frekuensi napas > 20x/m dan dangkal,
demam tinggi (>380), dehidrasi, septikemia

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Istirahat
 O2
 Hidrasi (terapi cairan)

7.2. Terapi medikamentosa :  Awal terapi bersifat empirik


40
 Antibiotika sesuai hasil bakteriologik
 Mukolitik
 Ekspektoran

7.3. Terapi khusus :  Pengisapan lendir bila perlu dengan


bronkoskop
 Bronchial toilet bila terdapat:
- retensi sputum
- atelektasis
 Ventilator mekanik bila terjadi gagal
napas

8. Standar rumah sakit :  Rumah Sakit tipe D


 Rumah Sakit tipe C/B dengan spesialis
paru khususnya pada kasus yang
mengalami komplikasi atau tanda-tanda
gagal napas

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Abses paru
 Empiema
 Atelektasis
 Septikemia
 Gagal napas

9.2. Karena tindakan  Perdarahan


 Empiema
 Septikemia

10. Informed consent (tertulis) : Perlu, bila diperlukan tindakan diagnostik


invasif atau pemasangan ventilator mekanik

11. Standar tenaga :  Dokter umum


 Dokter Spesialis Paru, khususnya pada
pasien dengan penyulit atau
terdapatnya tanda-tanda gagal napas

12. Lama perawatan : 1 – 2 minggu

13. Masa pemulihan :  1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : -

41
16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Patologi Klinik
 Mikrobiologi

18. Fasilitas khusus : ICU bila terjadi gagal napas

42
No. ICD-X: J.93
1. Nama penyakit / diagnosis : Pneumotoraks
Ialah adanya udara bebas di dalam rongga
pleura antara dinding dada dan paru yang
disebabkan oleh trauma dada, penyakit
paru, atau yang terjadi secara spontan.
Kadang-kadang terjadi pada wanita akibat
endometriosis (yang terjadi bersamaan saat
haid)

2. Kriteria diagnosis : Pada foto toraks terlihat udara dalam


rongga dada dan kolaps paru yang dibatasi
oleh bayangan pleura visceral. Sesak
napas daan atau nyeri dada yang terjadi
mendadak dan semakin memberat. Pada
pneumotoraks tekan (ventil pneumotoraks)
sesak napas semakin lama semakin hebat,
nadi lebih cepat, gelisah, keringat dingin
dan sianosis

3. Diagnosis diferensial :  Emfisema


 Asma bronkial
 IMA (infark miokard akut)
 Emboli paru

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA
Kadang-kadang diperlukan foto dalam
ekspirasi maksimal bila dicurigai
pneumotoraks ringan atau foto lateral
bila diduga disertai efusi pleura

4.2. Khusus :  Bronkoskopi

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Setiap pasien pneumotoraks harus dirawat


terutama bila disertai dengan keluhan:
 Sesak napas
 Luas pneumotoraks > 10%

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Pemasangan “mini WSD”
 Oksigen
 Fisioterapi

43
7.2. Terapi medikamentosa : Jika disebabkan oleh TB paru diperlukan
obat-obat anti tuberkulosis (OAT)

7.3. Terapi khusus :  Pemasangan WSD


 IPPB
 Jika pneumotoraks berulang
pleurodesis dengan zat kimia atau
pleurodesis secara bedah
 Torakoskopi untuk pemasangan cleps

8. Standar rumah sakit : Rumah Sakit Tipe C dan D bila gejala lebih
ringan dan kalau paru kolaps sebagian kecil
( 10%). Rumah Sakit tipe B dengan dokter
spesialis paru untuk tindakan khusus

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Emfisema subkutis
 Efusi pleura
 Empiema
 Pada pneumotoraks tekan dapat terjadi
torsi jantung dan pembuluh darah besar
 Gagal napas

9.2. Karena tindakan  Emfisema subkutis


 Edema paru
 Perdarahan
 Empiema

10. Informed consent (tertulis) : Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan
pemasangan WSD dan atau pembedahan

11. Standar tenaga : Dokter umum terutama dalam keadaan akut


sampai pemasangan “mini WSD” atau
pemasangan WSD. Dokter Spesialis Paru
atau Dokter Bedah

12. Lama perawatan : Sampai paru mengembang sempurna dan


tidak terjadi lagi pneumotoraks

13. Masa pemulihan :  1 minggu

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial tanpa keluhan tetapi
pengembangan paru tidak sempurna
 Komplikasi
 Meninggal

44
15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : Bila mungkin

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 Anestesi
 Rehabilitasi medik

18. Fasilitas khusus :  OK


 ICU

45
No. ICD-X: J 44.8
1. Nama penyakit / diagnosis : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Ialah kelompok penyakit paru kronik yang
tidak diketahui etiologinya, yang
mengakibatkan obstruksi jalan napas yang
irreversible dan ditandai dengan
peningkatan tahanan aliran udara di saluran
napas. ……

2. Kriteria diagnosis :  Bronkitis kronik


Batuk-batuk produktif 3 bulan dalam
setahun minimal 2 tahun berturut-turut,
mungkin tidak disertai kelainan
pemeriksaan jasmani atau ditemukan
ronki basah di kedua paru
 Emfisema
Sesak napas menetap dengan
progresif. Pada pemeriksaan fisik, dada
cembung, hipersonor, suara napas
melemah, mungkin terdengar mengi

3. Diagnosis diferensial :  Asma bronkial


 Bronkiektasis
 Sindroma obstruksi pasca tuberkulosis
(SOPT)

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA dan lateral
 AGDA

4.2. Khusus :  Spirometri


 Uji bronkodilator
 Alfa-1 anti tripsin
 DLCO

5. Konsultasi : Dokter spesialis jantung bila terjadi


komplikasi kardiovaskuler

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap pada eksaserbasi akut

7. Terapi :
Jangka panjang:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Domiciliary oxygen therapy dengan
aliran rendah +- 15 jam/hari bila PaO2 <
55 mmHg
 Fisioterapi
- latihan relaksasi

46
- latihan bernapas
 Rehabilitasi psikis
 Rehabilitasi pekerjaan
 Pendidikan kesehatan kepada
keluarganya

7.2. Terapi medikamentosa :  Bronkodilator aminofilin atau teofilin


dan beta 2 agonis
 Mukolitik dan ekspektoran
 Antibiotika atas indikasi
 Natrium kromolin
 Kortikosteroid inhalasi / oral bila ada
respons perbaikan FEV1 > 20%

Pada eksaserbasi akut :  Oksigen dengan aliran rendah


 Bronkodilator inhalasi beta 2 agonis
dengan:
- nebulisasi
- inhaler + “spacer”
 Bronkodilator aminofilin I.V
 Mukolitik inhalasi (asetilsistein)
diberikan bersama bronkodilator
inhalasi
 Inspiratory positive pressure breathing
(IPPB)
 Antibiotika atas indikasi
 Kortikosteroid

8. Standar rumah sakit : Rumah sakit tipe D

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Kor pulmonale
 Gagal napas

9.2. Karena tindakan Intoksikasi

10. Informed consent (tertulis) : Perlu

11. Standar tenaga : Dokter umum

12. Lama perawatan : 2 – 4 minggu

13. Masa pemulihan : 2 minggu

47
14. Output :  Sembuh parsial, penyakit bersifat
progresif, menjadi lebih berat walaupun
eksaserbasi sudah diatasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Anestesi


 Kardiologi

18. Fasilitas khusus : ICU

19. Pencegahan :  Menghindari faktor-faktor seperti polusi


udara, rokok, pekerjaan tertentu, infeksi
adalah sangat penting
 Menegakkan diagnosis sedini mungkin
terutama menentukan ada tidaknya
obstruksi saluran napas agar dapat
diberikan pengobatan maksimal dan
mengembalikan / memelihara fungsi
paru yang normal

48
No. ICD-X: Y.21
1. Nama penyakit / diagnosis : Tenggelam

2. Kriteria diagnosis : Keadaan akut dengan riwayat tenggelam


dalam air tawar, laut atau air es

3. Diagnosis diferensial : -

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Laboratorium: hemoglobin, hematokrit,
uji hemolisis, elektrolit
 AGDA
 EKG
 EEG

4.2. Khusus :  Tekanan darah


 Alveolar arterial oxygen gradient
 CVP
 Swan Ganz Catheter

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit : Rawat inap, setiap penderita dengan


tenggelam harus segera dirawat

7. Terapi :
Pengobatan segera:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Resusitasi kardiopulmoner (RKP)
 Oksigen
 Infus
 Pemasanan bila suhu < 28-300C (cairan
infus dihangatkan, selimut)

7.2. Terapi medikamentosa :  Aminofilin atau beta 2 agonis bila


didapatkan bronkospasme
 Koreksi asidosis metabolik
 Antibiotika atas indikasi
 Kortikosteroid dosis rendah 5 mg/Kg/24
jam dibagi 6 dosis

7.3. Terapi khusus :  Menggunakan ventilator mekanik bila


hipoksemia berat

8. Standar rumah sakit : Rumah Sakit tipe B atau C


 …

49
9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Infeksi
 Hipoksemia karena aspirasi, edema
paru
 Fibrilasi ventrikel (tenggelam di air
tawar)
 Gangguan fungsi ginjal (albuminuria,
hemoglobulinuria, anuria)
 Gangguan syaraf: koma lama

9.2. Karena tindakan  Patah tulang iga

10. Informed consent (tertulis) : Perlu terutama bila akan dilakukan tindakan
ventilator mekanik

11. Standar tenaga : Dokter Umum, Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : 1 – 2 minggu

13. Masa pemulihan :  1 minggu

14. Output :  Sembuh baik bila tanpa aspirasi cairan


dan RKP segera
 Sembuh parsial
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Anestesi


 Penyakit Dalam
 Neurologi

18. Fasilitas khusus : ICU

50
No. ICD-X: A.15
1. Nama penyakit / diagnosis : Tuberkulosis Paru
Ialah penyakit infeksi di paru yang bersifat
kronik dan menular disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis

2. Kriteria diagnosis : Gejala klinis yang dianggap (+) adalah


batuk ringan (dengan atau tanpa dahak)
sampai berat atau batuk darah, gejala
seperti flu yang hilang timbul dan semakin
sering serta demam terutama senja hari.
Foto toraks dianggap (+) bila
menggambarkan corakan yang bersifat
multiform yaitu bercak berawan (infiltrat),
mungkin disertai bercak kapur, garis fibrotik
dengan atau tanpa kaviti

3. Diagnosis diferensial :  Bronkopneumonia


 Bronkiektasis
 Mikosis (infeksi jamur)
 Tumor paru
Penyakit ini perlu diwaspadai pada kasus
yang termasuk risiko tinggi untuk kanker
paru yakni umur 40 – 50 tahun, laki-laki,
perokok berat, BTA sputum (-) tidak
menampakkan respons klinik yang
memadai pada awal pemeriksaan

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA (dan lateral, terutama
bila lesi terletak di lapangan tengah)
 BTA sputum langsung
 Biakan M.tuberculosis dan uji resistensi
- jumlah leukosit mungkin normal atau
sedikit meninggi
- LED > 30 mm/jam
- Hitung jenis, biasanya dominasi
limfosit
- HB rendah pada kasus yang sudah
lama
 Uji Mantoux bila perlu

4.2. Khusus : Pada kasus-kasus yang masih meragukan:


 Bilasan bronkus untuk pemeriksaan
kuman tuberkulosis (sediaan langsung,
biakan). Pada anak biasanya dipakai
bilasan lambung
 Pemeriksaan serologi
51
 PCR
Ada beberapa teknik baru untuk biakan
kuman tuberkulosis seperti BACTEC,
Mycodot

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan rumah sakit :  Pada prinsipnya pasien TB paru dapat


berobat jalan
 Indikasi rawat:
- batuk darah masif
- pneumotoraks
- keadaan umum lemah
- sesak napas
- komplikasi lain
7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  Perbaikan gizi
 Pendidikan kesehatan

7.2. Terapi medikamentosa : OAT (Obat Anti Tuberkulosis)


Paduan yang dianjurkan:
 2RHZE/4R2H2 atau 2RH2 / 4RH (6
bulan)
 2SHE / 10 – 16 HE (12 – 18 bulan)
 1 SHE/11S2HE (12 bulan)

Pedoman pengobaatan menurut PP-PDPI

8. Standar rumah sakit : Rumah Sakit tipe D, tipe B bila diperlukan


tindakan bedah

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Penyebaran milier
 TB ekstrapulmoner
 Destroyed lung / lobe
 Batuk darah masif / berulang

9.2. Karena tindakan -


Catatan:
Pada pengobatan TB paru, pemantauan
respons klinik pada awal penyakit amat
penting. Usia  50, sputum BTA (-), perokok
berat, sebagian dilakukan pemeriksaan
diagnostik ke arah kanker paru:
 Sitologi sputum

52
 Bronkoskopi
 TTB
 CT Scanning toraks dengan kontras
Hal ini perlu diperhatikan, karena amat
sering ditemukan kasus yang diduga TB,
ternyata belakangan terbukti kanker paru
dengan demikian diagnosis terlambat

10. Informed consent (tertulis) : Perlu ada indikasi

11. Standar tenaga : Dokter Umum

12. Lama perawatan :  Umumnya tidak perlu dirawat


 Hemoptisis tidak masif: 7 – 14 hari

13. Masa pemulihan : Bila tanpa penyulit dapat bekerja biasa

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : Jika dilakukan tindakan bedah

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  Radiologi


 Mikrobiologi
 Bedah toraks

18. Fasilitas khusus : Kamar bedah toraks, bila perlu tindakan


bedah

53
No. ICD-X: D.38.3
1. Nama penyakit / diagnosis : Tumor Mediastinum

2. Kriteria diagnosis : Ialah ditemukan massa dalam mediastinum


pada foto toraks. Gejala klinik kadang-
kadang tidak ada. Bila ukuran tumor besar
atau tumor ganas dapat timbul keluhan
sesak napas, nyeri dada, sindrom vena
kava superior

Tumor mediastinum mencakup berbagai


kelainan yang bersifat “space occupying”
seperti:
 Neoplasma jinak, misalnya teratoma,
timoma, neurofibroma
 Neoplasma ganas primer / metastasis:
limfoma malignum, metastasis kanker
lain, karsinomatosa, sarcoma
 Aneurima aorta, struma retrosternal
 Kelainan kongenital: kista bronkogen
 Mediastinitis, limfadenitis tuberkulosa

Timoma kadang-kadang disertai miastenia


gravis.

3. Diagnosis diferensial : Kanker paru primer

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  Foto toraks PA & lateral

4.2. Khusus :  Bronkoskopi


 Biopsi aspirasi transtorakal, sitologi
(bila mungkin)
 Tomogram atau
 CT Scanning toraks
 Esofagogram, BMR, Scanning tiroid
 EMG bila ada miastenia gravis
 Torakotomi, biopsi, pemeriksaan
histopatologi

5. Konsultasi :  Dokter Spesialis Paru


 Dokter Spesialis Radiologi
 Dokter Ahli Bedah Toraks

6. Perawatan rumah sakit : Perlu

7. Terapi :
54
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  -

7.2. Terapi medikamentosa :  Kemoterapi bila perlu sesuai jenis


tumor

7.3. Terapi khusus :  Ekspirasi tumor bila memungkinkan,


kecuali limfoma malignum
 Radioterapi untuk tumor-tumor yang
radiosensitif

8. Standar rumah sakit : Rumah sakit kelas B dengan dokter


spesialis paru atau dokter spesialis bedah
toraks

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  Sindrom vena cava superior
 Disfagia
 Miastenia gravis
 Kelumpuhan diafragma
 Gagal napas
9.2. Karena tindakan Biopsi aspirasi transtorakal: perdarahan

10. Informed consent (tertulis) : Perlu

11. Standar tenaga : Dokter Spesialis Paru

12. Lama perawatan : 2 – 4 minggu

13. Masa pemulihan : 1 – 2 minggu pasca bedah

14. Output :  Sembuh total


 Sembuh parsial
 Komplikasi
 Meninggal

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : Sangat dianjurkan

17. Bidang terkait :  Bedah toraks


 PA
 Radioterapi
 Penyakit Dalam
 Neurologi

18. Fasilitas khusus : Radioterapi, Kamar bedah toraks


55
No. ICD-X: Z.00 – Z.13
1. Nama penyakit / diagnosis : Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check-
up)

2. Indikasi :  Pemeriksaan kesehatan berkala


 Pemeriksaan prasyarat bekerja

3. Diagnosis diferensial : -

4. Pemeriksaan penunjang
Anamnesis :  Keluhan yang ada
 Riwayat penyakit paru yang pernah
diderita atau yang masih diderita saat
ini
 Riwayat penyakit lainnya yang pernah
atau masih diderita
 Riwayat kebiasaan pribadi: merokok,
minuman keras
 Riwayat pekerjaan: jenis pekerjaan,
lama bekerja, zat terpajan, keluhan
akibat pekerjaan
 Riwayat lingkungan: tempat tinggal,
tempat bekerja

5. Konsultasi : Dokter Spesialis Paru

6. Perawatan fisik / jasmani : Bisa tidak ditemukan kelainan

7. Pemeriksaan penunjang :  Rontgen toraks PA jika perlu lateral


 Uji faal paru
Catatan:
Selain pemeriksaan umum dapat
dilakukan uji faal paru yang bersifat
khusus sesuai kebutuhan.

 Pemeriksaan lain jika ditemukan


kelainan
- Dahak
*BTA 3 hari berturut-turut dengan
biakan dan uji resistensi bila perlu
*Pulasan gram (pada dugaan infeksi
bakterial)
*Jamur (pada dugaan infeksi jamur,
namun harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan lain)

56
*Sitologi (pada kecurigaan
keganasan paru dan saluran napas)
- Radiologi lain (seperti fluoroskopi,
USG, CT Scanning toraks dll)
- Pemeriksaan lain yang dianggap
terkait langsung dengan kelainan di
paru

8. Output :  Tidak ditemukan gangguan atau


penyakit pada saluran napas dan paru,
pasien dapat bekerja biasa dan
melakukan semua aktivitas
 Ditemukan gangguan atau penyakit
pada saluran napas dan paru, pasien
dapat bekerja dan melakukan aktivitas
dengan pembatasan
 Ditemukan gangguan atau penyakit
pada saluran napas dan paru, pasien
dianjurkan untuk tidak bekerja atau
beraktivitas untuk sementara waktu
atau seterusnyas

57
No. ICD-X:
1. Nama penyakit / diagnosis : …………
…………

2. Kriteria diagnosis :  ….
 …

3. Diagnosis diferensial :  ..
 ….
 …

4. Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum :  …
 …

4.2. Khusus :  …
 …
 ….

5. Konsultasi :  ..
 ..

6. Perawatan rumah sakit : …

7. Terapi :
Umum:
7.1. Terapi nonmedikamentosa :  ..
 ..

7.2. Terapi medikamentosa :  …


 …
 ..

7.3. Terapi khusus :  …


 ..

8. Standar rumah sakit :  …


 …

9. Penyulit (komplikasi) :
9.1. Karena penyakit  …
 …
9.2. Karena tindakan  …
 …

10. Informed consent (tertulis) : …..

58
11. Standar tenaga :  …
 …

12. Lama perawatan : …

13. Masa pemulihan : …

14. Output :  …
 …

15. PA : -

16. Autopsi / risalah rapat : -

17. Bidang terkait :  …


 …
 …

18. Fasilitas khusus : …

59

Anda mungkin juga menyukai