Dokumen - Tips - Referat Strabismus 5678919fca85e
Dokumen - Tips - Referat Strabismus 5678919fca85e
KATA PENGANTAR..................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
I. 1 LATAR BELAKANG..........................................................................3
I. 2 TUJUAN................................................................................................3
III. 1 DEFINISI............................................................................................10
III. 2 ETIOLOGI.........................................................................................10
III. 3 PATOGENESIS.................................................................................11
III. 5 DIAGNOSIS.......................................................................................17
III. 6 PENATALAKSANAAN...................................................................22
III. 7 KOMPLIKASI...................................................................................24
III. 8 PROGNOSIS......................................................................................25
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27
PENDAHULUAN
Mata merupakan salah satu organ indera manusia yang mempunyai manfaat
sangat besar. Kelainan yang menggangu fungsi mata salah satunya adalah strabismus.
Strabismus ini terjadi jika ada penyimpangan dari penjajaran okular yang sempurna.
Pada usia enam bulan sampai enam tahun memiliki prevalensi strabismus sekitar
2,5%, sedangkan temuan ini tetap konstan tanpa memandang jenis kelamin atau etnis,
prevalensi cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Strabismus terjadi pada
kira-kira 2% anak-anak usia di bawah 3 tahun dan sekitar 3% remaja dan dewasa
muda. Kondisi ini mengenai pria dan wanita dalam perbandingan yang sama.
Strabismus mempunyai pola keturunan, jika salah satu atau kedua orang
tuanya strabismus, sangat memungkinkan anaknya akan strabismus. Anak-anak
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan mata saat usia 3-4 tahun. Strabismus
menyebabkan posisi kedua mata tidak lurus maka akan mengakibatkan penglihatan
binokuler tidak normal yang akan berdampak pada berkurangnya kemampuan orang
tersebut dalam batas tertentu.
Strabismus adalah kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek
yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus pada satu obyek sedangkan
mata yang lain dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah. Keadaan ini
bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Penyebab juling yang
pasti belum seluruhnya diketahui. Enam otot mata, yang mengontrol pergerakan bola
mata, melekat pada bagian luar masing-masing mata. Pada setiap mata, dua otot
menggerakkan ke kanan dan ke kiri. Empat otot lainnya menggerakkan ke atas, ke
bawah, dan memutar. Agar kedua mata lurus dan dapat berfokus pada satu obyek yang
menjadi pusat perhatian, semua otot pada setiap mata harus seimbang dan bekerja
secara bersama-sama.
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui etiologi, gejala klinis,
dan pemeriksaan ophtalmologi yang dapat menentukan diagnosis, penatalaksanaan
dan pencegahan Strabismus. Serta untuk menambah wawasan kami sebagai coass di
bagian Ilmu Penyakit Mata dan sebagai calon dokter umum mengenai Strabismus.
BAB II
Beberapa struktur yang ada dalam kategori struktur luar mata adalah orbit, otot
ekstraokular konjungtiva, sistem lakrimal, dan kelopak mata. Berbagai fungsi yang
terkait dengan struktur ini meliputi perlindungan dan pelumasan.
Orbit(2,3,4)
Orbit adalah struktur berbentuk kerucut (Rongga piramidal dengan 4 sisi) yang terdiri
dari basis (margin orbital) yang terbuka ke garis tengah wajah, puncak, ujung sempit
ke arah posterior kepala, dan 4 dinding.
Pada orang dewasa, orbit dibentuk oleh 7 tulang: (1) frontal, (2) zygoma, (3)
maxilla, (4) ethmoid, (5) sphenoid, (6) lacrimalis, dan (7) palatina. Tulang frontal,
ethmoid, dan sphenoid adalah 3 tulang orbit yang tidak berpasangan. Margin orbital
Otot luar mata secara histologis berbeda dari kebanyakan otot rangka lainnya
karena mereka terdiri dari 2 jenis sel otot yang berbeda. Setiap sel otot terdiri dari
kelompok myofibril yang disebut sarkomer. Fibril otot Fibrillenstruktur (atau
kedutan-cepat) fibril otot menghasilkan gerakan mata yang cepat dan terdiri dari
miofibril yang terlihat jelas dengan sarkomer yang berkembang dengan baik . Fibril
otot Felderstruktur menghasilkan gerakan mata lambat atau tonik dan terdiri dari
miofibril yang tidak jelas terlihat dengan sarkomer kurang berkembang
Motor neuron kolinergik memasok kedua jenis serat otot. Persarafan ke fibril
fibrillenstruktur tebal dan sangat bermyelin, dengan en plaque tunggal sambungan
neuromuskular, sedangkan persarafan ke fibril felderstruktur tipis, dengan kumpulan
menyerupai buah anggur dar sambungan neuromuskuler.
Otot rektus(2,4)
Otot rektus medial dan lateral berasal dari anulus Zinn. Mereka melakukan
perjalanan sepanjang dinding anterior orbit, dan masuk masing-masing 5,5 mm dan
6,9 mm dari limbus,. (Lihat gambar di bawah.)
Otot rectus superior dan inferior juga berasal dari anulus Zinn. Mereka
melakukan perjalanan anterior dan lateral pada sudut 23 º dengan sumbu visual dari
mata dalam posisi utama. Mereka memasukkan 7,7 mm dan 6,5 mm dari limbus,
masing-masing.
Otot oblique(2,4)
Otot superior oblique berasal dari apeks orbit di atas anulus dari Zinn dan
melewati sepanjang dinding anterior orbit superomedial. Tendon dari otot oblik
superior melewati troklea (yang terletak di tepi nasal oblique superior) dan ini
tercermin inferior, posterior, dan lateral pada sudut 51 º terhadap sumbu visual dengan
mata dalam posisi primer. Tendon melewati bawah otot rektus superior sebelum
masuk di posterior equator pada aspek superior dan lateral bola mata
Suplai darah utama mata berasal dari arteri oftalmik. Cabang otot lateral arteri
oftalmik memasok rektus lateral, rektus superior, dan superior oblique. Cabang medial
memasok rektus inferior, rektus medial, dan oblique inferior
Cabang medial dan lateral arteri menimbulkan 7 pembuluh silier anterior, yang
berjalan dengan 4 otot rektus untuk memberikan sirkulasi untuk segmen anterior
mata. Setiap otot rektus memiliki 2 pembuluh silier anterior, kecuali untuk otot rektus
lateral, yang hanya memiliki 1 pembuluh. Kapal ini melewati anterior episclera dan
memasok segmen anterior mata, termasuk sklera, limbus, dan konjungtiva.
1. M.ciliaris :
- Fungsi : mengatur kecembungan lensa.
- Inervasi : Serabut parasimpatis N.III melalui ganglion ciliare.
2. Otot-otot iris:
- M.sphincter pupillae :
Mengecilkan ukuran pupil
Inervasi oleh sistem parasimpatis melalui nn.ciliares breves.
- M.dilator pupilae:
Melebarkan pupil
Inervasi oleh sistem simpatis
STRABISMUS
III.1 Definisi
1. Faktor Keturunan
“Genetik Pattern”nya belum diketahui dengan pasti, tetapi akibatnya sudah
jelas. Bila orang tua yang menderita strabismus dengan operasi berhasil baik,
maka bila anaknya menderita strabismus dan operasi akan berhasil baik pula.
3. Kelainan Anatomi
Kelainan otot ekstraokuler
- Over development
- Under development
- Kelainan letak insertio otot.
4. Kelainan pada “vascial structure”
Adanya kelainan hubungan vascial otot-otot ekstraokuler dapat
menyebabkan penyimpangan posisi bola mata.
III.3 Patogenesis
Bila terdapat satu / lebih otot mata yang tidak dapat mengimbangi gerak otot-otot
lainnya maka akan terjadi gangguan keseimbangan gerak kedua mata, sumbu
penglihatan akan menyilang, mata menjadi strabismus & penglihatan menjadi ganda
(diplopia)
Kedua bola mata digerakkan oleh otot-otot mata luar sedemikian rupa
sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan selalu jatuh tepat di kedua
fovea sentralis. Otot penggerak kedua bola mata, yang berjumlah dua belas akan
selalu bergerak secara teratur; gerakan otot yang satu akan mendapatkan
keseimbangan gerak dari otot-otot lainnya. Keseimbangan yang ideal seluruh otot
penggerak bola mata ini menyebabkan kita dapat selalu melihat secara binokular.
Pertama apabila aktivitas dan tonus satu atau lebih otot penggerak menjadi
berlebihan; dalam hal ini otot bersangkutan akan menarik bola mata dari
kedudukan normal. Apabila otot yang hiperaktif adalah otot yang berfungsi
untuk kovergensi terjadilah juling yang konvergen (esotropia).
Kedua, adalah kebalikan dari pertama, apabila satu atau lebih dari otot
penggerak bolamata aktivitas atau tonusnya menjadi melemah atau paretik.
Bila hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk konvergensi, maka terjadilah
juling divergen (ekstropia).
Dapatlah dimengerti bahwa ada dua keadaan tersebut di atas, besarnya sudut
deviasi adalah berubah-ubah tergantung pada arah penglihatan penderitaan.
Keadaan juling seperti itu disebut sebagai gangguan keseimbangan gerak yang
inkomitan. Sebagai contoh adalah suatu kelumpuhan otot rektus lateral mata kanan,
maka besar sudut deviasi adalah kecil bila penderita melihat kearah kiri dan
membesar bila arah pandang ke kanan. Gangguan keseimbangan gerak bola mata
dapat pula terjadi karena suatu kelainan yang bersifat sentral berupa kelainan stimulus
pada otot. Stimulus sentral untuk konvergensi bisa berlebihan sehingga akan
didapatkan seorang penderita kedudukan bola matanya normal pada penglihatan jauh
(divergensi) tetapi menjadi juling konvergen pada waktu melihat dekat (konvergensi);
demikian kita kenali :
o Convergence excess
Bila kedudukan bola mata penderita normal melihat jauh dan juling ke
dalam esotopia pada waktu melihat dekat.
o Divergence excess
o Convergence insuffiency
Bila kedudukan bola mata normal pada pennglihatan jauh tapi juling
keluar pada waktu melihat dekat.
o Divergence insuffience
Bila penderita mempunyai kedudukan bola mata yang normal untuk dekat
tetapi juling ke dalam bila melihat jauh.
3. Anisometropia
Perbedaan kekuatan miopia antara mata satu dan lainnya pada umumnya
tidak mengakibatkan timbulnya ambliopia yang mencolok, disebabkan oleh kerena
mata dengan miopia yang lebih berat sifatnya masih dapat melihat berbeda-beda
secara jelas untuk dekat tanpa akomodasi, lagi pula kelainan miopia umumnya
bersifat progresif dan umumnya belum terdapat secara menyolok pada usia sangat
muda.
4. Aniseikonia
Seseorang yang menderita diplopia sudah barang tentu akan menjadi binggung
seperti seorang yang baru belajar menggunakan mikroskop monokular, secara sadar
ataupun tidak akan menutup salah satu matanya agar penglihatan menjadi tunggal
kembali. Lama kelamaan orang tersebut akan belajar mengeliminasi bayangan salah
satu matanya dan disebut sebagai image supression dan dalam pembahasan ini akan
disebut sebagai supresi.
Supresi dapat dilakukan secara sadar pada kedua mata berganti - ganti menjadi
dan disebut Alternating Suppression, tapi dapat pula terjadi secara terus menerus pada
mata yang sama dan memilih menggunakan mata lainnya untuk penglihatan. Dalam
hal ini maka mata yang dipakai untuk penglihataan sehari-hari disebut sebagai mata
yang dominan sedang mata yang mengalami supresi sebagai mata malas (lazy eye).
Mata malas dalam keadaan sehari-hari tidak dipakai melihat, maka pada umumnya
mata ini mengalami kemunduran-kemunduran fungsional dan menjadi ambliopia
bahkan kadang-kadang mengalami deviasi sumbu penglihatan dan menjadi juling.
(5,8,11)
III.4 Pemeriksaan Oftalmologi
1. Tes Hirschberg
Tujuan : Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai derajat pengguliran bola
mata abnormal dengan melihat refleks sinar pada kornea
Dasar : bila terdapat fiksasi sentral pada satu mata maka refleks sinar yang
diberikan pada kornea mata lainnya dapat menentukan derajat deviasi mata
secara kasar.
Alat : sentolop
Teknik :
3. Cover Test
Caranya: menyuruh mata pasien berfiksasi pada satu obyek. Bila telah
terjadi fiksasi kedua mata maka mata kiri ditutup dengan lempeng
penutup. Di dalam keadaan ini mungkin akan terjadi:
Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai kejulingan
yang manifes. Bila mata kanan bergerak ke nasal berarti mata
kanan juling ke luar atau eksotropia. Bila mata kanan bergerak ke
temporal berarti mata kanan juling ke dalam atau esottropia.
Mata kanan bergoyang yang berarti mata tersebut mungkin
ambliopia atau tidak dapat berfiksasi.
Mata kanan tidak bergerak sama sekali, yang berarti bahwa mata
kanan berkedudukan normal, lurus atau telah berfiksasi.
Tes Duksi
Tujuan : Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pergerakan setiap otot mata
menurut fungsi gerakan otot tersebut
Dasar : setiap otot penggerak mata mempunyai fungsi khusus pada pergerakan mata
Alat : lampu fiksasi
Teknik :
- Pemeriksaan ini dilakukan pada jarak dekat atau 30 cm
- Mata diperiksa satu persatu mata
- Dilihat pergerakan mata dengan menyuruh mata tersebut mengikuti
gerakan sinar ke atas, kebawah, kekiri, kekanan, temporal atas, temporal
bawah, nasal atas dan nasal bawah
Nilai : bila tidak terlihat kelambatan pergerakan otot disebut fungsi otot normal
III.5 Diagnosis
Seringkali heteroforia bertambah secara progresif, sehingga kelainan deviasi ini tidak
dapat lagi diatasi, sehingga menjadi = strabismus.
Tanda-tanda :
b. Deviasi
Deviasi akan tampak lebih jelas, bila kedua mata digerakkan kearah dimana
otot yang lumpuh bekerja. Tetapi bila mata digerakkan kearah dimana otot
yang lumpuh ini tidak berpengaruh, deviasinya tak tampak.
Contoh : kelumpuhan m.rektus lateralis, menyebabkan esotropia, mata
berdeviasi kenasal. Deviasi ini tampak jelas bila kedua mata digerakkan
kearah temporal dan menjadi tidak nyata, bila digerakkan kearah nasal.
Deviasi dari mata yang strabismus disebut deviasi primer, selalu kearah
berlawanan dengan arah bekerjanya otot yang lumpuh. Kalau mata yang sakit
melihat sesuatu obyek dan mata yang sehat ditutup maka mata yang sehat ini
akan berdeviasi pada arah yang sesuai dengan mata yang sakit, tetapi dengan
kekuatan yang lebih besar. Deviasi dari mata yang sehat disebut deviasi
sekunder. (7,12)
c. Diplopia : terjadi pada lapangan kerja otot yang lumpuh dan menjadi lebih
nyata bila mata digerakkan kearah ini.
Tanda-tandanya :
- gangguan pergerakan mata kearah luar
- diplopi homonim, yang menjadi lebih hebat, bila mata digerakkan kearah
luar
- kepala dimiringkan kearah otot yang lumpuh
- deviasinya menghilang, bila mata digerakkan kearah yang berlawanan
dengan otot yang lumpuh
- pada anak dibawah 6 tahun, dimana pola sensorisnya belum tetap, timbul
supresi, sehingga tidak timbul diplopia
- pada orang dewasa, dimana esotropianya terjadi sekonyong-konyong,
penderita mengeluh ada diplopia, karena pola sensorisnya sudah tetap dan
bayangan dari obyek yang dilihatnya jatuh pada daerah-daerah retina
dikedua mata yang tidak bersesuaian (corresponderend). (7,12)
Deviasinya telah timbul pada waktu lahir atau pada tahun-tahun pertama.
Deviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi. Karena itu
penyebabnya tak ada hubungannya dengan kelainan refraksi atau kelumpuhan
otot-otot. Mungkin disebabkan oleh : Insersi yang salah dari otot-otot yang
bekerja horizontal, kelainan persarafan supranuklear atau kelainan genetis. (12,13)
Untuk melakukan konvergensi dari kedua mata, harus ada kontraksi yang
sama dan serentak dari kedua m.rektus internus, sehingga terjadi gerakan yang
sama dan simultan dari mata ke nasal. Divergensi dan konvergensi adalah
bertentangan, overaction dari yang satu menyebabkan kelemahan dari yang lain
dan sebaliknya. Dibedakan :
1. Kaca Mata
2. Orthoptics :
a. Oklusi Mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata
yang ambliopia. Oklusi sebagian juga harus bisa dilakukan dengan
membrane plastik, pita, lensa, atau mata ditutup dengan berbagai cara.
b. Pleoptic
c. Obat-obatan
d. Latihan Synoptophore
3. Memanipulasi akomodasi
a. Lensa plus / dengan miotik
Menurunkan beban akomodasi dan konvergensi yang menyertai
4. Penutup Mata
Jika anak menderita strabismus dengan ambliopia, dokter akan
merekomendasikan untuk melatih mata yang lemah dengan cara menutup
mata yang normal dengan plester mata khusus (eye patch). Penggunaan
plester mata harus dilakukan sedini mungkin dan mengikuti petunjuk
dokter. Sesudah berusia 8 tahun biasanya dianggap terlambat karena
penglihatan yang terbaik berkembang sebelum usia 8 tahun.
B. Operatif
a. Melemahkan otot : Recession
b. Memperkuat otot : Recection
Contoh:
- Esotropia jarak jauh, dilakukan reseksi m.rektus eksternus, (otot yang
lemah). Pada esotropia jarak dekat, perlu resesi m.rektus internus (otot
1. Supresi
Merupakan usaha yang tak disadari dari penderita untuk menghindari diplopia
yang timbul akibat adanya deviasinya.
2. Ambliopia
Yaitu menurunkan visus pada satu/dua mata dengan atau tanpa koreksi
kacamata dan tanpa adanya kelainan organiknya.
4. Defect otot
a. Misal : Kontraktur otot mata biasanya timbul pada strabismus yang
bersudut besar & berlangsung lama.
b. Perubahan2 sekunder dari struktur conjungtiva & jaringan fascia yang
ada di sekeliling otot menahan pergerakan normal mata
5. Adaptasi posisi kepala antara lain :
Head Tilting, Head Turn.
Keadaan ini dapat timbul untuk menghindari pemakaian otot yang mengalami
defect atau kelumpuhan untuk mencapai penglihatan binokuler. Adaptasi
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 09 Desember 2013 – 11 Januari 2014
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi, Bogor
Page 24
posisi kepala biasanya kearah aksi otot yang lumpuh. Contoh : Paralyse Rectus
Lateralis mata kanan akan terjadi Head Turn kekanan.
III.8 Prognosis
Prognosis pada strabismus ini baik bila segera ditangani lebih lanjut, sehingga
tidak sampai menimbulkan komplikasi yang menetap
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kahle W. “The Eye”, in Color Atlas And Textbook of Human Anatomy , p.348,
Stuttgart, Germany, 2003.Noble J, Chaudray V. CMAJ. 2010.
2. Snell, Richarcd. Anatomi Klinik Edisi Keenam. Jakarta : EGC; 2006.
3. Sherwood, L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2001. Penerbit EGC:
Jakarta. hal 171.
4. Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta :
EGC; 2008
5. Kanski, Jack J., clinical ophthalmology fourth edition. Glasgow: Bath Press
Colourbooks;1999.
6. Friedman, Kaiser. The Massachussets Eye and Ear Infirmary Illustrated Manual
of Ophtalmology.2004.Saunders.Pensylvania.