Oleh:
Antonius Reynold
NIM : 201700120021
Student ID : 12012000568
Dosen:
Sistem Manajemen Risiko difokuskan pada risk awareness, framework, discipline, habit
& culture, dan terangkum dalam Pertamina ERM Roadmap yang menjadi acuan dalam
menerapkan dan mengevaluasi manajemen risiko.
Framework ISO 31000:2009 Sebagai Kerangka Kerja Manajemen Risiko Di
Pertamina
ISO 31000:2009 merupakan standar mutu di bidang manajemen risiko yang berlaku
secara internasional. Standar tersebut berisi prinsip-prinsip, kerangka kerja, serta
panduan dalam pengelolaan risiko. Di lingkungan Pertamina, penerapan ISO
31000:2009 sebagai landasan kerangka kerja manajemen risiko, dilakukan terintegrasi
sesuai dengan kondisi lingkungan dan proses bisnis Perusahaan. Oleh karena itu,
Pertamina melakukan penyesuaian dalam penerapan ISO 31000:2009 sesuai dengan
karakter bisnis, organisasi dan culture Perusahaan sehingga dapat mendukung
tercapainya tujuan ERM di Pertamina. Tiga fondasi utama dalam ISO 31000:2009 yang
diimplementasikan dalam pengelolaan risiko di Pertamina, terdiri dari Prinsip (Risk
Management Principles), Kerangka Kerja (Risk Management Framework) dan Proses
(Risk Management Process) Manajemen Risiko.
Implementasi ISO 31000:2009 Di Pertamina
ISO 31000:2009 mulai diterapkan di Pertamina pada tahun 2011. Penerapan kerangka
kerja tersebut dilakukan secara bertahap, dimulai dari penyusunan kebijakan hingga
proses manajemen risiko. Secara garis besar, ISO 31000:2009, penerapan ISO
31000:2009 dapat dijabarkan sebagai berikut:
Risk Register yang telah disusun oleh Risk Owner dikonsolidasikan oleh setiap
Direktorat, Fungsi Leher dan Anak Perusahaan di Pertamina untuk selanjutnya
diseleksi menjadi Top Risk Direktorat, Fungsi Leher dan Anak Perusahaan
berdasarkan threshold dan hasil challenge session dengan setiap pemimpin
tertinggi. Selanjutnya, Manajemen Risiko Korporat yang dalam hal ini adalah
Fungsi ERM mengonsolidasi Top Risk Direktorat, fungsi leher dan anak
perusahaan yang telah disetujui setiap pemimpin tertinggi untuk diolah menjadi
Top Risk Pertamina.
2. Risiko Finansial
Risiko Finansial merupakan risiko terkait dengan kegiatan bisnis antara lain
accounting, credit, liquidity & finance intelligence, financial market, planning &
budgeting, dan operational yang mengakibatkan kerugian keuangan Pertamina.
Risiko yang muncul terkait dengan kegiatan bisnis antara lain, risiko pergerakan
atau fluktuasi variable pasar seperti harga komoditas, suku bunga, dan harga
minyak serta risiko keterlambatan atau gagal bayar dari pelanggan. Upaya
mitigasi yang dilakukan risiko rergerakan atau fluktuasi variabel pasar seperti
harga komoditas, suku bunga dan harga minyak mentah dapat dilakukan
tindakan mitigasi dengan cara melakukan transaksi lindung nilai valuta asing,
mengupayakan tingkat suku bunga pinjaman yang kompetitif serta melakukan
analisis risiko pasar. Menerapkan sistem scoring dan rating dalam pemberian
kredit Risiko keterlambatan atau gagal bayar dari pelanggan.
5. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan merupakan risiko terkait dengan kegiatan bisnis Pertamina
yang disebabkan oleh kurang atau tidak patuhnya terhadap peraturan. Terdapat
2 risiko utama yang dihadapi yaitu risiko penurunan GCG Assessment dan risiko
fraud. Tindakan mitigasi risiko penurunan GCG Assessment yaitu sosialisasi dan
inernalisasi GCG, monitoring kepatuhan LHKPN serta pelaksanaan assessment
oleh pihak eksternal. Risiko fraud ditangani melalui tindakan implementasi
Whistle Blowing System dan melakukan audit secara berkala.
6. Risiko Pelaporan
Risiko Pelaporan merupakan risiko terkait dengan kewajiban Pertamina untuk
menyampaikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan/shareholder.
Risiko laporan keuangan dan laporan manajemen tidak tepat waktu, tidak
reliable dan tidak wajar dan risiko pelaksanaan RUPS tidak terlaksana dengan
baik sesuai jadwal merupakan 2 risiko utama yang diperhatikan. Risiko laporan
keuangan dan laporan manajemen tidak tepat waktu, tidak reliable dan tidak
wajar dimitigasi dengan rekonsiliasi data secara berkala, penggunaan Business
Process Control (BPC) serta penyempurnaan sistem terkait konfigurasi actual
costing. Tindakan mitigasi risiko pelaksanaan RUPS tidak terlaksana dengan
baik sesuai jadwal yaitu dengan melakukan persiapan dan pelaksanaan rapat
Pra RUPS, Sirkuler dan RUPS RJPP.
memperbesar akses bagi masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan
kualitas kehidupan serta lingkungan yang lebih baik. Oleh karena itu, Pertamina
dalamnya membentuk unit yang mengelola CSR. Inisiatif CSR merupakan nilai tambah
Pertamina memiliki beberapa program CSR serta Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) yang menghadirkan energi untuk tumbuh dan berkembang dari
masyarakat.
1. Employee Volunteering
Kegiatan CSR dilaksanakan dengan menekankan keterlibatan pekerja internal
dalam partisipasi pelaksanaan kegiatan CSR
2. Creating Shared Value
Perlunya mendorong kegiatan CSR mendekati inti bisnis Perusahaan, dengan
memaksimalkan potensi-potensi kegiatan CSR yang dapat mendorong
peningkatan laba perusahaan atau cost reduction
3. Pertamina Sehati
Merupakan program CSR ikonik di kesehatan yang menyasar ibu dan anak.
Program ini dilaksanakan dengan tujuan menekan angka kematian ibu dan anak
pada daerah-daerah remote yang minim fasilitas kesehatan ibu dan anak.
Program Kemitraan
Program kemitraan merupakan program pemberdayaan dan peningkatan
ekonomi masyarakat melalui pemberian pinjaman dana kemitraan untuk modal kerja
dan investasi serta bantuan pembinaan berupa bantuan pelatihan, manajemen usaha,
dan lain-lain. Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi Usaha Kecil Menengah
(UKM) sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di sekitar wilayah
operasional Pertamina.
Pada tahun 2017, total dana program kemitraan yang disalurkan mencapai
Rp131,52 miliar. Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari penyisihan
sebagian laba bersih paling banyak sebesar 4%; saldo dana program kemitraan tahun
sebelumnya; jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/ atau
jasa giro dari dana program kemitraan; serta pelmpahan dana program kemitraan dari
BUMN lain.
Pada tahun 2017, total dana program bina lingkungan yang disalurkan mencapai
Rp342,53 miliar. Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari penyisihan
sebagian laba bersih paling banyak sebesar 4%; saldo dana program kemitraan tahun
sebelumnya; jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa
giro dari dana program kemitraan; serta pelimpahan dana program kemitraan dari
BUMN lain.
Peraih penghargaan Patra Adikriya Bhumi Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Pelatihan Pekerja untuk peningkatan kinerja HSE telah banyak dilakukan di HSE
Training Center Sungai Gerong Plaju. Pelaksanaan pelatihan HSE meliputi pelatihan
Mandatory HSE Program dan pelatihan reguler HSE. Pertamina menginvestasikan
dana pelatihan HSE sebesar Rp32,9 miliar sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar
Rp32,3 miliar.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Bidang Sosial dan Kemasyarakatan
Pertamina menetapkan kebijakan pelaksanaan program dan kegiatan CSR di
bidang sosial dan kemasyarakatan mengacu pada ISO 26000. Seluruh program yang
dicanangkan dan dilaksanakan bertujuan untuk:
1. Mengatasi dampak negatif operasi perusahaan melalui kepatuhan terhadap
regulasi serta menciptakan nilai baru yang lebih baik kepada masyarakat dan
lingkungan.
2. Memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan kepada masyarakat
terutama di sekitar wilayah operasi perusahaan.
3. Meningkatkan reputasi perusahaan, efisiensi, pertumbuhan usaha dan
menerapkan mitigasi risiko bisnis.
Rencana kegiatan CSR yang terkait dengan sosial dan kemasyarakatan pada
tahun 2017 tertuang dalam kegiatan program pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pemberdayaan ekonomi. Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, Pertamina
mempertimbangkan 13 indikator tujuan Sustainable Development Goals yaitu:
1. Meminimalisir kemiskinan.
2. Mengentaskan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi,
serta mempromosikan pertanian berkelanjutan.
3. Memastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua
kalangan pada segala usia.
4. Memastikan kualitas pendidikan inklusif dan merata serta mempromosikan
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua masyarakat.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dewasa dan
anak perempuan.
6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua.
7. Memastikan akses sumber daya yang terjangkau, berkelanjutan dan modern
untuk semua.
8. Mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif dan ekonomi
berkelanjutan, kesempatan kerja, dan pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur, mempromosikan inklusif dan industrialisasi yang
berkelanjutan, dan mendorong inovasi.
10. Mengurangi ketidaksetaraan dalam dan di antara negara-negara.
11. Membuat kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan
12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13. Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
Pada tahun 2017, Pertamina melaksanakan program dan kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan dalam bidang sosial dan kemasyarakatan mencapai Rp172,96 miliar.
Selain itu, Pertamina juga menyalurkan dana untuk Program Kemitraan sebesar
Rp131,52 miliar.
III. Tanggapan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan diatas, menurut pengamatan
saya seluruh pelaksanaan pengelolaan risiko dan corporate social responsibility telah
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Laporan keberlanjutan serta
laporan tahunan telah disusun secara sistematis, terstruktur, dan disajikan dengan
sangat menarik dengan muatan laporan sangat kompleks dan detail membahas
berbagai aspek dengan bahasa yang mudah dipahami.
Sumber Rujukan:
1. Laporan Keberlanjutan (Sustainalibity Report) PT. Pertamina (Persero) diperoleh
dari situs perusahaan
2. Laporan Tahunan (Annual Report) PT. Pertamina (Persero) diperoleh dari situs
perusahaan