Anda di halaman 1dari 26

Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Risiko dan

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility


PT. Pertamina (Persero)

Oleh:

Antonius Reynold

NIM : 201700120021
Student ID : 12012000568

Dosen:

Franky Jamin, CPMA, CIMA, CMA

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Magister Akuntansi
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
2018
I. Pelaksanaan Pengelolaan Risiko

Pertamina, sebagaimana Perusahaan Energi lainnya, menghadapi kondisi bisnis


dengan tingginya volatility, uncertainty, complexity & ambiguity (VUCA). Kondisi tersebut
menyebabkan meningkatnya eksposur risiko Pertamina. Untuk itu, risiko menjadi aspek
yang melekat dan harus diperhitungkan dalam setiap lini bisnis Pertamina. Enterprise
Risk Management (ERM) dibentuk dengan tujuan meminimalkan potensi kerugian serta
biaya-biaya yang harus dikeluarkan terkait dengan pencapaian Rencana Kerja
Anggaran Perusahaan dan Rencana Jangka Panjang. Manajemen Risiko juga
diharapkan dapat memaksimalkan opportunities, mempertahankan lingkungan kerja
yang kondusif, membangun kepercayaan investor, meningkatkan shareholder value,
meningkatkan tata kelola perusahaan yang sehat, mengantisipasi perubahan
lingkungan yang pesat dan mengintegrasikan strategi korporat.

Landasan penerapan Manajemen Risiko di Pertamina mengacu pada Peraturan


Menteri Negara BUMN No.PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik pada Badan Usaha Milik Negara, khususnya pasal 25 mengenai
pemenuhan kewajiban melaksanakan Manajemen Risiko. Selain itu, Pertamina memiliki
landasan berupa:
1. Piagam Manajemen Risiko Pertamina sebagai bentuk komitmen Direksi atas
penerapan Manajemen Risiko diperbaharui dan ditandatangai pada 1 November
2017.
2. Sistem Tata Kerja Enterprise Risk Management No.A002/H30000/2015–S9
Revisi 1 Tanggal 3 Oktober 2016 yang berisi Pedoman Manajemen Risiko yang
berlaku di Pertamina.
3. Tata Kerja Organisasi (TKO) & Tata Kerja Individu (TKI) yang berisi petunjuk
teknis pengelolaan Manajemen Risiko.
Manajemen Risiko merupakan bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian
yang diterapkan Pertamina. Dalam pelaksanaannya manajemen risiko secara strategis
dikelola oleh Komite Manajemen Risiko yang beranggotakan Direksi yang didukung
oleh Fungsi Manajemen Risiko di tingkat Korporat maupun Direktorat. Pendekatan
Pertamina dituangkan dalam Enterprise Risk Management (ERM) dan adopsi standar
internasional ISO 31000:2009. Pengembangan ERM merupakan program jangka
Panjang Perusahaan pada 2008-2020. Pada 2016 Pertamina telah melaksanakan
program ERM yang mencakup Risk Maturity, Risk Based Audit, Risk Management
Report, serta proses membangun sistem yang terintegrasi.
Manajemen risiko membantu Pertamina untuk meminimalkan potensi kerugian,
memaksimalkan peluang, mempertahankan lingkungan kerja yang kondusif,
membangun kepercayaan investor, meningkatkan shareholder value, meningkatkan
tata kelola perusahaan yang sehat, mengantisipasi perubahan lingkungan yang pesat
serta dapat mengintegrasikan strategi Perusahaan. Terdapat beberapa komponen risiko
yang menjadi perhatian PT. Pertamina (Persero) antara lain:
1. Risiko Strategis
2. Risiko Finansial
3. Risiko Operasional
4. Risiko Tata Kelola
5. Risiko Kepatuhan
6. Risiko Pelaporan
PT. Pertamina (Persero) mengemas komponen risiko tersebut dalam suatu Risk
Intelligence Map.

Sistem Manajemen Risiko difokuskan pada risk awareness, framework, discipline, habit
& culture, dan terangkum dalam Pertamina ERM Roadmap yang menjadi acuan dalam
menerapkan dan mengevaluasi manajemen risiko.
Framework ISO 31000:2009 Sebagai Kerangka Kerja Manajemen Risiko Di
Pertamina

ISO 31000:2009 merupakan standar mutu di bidang manajemen risiko yang berlaku
secara internasional. Standar tersebut berisi prinsip-prinsip, kerangka kerja, serta
panduan dalam pengelolaan risiko. Di lingkungan Pertamina, penerapan ISO
31000:2009 sebagai landasan kerangka kerja manajemen risiko, dilakukan terintegrasi
sesuai dengan kondisi lingkungan dan proses bisnis Perusahaan. Oleh karena itu,
Pertamina melakukan penyesuaian dalam penerapan ISO 31000:2009 sesuai dengan
karakter bisnis, organisasi dan culture Perusahaan sehingga dapat mendukung
tercapainya tujuan ERM di Pertamina. Tiga fondasi utama dalam ISO 31000:2009 yang
diimplementasikan dalam pengelolaan risiko di Pertamina, terdiri dari Prinsip (Risk
Management Principles), Kerangka Kerja (Risk Management Framework) dan Proses
(Risk Management Process) Manajemen Risiko.
Implementasi ISO 31000:2009 Di Pertamina
ISO 31000:2009 mulai diterapkan di Pertamina pada tahun 2011. Penerapan kerangka
kerja tersebut dilakukan secara bertahap, dimulai dari penyusunan kebijakan hingga
proses manajemen risiko. Secara garis besar, ISO 31000:2009, penerapan ISO
31000:2009 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Mandat dan Komitmen


Mandat dan komitmen Direksi Pertamina disusun sebagai bentuk komitmen
Direksi untuk memperhitungkan aspek risiko dalam setiap pengambilan
keputusan. Mandat dan Komitmen Direksi tersebut mengacu pada Prinsip
Manajemen Risiko pada ISO 31000:2009 dan telah dituangkan dalam Piagam
Manajemen Risiko Pertamina yang telah diresmikan dan ditandatangani oleh
seluruh anggota Direksi pada 1 November 2017.
Piagam Manajemen Risiko Pertamina tersebut kemudian dijadikan landasan
dalam penerapan Manajemen Risiko di Pertamina dengan didukung Sistem Tata
Kerja, Tata Kerja Organisasi dan Tata Kerja Individu. Landasan tersebut
merupakan acuan bagi seluruh pekerja dalam menerapkan mengelola risiko di
masing-masing direktorat dan fungsi leher.

2. Penyusunan Profil Risiko Pertamina


Penyusunan Profil Risiko Pertamina dilakukan dengan metode Fault Tree
Analysis (FTA) dan Failure Mode Effect Analysis (FMEA). Kombinasi penerapan
kedua metode tersebut dapat mengidentifikasi risiko secara top down maupun
bottom up sehingga profil risiko dapat digambarkan lebih komprehensif. Profil
risiko Pertamina disusun berdasarkan aspirasi Direksi sehingga diharapkan
dapat mencakup risiko-risiko yang bersifat strategis maupun operasional.

Penyusunan profil risiko Pertamina mengacu pada Proses Manajemen Risiko


dalam ISO 31000:2009 yang mencakup penetapan konteks, identifikasi, analisis,
evaluasi, penanganan dan pemantauan risiko. Penetapan konteks dalam
penyusunan profil risiko dibatasi untuk risiko Ongoing Business dan Business
Development yang berpotensi terjadi selama periode 1 tahun anggaran, baik
yang memiliki dampak secara finansial maupun reputasi, strategis, legal dan
aspek bisnis lainnya. Risk owner sebagai first line defense dan unit bisnis
terdepan dalam pengelolaan risiko melakukan identifikasi risiko yang melekat
dalam setiap proses dan unit bisnis beserta penyebab risiko (Risk Agent), Key
Risk Indicator (KRI), faktor positif (control) serta dampak risiko. Selanjutnya
dilakukan analisis risiko oleh Risk Owner, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif berdasarkan data historis maupun expert judgement. Metode analisis
risiko yang umum digunakan adalah Value at Risk (VaR) dan Delphi Method.

Berikutnya dilakukan evaluasi risiko berdasarkan hasil analisis sebelumnya untuk


menentukan keputusan apakah perlu dilakukan penanganan risiko lebih lanjut
dan jenis tindakan penanganan risiko yang diambil agar mampu mengatasi Risk
Agent secara efektif dan efisien. Setiap tahapan di atas senantiasa disertai
proses komunikasi dan konsultasi dengan tujuan untuk memastikan risk owner
memahami dan menerapkan Manajemen Risiko sesuai dengan kebijakan
korporat. Proses tersebut di atas didokumentasikan dalam Risk Register.

Risk Register yang telah disusun oleh Risk Owner dikonsolidasikan oleh setiap
Direktorat, Fungsi Leher dan Anak Perusahaan di Pertamina untuk selanjutnya
diseleksi menjadi Top Risk Direktorat, Fungsi Leher dan Anak Perusahaan
berdasarkan threshold dan hasil challenge session dengan setiap pemimpin
tertinggi. Selanjutnya, Manajemen Risiko Korporat yang dalam hal ini adalah
Fungsi ERM mengonsolidasi Top Risk Direktorat, fungsi leher dan anak
perusahaan yang telah disetujui setiap pemimpin tertinggi untuk diolah menjadi
Top Risk Pertamina.

Pengelolaan Top Risk Pertamina menjadi tanggung jawab komite manajemen


risiko yang beranggotakan seluruh Direksi Pertamina. Melalui pelaksanaan
pengelolaan risiko, baik di level korporat maupun fungsional, diharapkan mampu
meningkatkan assurance bagi seluruh stakeholder Pertamina dalam mencapai
target korporasi.

3. Monitoring & Review


Risk Owner selaku pemilik risiko berkewajiban untuk melaksanakan rencana
mitigasi dan memastikan bahwa mitigasi yang dilaksanakan berdampak pada
penurunan skala dampak, skala risiko maupun keduanya. Kegiatan tersebut
kemudian dilaporkan setiap triwulan kepada Manajemen Risiko Korporat. Dalam
setiap kegiatan tersebut, Risk Owner maupun Manajemen Risiko Direktorat/
Fungsi Leher dapat berkonsultasi dengan Manajemen Risiko Korporat.

Penerapan Manajemen Risiko di Pertamina dapat berjalan dengan baik karena


ditunjang oleh struktur organisasi yang ditunjuk untuk bertanggung jawab di setiap
Direktorat, Fungsi dan Anak Perusahaan dan dikoordinasikan oleh Manajemen Risiko
Korporat. Selain itu, pengelolaan risiko di Pertamina dapat berjalan dengan baik
dikarenakan manajemen risiko telah menjadi salah satu item Key Performance
Indicator (KPI) dengan nama Enterprise Risk Management untuk level Direksi dan Risk
Management Implementation untuk mendorong seluruh lini melakukan pengelolaan
risiko.

Risiko- Risiko Yang Dihadapi Pertamina Dan Pengelolaannya

Proses manajemen risiko yang telah dilakukan Pertamina merupakan proses


yang tepat untuk mengidentifikasi risiko Perusahaan. Sepanjang tahun 2017,
teridentifikasi 1.908 risiko dengan rincian 1.071 risiko bersifat kualitatif dan 837 risiko
merupakan risiko kuantitatif. Dari hasil identifikasi, diperoleh profil risiko Pertamina yang
menjadi perhatian Direksi sesuai dengan Risk Intelligence Map (RIM) Pertamina, antara
lain:
1. Risiko Strategis dan Perencanaan
Risiko Strategis dan Perencanaan merupakan risiko terkait dengan perencanaan
strategis Pertamina antara lain corporate responsibility & sustainablility, external
factors, planning, project, dan strategy. Risiko strategis dan perencanaan yang
dialami Pertamina antara lain risiko tidak tercapainya target produksi Migas dan
Risiko Kelangkaan Minyak Mentah dan Produk Minyak. Upaya mitigasi yang
dilakukan untuk menangani risiko tidak tercapainya target produksi migas dan
risiko kelangkaan minyak mentah dan produk minyak adalah dengan mencari
cadangan baru secara organik maupun anorganik, diversifikasi produk minyak
serta mencari dan mengembangkan alternatif energy lain (energi baru dan
terbarukan).

2. Risiko Finansial
Risiko Finansial merupakan risiko terkait dengan kegiatan bisnis antara lain
accounting, credit, liquidity & finance intelligence, financial market, planning &
budgeting, dan operational yang mengakibatkan kerugian keuangan Pertamina.
Risiko yang muncul terkait dengan kegiatan bisnis antara lain, risiko pergerakan
atau fluktuasi variable pasar seperti harga komoditas, suku bunga, dan harga
minyak serta risiko keterlambatan atau gagal bayar dari pelanggan. Upaya
mitigasi yang dilakukan risiko rergerakan atau fluktuasi variabel pasar seperti
harga komoditas, suku bunga dan harga minyak mentah dapat dilakukan
tindakan mitigasi dengan cara melakukan transaksi lindung nilai valuta asing,
mengupayakan tingkat suku bunga pinjaman yang kompetitif serta melakukan
analisis risiko pasar. Menerapkan sistem scoring dan rating dalam pemberian
kredit Risiko keterlambatan atau gagal bayar dari pelanggan.

3. Risiko Operasional dan Infrastruktur


Risiko Operasional dan Infrastruktur merupakan risiko terkait dengan kegiatan
operasional dan prasarana Pertamina antara lain corporate assets, human
resources, information technology, external events, legal, process management,
product development, dan sales, marketing and communications. Risiko
operasional dan infrastruktur yang dihadapi oleh Pertamina antara lain risiko
keselamatan dan kesehatan pekerja serta pencemaran lingkungan serta risiko
aset-aset Pertamina yang tidak optimal. Upaya mitigasi antara lain mengatasi
risiko keselamatan dan kesehatan pekerja serta pencemaran lingkungan,
Pertamina meningkatkan safety awareness pekerja melalui program training dan
mendaftarkan aspek keselamatan sebagai KPI seluruh pekerja. Risiko aset-aset
Pertamina yang tidak optimal diatasi dengan melakukan perbaikan, perawatan,
peremajaan aset produksi dengan teknologi baru.

4. Risiko Tata Kelola


Risiko Tata Kelola merupakan risiko yang disebabkan oleh kurang atau tidak
patuhnya terhadap aturan Tata Kelola Pertamina (Corporate Governance) dan
Etika Bisnis (Business Ethics) dalam pengelolaan Pertamina. Risiko program
CSR tidak tepat sasaran dan risiko kerugian dalam pelaksanaan penugasan
BBM PSO merupakan risiko utama yang perlu diperhatikan Pertamina. Risiko
Program CSR tidak tepat sasaran dimitigasi dengan cara menjalankan strategi
top-down approach untuk memastikan pelaksanaan program di tingkat
operasional serta monitoring pelaksanaan CSR. Optimasi hilir dan mengusulkan
penyesuaian alpha BBM PSO dilakukan untuk memitigasi risiko kerugian dalam
pelaksanaan penugasan BBM PSO.

5. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan merupakan risiko terkait dengan kegiatan bisnis Pertamina
yang disebabkan oleh kurang atau tidak patuhnya terhadap peraturan. Terdapat
2 risiko utama yang dihadapi yaitu risiko penurunan GCG Assessment dan risiko
fraud. Tindakan mitigasi risiko penurunan GCG Assessment yaitu sosialisasi dan
inernalisasi GCG, monitoring kepatuhan LHKPN serta pelaksanaan assessment
oleh pihak eksternal. Risiko fraud ditangani melalui tindakan implementasi
Whistle Blowing System dan melakukan audit secara berkala.

6. Risiko Pelaporan
Risiko Pelaporan merupakan risiko terkait dengan kewajiban Pertamina untuk
menyampaikan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan/shareholder.
Risiko laporan keuangan dan laporan manajemen tidak tepat waktu, tidak
reliable dan tidak wajar dan risiko pelaksanaan RUPS tidak terlaksana dengan
baik sesuai jadwal merupakan 2 risiko utama yang diperhatikan. Risiko laporan
keuangan dan laporan manajemen tidak tepat waktu, tidak reliable dan tidak
wajar dimitigasi dengan rekonsiliasi data secara berkala, penggunaan Business
Process Control (BPC) serta penyempurnaan sistem terkait konfigurasi actual
costing. Tindakan mitigasi risiko pelaksanaan RUPS tidak terlaksana dengan
baik sesuai jadwal yaitu dengan melakukan persiapan dan pelaksanaan rapat
Pra RUPS, Sirkuler dan RUPS RJPP.

Melalui pelaksanaan mitigasi tersebut, diharapkan profil risiko Pertamina yang


semula High Risk dapat turun menjadi Low Risk dan/atau sesuai dengan appetite
Komite Manajemen Risiko. Strategi pengelolaan risiko 2018 harus dapat mencakup
serta mempertimbangkan kondisi bisnis di tahun 2018, implementasi Manajemen Risiko
harus dapat memberikan early warning melalui analisa bisnis yang komprehensif
dengan tetap menerapkan pengelolaan risiko yang telah dijalankan dan ditambah
dengan monitoring mitigasi secara lebih detail yang akan dituangkan dalam Laporan
Monitoring Top Risk Pertamina 2018.

Evaluasi Atas Efektifitas Sistem Manajemen Risiko

Manajemen risiko di Pertamina memiliki system pengendalian pengelolaan risiko yang


disebut sebagai three lines of defense, yang secara ringkas dapat dilihat melalui grafik
berikut:

Model three lines of defense tersebut menunjukkan peran masing-masing tahap


dalam mengendalikan pengelolaan risiko. Evaluasi manajemen risiko di Pertamina
dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Audit Manajemen Risiko dan Risk-Based Audit
(RBA). Audit Manajemen Risiko merupakan pengkajian ulang dan evaluasi terhadap
kebijakan pengelolaan risiko yang dibuat sedangkan RBA merupakan audit terhadap
pengelolaan risiko di seluruh lini. RBA bersumber dari hasil penyusunan Risk Register.
Risk Register tersebut menjadi salah satu materi penting dalam rencana audit dalam
setahun. Secara prinsip, auditor akan melakukan sampling evaluasi atas efektivitas
implementasi pengelolaan risiko yatas potensi risiko teridentifikasi yang dicantumkan
dalam rencana audit. Hasil pemeriksaan tersebut disampaikan dalam bentuk
rekomendasi atau temuan yang dilaporkan ke Manajemen Risiko Korporat dan Risk
Owner. Rekomendasi atau temuan tersebut diharapkan dapat menjadi acuan untuk
memperbarui Risk Register dan atau melakukan perbaikan atau penambahan mitigasi
agar menjadi lebih efektif.

Pencapaian Manajemen Risiko Di Pertamina

Perkembangan era digital yang semakin pesat, mendorong Pertamina untuk


melakukan digitalisasi termasuk dalam pengelolaan risiko. Oleh karena itu, sejak tahun
2014 Enterprise Risk Management mendorong dibentuknya system yang dapat diakses
secara real time. ERM System dibentuk guna mempermudah Risk Owner untuk
mendaftarkan risiko dan berfungsi sebagai database risiko Pertamina. Pengisian di
ERM System dilakukan mulai tahun 2016 dan terus berkembang hingga kini. Selain
mempermudah Risk Owner dalam mendaftarkan risiko, ERM System juga diharapkan
dapat berfungsi sebagai dashboard pengelolaan risiko yang dapat dipantau langsung
oleh Direksi.

Lini bisnis Pertamina dibedakan menjadi Ongoing Business dan Business


Development sehingga pengelolaan risiko di Pertamina perlu dibedakan menjadi kedua
lini bisnis tersebut, demikian pula dengan pembentukan ERM System. Secara garis
besar, ERM System terbagi menjadi pengelolaan untuk Ongoing Business dan
Business Development. Alur atau system pengoperasian tersebut dibentuk sesuai
dengan standar operasional Pertamina. Sebagai salah satu pengakuan dan
penghargaan atas pengelolaan risiko yang telah dijalankan tersebut, Pertamina
mendapatkan apresiasi dari ajang ASEAN Risk AWARDS yang diselenggarakan oleh
Enterprise Risk Management Academy (ERMA). Dalam ajang tersebut, Pertamina
dinobatkan sebagai Runner Up dalam kategori Risk Champion Penghargaan tersebut
diberikan kepada organisasi yang terbukti dapat menunjukkan inovasi dalam
pengelolaan risiko Pertamina.
II. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility

Pertamina memiliki kewajiban moral untuk memberikan manfaat, termasuk

memperbesar akses bagi masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, dan

kualitas kehidupan serta lingkungan yang lebih baik. Oleh karena itu, Pertamina

berkomitmen dan bertanggung jawab dalam melaksanakan Program CSR termasuk di

dalamnya membentuk unit yang mengelola CSR. Inisiatif CSR merupakan nilai tambah

kepada seluruh pemangku kepentingan dengan mensinergikan antara Program CSR

dengan strategi Perusahaan sehingga dapat mencapai pertumbuhan bisnis Pertamina

yang optimal dan berkelanjutan.

Dalam rangka menjaga efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan program CSR,

Pertamina memiliki beberapa program CSR serta Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL) yang menghadirkan energi untuk tumbuh dan berkembang dari

masyarakat, dan untuk masyarakat sebagai upaya turut membantu Pemerintah

menciptakan kemandirian sosial dan ekonomi serta meningkatkan taraf hidup

masyarakat.

Tujuan strategis program CSR Pertamina adalah meningkatkan reputasi dan


kredibilitas Pertamina melalui kegiatan CSR yang terintegrasi dengan strategi bisnis.
Untuk mewujudkan tujuan ini, Pertamina mengimplementasikan strategi-strategi besar,
seperti:
1. Saling memberi manfaat (fair shared value)
2. Berkelanjutan
3. Prioritas wilayah operasi dan daerah terkena dampak
4. Pengembangan energi hijau sebagai tanggung jawab terhadap dampak operasi
5. Sosialisasi dan publikasi yang efektif.
Komitmen Pertamina dalam melaksanakan program CSR dan PKBL diwujudkan
dalam berbagai kegiatan yang meliputi bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan,
infrastruktur, pemberdayaan masyarakat, manajemen bencana, maupun bantuan
khusus. Realisasi kegiatan dilaksanakan oleh seluruh unit kerja fungsi CSR Pertamina,
baik di kantor pusat, unit operasi, maupun anak perusahaan. Beberapa kegiatan
khususnya di bidang pendidikan dilakukan bersama dengan Pertamina Foundation.
Kegiatan CSR Pertamina pada 2017 fokus pada beberapa inisiatif strategis, yaitu:

1. Employee Volunteering
Kegiatan CSR dilaksanakan dengan menekankan keterlibatan pekerja internal
dalam partisipasi pelaksanaan kegiatan CSR
2. Creating Shared Value
Perlunya mendorong kegiatan CSR mendekati inti bisnis Perusahaan, dengan
memaksimalkan potensi-potensi kegiatan CSR yang dapat mendorong
peningkatan laba perusahaan atau cost reduction
3. Pertamina Sehati
Merupakan program CSR ikonik di kesehatan yang menyasar ibu dan anak.
Program ini dilaksanakan dengan tujuan menekan angka kematian ibu dan anak
pada daerah-daerah remote yang minim fasilitas kesehatan ibu dan anak.
Program Kemitraan
Program kemitraan merupakan program pemberdayaan dan peningkatan
ekonomi masyarakat melalui pemberian pinjaman dana kemitraan untuk modal kerja
dan investasi serta bantuan pembinaan berupa bantuan pelatihan, manajemen usaha,
dan lain-lain. Program ini bertujuan meningkatkan kompetensi Usaha Kecil Menengah
(UKM) sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang berada di sekitar wilayah
operasional Pertamina.

Pada tahun 2017, total dana program kemitraan yang disalurkan mencapai
Rp131,52 miliar. Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari penyisihan
sebagian laba bersih paling banyak sebesar 4%; saldo dana program kemitraan tahun
sebelumnya; jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/ atau
jasa giro dari dana program kemitraan; serta pelmpahan dana program kemitraan dari
BUMN lain.

Program Bina Lingkungan


Pertamina mewujudkan program bina lingkungan dalam bentuk bantuan yang
ditujukan kepada lingkungan di sekitar wilayah operasional Perusahaan. Program bina
lingkungan terdiri dari 7 jenis bantuan yaitu bencana alam, pendidikan dan pelatihan,
kesehatan masyarakat, prasarana umum, sarana ibadah, pelestarian alam, dan sosial
pengentasan kemiskinan.

Pada tahun 2017, total dana program bina lingkungan yang disalurkan mencapai
Rp342,53 miliar. Adapun sumber dana yang digunakan berasal dari penyisihan
sebagian laba bersih paling banyak sebesar 4%; saldo dana program kemitraan tahun
sebelumnya; jasa administrasi pinjaman/marjin/bagi hasil, bunga deposito dan/atau jasa
giro dari dana program kemitraan; serta pelimpahan dana program kemitraan dari
BUMN lain.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Bidang Lingkungan Hidup


Pertamina menetapkan kebijakan pelaksanaan CSR dalam bidang lingkungan
hidup difokuskan pada upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan bagi generasi yang
akan datang. Kegiatan CSR lingkungan yang didesain melalui proses identifikasi dan
interaksi secara langsung terhadap kebutuhan pelestarian lingkungan hidup dalam
jangka panjang. Di sisi lain, Pertamina juga memperhatikan aspek internal Perusahaan
dalam mewujudkan lingkungan kerja yang sehat melalui kebijakan dan inisiatif yang
berwawasan lingkungan.
Melalui Kebijakan Penerapan Perbaikan Berkelanjutan untuk Kualitas
Lingkungan Hidup yang Lebih Baik, Pertamina mencapai target-target kinerja, praktik
pengelolaan lingkungan secara terintegrasi dan terencana, guna Pertamina mampu
membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh pemangku kepentingan yang
terkait. Kebijakan Manajemen mengatur ruang lingkup pencegahan perubahan iklim,
pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan pemanfaatan air bersih.
Pada tahun 2017, target pengelolaan dan kegiatan CSR 2017 di bidang lingkungan
hidup adalah sebesar Rp27 miliar.

Pertamina menyadari bahwa perubahan iklim global merupakan tanggung jawab


semua pihak, oleh karena itu Pertamina ikut berupaya untuk memberikan kontribusi
dalam pencegahan perubahan iklim melalui program pengendalian emisi gas rumah
kaca. Hal ini dimulai dengan inventarisasi sumber emisi, perhitungan serta pelaporan
beban emisi gas rumah kaca secara berkala, pemilihan teknologi operasi ramah
lingkungan, upaya konservasi energi dan sumber daya alam, pengembangan
penggunaan energi baru dan terbarukan, serta dukungan kepada pelaksanaan program
Mekanisme Pembangungan Bersih (Clean Development Mechanism). Selain itu,
Pertamina mendukung pengelolaan udara bersih dengan melakukan pengukuran dan
pemantauan emisi serta ambien secara berkala. Sebagai perusahaan migas, Pertamina
turut menerapkan manajemen energi, yaitu pengurangan konsumsi energi dalam
seluruh kegiatan operasional dan pendukung dengan menggunakan teknologi dan
peralatan yang rendah konsumsi energi serta efisiensi energi secara optimal.

Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, Pertamina terus berupaya untuk


mengurangi limbah B3 dan non B3 yang dihasilkan dari kegiatannya. Upaya ini
dilakukan dengan mengurangi limbah dari sumbernya, kemudian mendaur ulang atau
menggunakannya kembali jika memungkinkan sebagai upaya untuk mengurangi
dampak terhadap lingkungan. Setiap sisa limbah yang akan dibuang akan dikelola dan
diperlakukan sesuai ketentuan lingkungan yang ada. Untuk menjaga kualitas sumber
daya air di lingkungan sekitar operasi Perusahaan, kami melakukan evaluasi dampak
kegiatan operasi terhadap kualitas perairan sekitar. Seluruh air limbah diupayakan
telah memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Pertamina terus berupaya untuk mengintegrasikan pertimbangan konservasi


keanekaragaman hayati dalam setiap keputusan aspek lingkungan dan sosial.
Pertamina terus menjaga keanekaragaman hayati dengan meminimalisasi dampak
kegiatan operasi khususnya pada area sensitif; pencegahan, minimalisasi dan mitigasi
risiko terhadap keanekaragaman hayati sepanjang siklus bisnis Perusahaan, tanggung
jawab terhadap tata guna lahan, serta merencanakan dan memodifikasi desain,
konstruksi dan praktik operasi untuk melindungi spesies flora dan fauna tertentu serta
habitat sensitif yang terkait dengan area operasi Pertamina.

Dalam bidang lingkungan, Pertamina menerapkan program dan kegiatan yang


disebut dengan Pertamina Sobat Bumi, sesuai ketentuan PROPER yang ditetapkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Beberapa kegiatan CSR
Pertamina yang dilakukan di bidang lingkungan sebagai berikut:
1. Pusat Informasi dan konservasi Elang Kamojang
2. Konservasi Satwa langka Bekantan
3. Konservasi Tuntong Laut Aceh Tamiang
4. Pelestarian Owa Jawa Subang
5. Pelestarian Rusa Jawa Bojonegoro
6. Pengembangan Taman Kupu-kupu Lampung
7. Konservasi Mangrove Tambun
8. Konservasi Burung Elang Bondol Kepulauan Seribu
9. Penangkaran Penyu Tasikmalaya dan Sumatera Barat
10. Konservasi Burung Maleo Donggala
11. Konservasi monyet Yaki Bitung Sulawesi
12. Penanaman Terumbu Karang Teluk Kabung (Kolaborasi Terumbu Buatan dan
Transplantasi Karang)

Program lingkungan hidup yang dilakukan Pertamina diperkuat dengan


dilakukannya sertifikasi dan audit pada aspek lingkungan hidup, agar seluruh program
yang dilakukan tepat sasaran dan memperoleh imbal hasil yang optimal. Berbagai
sertifikasi tersebut yaitu:
1. ISO 14001 Environmental Management System
2. ISO 50001 Energy Management System
3. Sertifikasi Manajer Pengendalian Pencemaran Udara
4. Sertifikasi Manajer Pengendalian Pencemaran Air
5. Sertifikasi Waste Management (B3)
6. Audit Energi

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Bidang Praktik Ketenagakerjaan,


Kesehatan, dan Keselamatan Kerja

Target dan rencana praktik ketenagakerjaan di Pertamina diwujudkan dengan membuat


pengaturan perencanaan pekerja (workforce planning), dengan melaksanakan
beberapa hal sebagai berikut
1. Objektif bisnis
Dalam menyusun workforce planning, diperlukan pemahaman terhadap
penugasan kerja terlebih dahulu dengan mempertimbangkan kebutuhan bisnis,
pemenuhan target, demografi lokasi kerja, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan objektif bisnis. Proses ini dilakukan dengan melakukan sesi wawancara
dan FGD dengan perwakilan dari bisnis unit.
2. Peraturan terkait yang berlaku, baik Undang-Undang Ketenagakerjaan maupun
Perjanjian Kerja Bersama.
3. Data benchmarking serta hasil evaluasi dari pola kerja saat ini.
4. Proses identifikasi kebutuhan bisnis dengan memperhatikan objektif bisnis,
peraturan yang berlaku serta data benchmarking akan menghasilkan pola
pekerja yang dibutuhkan dan penetapan pola kerja.
5. Prediksi kebutuhan pekerja dari pola tersebut dibuat dan dikelola dari sisi jumlah
dan kompetensinya.
Di sisi lain, dalam bidang K3LL, Pertamina menerapkan target dan rencana kegiatan
pada awal tahun 2017 sebagai berikut:
1. Prioritas Alokasi Anggaran CSR untuk Lokasi Peraih PROPER target PROPER
Emas 2017 serta lokasi PROPER Hijau.
2. Pendampingan khusus untuk lokasi target PROPER Emas 2017.
3. Menerapkan prinsip-prinsip HSE excellence dalam setiap kegiatan Perusahaan
yang meliputi kepemimpinan, integrasi, data management, penyelarasan, serta
corporate citizenship.
4. Pengukuran baseline Safety culture maturity level untuk pekerja dan mitra kerja
5. Corporate life saving rules untuk pekerja dan mitra kerja
6. Demo room untuk pekerja dan mitra kerja
7. Pelatihan dan sertifikasi yang dilakukan bekerja sama dengan PCU. Yaitu
pelatihan HSE School, pelatihan dan sertifikasi terkait lingkungan, pelatihan
teknik GSI/ SI/AT.
8. Asesmen HSE Management System berbasis protocol ISRS
9. Audit SMP
10. Penghargaan HSE Patra Adikriya Bhumi bagi seluruh unit operasi dan anak
perusahaan.

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang migas, kesehatan dan


keselamatan pekerja merupakan salah satu prioritas utama. Pertamina berkomitmen
untuk menjalankan kegiatan operasinya dengan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
kesehatan, keselamatan dan lingkungan (Health, Safety & Environment - HSE). Pada
tahun 2017, Pertamina fokus pada kegiatan penerapan prinsip-prinsip HSE excellence
dalam setiap kegiatan Perusahaan pada lima faktor, sebagai berikut:
1. Kepemimpinan/leadership – memberdayakan seluruh stakeholder dalam
organisasi untuk memimpin implementasi HSE
2. Integrasi/integration – memasukkan HSE dalam seluruh bagian proses bisnis
3. Data Management – menggunakan ukuran kinerja utama untuk memonitor
sistem HSE
Sebagai apresiasi bagi lokasi maka diberikan penghargaan Patra Adikriya
Bhumi. Penghargaan ini merupakan penghargaan aspek Health, Safety, Environment
(HSE) yang diberikan atas dasar penilaian terhadap upaya implementasi HSE
Management System serta hasil yang dicapai pada tahun 2017. Pelaksanaan
penghargaan HSE Patra Adikriya Bhumi dapat diikuti oleh 46 unit operasi Pertamina
dan anak perusahaan yang memiliki area operasi/lokasi tetap serta operasinya dikelola
langsung oleh Pertamina dengan dipimpin oleh General Manager/ setara.

Peraih penghargaan Patra Adikriya Bhumi Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Pelatihan Pekerja untuk peningkatan kinerja HSE telah banyak dilakukan di HSE
Training Center Sungai Gerong Plaju. Pelaksanaan pelatihan HSE meliputi pelatihan
Mandatory HSE Program dan pelatihan reguler HSE. Pertamina menginvestasikan
dana pelatihan HSE sebesar Rp32,9 miliar sedangkan pada tahun sebelumnya sebesar
Rp32,3 miliar.
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Bidang Sosial dan Kemasyarakatan
Pertamina menetapkan kebijakan pelaksanaan program dan kegiatan CSR di
bidang sosial dan kemasyarakatan mengacu pada ISO 26000. Seluruh program yang
dicanangkan dan dilaksanakan bertujuan untuk:
1. Mengatasi dampak negatif operasi perusahaan melalui kepatuhan terhadap
regulasi serta menciptakan nilai baru yang lebih baik kepada masyarakat dan
lingkungan.
2. Memberikan manfaat sosial, ekonomi dan lingkungan kepada masyarakat
terutama di sekitar wilayah operasi perusahaan.
3. Meningkatkan reputasi perusahaan, efisiensi, pertumbuhan usaha dan
menerapkan mitigasi risiko bisnis.

Rencana kegiatan CSR yang terkait dengan sosial dan kemasyarakatan pada
tahun 2017 tertuang dalam kegiatan program pemberdayaan masyarakat dalam rangka
pemberdayaan ekonomi. Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, Pertamina
mempertimbangkan 13 indikator tujuan Sustainable Development Goals yaitu:
1. Meminimalisir kemiskinan.
2. Mengentaskan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi,
serta mempromosikan pertanian berkelanjutan.
3. Memastikan hidup sehat dan mempromosikan kesejahteraan untuk semua
kalangan pada segala usia.
4. Memastikan kualitas pendidikan inklusif dan merata serta mempromosikan
kesempatan belajar seumur hidup bagi semua masyarakat.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan dewasa dan
anak perempuan.
6. Memastikan ketersediaan dan pengelolaan air dan sanitasi yang berkelanjutan
untuk semua.
7. Memastikan akses sumber daya yang terjangkau, berkelanjutan dan modern
untuk semua.
8. Mempromosikan pertumbuhan yang berkelanjutan, inklusif dan ekonomi
berkelanjutan, kesempatan kerja, dan pekerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur, mempromosikan inklusif dan industrialisasi yang
berkelanjutan, dan mendorong inovasi.
10. Mengurangi ketidaksetaraan dalam dan di antara negara-negara.
11. Membuat kota dan pemukiman manusia inklusif, aman, tangguh dan
berkelanjutan
12. Memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
13. Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan
dampaknya.
Pada tahun 2017, Pertamina melaksanakan program dan kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan dalam bidang sosial dan kemasyarakatan mencapai Rp172,96 miliar.
Selain itu, Pertamina juga menyalurkan dana untuk Program Kemitraan sebesar
Rp131,52 miliar.

Tanggung Jawab Pertamina Kepada Konsumen dan Pelanggan


Di tahun 2017, Pertamina telah menetapkan rencana kerja dalam meningkatkan
kepuasan pelanggan dengan menargetkan indeks kepuasan pelanggan di level 3,9.
Melalui pengembangan layanan berbasis digital, Pertamina berupaya memberi
kemudahan dan kenyaman bagi pelanggan. Berbagai pengembangan layanan digital ini
di antaranya berupa Go-Pay Payment, MyPertamina, dan Aplikasi lainnya.

Pertamina melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggan baik transaksi


Business to Customer (B2C) maupun Business to Business (B2B), pengukuran ini
dilakukan pada semua lini bisnis Direktorat Pemasaran. Pengembangan layanan
berbasis digital berhasil meningkatkan kepuasan pelanggan B2B dari level 3,9 di tahun
2016 menjadi 4,0 di tahun 2017 dan menjaga kepuasan pelanggan B2C di level 3,9.
Realisasi biaya yang dikeluarkan dalam program Pertamina dalam bidang tanggung
jawab kepada konsumen dan pelanggan adalah sebesar Rp14,69 miliar.

III. Tanggapan
Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan diatas, menurut pengamatan
saya seluruh pelaksanaan pengelolaan risiko dan corporate social responsibility telah
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Laporan keberlanjutan serta
laporan tahunan telah disusun secara sistematis, terstruktur, dan disajikan dengan
sangat menarik dengan muatan laporan sangat kompleks dan detail membahas
berbagai aspek dengan bahasa yang mudah dipahami.

Sumber Rujukan:
1. Laporan Keberlanjutan (Sustainalibity Report) PT. Pertamina (Persero) diperoleh
dari situs perusahaan
2. Laporan Tahunan (Annual Report) PT. Pertamina (Persero) diperoleh dari situs
perusahaan

Anda mungkin juga menyukai