Anda di halaman 1dari 22

SONIKUSTIK

Pengantar

Perkembangan teknologi yang telah mengalami inovasi yang pesat


diikuti dengan penerapan ilmu pengetahuan, memberikan manfaat
serta merumuskan tatanan baru untuk kemudahan dalam melakukan
suatu aktifitas. Pada prinsipnya, setiap manusia ingin berkembang dan
melkukan perubahan dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Dari
sekian banyak disiplin ilmu yang saling berpacu, satu diantaranya
subtansi budaya pada mediumnya yang menjadi parameter perubahan
dan perkembangan pada masyarakat, selalu menghadirkan inovasi baru
yang dapat diresepsi oleh para kreator dan diapresiasi oleh masyarakat
khususnya pada seni lintas disiplin ilmu.

Dari segi realisasi, di Indonesia memang sudah banyak dimulai di


beberapa kota besar, namun untuk Kalimantan Barat khususnya di Kota
Pontianak, wacana seni lintas disiplin belum begitu marak untuk
dikenal masyarakat maupun seniman terdahulu. Karena para kreator
dituntut harus mampu mengimplementasikan hasil karya dengan
inovatif.

Bentuk sajian pertunjukan dalam hal ini mengarah kepada sajian


pameran instrument hasil dari eksperimental dan penerapan ilmu lintas
displin yang menjadikan suatu sajian seni media baru. Sajian tersebut
merupakan hasil resepsi dari perpaduan antara disiplin ilmu
pengetahuan, teknologi, seni menjadi satu medium yang membentuk
formulasi dengan gaya baru dan disajikan dengan konsep yang lebih
interaktif dan modern.
Pontianak Sonicoustic Project
Profil

PSP (Pontianak Sonicoustic Project) merupakan sebuah proyeksi dalam


seni pertunjukan modern yang bergerak secara kolektif dari beberapa
penggiat seni yang mayoritasnya berdomisili di Kota Pontianak,
Kalimantan Barat. Pengkaryaan dan konsep gagasan lebih ditujukan
pada beberapa focus diantaranya instrument bulder pada
pengembangan media instrument musik serta media nonkonvensional
dengan substansi murujuk kepada kesenian masyarakat di Kalimantan
Barat serta Nusantara. Proyek ini dibangun dan direalisasikan sesuai
dengan perkembangan iptek yang popular dan lebih modern sehingga
nilai estetika yang dibangun dapat berlangsung hingga masa kini.
Tim Produksi

Husnul (Oong) - Pimpinan Produksi


Endrayatno - Sekretariat Produksi & Desain Artistik
Arif Setiawan - Stage Manager
Cici - Bendahara
Yudha Ariandi - Humas
M. Dzazuli - Dokumenter Pra Produksi
Adib - Editor Video & dokumenter
Gilang - Dokumenter
Surya & Ikmal - Penata Cahaya
Wildan, Isnin
Fatur, Bowo - Penata Suara

Kreator Instrumen Builder

-Arisko Gunawan
-Angga Khasbullah
-Ferdy Ardian
-Giopanus Remo Pratama
-I Kadek Andika Wibawa
-Juan Arminandi
-Rama Anggara
-Rami Syahbandi
-Ula Khadarami

Penampil Tamu

-Ahmad Mauhajir
-Nursalim Yadi Anugrah
-Reza Zulianda
PROFIL KEREATOR

Arisko Gunawan
@ariskogunawan

Lahir pada 13 Mei 1994 di Sekadau, Kalimantan


Barat. Tertarik pada seni mendengar sejak
jenjang Sekolah Dasar hingga sekarang. Mulai
fokus memahami dan memasuki dunia seni
mendengar setelah menjajaki tahap Perguruan
Tinggi di Universitas Tanjungpura Prodi Seni
Pertujukan di Pontianak pada tahun 2012 - 2018
dan berguru kepada bapak Diecky K. Indrapraja
beserta sahabat lainya, Menyelesaikan studi dengan tugas akhir
Penciptaan Karya Musik. Aktifitas berkesenian sekarang, tergabung
dalam komunitas Lawang (sebuah komunitas yang begerak pada
perkembangan teknologi dan laboratorium seni - antar disiplin),
Boedjang Project (World Music Ensemble) dan Aktif menulis Komposisi
Musik. Tertarik pada bidang instalasi instrument musik elektro-akustik
dan eksplorasi instrument media baru dimulai pada tahun 2017 –
Sekarang, yang distimulus oleh para musisi senior baik di dalam
maupun luar negri.
Angga Khasbullah
@anggakhasbullah

Lahir di Pontinak, 30 Juni 1994. Memulai


karirnya sebagai vokalis disalah satu kelompok
musik, lalu melanjutkan pendidikan di Prodi
Pendidikan Seni Tari dan Musik hingga 2018
dengan fokus musik di multi perkusi,. Aktif
berkesenian di beberapa institusi musik
tradisional maupun modern. Belajar komposisi
musik dari Diecky K. Indrapraja, menjadi
desainer artistic dalam beberapa pertunjukan.
Hingga saat ini tergabung kedalam beberapa
komunitas maupun kelompok musik seperti PSP (eksperimen
instrument dan suara), Komunitas Lawang (bergerak di bidang seni dan
segala kemungkinannya), Lawangkain Ansambel (ansambel popular
jazz), Nadi Khatulistiwa Percussion serta beberapa kelompok musik
kolektif lainnya.
Ferdy Ardian
@sepertigamalam_music

Lahir di Pontianak, ia adalah seorang musisi yang


inovatif, mulai menggeluti musik dari tahun 1996.
Sering mengikuti event-event musik di Kalimantan
Barat. Karya kolektifnya pernah dipentaskan pada
acara Komtemporer Music Style di Taman Budaya
Pontianak tahun 2006 bersama beberapa musisi-
musisi yang ada di Pontianak. Tergabung kedalam
Lemon Tea Band (kelompok musik populer) yang
telah merilis beberapa lagu. Memulai karirny di
bidang home studio recording sejak 2009 hingga sekarang menggeluti
musik eksperimental yang diberi nama Sepertiga Malam yang telah
beberapa kali melakukan pertunjukan di beberapa tempat di Indonesia.
Giopanus Remo Pratama
@giodjawansu

Lahir di Kota Singkawang, Kalimantan Barat 1


Februari 1996. Sejak SMA ia berpindah domisili ke
Kota Pontianak. Sekarang telah menyelesaikan
pendidikan Strata 1 di Institut Seni Indonesia
(Yogyakarta) Jurusan Etnomusikologi dan
sekarang menjadi penggiat seni di Kalimantan
Barat sekaligus seorang guru musik di salah satu
sekolah menengah di Pontianak. Ia mulai
menggeluti seni mulai dari mempelajari musik
tradisional Kalimantan Barat bersama beberapa
kelompok musik dan sanggar.
Beberapa even kesenian yang pernah digelutinya diantaranya
Temu Taman Budaya (Nasional), Menjadi piñata musik di beberapa
pementasan dan festival di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan
Kalimantan Barat. Beberapa karya musiknya pernah dipentaskan di
beberapa daerah di Indonesia maupun Internasional pada pementasan
Opera “Ghrook” di Quan Zhou, China. Ia juga ssering mendapat
penghargaan sebagai penata musik terbaik pada event festival tari.
Hingga sekarang tergabung ke dalam beberapa kelompok musik satu
diantarnya Nuswarantara Ensemble (wold music). Sebagai komposer
pada ansambel tersebut, mereka telah menggelar pertunjukan dengan
judul 2 Langit dan workshop tentang musik di Pontianak dan
Singkawang baru baru ini. Hingga serakang, ia merupakan salah satu
owner “gioremomusic” yang menyajikan dan memproduksi berbagai
alat musik untuk tradisional Dayak.

I Kadek Andika Wibawa


@ikadekandikawibawa

Lahir di Kota Sintang, Kalimantan Barat, 3


Januari 1995. Dari sejak masa sekolah
menengah ia telah mengikuti beberapa institusi
musik tradisional di daerah asalnya. Kemudian
tahun 2014 hingga saat ini melanjutkan
pendidikannya di Prodi. Seni Tari dan Musik
Universitas Tanjungpura. Dari masa kuliahnya, ia
memulai karisnya sebagai seorang flutist dan
pemain sape’ serta kaldii’ untuk beberapa
konser musik maupun musik iringan di beberapa
event loka maupun nasional. Beberapa karya musik yang pernah
dipentaskan Cinta Kadede’ Sampai Mat (untuk duet Keldii’), musik
iringan tari Panen Cengkeh (untuk ansambel Melayu), Musik iringan tari
Cibir (untuk Kaldii’, Suling dan Didgeridoo). Saat ini Tergabung kedalam
beberapa kelompok musik diantaranya Bujang Project dan UKM
Tanjungpura Youth Orchestra.
Juan Arminandi
@juanarminandi

Lahir pada 10 Januari 1992 di Nanga Serawai,


pedalaman Kalimantan Barat. Mulai focus
belajar musik pada tahun 2007 di kota
Singkawang. Karena ketertarikan dengan
komposisi musik, ia melanjutkan pendidikan
di perguruan tinggi di Kota Pontianak pada
tahun 2009 hingga 2016. Bertemu beberapa
komponis yang sampai sekarang menjadi
mentor dalam berkarya seperti Diecky K.
Indrapraja (Malang). Gatot D. Sulistianto (Yogyakarta), M. Chozin Mukti
(Malang), Wukir Suryadi (Yogyakarta).

Sekarang telah bergabung dengan Balaan Tumaan Ensemble


(ensemble musik yang berbasis riset dan laboratorium penciptaan)
sejak tahun 2014. Pernah pentas di beberapa Negara seperti Malaysia,
Perancis, Jerman dan Jepang. Selain itu pernah berkolaborasi dengan
seniman dalam negeri maupun luar negeri seperti M. Rizman Putra
(Singapore), Yasuhiro Morinaga (Jepang), Gunawan Maryanto
(Yogyakarta), Akemi Kanda (Jepang), Nobuyoshi Asai (Jepang).

Tahun 2018, ia bertemu dengan Wukir, instrument bamboo wukir


memang sangat menginspirasinya. Lalu ia mencoba hal baru dengan
belajar membuat Mu74n yang merupakan project pertamanya.
Rama Anggara
@anggaraarama

Lahir di Pontianak 26 Februari 1994. Sejak


dibangku sekolah menengah sudah tertarik dan
mempelajari musik dan media pernak perniknya.
Lalu melanjutkan pendidikan hingga
menyelesaikan pendidikan Strata 1 Musik pada
tahun 2018 di Prodi. Pendidikan Seni Pertunjukan
(Pend. Seni Tari dan Musik (lama)) FKIP Universitas Tanjungpura
Pontianak. Memulai karirnya sebagai seorang penggiat seni pertunjukan
pada musik modern maupun musik tradisional Kalimantan Barat, musik
iringan, drama musikal, film scoring dan sound engineering serta home
recording dari masa kuliah hingga sekarang. Beberapa karya musik
inovatif telah dipentaskan di beberapa tempat. Aktif belajar dan
menulis komposisi musik dari masa kuliah dibimbing secara langsung
oleh Diecky K. Indrapraja, S.Sn.,M.Pd dan KRT. Erwan Suparlan, S.Sn.,
hingga mengikuti beberapa bincang interaktif tentang musik bersama
beberapa komponis-komponis Indonesia lainnya. Tergabung kedalam
beberapa proyeksi seni seperti PSP (sekarang) serta bersama komunitas
Lawang (komunitas yang bergerak dibidang seni dan segala
kemungkinannya), Boedjang Project (world music ensemble),
Lawangkain Ansambel (ansambel populer jazz) serta beberapa
kelompok musik modern maupun tradisional dan institusi seni lainnya
khususnya Kalimantan Barat.
Rami Syahbandi
@antarmata
Lahir di Sungai Ayak, Kalimantan Barat. Mulai
aktif belajar musik di kampus dan telah
menyelesaikan pendidikan S1 di Prodi. Pend.
Seni Pertunjukan. Saat ini sedang aktif
mempelajari fenomena-fenomena bunyi dan
visual.
Ula Khadrami
@ula_khadrami

Lahir di Sintang, Kalimantan Barat 24 Mei 1996.


Sekarang melanjutkan pendidikan dan masih
menyandang status mahasiswa di Program Studi
Pend. Seni Pertunjukan Universitas TanjungPura
Pontianak. Sedikit gemar mengkoleksi alat musik
dan ketertarikan memainkan alat musik, hingga
membuat alat musik tersebut. Khusunya alat-alat
musik konvensional. Beberapa pruduksi
instrumennya suling nya telah dipasarkan ke
berbagai penggiat seni di Kalimantan Barat.
KILAS BALIK INSTRUMEN BUILDER

NYINGAP
Oleh Ula Khadarami

Instrument ini bernama air barrel dengan arti tong udara, disebut
dengan tong udara, karena menampung udara yang datang dan
mengeluarkannya dengan keperluan yang diinginkan. Instrument ini
juga dibantu sebuah membrane, yang dimana membrane tersebut
memberi getaran yang akan nantinya menghasilkan bunyi sedemikian
rupa.
Secara sistem instrument ini, merupakan penerapan mekanikal
kompresor udara, yang dimana udara yang dihasilkan tertampung
kedalam suatu volume, kemudian dikeluarkan dengan keperluan yang
dibutuhkan dan pengisian udara dilakukan secara terus-menerus
dengan kebutuhan yang diinginkan.
Instrument ini terinspirasi dari instrument dataran tinggi
Skotlandia yaitu Bagpipe , yang dimainkan sama dengan alat musik tiup
lainnya yang memiliki lubang yang dibuka dan ditutup. Keunikan
Bagpipe adalah adanya kantong udara yang disebut chanter berfungsi
untuk menyimpang udara. Udara yang ditiup akan tersimpan di chanter
walaupun sudah tidak ditiup lagi, Bagpipe masih akan berbunyi karena
masih ada cadangan udara disana.
Air barrel adalah instrument yang terinpirasi dari instrument
Bagpipe dengan sistem mekanikal kompresor udaranya dengan balon
dan sistem pembunyiannya yang terinspirasi dari terompet yang
dimainkan anak-anak pada saat acara malam tahun baru pada
umumnya. Air barrel ini sendiri terdiri dari pralon sebagai badan
isntrument, balon sebagai kantong udara dan membrane reed sebagai
penghasil bunyi.
D’Modereng
oleh Arisko Gunawan dan Rama Anggara

D’Modereng sendiri merupakan inovasi pada instalasi dari


instrument Dau (Kenong/Kakanong) dari dayak Kanayatn. Peramban ini
merupakan hasil penerapan dari beberapa sistem yaitu mikro prosesor
elektronik, energi mekanikal dan instrument akustik itu sendiri.
Eksplorasi yang ditujukan pada sistem automata ditujukan untuk
penabuh instrument. Sistem tersebut dikendalikan oleh sinyal dari
pesan elektronik (MIDI) yang terhubung dengan sebuah mikro kontroler
sebagai penerima pesan dan ditransfer menjadi bentuk gelombang
elektronik sehingga dapat dibaca oleh sebuah mekanikal dari solenoida.

Mengikuti perkembangan, kami berusaha menghadirkan instalasi


instrument Dau secara non-konvensional. Jadi, permainan Dau tersebut
dapat dikontrol secara penuh untuk pola permainan (struktur ritme)
hingga pola waktu (struktur ritme dan tempo) dari proses komputerisasi
(opensource) dan MIDI kontroler yang menghasilkan bunyi asli dari
instrument Dau secara akustik.

Bentuk instalasi tersebut merupakan proyek yang terstimulus oleh


beberapa proyek sebelumnya seperti The Hive (Yogyakarta) dan Larry
Cotton (USA) serta beberapa kerja musik dengan penerapan instalasi
system mikro kontroler lainnya.
E-Panc
Oleh Arisko Gunawan dan Rama Anggara

Ini adalah sebuah midi kontroler serial untuk memproyeksikan


nada dan velocity nada yang dibuat dengan mengimitasi bentuk dari
instrument Handpan. E – Panc merupakan sebuah instrument yang
berbasis sistem computer. Tersusun dari beberapa sensor ketuk dengan
13 komponen piezzo elektrik sebagai reponsibilitas sinyal perintah
masukan untuk memproyeksikan 1 oktaf nada dengan skala kromatik.
Dengan pembacaan proses pada mikro kontroler sebagai pengolah
sinyal tersebut, lalu ditransfer menjadi pesan elektronik (MIDI) ke
komputer dengan kabel USB sebagi jalur transfer data. Sample suara
yang dihasilkan merupakan pilihan dari opsionali instrument apapun
dengan bantuan software dari computer sebagai mesin penerima pesan
elektronik tersebut..

Gagasan yang mendasari terciptanya instrument ini, diawali oleh


ketertarikan kami terhadap instrument Handpan yang merupakan
sebuah terobosan baru didalam sub-kategori instrument ideophone.
Secara eksistensi, instrument Handpan masih jarang ditemui, khususnya
dikalangan masyarakat umum yang disebabkan material instrument ini
dibandrol cukup tinggi, dimana tidak semua para penggiat instrument
musik mempunyai latar belakang finansial yang memadai dan
menjangkaunya. E – Panc sendiri diciptakan atas dasar problem
tersebut, kami mencoba untuk menghadirkan aspek bunyi yang
dihasilkan oleh instrument Handpan, dengan menggunakan material
yang terjangkau oleh masyarakat umum. Secara bentuk fisik,
instrument E – Panc sendiri dihadirkan sedikit menyerupai Handpan, hal
tersebut dilakukan untuk tidak menghilangkan estetika permainan pada
instrument Handpan sendiri yang merupakan dasar ide gagasan.
Handcan
Oleh Ferdy Ardian

Kali ini mencoba bereksplorasi dengan memanfaatkan barang


bekas seperti kaleng dan sejenisnya. Instrumen ini merupakan
instrument perkusi bernada yang terbentuk dan terinspirasi dari
instrument beruas/marwas, kenong dan handpan. Dari substansi ketiga
instrument tersebut ditransformasikan dan menjadi sebuah instrument
non konvensional. Cara memainkannya dengan cara dipukul
menggunakan stik.

3D
Oleh rami syahbandi
Kali ini saya mencoba menyajikan sebuah instalasi bunyi dalam bentuk
digital yang menekankan kepada konsep 3D Sound. Konsep ini mencoba
memproses bunyi yang sudah diatur didalam perangkat lunak dengan
respon dari sensor yang diperintah dari sebuah mikro kontroler sebagai
sumber impuls untuk memulai bunyi – bunyian dengan sensasi 3D.

Mu74n
Oleh Juan Arminandi

Instrument initerinspirasi dari Sape, salah satu instrument tradisi


Dayak. Di jaman sekarang, Instrument sape tidak hanya 2 senar saja,
bahkan ada yang 7 senar. Ini menandakan bahwa perkembangan
instrument Sape sudah mulai diperhatikan oleh para pembuat
instrument dan paramusisi. Terkadang jumlah senar dan fred yang
digunakan sesuai dengan kebutuhan musisinya.
Mu74n (mutan) sendiri merupakan inovasi dari Sape. Jumlah
senar dan fred ditambah untuk mesesuaikan dengan kebutuhan musisi,
mulai dari senar nilon hingga senar Bass elektrik. Instrument ini
dilengkapi dengan Tranduser (PickUp) untuk menangkap getaran yang
dihasilkan melalui rambatan Kayu. Eksplorasi bunyi yang dihasilkan
memerlukan perangkat elektronik untuk mengola hsuara agar lebih
menarik.

KADSUL
Oleh I Kadek Andika Wibawa
Nama “KADSUL” merupakan komponen dari dua buah instrument
yang merupakan penggabugan antara instrument kadedek (kaldii’) dan
suling. Penggabungannya diambil dari lidah instrument kadedek yang
didaur ulang dengan menggunakan tembaga dan ukuran yang lebih
besar, sementara pada suling diambil penjarian lubang suling yang
memiliki skala diatonic. Dari penggabungan tersebut akan menghasilkan
suara yang lebih unik.

N1
Oleh Giopanus Remo Pratama
N1 merupakan instrument tipe MIDI controller yang dibuat
menggunakan Arduino Uno, alat inimenggunakan computer sebagai
pengantar bunyi.Bunyi yang dihasilkan oleh alat music ini adalah smple
yang berasal dari software squenser musik seperti, Logic Pro, Fruity
Loops dan sejenisnya. Carama memainkan alat ini adlah dengan
menyentuh salah satu sensor alumunium yang terdapat pada papan
N1. Nama N1 sendiri berasal dari inisial komunitas yaitu
“Nuswarantara” dengan menambah angka satu yang merupakan
keluaran produksi pertama.

FLASH
Oleh Angga Khasbullah
Terinspirasi oleh media permainan anak-anak yaitu sejenis
buzzware, instrument ini merupakan sebuah bentuk modular yang
mentransformasikan gelombang listrik menjadi gelombang suara.
Dengan tambahan modular LED, akan menghasilkan berbagai
berubahan gelombang yang dihasilkan. Dengan demikian, akan
menjadikan berbagai macam bunyi-bunyian yang bersumber dari
gelombang listrik.

PROFIL PENAMPIL TAMU


Ahmad Muhajir
@ajir_

Lahir 19 Agustus 1994 berdomisili di Kota


Pontianak, Kalimantan Barat. Telah menyelesaikan
pendidikan S1 nya di Prodi Pend. Seni Tari dan
Musik (sekarang Pend. Seni Pertunjukan)
Universitas Tanjungpura Pontianak tahun 2017.
Pernah meluncurkan album solo gitar pada tahun
2018. Dengan judul album 'ambiance'. Album ini
adalah sebuah representasi musik oleh gitar itu
sendiri terhadap situasi yg terjadi d lingkungan sekitar. Hingga saat ini
tergabung kedalam grup music “Coffternoon” yang telah meluncurkan
almbum kedua nya pada 2019 ini. Pada kesempatan ini di Sonikustik
sebagai penampil tamu dengan membawakan beberapa master piece
dari album solo gitarnya.

Nursalim Yadi Anugerah


@yhadieyd
Terinspirasi oleh kosmologi, sonologi, dan
kebudayaan masyarakat tradisional di Kalimantan
Barat, Nursalim Yadi Anugerah adalah komponis
dan multi-instrumentalis asal Pontianak, yang
memiliki pendekatan khusus tentang
instrumentasi dan komposisi. Sebagai komponis
dan etnomusikolog independen, Nursalim telah
berkolaborasi secara luas dengan pemusik
tradisional untuk mempertahankan dan menafsir
ulang musik tradisi melalui komposisi musik baru. Ia juga merupakan
pengarah artistik Balaan Tumaan, ansambel dan laboratorium
penciptaan berbasis riset mengenai musik tradisional Kalimantan.
Pada November 2017, opera kamarnya berjudul “Hnnung” meraih
Hibah Seni Karya Inovatif dari Yayasan Kelola Indonesia yang kemudian
dirilis dalam kaset tape dengan judul “Selected Pieces from HNNUNG”
oleh Hasana Editions (Indonesia) dan tersebardi Jepang, Jerman,
Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat. Rilisannya menjadi 5 album
terbaik Indonesia tahun 2018 versi Jakarta Post dan Album Indonesia
Favorit 2018 pilihan musisi favorit redaksi VICE Indonesia.
Terkini, ia mendapatkan komisi karya dari Orkest de Ereprijs
(Belanda) dengan menulis karya baru untuk mereka setelah menjadi
pemenang pertama pada Young Composers Meeting 2018 lalu di
Apeldoorn – Belanda. Karya terbarunya akan perdana ditampilkan pada
Februari dan Maret 2019 di Belanda.

(Teks oleh Duto Hardono, Seniman Bunyi dan Dosen FSRD ITB; Ezra
Tenenbaum, Musisi (USA) )

Reza Zulianda
@rezaedane
Lahir di Mempawah pada tanggal 10
september tahun 1993, tergabung dalam grup
musik D’borro, Balaan Tuman Ensamble dan
juga terlibat dalam Boedjang Project. Sejak
kecil sudah senang bernyanyi namun secara
otodidak. Pada tahun 2011 masuk ke
perguruan tinggi tepatnya di Program Studi
Seni Tari & Musik Universitas Tanjungpura
Pontianak. Mulai belajar musik melayu
dengan dibimbing oleh Yussuf Dahyani dan Anwar Dja’far. Selain itu juga
sempat belajar komposisi musik dari Diecky K Indrapraja selama di
bangku perkuliahan. Dalam kurun waktu 2014-2017 pernah
mendengarkan beberapa ceramah-ceramah musik yang diberikan oleh
para komponis seperti Gatot Danar Sulistyanto, Lawe Samagaha, Erie
Setiawan (Musikolog), dan Tony Maryana pada kesempatan kunjungan
mereka ke Pontianak.
Beberapa karya yang pernah dibuat dan dipentaskan adalah
Enggang (Music untuk Sarotn Dayak Kanayatn) tahun 2014, In C
(Kuartet untuk Cello, Gong & 2 Kulintang) 2013, Muara (Musik untuk
Penyanyi wanita) 2016, Simbor Limbor (Representasi Musik Terhadap
Mitologi Simbor Limbor) 2017, NUN (Musik Untuk Ansambel Campuran)
2018, Suka-Suka No 1 & 2 (Vokal & Elekronik) 2018. Selain itu serta
bekerjasama dalam beberapa karya lintas disiplin dengan beberapa
Komponis, Koreografer, Komunitas perfilman, komunitas teater dan dan
Animator di Pontianak.

Terima Kasih
- MM Studio
- F Studio
- IkanMas Untan
- Nuswarantara Ensemble
- Balaan Tumaan Ensemble
- Komunitas Lawang
- Tanjungpura Youth Orchestra
- Teater Komsan

Anda mungkin juga menyukai