Anda di halaman 1dari 80

RENCANA PENELITIAN

A. Judul Penelitian

“Analisis Melodi Gambus Lagu Anak Ayam Pada Musik Iringan Tari Jepin

Senggarong di Kabupaten Sanggau”.

B. Latar Belakang

Dalam suatu kesenian pada umumnya seni tari dan musik merupakan dua

hal yang saling berhubungan. Hal ini dapat dilihat dari konteks musik dalam

penggarapan tari. Berkaitan dengan hal tersebut Hidajat (2001:31) menyatakan

bahwa musik dalam penggarapan tari dapat dibedakan menjadi tiga yaitu musik

sebagai pengiring tari, musik sebagai ilustrasi tari, dan musik sebagai partner.

Salah satu yang paling umum dikenal adalah musik sebagai pengiring tari. Musik

sebagai pengiring tari merupakan musik yang dimainkan dengan tujuan untuk

mengiringi suatu tarian. Hal ini dapat dilihat pada acara pertunjukkan seni tari

yang menggandeng musik sebagai pengiring dengan tujuan untuk mendukung

pertunjukkan tari dari berbagai sisi seperti pemberi tempo atau ketukan bagi

penari hingga memberi dukungan untuk menghidupkan suasana yang bersesuaian

dengan tema suatu tarian dan lain sebagainya. Begitu pula halnya dengan musik,

meskipun sesungguhnya musik mampu berdiri sendiri sebagai sebuah karya seni

namun dalam konteksnya sebagai iringan tari musik tidak bisa lepas dari tari yang

diiringinya.

Kabupaten Sanggau merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Pulau

Kalimantan tepatnya di Provinsi Kalimantan Barat yang terdiri dari penduduk

dengan mayoritas suku Dayak, Melayu dan Tionghoa. Kabupaten Sanggau

1
2

dikenal pula sebagai Kabupaten yang masih kental dengan berbagai kesenian

tradisi baik itu seni tari maupun musik yang pada umumnya didominasi kesenian

tradisi Melayu. Hal ini terbukti pada saat acara tahunan festival budaya keraton

Suryanegara di Kabupaten Sanggau yang dikenal dengan nama Paradje’ selalu

menampilkan berbagai macam kesenian tradisi melayu seperti seni musik Jepin,

seni bermain gambus, Hadrah, seni bersyair, Tari Jepin dan masih banyak

kesenian lainnya.

Musik Jepin merupakan salah satu kesenian musik yang sering ditemui

dikabupaten Sanggau. Pada umumnya musik Jepin di Kabupaten Sanggau

merupakan lagu-lagu yang berirama melayu dengan lirik berpantun mengenai

ajaran agama maupun falsafah hidup yang dimainkan oleh alat musik gambus

sebagai instrumen melodi khas yang pasti ada dalam musik Jepin. Lagu-lagu

tersebut sering digunakan untuk mengiringi berbagai tarian Jepin yang ada. Perlu

diketahui bahwa di Kabupaten sanggau ditemukan hal yang menarik yaitu pada

umumnya lagu-lagu yang digunakan sebagai musik pengiring Tari Jepin tidak

difokuskan untuk mengiringi satu tarian saja, melainkan dapat digunakan untuk

mengiringi berbagai Tari Jepin lainnya sesuai dengan permintaan dari penggarap

tari mengenai lagu apa yang diinginkan. Sehingga tidak akan menjadi masalah

apabila ditemukan lagu yang sama dalam mengiringi tarian yang berbeda.

Tari Jepin Senggarong merupakan salah satu dari berbagai Tari Jepin yang

menggunakan lagu-lagu Jepin sebagai musik pengiring. Tari Jepin Senggarong

merupakan nama tarian yang berasal dari kata “Arong” dalam bahasa Sanggau

artinya tempat, dan “Senggarong” artinya seluruh tempat. Tari Jepin Senggarong
3

menceritakan tentang kegiatan mengarungi samudera hingga menyelusuri seluruh

tempat untuk mencari ikan. Tarian ini pada awalnya muncul sebagai tari

pergaulan antar masyarakat kemudian mengalami perkembangan fungsi hingga

digunakan sebagai tari penyambutan dan hiburan diberbagai acara seperti

khitanan, pernikahan dan acara-acara lainnya. Tari Jepin Senggarong pernah

mencapai kepopuleran sekitar tahun 1970-an hingga 1980-an. Namun setelah

perkembangan zaman dan kondisi alamiah yang terjadi, eksistensi Tari Jepin

Senggarong tidak berlangsung cukup lama karena satu persatu seniman penggarap

tari telah tiada hingga akhirnya tarian ini tidak pernah lagi ditampilkan diberbagai

acara di Kabupaten Sanggau.

Lagu-lagu Jepin yang digunakan dalam mengiringi berbagai tarian jepin di

Kabupaten Sanggau khususnya Tari Jepin Senggarong cukup beragam dan

membuat munculnya keragaman dari segi musik pengiringnya. Berdasarkan

pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Riva’i Nafis selaku seniman melayu di

Sanggau hal ini dikarenakan tidak adanya aturan dan standar khusus yang

menentukan lagu apa yang layak untuk mengiringi Tari Jepin Senggarong, karena

pada dasarnya musik pengiring tari pada zaman dahulu tidak digarap secara

sengaja namun muncul secara spontan ketika masyarakat berkumpul untuk

menari. Namun pada umumnya penggarap tari terdahulu sering menggunakan

lagu Jepin yang berjudul Anak Ayam karena pada saat munculnya tari Jepin

Senggarong lagu tersebut sudah ada bahkan dapat dikatan sebagai lagu tertua

sehingga lebih sering digunakan pada masa itu. Pada awalnya lagu Anak Ayam

sebagai musik pengiring Tari Jepin Senggarong dilantunkan dengan menggunakan


4

instrumen musik yang sederhana dengan format awal yaitu satu pemain gambus

yang merangkap sebagai vocal dan dua pemain gendang. Dalam hal ini gendang

yang dimaksud ini adalah Tar yang biasa digunakan dalam memainkan musik

hadrah.

Seiring perkembangan zaman, lagu-lagu yang digunakan untuk mengiringi

Tari Jepin khususnya Jepin Senggarong telah mengalami berbagai perkembangan

bahkan telah muncul berbagai lagu baru selain Anak Ayam diantaranya lagu Lima

Rukun Iman, Pancur Aji, Burong Bubut, Bulan empat Senama, Lanau Idau dan

masih terdapat beberapa lagu jepin lainnya. Tidak hanya sebatas munculnya lagu-

lagu baru saja namun hal tersebut juga didukung dengan perkembangan instrumen

musik yaitu adanya tambahan instrumen melodi selain gambus seperti biola,

accordeon dan kerboard. Hal tersebut dikemukakan oleh bapak Rivai Nafis dan

Bapak Abang Saka selaku seniman musik tradisi di Kabupaten Sanggau. Selain

itu terdapat penambahan instrumen gendang seperti maruas, rebana dan kompang

sebagai instrumen perkusi. Melihat perkembangan yang terjadi, secara tidak

sengaja hal tersebut membuat lagu anak ayam secara perlahan mulai jarang

digunakan karena kehadiran lagu-lagu baru menggunakan instrumen yang lebih

bervariasi dan dikemas dalam nuansa yang lebih modern dibandingkan dengan

lagu Anak Ayam.

Namun saat ini Tari Jepin Senggarong dan lagu-lagu untuk musik iringan

yang digunakan khususnya lagu Anak ayam masih dapat ditemui dan dipelajari

disalah satu sanggar kesenian di Kabupaten Sanggau yaitu Sanggar Nurul Huda

yang beralamatkan di jalan R.E. Martadinata Kecamatan Kapuas Kabupaten


5

Sanggau. Sanggar Nurul Huda didirikan oleh bapak H. Abdurahman (alm) pada

tahun 1986 dan kemudian saat ini telah dibina oleh Bapak Maulana dengan Ketua

sanggar yaitu Bapak Khamarudin. Sanggar tersebut merupakan salah satu sanggar

yang masih mempelajari tari-tari dan musik tradisi sepeninggalan seniman

terdahulu.

Berkaitan dengan keadaan yang telah peneliti jabarkan, maka muncul

beberapa hal yang menjadi ketertarikan peneliti sehingga memotivasi peneliti

untuk melakukan penelitian terkait lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari

Jepin Senggarong di Kabupaten Sangggau. Alasan pertama yang memotivasi

peneliti memilih lagu Anak Ayam karena lagu tersebut merupakan lagu yang

sudah cukup lama digunakan sebagai musik pengiring berbagai Tari Jepin salah

satunya Tari Jepin Senggarong sebelum munculnya berbagai lagu-lagu jepin yang

baru yang membuat lagu Anak Ayam mulai dilupakan. Hal tersebut telah

dikemukakan oleh Bapak Rivai Nafis dan Bapak Abang Saka yang berperan

sebagai seniman musik melayu di Kabupaten Sanggau serta pernah memainkan

lagu Anak Ayam dalam mengiingi tari Jepin. Pendapat Bapak Riva;i dan Bapak

abang Saka juga didukung oleh Bapak Sunaryo yang merupakan seniman tari di

Kabupaten Sanggau.

Alasan kedua ditinjau dari segi melodi gambus lagu Anak Ayam yang

terdiri dari melodi sederhana artinya hanya terdiri dari melodi yang diulang-ulang

pada setiap bait syair. Hal ini menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan

analisis terkait struktur melodi lagu Anak Ayam. Alasan yang ketiga ditinjau dari

format instrumen dalam meminkan lagu anak ayam yang dapat dikatakan
6

sederhana dan unik karena hanya menggunakan satu instrumen melodi yaitu

gambus serta dua instrumen perkusi yaitu tar yang merupakan instrumen perkusi

musik hadrah.

Peneliti mengganggap bahwa penggunaan instrumen tar sebagai instrumen

perkusi dalam memainkan lagu-lagu Jepin cukup jarang ditemui karena pada

umumnya instrumen perkusi yang sering digunakan adalah Maruas ataupun

rebana sedangkan pada lagu Anak Ayam kedua instrumen tersebut tidak

digunakan. Selain tidak terdapatnya penggunaan alat musik maruas/beruas, dalam

lagu Anak Ayam juga tidak terdapat lampas yang pada umumnya selalu ada

dalam musik Jepin. Melihat fakta dan informasi yang peneliti temukan dilapangan

ini pula yang menjadi poin tambahan bagi peneliti untuk memilh lagu Anak

Ayam. Selain itu peneliti mengganggap pula bahwa penggunaan instrumen

gambus memegang peranan penting dalam setiap melodi lagu-lagu Jepin di

kabupaten Sanggau khususnya lagu anak ayam sehingga peneliti tertarik untuk

memfokuskan penelitian pada instrumen gambus dengan menganalisis melodi

gambus pada lagu Anak Ayam.

Peneliti menganggap kegiatan penelitian ini perlu dilakukan agar melodi

gambus lagu anak Ayam sebagai musik iringan tari Jepin senggarong dapat

dibakukan dalam bentuk notasi dengan tujuan untuk menjaga tradisi yang sudah

ada dan menghidupkan kembali lagu-lagu tradisi jepin yang mulai dilupakan. Hal

ini peneliti lakukan dengan tujuan agar meskipun zaman telah berkembang

dengan membawa lagu-lagu baru dan instrumen baru, namun lagu dan instrumen

tradisi yang digunakan pada awal mula musik iringan Tari Jepin Senggarong yaitu
7

gambus dan tar masih dapat dimainkan oleh semua orang terutama seniman-

seniman Jepin generasi muda. Harapan yang penulis ungkapkan juga selaras

dengan harapan narasumber yaitu Bapak Rivai Nafis dan Bapak Abang Saka yang

menyatakan bahwa “Jepin tidak akan panjang umur jika tidak ada pemusik yang

mau meneruskannya”. Alasan keempat karena Peneliti mengganggap lagu yang

digunakan sebagai musik pengiring Tari Jepin di Sanggau memiliki keunikan

tersendiri yaitu satu lagu dapat digunakan untuk mengiringi berbagai tarian yang

berbeda, sehingga peneliti tertarik untuk memilih kesenian di daerah Kabupaten

Sanggau sebagai lokasi dalam penelitian ini. Alasan lain yang memotivasi Peneliti

untuk memilih lagu anak ayam yaitu belum adanya penelitian terdahulu yang

meneliti lagu-lagu yang digunakan sebagai musik iringan tari Jepin di Kabupaten

Sanggau khususnya tari Jepin Senggarong dengan lagu Anak Ayam sehingga

Peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian ini.

Terlepas dari belum adanya penelitian terdahulu yang berfokus pada musik

iringan Tari Jepin Senggarong, penelitian yang memfokuskan pada tariannya saja

sudah pernah diteliti oleh saudari Nita Nopriyanti, mahasiswa angkatan 2009

konsentrasi seni tari di Prodi Pendidikan Seni Pertunjukkan Universitas

Tanjungpura yang mengangkat judul tentang “Analisis Sejarah Tari Jepin

Senggarong di Kabupaten Sanggau”. Penelitian tersebut membahas tentang

sejarah Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau. Berkaitan dengan beberapa

alasan yang telah peneliti jabarkan, Peneliti mengharapkan agar penelitian ini

dapat menjadi dokumen penelitian kesenian tradisi yang bisa dijadikan referensi,
8

bahan bacaan, serta pedoman kebudayaan bagi masyarakat khususnya di

Kabupaten Sanggau hingga masyarakat luas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas pada uraian diatas, masalah

umum dalam penelitian ini adalah bagaimana “Analisis Melodi Gambus Lagu

Anak Ayam Pada Musik Iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau?“.

Agar penelitian ini lebih terarah, penulis membagi masalah umum tersebut

menjadi tiga sub masalah sebagai berikut :

1. Tangga nada apa yang digunakan dalam melodi gambus lagu Anak Ayam pada

musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau?

2. Bagaimana struktur motif dan frase dalam melodi gambus lagu Anak Ayam

pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau?

3. Bagaimana kontur dalam melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan

Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka yang menjadi tujuan umum

penelitian ini adalah untuk mengetahui: “Analisis Melodi Gambus Lagu Anak

Ayam pada Musik Iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau”. Dari

fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Pendeskripsian tangga nada yang digunakan dalam melodi gambus lagu Anak

Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

2. Pendeskripsian struktur motif dan frase dalam melodi gambus lagu Anak ayam

pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.


9

3. Pendeskripsian kontur dalam melodi gambus lagu Anak ayam pada musik

iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, penelitian ini diharapkan pula

dapat memberikan manfaat. Manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini berupa dokumen yang memuat penjelasan

mengenai melodi gambus yang didukung dengan penyajian notasi balok

(partiture) lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di

Kabupaten Sanggau. Hal ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan

dalam bidang musik yaitu tentang analisis melodi terutama mengenai tangga nada,

motif dan frase serta kontur melodi. Penelitian ini juga diharapkan dapat

mendukung khasanah penelitian yang berkaitan dengan kebudayaan seni tradisi di

Kabupaten Sanggau.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan peneliti mengenai

keragaman musik jepin tradisi khususnya di kabupaten Sanggau dan

menambah pemahaman peneliti mengenai ilmu Analisis melodi khususnya

melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di

Kabupaten Sanggau.
10

b. Bagi Pemerintah Kota Sanggau

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dokumen

kebudayaan yaitu mengenai melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik

iringan Tari Jepin Senggarong dan menambah pengetahuan serta wawasan

masyarakat mengenai kesenian musik khususnya di Kabupaten Sanggau.

c. Bagi Seniman Jepin

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan bahan bacaan,

serta dapat memotivasi seniman Jepin khususnya di Kalimantan Barat untuk

dapat mengaktifkan kembali pelaku seni maupun objek karya seni, khususnya

musik tradisi Melayu.

d. Bagi Pembaca

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah bahan bacaan serta memberikan

informasi yang berisi data secara jelas mengenai melodi gambus lagu Anak

Ayam pada musik iringan tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Pada dasarnya terdapat banyak lagu Jepin yang digunakan untuk mengiringi

Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau. Hal ini terjadi karena salah satu

keunikan musik pengiring Tari Jepin disanggau yaitu pada umumnya lagu jepin

yang ada tidak difokuskan untuk mengiring satu tarian tertentu, sehingga lagu

Jepin apapun bisa digunakan untuk mengiring satu Tari Jepin namun disesuaikan

dengan permintaan dari penggarap tarinya saja. Namun dalam penelitian kali ini

peneliti memilih untuk menfokuskan pada lagu anak ayam karena lagu ini

merupakan lagu jepin yang sudah cukup lama dan digunakan pada awal adanya
11

tari Jepin Senggarong sebelum munculnya berbagai lagu baru dalam mengiri

berbagai tari Jepin. Selain itu ditinjauan dari segi melodi dan format musik masih

sangat sederhana. Begitu pula hanya dengan lagu Anak Ayam pada musik iringan

Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau terdapat beberapa versi dengan lirik

yang berbeda namun secara umum melodinya sama. Menurut penjelasan dari

narasumber yaitu Bapak Riva’i Nafis hal ini dikarenakan antar pemain gambus

yang memainkan melodi utama lagu Anak Ayam yang satu dengan yang lain

terdapat perbedaan dalam tehnik permainan gambus terutama dari segi cengkok

dalam ornamen melodinya.

Namun peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini dengan memilih

lagu Anak Ayam versi Abang Saka yang merupakan pemusik yang memainkan

instrumen gambus yang mengajarkan tari dan musik iringan Jepin Senggarong di

Sanggar Nurul Huda. Kemudian hal yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini

adalah pendeskripsian tangga nada yang digunakan, pendeskripsian struktur motif

dan frase melodi serta pendeskripsian kontur melodi gambus lagu Anak Ayam

pada musik iringan Tari jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

G. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam menafsirkan istilah-

istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan istilah-istilah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Melodi

Melodi adalah susunan rangkaian nada-nada yang terdengar berurutan dan

mempunyai harga. Nada-nada yang dihasilkan akan membentuk sebuah


12

kalimat lagu. Dalam penelitian ini, melodi yang akan dianalisis adalah melodi

gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong. Struktur

melodi gambus yang akan dianalisis adalah tangga nada, struktur motif dan

frase, serta kontur melodi gambus lagu Anak Ayam.

2. Gambus

adalah instrumen atau alat musik petik yang umum ditemukan pada musik-

musik tradisi melyu maupun timur tengah. Gambus digunakan sebagai

instrumen nmelodi dalam musik iringan tari yang dimainkan seseorang sambil

bernyanyi. Gambus memiliki berbagai bentuk yang beragam sekilas seperti

gitar. Gambus tersusun oleh beberapa senar ,paling sedikit berjumlah tiga senar

dan paling banyak tersusun atas 12 senar. Dalam penelitian ini gambus

merupakan instrumen melodi yang memainkan lagu Anak Ayam pada musik

iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten sanggau yang akan peneliti

analisis.

3. Musik Iringan adalah musik yang berfungsi untuk mengiringi suatu

penampilan atau pertunjukkan suatu karya seni baik itu mengiringi tari, drama,

teater maupun pertunjukkan seni lainnya. Dalam penelitian ini, musik iringan

yang dimaksud lagu Anak Ayam versi Abang Saka di Sanggar Nurul Huda

Kabupaten Sanggau yang dimainkan oleh seorang pemain gambus sambil

bernyanyi serta dua orang pemain gendang (tar).

4. Jepin Senggarong adalah sebuah nama judul tari yang berasal dari kata

“Arong” dalam bahasa sanggau memiliki arti tempat dan “ Senggarong”

artinya seluruh tempat. Jepin Senggarong merupakan tarian jepin yang


13

menceritakan tentang kegiatan mengarungi samudera dan menjejahi seluruh

penjuru tempat untuk mencari ikan. Jepin Senggarong juga merupakan Tari

Jepin yang ditarikan dengan iringan musik berupa lagu-lagu Jepin. Berkaitan

dengan hal tersebut, yang akan peneliti analisis dalam penelitian ini adalah

melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di

Kabupaten Sanggau.

H. Landasan Teori

1. Musik

Menurut Jamalus (1988:1) musik adalah suatu yang membuahkan hasil

karya seni berupa bunyi berbentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan

fikiran serta perasaan penciptanya lewat unsur-unsur pokok musik yakni irama,

melodi, harmoni, serta bentuk atau susunan lagu dan ekspresi sebagai satu

kesatuan. Senada dengan Pendapat Jamalus, seni musik adalah pengungkapan

gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni

dengan unsur pendukung berupa bentuk, sifat, dan warna bunyi (Soeharto,

1992:86)

Berdasarkan pendapat Jamalus dan Soeharto diatas musik merupakan suatu

hasil karya seni yang tercipta dari proses pengungkapan gagasan dan perasaan

penciptanya yang dituangkan dalam bentuk bunyi. Bunyi yang dihasilkan

tersebut memiliki unsur-unsur yang menyusunnya menjadi satu kesatuan yang

disebut dengan musik. Unsur-unsur tersebut diantaranya berupa melodi, irama,

harmoni, bentuk dan ekspesi sebagai satu kesatuan. Bagitu pula halnya dengan

objek yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu melodi gambus lagu Anak
14

Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong yang merupakan satu bentuk

karya seni musik yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Sanggau yang

tersusun atas beberapa unsur musik. Unsur musik yang akan menjadi fokus pada

penelitian ini adalah struktur melodi musik dari instrumen gambus yang

merupakan instrumen melodi dalam musik Jepin.

Menurut Monson (1996:66) music is centered on the inventiveness and

uniqueness of individual solo expression; on the other, climactic moments of

musical expression require the cohesiveness and participation of the entire

ensemble. Monson mengatakan bahwa musik berpusat pada kemampuan dan

kreatifitas daya cipta dan keunikan ekspresi seorang individu. Disisi lain,

momen-momen klimaks dari ekspresi musik membutuhkan kekompakan dan

partisipasi dari keseluruhan ensembel. Berdasarkan hal tersebut, peneliti

berpendapat bahwa karya musik merupakan suatu karya seni yang tercipta dari

suatu proses kreatif dalam mengungkapkan perasaan dan ekspresi yang ada pada

seorang individu. Ekpresi dan perasaan tersebut kemudian diolah menjadi suatu

karya musik yang tersusun atas unsur-unsur musik.

Hal ini tidak hanya terfokus pada penciptaan karya musik saja, namun untuk

mencapai keberhasilan dalam memainkan musik juga diperlukan kreatifitas.

Seorang individu tidak boleh kaku dalam memainkan musik karena akan

menyebabkan musik yang dimainkan terdengar monoton dan terkesan tidak

bernyawa. Artinya pemain harus mempunyai kemampuan untuk bermain dengan

menggunakan kreatifitas dan ekspresi yang dapat membuat musik dapat

terdengar lebih hidup. Begitu pula halnya dengan lagu Anak Ayam pada musik
15

iringan Tari Jepin Senggarong, seorang pemain instrumen gambus dituntut untuk

memiliki kreatifitas dalam memainkan melodi lagu yaitu dengan memberi

ornamen berupa cengkok Melayu. Begitupula dengan pemain perkusi tar yang

harus memainkan pola-pola tabuhan Jepin dengan dinamika atau ekspresi yang

mampu mendukung dinamika musik terutama pada saat memberi aksen gerakan

penari.

2. Unsur-unsur Musik

a. Melodi

Menurut Schmidt dan Jones (2007:73) :


Melody is one of the most basic elements of music. A note is a sound with a
particular pitch and duration . some common terms used in discussions of
melody that you may nd it useful to know. First of all, the melodic line of a
piece of music is the string of notes that make up the melody. Extra notes,
such as trills and slides, that are not part of the main melodic line but are
added to the melody either by the composer or the performer to make the
melody more complex and interesting are called ornaments or
embellishments.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Schmidt dan Jones, melodi

merupakan salah satu unsur yang mendasar yang dapat dikatakan unsur pokok

dalam musik. Melodi tersusun atas rangkaian nada-nada dengan durasi tertentu

yang disusun sedemikan rupa hingga menghasilkan sebuah alunan melodi.

Dalam membuat suatu komposisi musik, terkadang komposer membuat melodi

menjadi lebih menarik dan lebih kompleks agar melodi yang dihasilkan

terdengar lebih kaya dan indah, penambahan hal tersebut dalam melodi dikenal

dengan istilah memberi ornamen atau hiasan.

Menurut Schmidt dan Jines (2007;73) :

A melody that stays on the same pitch gets boring pretty quickly. As the
melody progresses, the pitches may go up or down slowly or quickly. One
16

can picture a line that goes up steeply when the melody suddenly jumps to
a much higher note, or that goes down slowly when the melody gently
falls. Such a line gives the contour or shape of the melodic line.

Schmidt dan Jones berasumsi bahwa sebuah musik dengan melodi yang

tersusun dari nada-nada yang sama pada setiap bagiannya akan terkesan kaku

dan cukup membosankan sedangkan permainan melodi dengan nada yang naik

turun akan lebih baik dan membuat melodi lebih bervariasi. Pergerakan melodi

tersebut akan membentuk suatu garis melodi yaitu kontur atau countur. Sejalan

dengan asumsi yang dikemukakan oleh Schmidt dan Jones yang mengatakan

bahwa melodi akan lebih bervariasi apabila disusun turun naik sehingga

terbentuk sebuah garis melodi atau kontur, Malm dalam Takari (1993:16)

membedakan kontur dalam beberapa jenis sebagai berikut :

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada

yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke

nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada

ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.


17

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada

yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun

minor.

b. Tangga Nada (Scale)

Menuruh Harris (1958:12) A Scale is a succession of sounds arranged in a

definite order as to. The intervals between the successive notes. Berdasarakan

pendapat yang dikemukakan Harris tangga nada merupakan susunan nada yang

menghasilkan bunyi yang tersusun secara berurutan yaitu dari nada tertinggi ke

nada yang terendah maupun sebaliknya dari nada terendah ke nada tertinggi.

Berdasarkan hal tersebut tangga nada dapat juga diartikan sebagai susunan nada-

nada secara alphabetis yang disusun ke atas (dari nada terendah ke nada

tertinggi), maupun ke bawah (dari nada tertinggi ke nada terendah). Harris

membedakan tangga nada (scale) dalam dua kategori yaitu tangga nada diatonik

(diatonic scale) dan tangga nada kromatik (chromatic scale) sebagai berikut :

1) Tangga nada diatonik (diatonic scale)

Menurut Crocth (1812:3) A diatonic scale consists of five tone and two

seminote, the latter being separated by two tones and three tones alternately and

note being in alphabetical order. Berdasarkan hal tersebut tangga nada diatonik

merupakan tangga nada yang terdiri dari lima nada dan dua semi nada, keduanya

dipisahkan oleh dua atau tiga nada secara bergantian dan dituliskan berdasarkan

urutan huruf alfabet. Pendapat lain dikemukakan pula oleh Jarret dan Day

(2008:55), diatonic scale have seven different pitches in them. Jarret dan Day
18

mengatakan bahwa dalam tangga nada diatonik terdapat tujuh nada yang

berbeda. Skala diatonik terbagi lagi menjadi berikut :

 Tangga Nada Mayor (major scale)

Menurut Harris (1958:13), A Major scale is so. called because the

interval from its Ist to. its 3rd degree is a major third. Tangga nada mayor

adalah susunan nada-nada yang mempunyai jarak 1 semitone pada nada ke 3

– 4, dan ke 7 – 1 (oktaf), dan jarak nada-nada yang lain adalah 1 tone

(whole-tone). Tangga nada mayor natural adalah tangga nada mayor yang

seluruh nada-nadanya belum mengalami perubahan. Susunan tangga nada

mayor yang belum mengalami perubahan (natural) merupakan nada-nada

papan putih pada alat musik piano (keyboard).

Harris (1958:13) menuliskan urutan nada dalam tangga nada mayor

sebagai berikut :

From the 1st to. the 2nd degree a Tone.

From the 2nd to. the 3rd degree a Tone.

From the 3rd to. the 4th deg ree a Semi tone.

From the 4th to. the 5th degree a Tone.

From the 5th to. the 6th degree a Tone.

From the 6th to. the 7th degree a Tone.

From the 7th to. the 8th degree a Semitone.


19

Gambar 1. Tangga Nada Mayor

 Tangga nada minor (minor scale)

Menurut Harris (1958:14) :

Minor Scales are so called because the interval from their 1st to 3rd
degrees is a minor third. They differ from Major Scales in the order of
their Tones and Semitones. There are two forms of Minor Scale in
general use, the Harmonic Minor and the Melodic Minor. The
Intervals are the same in both forms as regards the first four notes, the
difference in their construction being in the intervals formed by their
upper four notes.

Berdasarkan pendapat tersebut, tangga nada minor adalah susunan

nada-nada yang mempunyai jarak 1 semitone pada nada ke 2 – 3, dan ke 5 –

6, dan jarak nada-nada yang lain adalah 1 tone (whole-tone). Secara umum

tangga nada minor daat dibedakan menjadi dua yaitu tangga nada minor

harmonic dan minor melodic. Perbedaan kedua tangga nada minor tersebut

terletak pada interval nada yang dapat dituliskan sebagai berikut:

 Tangga nada minor harmonic , susunan nadanya adalah sebagai berikut:

From the 1st to the 2nd degree a Tone.

From the 2nd to the 3rd degree a Semitone,

From the 3rd to the 4th degree a Tone.

From the 4th to the 5th degree a Tone.

From the 5th to the 6th degree a Semitone,

From the 6th to the 7th degree an Augmented 2nd.

From the 7th to the 8th degree a Semitone.


20

Gambar 2. Contoh tangga nada minor harmonic dari A minor

 Tangga nada minor melodic

Pada tangga nada minor melodic nada ke-6 dan ke-7 berbeda saat

bergerak dari bawah ke atas dan dari atas kebawah , contohnya sebagai

berikut :

Gambar 3.Pada saat naik /ascending

Gambar 4. Pada saat turun /descending

2) Tangga nada Kromatik

Menurut Harris (1958:15) A Chromatic Scale is a succession of

semitones from a note to its octave. There are two ways of writing the

Chromatic Scale, one is called the Harmonic Chromatic Scale, and the

other the Melodic Chromatic Scale. They differ from each other in notation

only, and not in sound. Berdasarkan pendapat Harris tangga nada kromatik

merupakan suksesi nada semitone dalam mencapai oktaf nada. Ada dua cara

yang dapat digunakan dalam menuliskan tangga nada kromatik yaitu tangga

nada kromatik harmonik (the harmonic chromatic scale) dan tangga nada

kromatik melodik (the melodic chromatic scale). Secara penulisan notasi,

kedua tangga nada ini berbeda namun tidak dalam hal suara yang

dihasilkan.
21

Gambar 5. Tangga nada kromatif harmoni

Gambar 6. Tangga nada kromatik melodi

c. Modus (modes)

Berkaitan dengan tangga nada terdapat pula yang dinamakan dengan

modus (modes). Modus tercipta saat dalam satu oktaf piano kita mainkan hanya

pada bagian putih saja, maka dari hal tersebut muncullah sebuah modus dalam

tangga nada. Sejalan dengan hal ini, Jarrett dan Day (2008:60—63)

membedakan modus dalam tujuh kategori sebagai berikut :

1. Ionian (major scale)

Modus ionian merupakan modus yang dimulai ketika memainkan tujuh

kunci putih dalam piano yang dimulai dari nada C. Namun apabila ingin

membuat modus dari nada selain C makan dapat menggunakan interval

nada mayor (1-1-1/2-1-1-1-1/2).

2. Dorian
22

Modus dorian merupakan modus yang dimulai dari nada D . Jika ingin

membuat modus dorian dari nada dasar lain maka dapat menggunakan

interval (1-1/2-1-1-1-1/2-1).

3. Phrygian

Modus phrygian dimulai dari nada nada E. Jika ingin membuat modus

phrygian dari nada lain maka dapat menggunakan interval (1/2-1-1-1-1/2-

1-1).

4. Lydian

Modus yang dimulai dari F. Jika ingin membuat modus lydian dari nada

lain maka dapat menggunakan interval (1-1-1-1/2-1-1-1/2)

5. Mixolydian

Modus yang dimulai dari nada G . Jika ingin membuat modus mixolydian

dari nada lain maka dapat menggunakan interval (1-1-1/2-1-1-1/2-1).

6. Aeolian (natural minor)

Modus yang dimulai dari nada A. jika ingin membuat modus aeolian dari

nada dasar lain maka dapat menggunakan interval (1-1/2-1-1-1/2-1-1).

7. Lockrian

Modus yang dimulai dari nada B. jika ingin membuat modus lockrian dari

nada dasar lain maka dapat menggunakan interval (1/2-1-1-1/2-1-1-1).

Berikut gambar tangga nada dengan modus-modus yang telah dijelaskan diatas .
23

Gambar 7. Modus-modus dalam tangga nada Naturan C

Berdasarkan penjelasan mengenai tangga nada dan modus diatas dapat

disimpulkan bahwa tangga nada merupakan susunan urutan nada baik itu dari

nada tertinggi menuju ke nada terendah maupun sebaliknya yang tersusun

secara berjenjang seperti alfabet. Teori tangga nada dan modus diatas akan

peneliti gunakan sebagai landasan teori dalam menentukan bagaimana

penggunaan tangga nada dalam melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik

iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau dan modus apa yang

digunakan.
24

d. Ritmik/ irama (rhythm)

Menurut Benward dan Saker (2008:10) Rhythm is a general term used to

describe the motion of music in time. The fundamental unit of rhythm is the pulse

or beat. Even person untrained in music generally sense the pulse and may

respond by tapping a foot or clapping. Berdasarkan pendapat Benward dan

Saker tersebut ritmik merupakan istilah dalam musik yang menggambarkan

pergerakan musik dalam waktu. Unit dasar dari ritmik adalah pulsa atau beat.

Ritmik merupakan unsur musik yang dapat dirasakan semua orang, artinya

tidak hanya orang yang paham dan berada dalam lingkungan musik saja yang

dapat merasakan ritmik, namun orarng yang tidak terlatih dalam musik sekalipun

dapat merasakan dan merespon ketika mereka mendengar musik. Hal ini dapat

kita temui ketika seseorang mendengarkan musik, maka orang yang mengerti

musik maupun yang tidak mengerti musik sebagian besar akan merespon

dengan tepukan tangan atau mengetuk kakinya untuk mngikuti pergerakan

ritkmik dari sebuah musik.

Unsur rimik dinotasikan dalam bentuk notasi musik dan untuk membaca

ritmik kita harus mengetahui hal-hal mendasar tentang nama not, bentuk not,

harga not dan tanda istirahat dalam notasi yang akan disajikan dalam gambar

berikut:

Tabel 1.Nama dan Harga Notasi


25

Berdasarkan hal tersebut peneliti akan menggunakan teori ritmik ini untuk

mengananalisis bagaimana bentuk pola ritmik dari melodi gambus lagu Anak

Ayam pada musik iringan tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

e. Birama (time signature)

Menurut Kornfeld (2005:15)“Like a clef, a Time Signature goes at the left

side of the staff, but to the right of the clef. It consists of two numbers arranged

vertically”. Berdasarkan pendapat Kornfeld birama atau time signature adalah

tanda yang harus tertulis disebuah notasi musik untuk memberi petunjuk

permainan musik tersebut dimainkan dengan menggunakan birama berapa.

Birama atau time signature tertulis disebelah kanan tanda kunci (clef), dari dua

angka yang disusun secara vertikal dan berupa angka dan dua angka tersebut

memiliki arti yang berbeda. Angka yang berada di atas bermakna ketukan kuat

yang terjadi pada tiap ruas bar, sedangkan angka yang di bawah bermakna

identitas harga nada pada tiap ketukan kuat tersebut.

Menurut Kornfeld (2005:15) ada beberapa birama atau time signature

sebagai berikut :

1. Birama (time signature) 4/4

Gambar 8. Dalam birama 4/4 terdapat 4 ketukan yang masing-masing memiliki


harga not ¼.
26

2. Birama (time sginature ) 2/4

Gambar 9. Dalam birama 2/4 terdapat dua ketuk dengan harga masing-masing not
adalah ¼

3. Birama ¾

Gambar 10. Dalam birama ¾ terdapat 3 ketukan dengan harga masing-masing not
adalah ¼.
Kornfeld membatasi pembahasan birama dengan hanya menjelaskan

birrama 4/4, ¾ dan 2/4. Namun birama berapapun yang akan ditemui dalam

sebuah musik, perhitungan angka atas dan angka bawah dalam birama tetap

berbeda seperti yang telah dijabarkan pada teori Kornfeld diatas. Hal ini juga

akan peneliti gunakan sebagai landasan dalam menganalisis struktur melodi

yang berkaitan dengan birama yang digunakan dalam lagu Anak Ayam pada

musik iringan Tari Jepin Senggarong.

f. Tempo

Menurut Kornfeld (2005:26), Tempo ("time" in Italian) simplyrefers to the

speed of the music or the speed of the pulse. Therefore the tempo can be slow,

fast, or anywhere in between, atau dalam bahasa Indonesia tempo (dalam Italia

“waktu”) hanya mengacu pada kecepatan musik atau kecepatan denyut nadi.

Oleh karena itu tempo dapat dibedakan menjadi tempo lambat, tempo sedang

dan tempo cepat.


27

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kornfeld, tempo

merupakan ukuran waktu atau ukuran cepat lambatnya permianan musik. Secara

umum penggunaan istilah tempo dalam musik didasarkan dengan menggunakan

istilah dari bahasa Itali. Semua karya musik harus menuliskan tempo

permainannya dengan disesuaikan pada kunci (clef) dan birama (time signature)

yang digunakan dalam karya musik tersebut. Dalam sebuah karya musik tempo

bisa saja tidak mengalami perubahan artinya musik tersebut dimainkan dengan

menggunakan satu tempo saja, namun tempo juga bisa mengalami perubahan

berkali-kali sesuai dengan keinginan komposer.

Menurut Kornfeld (2005:26) ada dua metode yang dapat digunakan untuk

menunjukkan tempo. Metode yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Metode Beats Per Minute (BPM) merupakan metode yang paling modern,

yaitu apabila tanda birama (time signature) menunjukkan birama 4/4,

misalnya ukuran temponya adalah 60 bpm, maka artinya tempo atau

kecepatan not seperempatnya harus 60 denyut per menit. Untuk mengukur

tempo suatu musik, kita dapat menggunakan metronom yaitu sebuah alat

perangkat mekanis atau elektronik yang mengklik atau mengeluarkan bunyi

bip pada BPM. Tempo dapat diindikasikan dengan "M.M. =" dan bukan.

"M.M." singkatan dari Maelzel Metronome.

Berikut adalah rentang tempo menurut Kornfeld :

Gambar 11. The tempo is 60 BPM


28

Gambar 12. The tempo is between 60 and 70BPM, which would be


determin by the performer or conductor

Gambar 13.The BPM is still 60 in this time signature

Gambar 14.Three eighth notes move at 60 BPM, so one eighth note moves at 180
BPM (three times the speed of the dotted quarter since there are three eighths
within the dotted quarter.

2. Metode kedua yang lebih tradisional untuk menunjukkan tempo hanya

menggunakan kata-kata bahasa Italia untuk mendekati kecepatan, kurang

lebih tanda tempo sesuai dengan rentang BPM sebagai berikut:

Tabel 2 Tanda tempo

Italian English BPM

Largo Very-very slow 40-60

Larghetto Very slow 60-66

Adagio Slow 66-76

Andante Moving along 76-108

Moderato Moderately 108-120

Allegro Quickly, cherrfully 120-169


29

Presto Fast 169-200

Prestissimo Very fast 200+

Berdasarkan hal tersebut maka tempo secara garis besar dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu :

 Tempo cepat

Allegro (tempo cepat, ceria) = 120-169 bpm.

Presto adalah (tempo yang menunjukkan cepat dari allegro) = 169

-200bpm

 Tempo sedang

Prestissiomo (tempo sangat cepat) = 200+ bpm Tempo sedang

Andante (tempo yang lambat menuju cepat) = 76-108 bpm

Moderato (tempo sedang) =108-120 bpm

 Tempo lambat

Largo (sangat-sangat lambat) =40-60 bpm

Larghetto (tempo sangat lambat) = 60-66 bpm

Adagio (tempo lambat)=66-76 bpm

Dalam permainan musik terkadang tempo dapat mengalami perubahan,

perubahan tempo (tempo change) terjadi secara bertahap atau berangsur-angsur.

Istilah dalam perubahan tempo menurut Kornfeld (2005:27) adalah sebagai

berikut :
30

Tabel 3.istilah perubahan tempo

Italian English Abbreviation

Accelerando Gradually Accelerate Accel.

Ritardando Gradually slow down Rit..

Dengan menggunakan tanda perpindahan tempo accelerando (accel)

maupun ritardando (rit) maka perubahan tempo dari tempo awal ke tempo

target akan berubah secara perlahan dan tidak terkesan mendadak. Istilah lain

yang dapat digunakan untuk perpindahan tempo adalah tempo rubato secara

harfiah berarti "tempo dirampok" dan dalam bahasa Italia yang berarti bahwa

beat seharusnya dinyatakan tidak merata, atau tidak dalam tempo yang ketat.

3. Bentuk Musik

Menurut Stein (1979:57):

“song form is used to identify smaller patterns employed in both


instrumental and vocal music. This term derives from the' structure found in
songs of small or moderate dimensions, such as folk songs and hymns. The
principal. structural divisions of these forms are called parts. Hence, the
term two-part or three-part song form does not refer to the number of
participating voices or instruments, but to the principal sections”

Bedasarkan penjelasan mengenai bentuk musik (form) yang dikemukakan

Stein diatas, bentuk musik (form) digunakan untuk mengidentifikasi bagian-

bagian atau pola yang lebih kecil yang ada pada sebuah musik, baik itu musik

instrumental maupun musik vocal (vocal music). Istilah bentuk musik berasal dari

struktur yang ditemukan dalam lagu-lagu yang sederhana dengan dimensi yang

kecil seperti yang ada pada lagu-lagu rakyat dan nyanyian rohani. Pada umumnya

pembagian bentuk musik berdasarkan jumlah kalimat (phrase) disebut dengan


31

bagian (part), bentuk musik satu bagian (one-part), bentuk musik dua bagian

(two-part), serta bentuk musik tiga bagian (three-part). Bentuk-bentuk musik

tersebut bukanlah mengacu pada banyaknya jumlah alat atau instrumen musik

maupun banyaknya jumlah vocal, tetapi istilah tersebut mengacu pada banyaknya

bagian-bagian yang ada pada musik tersebut.

Menurut Stein (1979:57) bentuk musik (song form) meliputi satu bagian

(one-part), sederhana dua bagian (simple two-part), diperluas dua bagian

(expanded two-part), tiga bagian sederhana (incipient three-part), tiga bagian

(three-part), diperbesar tiga bagian (enlarge three-part), lima bagian (five-part)

dan bentuk bebas atau kelompok (free or group forms). Stein (1979:57)

menyatakan bahwa :

“Forms in general are composed of essential and auxiliary


components. The essential components in theoudine of a pattern are
those units referred to by letters such as A, B, C; by Part I, Part n,
Part III; or by Main and Subordinate Themes. Shorter compositions,
such as hymns and folk songs, may consist onle of the essential
melody. Thus, the fourteen-measure melody of America or the
twentymeasure melody of Adeste Fideles represents the total
composition”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Stein, bentuk musik (form) pada

umumnya terdiri atas dua komponen penyusun yaitu komponen utama dan

komponen tambahan. Komponen utama dalam pola sebuah bentuk musik adalah

unit yang sering dituliskan dengan huruf A sebagai simbol bagian pertama (bagian

I), B sebagai simbol bagian kedua (bagian II) dan C sebagai simbol bagian ketiga

(bagian III) . Untuk sebuah komposisi musik dengan durasi yang pendek , seperti

sebuah nyanyian rohani dan lagu-lagu rakyat untuk mengidentifikasi bentuk dari

musik tersebut dapat dilihat dari melodi utamanya. Selain komponen utama
32

terdapat pula komponen tambahan (auxiliary members), dalam teori bentuk musik

yang dikemukakan oleh Stein komponen tambahan (auxiliary members) tersebut

diantaranya :

1. Introduction atau intro

The introduction is a section at the beginning of a composition, immediately

preceding the statement of a theme or of a principal part (Stein, 1979:58).

Berdasarkan hal tersebut yang dimaksud dengan intro adalah sebuah

pengantar atau bagian awal dari sebuah komposisi musik sebelum bagian

pernyataan tema yang merupakan bagian utama atau pokok dalam komposisi

musik. Bagian awal (introduction) dibedakan menjadi :

a. Awalan sederhana (simple introduction), biasanya terdiri dari sebuah iringan

dengan menggunakan satu atau beberapa acord awal sebuah musik.

b. Awalan independen (independent introduction), untuk membedakan dengan

simple introduction yaitu dapat dilihat bahwa independent introduction

merupakan bagian awalan yang durasinya lebih panjang, kemudian terdapat

candence.

2. Transition (transisi)

Menurut Stein (1979:59) :

Transition is a connecting passage leading from one part or theme to


another. A transition has two functions - one modulatory, the other
connective. In the first instance, it becomes a means of passing from one
key area to another; in the second, it effects a logical connection or a
means of juncture between two parts or themes that are so contrasting in
contour or rhythm that one could not immediately succeed the other. It is
this second function which is most important in such instances, as in the
recapitulation of the sonataallegro form, where the transition connects two
themes in the same key. If a transition were merely a means of modulating
from one key center to another, it would be unnecessary in such cases.
33

Berdasarkan pendapat Stein diatas, transisi merupakan penghubung antara

bagian tema satu dengan bagian tema yang lain. Dalam sebuah bentuk musik,

transisi memiliki dua fungsi yang pertama sebagai modulasi yaitu sebagai

penghubung antar perpindahan area kunci (key signatur) yang digunakan dalam

komposisi musik. Sedangkan fungsi transisi yang kedua adalah sebagai

penghubung antara bagian atau tema dengan kunci (keysignature) yang sama,

artinya tidak terjadi modulasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa transisi merupakan penghubung antar bagian satu dengan bagian yang

lain atau antar tema yang satu dengan tema yang lain.

3. Rretransition (retransisi)

Menurut Stein (1979:60) retransition is a connecting passage which leads to the

return of a previously-heard part or theme. Artinya retransisi merupakan

penghubung yang mengarahkan pada kembalinya dari bagian atau tema yang

telah didengar sebelumnya.

4. Codetta

Secara harfiah codeta adalah “coda kecil” yaitu tambahan atau bagian penutup

berupa melodi atau iringan setelah tema bagian utama selesai. Prinsip atau

fungsi codeta adalah untuk harmonis atau untuk menegaskan kembali sebuah

irama , berkaitan dengan hal tersebut ada dua jenis menjadi dua jenis prinsip

codeta / coda, yaitu :


34

a. Codeta harmoni (harmonic codetta) , yaitu menggunakan harmoni yang ada

pada akhir kalimat lagu, dengan melodi yang tidak harus berasal dari frase

sebelumnya.

b. Codeta melodi (melodic codetta), yaitu dengan durasi yang lebih panjang,

dengan menggunakan figur yang dapat diambil dari figur pada frase

sebelumnya atau dapat membuat figur yang baru.

5. Interlude

Interlude merupakan selingan atau tambahan yang muncul diantara dua bagian

sebuah tema atau pengulangannya, interlude merupakan tambahan yang tidak

terikat dengan tema utama sebuah musik.

6. Section

Menurut Stein (1979:61) :

A section is a portion of a composition which is characterized by the use of


a certain melody or by a particular kind of treatment. In music of the lonal
era it is generally terminated by a definite cadence.

Berdasarkan pendapat Stein section merupakan bagian dari komposisi yang

dikarakteristikkan dengan adanya penggunaan melodi tertentu. Pada era musik

ional pada umumnya diakhiri dengan irama yang pasti.

7. Episode

Istilah episode berbeda dalam bentuk homoponik dan polifonik. Episode

diterapkan pada beberapa bagian dengan tema yang panjang yang tidak berasal

dari tema sebelumnya.

8. Coda
35

Coda merupakan tambahan dari bagian akhir yang muncul setelah sebuah tema

atau bagian berakhir. Untuk bentuk komposisi yang lebih pendek, mungkin tidak

memiliki sebuah coda , namun sebaliknya diakhiri dengan sebuah codeta yang

singkat.

9. Postlude

yaitu tambahan bagian paling akhir dari karya musik setelah coda.Umumnya

postlude bersifat mandiri atau tidak terikat dengan tema utama. Dalam beberapa

hal, istilah coda ataupun postlude bisa berarti Outro atau Ending karya musik.

Stein mengklasifikasikan bentuk musik dalam kategori sebagai berikut:

a. Bentuk lagu dua bagian (the two part song form)

Menurut Stein (1979:64) :

two-part song form is the smallest example of a binary structure. Its two
balancing divisions are analogous, structurally, to the units which are
combined to form larger patterns, as the following illustrates:
figure+figure =motive
motive+motive=semi-phrase
semi phrase+semi phrase = phrase
phrase+phrase= period
period+period =double period

Berdasarkan pendapat Stein tersebut, bentuk musik atau bentuk lagu

dua bagian adalah contoh terkecil dari struktur dua bagian (struktur biner)

dalam sebuah bkarya musik. Urutan terbentuknya bentuk bagian dalam musik

yaitu dari figur-figur yang bergabung membentuk sebuah motif , motif

bergabung membentuk sebuah semi-phrase , kemudian semi-phrase

bergabung membentuk sebuah frase (phrase), dan kemudian phrase ditambah

phrase terbentuklah satu bagian musik. Pada umumnya satu bagian terdiri
36

dari phrase yang memliki struktur yang sama sehingga bentuk lagu dua

bagian adalah lagu yang terdiri atas empat frase , dua frase menjadi bagian

pertama dan dua frase berikut menjadi bagian dua sehingga terbentuklah

bentuk musik dua bagian atau the two part song form.

Stein (1979:64-68) mengkategorikan bentuk musik dua bagian dalam

dua kategori , yaitu :

 The simple two-part song form

Bentuk lagu dua bagian sederhana atau the simple two-part song form

merupakan bentuk musik yang terdiri dari dua frase. Pada bagian pertama

(part I) pada umumnya menggunakan autentic cadence maupun half-

cadence , sedangkan pada bagian kedua (part2) terdiri dari dua frase yang

sama panjangnya dengan frase dipart I , dan pada frase dua diakhiri oleh

autentic candence dengan menggunakan dengan progresi tonica asli.

 The expanded two-part song form

pada bentuk ini terdapat adanya pengulangan phrase sehingga terdapat

komponen tambahan yaitu adanya introduction, codetta , coda dan

postlude. The expand two-part song form, pada bagian pertama / part I

lebih panjang sedangkan pada bagian dua/part II biasanya akan lebih

pendek dari bagian pertama/part I.

b. Bentuk musik tiga bagian ( three-part song form)

Menurut Stein (1979:69) :

Outline of the three-part song form may be represented by the pattern A B


A, in which each letter refers to one of the distinctive parts. While we
speak of the form as a three-part structure, and use the terms Part I, Part
37

II. alad Part III. the third part is not actually a different part but is a
restatement, exact or somewhat modified, of Part 1.

Berdasarkan asumsi dari Stein bentuk musik/lagu tiga bagian

merupakan bentuk musik yang secara garis besar memiliki struktur musik tiga

bagian , yaitu bagian I, bagian II dan bagian III yang dapat disimbolkan

dengan pola huruf A, B, dan C. Setiap bagian tersebut memiliki ciri khas,

namun dalam bentuk musik tiga bagian, bagian III secara umum merupakan

pengulangan bagian I yang telah mengalami pengembangan baik itu dari

pengembangan nada , ritmik ataupun sebagainya. Menurut Stein bentuk

musik tiga bagian sering ditemukan dalam lagu rakyat, dan Stein

mengklasfikasikan bentuk musik tiga bagian sebagai berikut :

 The incipient three-part song form

Menurut Stein (1979:70) This pattern, generally a sixteen measure

unit, is the smallest three-part song form. (The three-part period, while a

ternary pattern, is not actually a song form. Menurut Stein bentuk lagu the

incipient three-part song form merupakan bentuk lagu tiga bagian yang

pada umumnya terdiri dari 16 bar , dan bentuk ini merupakan bentuk lagu

tiga bagian yang paling kecil.

Stein menjelaskan bahwa bagian I bentuk musik ini terdiri dari dua

phrase yang kontras , bagian II terdiri dari satu frase dengan empat ukuran

yang berbeda sedangkan bagian III merupakan pengulangan dari bagian I

tapi sudah diberi pengolahan atau pengembangan.

 The regular three-part song form


38

Menurut Stein (1979:71) Most smaller instrumental works and solo

vocal works are in this form. This pattern is also used for themes of larger

works. Atau jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia Stein mengatakan

bahwa bentuk the regular three-part song form merupakan bentuk musik

yang berupa karya instrumetal yang paling sederhana dan karya vokal

solo, namun pola the regular three-part song form juga terdapat pada

bentuk musik dengan tema karya yang besar. Dalam bentuk lagu tiga

bagian ini sangat jarang terdapat bagian introduction atau pendahuluan.

 Bentuk musik perluasan tiga bagian dan bentuk tidak beraturan atau

kelompok (Exapnsions of three-part song form and irreguler part or

group )

c. Bentuk lagu lima bagian (the five-part song form)

Menurut Stein (1979:75) :

the five-part song form is an outgrowth of the enlarged three-part song


form. In all five-part song forms, the relations of Parts I, II, and III are
precisely those of the regular three-part form. Part V, a third recurrence
of Part I. is rarely a literal return. In some instances it is much altered,
containing material not present in either Parts II or Ill.

Berdasarkan pendapat Stein, bentuk musik lima bagian merupakan bentuk

musik hasil dari perluasan bentuk musik tiga bagian. Bentuk musik lima bagian

akan terdiri dari bagian I, bagian II, bagian III, bagian IV, dan bagian V. Dalam

semua bentuk lagu lima bagian , bagian I,II dan III pada umumnya memiliki

hubungan yang sama seperti pada lagu tiga bagian, sedangkan bagian V

merupakan pengulangan bagian I yang tidak mengandung bagian II dan bagian

III.
39

Hal yang membedakan bentuk musik tiga bagian dengan bentuk musik

lima bagian yaitu adanya bagian IV yang merupakan bentuk transposisi dari

bagian II. Bentuk transposisi bagian IV ada dua jenis :

 Bagian II dapat ditansposkan atau dialihkan dibagian IV secara

keseluruhan atau sebagain saja dan bagian II yang dialihkan pada

bagian IV strukturnya sama.

 Bagian II yang ditranspos kebagian IV mengalami perubahan struktur .

d. Bentuk musik tidak beraturan atau kelompok (irregular part or group form)

Merupakan bentuk musik yang masuk dalam kategori bebas atau terbuka.

Musik yang berbentuk seperti ini bukanlah dikatakan sebagai musik yang tidak

memiliki bentuk, hanya saja struktur bentuk atau bagian unik dan bukan seperti

bentuk pada umumnya dalam struktur dasar bentuk komposisi.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh Stein

mengenai bentuk musik, maka dapat disimpulkan bahwa bentuk musik

digunakan untuk mengidenifikasikan berapa banyak bagian dalam mussik

tersebut. Berkaitan dengan bentuk musik terdapat bagian utama dan terdapat

pula bagian tambahan seperti intro, transisi, coda dan lain-lain sebagainya.

Bentuk musik atau song form adapat dikategorikan menjadi bentuk dua bagian

(two-part song form), bentuk lagi tiga bagian (three-parts song-form), dan

bentuk perluasan musik tiga bagian (Exapnsions of three-part song form and

irreguler part or group). Untuk menentukan dan menganalisis bagaimanakah

bentuk musik melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin
40

Senggarong, peneliti akan menggunakan teori bentuk musik oleh Stein sebagai

landasan teori penelitian.

4. Analisis musik

Analisis secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan menguraikan

atau mengulas sesuatu objek untuk mengetahui bagian-bagian terkecil yang

menyusunnya. Menurut Komaruddin (2001:53) bahwa pengertian analisis adalah

kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen

sehinga dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan

fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. Menurut Makinuddin

dalam Sasongko dalam Yudhis (20:38) Analisis musik adalah suatu usaha atau

tindakan dalam mengkaji sebuah musik guna meneliti struktur musik tersebut

secara mendalam. Analisis juga diartikan sebagai penguraian suatu pokok atas

berbagai bagian-nya dan penelaahan bagian serta hubungan antar bagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.

Berdasaran pendapat maka dapat dikatakan analisis musik merupakan

kegiatan menguraikan atau mengulas suatu objek berupa musik dengan tujuan

untuk mengetahui bagian-bagian terkecil atau komponen-komponen yang

menyusun sebuah karya musik. Dalam penelitian ini pula, peneliti akan

melakukan kegiatan analisis mengenai melodi yang akan difokuskan pada analisis

melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di

Kabupaten Sanggau. Selain struktur melodi berupa tangga nada dan kontur

melodi, struktur melodi lain yang akan dianalisis dalam penelitian ini diantaranya:
41

a. Figur

Menurut Stein (1979:3), figure is the smallest unit of construction in music.

Consisting of al least one characteristic rhythm and one characteristic interval, it

may include as few as two tones or as many as twelve. Berdasarkan hal tersebut

Stein mengatakan bahwa figur merupakan satuan atau unit terkecil dalam musik

yang terdiri dari paling sedikit satu ciri kharakteristik irama atau ritmik dan satu

interval. Figur disusun oleh sedikitnya dua nada dan paling banyak dua belas

nada.

Berdsarkan hal tersebut , maka dalam musik iringan langkah Jepin

Senggarong juga terdapat unit figur yang tersusun membentuk melodi, sehingga

peneliti menggunakan teori ini sebagai landasan untuk menganalisis bagaimana

figur yang ada dalam melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari

Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

b. Motif

Menurut Stein (1979:1-3) The term motive is occasionally used as

synonymous with figure the other hand. a distinction is sometimes made between

the figure as an accompan.u nent or pattern unit (as in etudes or Baroque

keboard works) and the motive as a thematic particle atau dalam bahasa

Indoneasia istilah motif dan figur terkadang disamakan, perbedaannya adalah

figur merupakan unit struktur yang ada dalam melodi musik pengiring maka

disebut sebagai figur, sedangkan motif merupakan susunan nada yang akan

menjadi tema dalam membentuk sebuah melodi musik.


42

Menurut Stein (1979:1-3) the objections to using motive instead of, or as

synonymous with figure are : (a) the motive as a thematic portion may consist of

two or three figures, (b) the term "motive" is widely used to identify the brief

subject of an invention. Berdasarkan pendapat Stein figur dan motif merupakan

bagian dari struktur musik yang memiliki keterkaitan yaitu, untuk mempermudah

membedakan motif dan figur dapat dilihat dari hal berikut :

 motif merupakan struktur musik penyusun melodi yang terbentuk dari

gabungan dua atau tiga figur,

 istilah dari motif sering digunakan untuk mengidentifikasi subjek singkat

dari sebuah penemuan artinya dalam menganalisis melodi musik

berikut gambar hubungan figur dan motif :

Gambar 15. Figur dan Motif

Sejalan dengan pendapat Stein mengenai struktur musik, pendapat lain

dikemukakan oleh Prier (2013:26), motif merupakan unsur terkecil dalam musik

yang beruppa susunan nada. Sebuah motif biasanya dimulai dengan hitungan

ringan (irama gantung) dan menuju pada nada dengan hitungan berat, namun nada

berat tidak berarti harus menjadi nada akhir dari sebuah motif. motif terdiri dari

setidaknya dua nada dan paling banyak memenuhi dua ruang birama (Prier,

2013:26).
43

Berdasarkan dua pendapat diatas motif merupakan susunan nada-nada yang

membentuk sebuah melodi. Motif dalam struktur melodi dapat diolah agar melodi

menjadi lebih menarik . Prier mengklasifikasikan bentuk-bentuk pengolahan motif

sebagai berikut

1. pengulangan Harfiah

Pengulangan dapat dilakukan dengan mengulang kembali frase melodi yang

sudah ada dengan mengulang sepenuhnya sama atau dengan sedikit perubahan.

Maksudnya ulangan harfiah adaah untuk mengintensipkan suatu kesan atau

ulangannya bermaksud untuk menegaskan suatu pesan (Prier, 2013:27).

Contoh pengulangan harfiah sebagai berikut:

a. pengulangan seluruhnya sama

Gambar 16. Pengulangan harfiah seluruhnya sama


b. biasanya berirama bosas (bossanova)

Gambar 17. Pengulangan harfiah seluruhnya sama


44

2. Ulangan pada tingkat lain (sekuens)

Menurut Prier (2013:28) sekuens merupakan variasi termudah , ada dua

kemungkinan sekuens yaitu :

a. Sekuens naik : sebuah motif dapat diulang pada tingkat nada yang lebih

tinggi. Dalam pemindahan ini, kedudukan tingat nada harus disesuaikan

dengan tangga nada/harmoni lagu, sehingga satu atau beberapa interval

mengalami perubahan, namun dalam hal ini motif asli masih dapat dikenali

dengan mudah .

Contoh sekuen naik :

Gambar 18. Sekuen naik

b. Sekuens turun : sebuah motif dapat diulangi pada tingkat nada yang lebih

rendah.

Contoh sekuen turun :

Gambar 19. Sekuen turun

3. Pembesaran interval ( augmentation of the ambitus)


45

Merupakan tehnik pengolahan motif dengan melakukan pembesaran interval

nada saat melakukan pengulangan motif (Prier, 2013:29). contoh salah satu

interval dapat diperbesar saat pengulangan :

menjadi

Gambar 20. Pembesaran interval

Bila motif cukup panjang maka teknik ini sering pula tercampur dengan

teknik sekuens naik. Contoh sebagai berikut :

Gambar 21. Pembesaran interval

m = motif m mulai dengan terts (mi so) dan berakhir dengan terts (so si)
m1 = motif m1 mulai dengan sekon (fa so) dan berakhir dengan kuart (so do)
m2 = motif m2 mulai dengan terts (mi so) dan berakhir dengan kuint (so re)
Meskipun terdapat interval yang menjadi lebih kecil (terts menjadi sekon), namun

interval terakhir dalam setiap motif secara konsekuen diperbesar (terts-kuart-

kuint).

4. Pemerkecilan interval (diminuation of the ambitus)

Selain dapat diperbesar, interval motif juga dapat diperkecil. Menurut Prier

(2013:30), karena pengelohan ini mengurangi ketegangan atau memperkecil

“busur” kalimat, maka tempatnya adalah dalam kalimat jawaban. Contoh

pemerkecilan interval adalah sebagai berikut :


46

menjadi

Gambar 22.Pemerkecilan interval

m = interval pokok sekst

m1 = interval pokok kuart

pemerkecilan interval sering pula disertai dengan perubahan nada , contoh sebagai

berikut :

menjadi

Gambar 23. Pemerkecilan interval

m = motif m dimulai dengan kuart

m1 = motif m1 dimulai dengan sekon tetapi dilanjutkan dengan sedikit

berbeda

Prier (2013:31) menyatakan bahwa lain dengan pembesaran interval,

biasanya pengecilan interval tidak terjadi berulang-ulang dan biasanya tidak

terjadi dalam satu kalimat tetapi dengan jarak tertentu. Berdasarkan pernyataan

Prier tersebut dapat dikatakan bahwa pada umumnya pembesaran interval dapat

terjadi berulang-ulang , namun berbeda pada pengolahan motif dengan

menerapkan teknik pemerkecilan interval. Pemerkecilan interval tidak dapat

dilakukan secara berulang-ulang namun satu kali saja sudah cukup untuk

dilakukan, selain itu pemerkecilan interval biasanya tidak terjadi dalam satu

kalimat melodi tetapi terjadi hanya pada jarak-jarak tertentu saja.


47

5. Pembalikan (inversion)

Prier (2013:31) menyatakan bahwa setiap interval naik akan dijadikan

interval turun, dan setiap interval yang dalam motif asli menuju kebawah, dalam

pembalikannya adalah keatas. Contoh pembalikan sederhana sebagai berikut :

menjadi

Gambar 24.Pembalikan sederhana

Artinya : besarnya interval (kuart-sekon-sekon) dan iramanya dari motif asli tetap

sama dalam pembalikannya, namun nada awal tidak harus sama. Contohnya

sebagai berikut :

Motif asli :

dapat menjadi

Gambar 25. Contoh Pembalikan 1

menjadi

Gambar 26.Contoh pembalikan 2

atau menjadi

Gambar 27. Contoh pembalikan 3


48

6. Pembesaran nilai nada (augmentation of the values)

Menurut Prier (2013:33) pembesaran nilai nada (augmentation of the

values) adalah suatu pengolahan melodis, irama motif dirubah, masing-masing

nilai nada digandakan sedangkan tempo dipercepat, namun hitungannya (angka

M.M.) tetap sama. Nada-nada motif (melodi) tetap sama, namun diperlebar dan

tempo diperlambat. Dengan demikian motifnya diintensipkan.

Contoh :

menjadi

menjadi

Gambar 28. Pembesaran interval

Pada contoh diatas terlihat jelas adanya pembesaran interval yang terjadi pada

motif yang semulanya terdiri dari tiga not dengan nilai seperempat kemudian

berubah nilai menjadi not setengah, sedangkan contoh kedua terdapat satu not

setengah dan dua not seperempat yang diperbesar menjadi not setengah.

7. Pemerkecilan nilai nada (diminuation of the value)

Sejajar dengan pembesaran nilai nda maka terdapat pula pemerkecilan nilai

nada. Menurut Prier (2013:33) pemerkecilan nilai nada artinya nada-nada dalam

melodi tetap sama namun iramanya berubah karena nada diperkecil atau dibagi

menjadi dua sehingga temponya menjadi dipercepat sedangkan hitungan/ketukan

tetap sama.

Contoh pengolahan motif dengan pengecilan nilai nada


49

menjadi

Gambar 29. Pemerkecilan nilai nada

Pada contoh diatas terlihat bahwa dalam motif tersebut terjadi pengecilan nilai

nada yang semulanya terdiri dari tiga not dengan nilai seperempat dan satu not

setengah diperkecil nilainya menjadi tiga not seperdelapan dan satu not

seperempat.

c. Frase/ kalimat (phrase)

Menurut Stein (1979:22) :

phrase is one of the most ambiguous in music. Besides the fact that it may
validly be used for units of from two to eight measures (sometimes even
more) in length, it is often incorrectly used for subdivisions or multiples of
single phrases.

Berdasarkan pendapat Stein tersebut, phrase merupakan unit dari struktur

musik yang berupa kalimat atau ungakapan. Menciptakan melodi tidak dapat lepas

dari pola ritme, interval, motif serta frase-frase sebagai sarana utama terbentuknya

bangunan musik yang utuh. Frase atau kalimat ini akan terjadi apabila motif-motif

bergabung dalam pola ritme yang menggunakan interval-interval pilihan sehingga

terciptalah sebuah frase yang mengandung makna utuh sebagai melodi musik.

Frase dalam kalimat atau ungkapan penyusun sebuah musik sama seperti

halnya pada sebuah kalimat biasa dalam bahasa yaitu ada “tanya” dan ada

“jawab” . Letak frase tidak selalu berhimpit dan selang-seling, artinya tidak setiap

tanya seketika ada jawabnya. Akan tetapi disamping ada selang-seling antara

“tanya dan jawab” ada pula frase tanya diikuti tanya lagi hingga beberapa baris

baru kemudian jawab.


50

d. Kadens (cadence)

Menurut Stein (1979:10) :

Cadence is a point of repose marking the end of a phrase or section. It is a


kind of punctuation, achieving its effect by the use of certain chord
successions at a particular place in the structure, and it is often associated
with a pause or a longer note at the cadence point. The word cadence is
derived from the Latin cadere, "to fall," since a feeling of caesura or rest is
implicit in the sound of a lower note immediately following a higher one.

Berdasarkan pendapat Stein tersebut kadens merupakan titik atau tanda

istirahat yang menandai akhir sebuah kalimat atau frase. Kadens sebagai tanda

baca ini mempengaruhi sebuah musik dengan menggunakan akselerasi-akselerasi

tertentu pada tempat tertentu didalam struktur musik. kadens sering pula dikaitkan

dengan sebuah tanda jeda atau nada yang lebih panjang. Kata kadens atau irama

berasal dari bahasa latin yaitu Cadera, “jatuh” karena perasaan, Caesure atau

istirahat yang tersirat dalam bunyi nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih

rendah. Berdasarkan penjelasan Stein Kadens diklasifikasikan sebagai berikan :

a. Authentic cadences

Aunthentic cadence artinya full stop/fullclose/titik/finalkalimat progresi

acord nya V-I. Pada tipe merupakan bentuk kadens sempurna atau yang

kesan bunyi nya paling selesai. Progresi kadens ini progresi “V” mewakili

seluruh acord dominan lain ( V7, vii7, dll). Pada authentic candece ini akord

tingkat I umumnya di aksen kuat atau lebih kuat dari akord tingkat V. Ada

dua kategori dari bentuk authentic cadence yaitu :

1. The perfect authentic cadence, yaitu kadens autentik sempurna artinya

nada pertama (root) dimulai dari akord pertama (acord tonic)


51

2. The imperfect authentic cadence yaitu kadens autentik tidak sempurna

artinya nada pertama (root) tidak dimulai dari akord pertama (acord

tonic)

Berikut contoh authentic cadences atau kadens sempurna :

Gambar 30. Autehentic cadence in Cmaj (I) to Gmaj (V)

b. Plagal Cadence

Kadens dengan progressi chord nya yaitu IV - I. Plagal cadence sering

terjadi pada frase akhir dari kalimat yang diperpanjang, yaitu saat akord

tonika telah muncul namun kemudian diperpanjang melalui plagal cadence.

Gambar 31.Plagal candence in C Major

c. Deceptive cadence

Progressi chord nya yaitu V - IV atau V-apapun progresi yang tak tertuga.

Deceptive cadence artinya memiliki sifat menipu atau memperdayai karena

muncul dengan memberi efek daya kejutan. Pada umumnya setelah kadens

ini terjadi maka kemudian akan dilanjutkan dengan frase yang berakhir

dengan bentuk authentic cadence.


52

Gambar 32. Deceptive candence in Amajor , the last two cord V(E) and VI
(F)

d. Half cadence

Biasanya terjadi pada setiap perkembangan akord yang menuju ke progresi

V atau dapat dinyatakan dengan chord nya yaitu X – V, tanda X berarti

chord tingkat apapun yang menuju ke chord V. Pada umumnya chord I, ii,

IV, vi, yang termasuk kedalam 1st inversi dari acord tingkat V.

Gambar 33. Half cadence in G major, the last 2 chords are I (G) and V (D).

Berdasarkan penjelasan menurut Stein (1979) dan Prier (2013 mengenai

unit-unit struktur musik dan penjelasan analisis motif diatas akan peneliti gunakan

sebagai pedoman dan landasan teori dalam menentukan dan menganalisis melodi

gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten

Sanggau .

5. Lagu-lagu Pengiring Tari Jepin Di Kabupaten Sanggau

Musik iringan tari merupakan musik yang digunakan untuk mengiringi suatu

tarian. Berkaitan dengan pengiring tari, dalam penelitian ini musik pengiring tari

Jepin Senggarong merupakan lagu-lagu Jepin yang berirama melayu dengan

lantunan lirik berpantun yang pada umumnya berisi ajaran agama dan falsafah
53

hidup. Dalam fakta dilapangan yang peneliti temukan, lagu-lagu yang digunakan

dalam mengiringi tarian Jepin di Kabupaten Sanggau memiliki keunikan

tersendiri yaitu satu tarian dapat diiringi oleh berbagai lagu Jepin tergantung dari

permintaan penggarap tari yang menginginkan lagu apa. Ada Beberapa lagu Jepin

yang bisa digunakan sebagai pengiring tari Jepin yang terdapat di Kabupaten

Sanggaun dan berikut ini beberapa daftar lagu dari sekian banyak lagu Jepin yang

dapat digunakan:

a. Lima Rukun Islam d. Bulan empat Senama

b. Pancur Aji e. Lanau Idau

c. Burong Bubut f. Anak Ayam dan lagu lainnya

Beberapa daftar lagu diatas merupakan sebagian kecil lagu yang biasanya

digunakan untuk mengiringi berbagai tarian Jepin. Berkaitan dengan hal tersebut,

dalam penelitian ini peneliti memilih lagu Anak Ayam dengan beberapa alasan

yang telah peneliti kemukakan dalam latar belakang diantaranya karena lagu

tersebut merupakan lagu tertua yang sudah digunakan pada awal munculnya tari

Jepin Senggarong sebelum munculnya lagu-lagu Jepin yang baru. Hal tersebut

diperkuat pula dengan pendapat narasumber yaitu Bapak riva’i Nafis yang

menyatakan :

“ Lagu Anak Ayam adalah lagu yang paling tua, bahkan jauh sebelum saya
lahir lagu tersebut sudah ada, dan lagu Anak Ayam merupakan lagu
pertama yang saya mainkan ketika belajar gambus”

Selain pernyataan yang Bapak Riva’i sampaikan, hal tersebut didukung pula oleh

Narasumber lain dalam penelitian ini yaitu Bapak Abang Saka yang menyatakan :

“Memang benar lagu Anak Ayam merupakan lagu Jepin yang sudah cukup
tua dan pada zaman dulu biasa digunakan dalam mengiringi berbagai tari
54

Jepin Salah satunya tari Jepin Senggarong”. Beliau juga mengatakan bahwa
“Jika lagu Anak ayam digunakan untuk mengiringi tari Jepin Senggarong
maka akan terasa sangat pas”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Riva’i Nafis dan

Bapak Abang Saka diatas mengenai musik pengiring tari Jepin Senggarong

menjadi alasan peneliti tertarik untuk memilih lagu Anak Ayam. Selain itu lagu

Anak Ayam juga masih syarat akan tradisi dengan kesederhana yang dapat dilihat

dari segi melodi dan format musik yang didalamnya juga terdapat keunikan.

Keunikan tersebut yaitu adanya penggunaan instrumen gendang Tar yang

merupakan instrumen perkusi dalam musik Jepin lagu Anak Ayam. Jika dilihat

secara umum lagu-lagu dalam musik Jepin lebih sering menggunakan Maruas/

Beruas sebagai instrumen perkusi, sedangkan Tar sangat jarang digunakan karena

biasanya identik dengan musik hadrah. Selain itu tidak dalam lagu Anak ayam

tidak terdapat lampas yang biasanya ditemui dalam musik Jepin. Dengan

demikian pembahasan mengenai lagu-lagu pengiring tari Jepin Senggarong ini

akan Peneliti jadikan acuan dalam memilih lagu Anak Ayam dan menganalisis

melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan ttari Jepin Senggarong.

6. Musikologi

Menurut Kindeldey dan Haydon dalam Siagian (1992:79) :

Musikologi merupakan aktivitas-aktivitas ilmiah atau saintifik untuk


menyelidiki dan mengerti fakta-fakta, proses-proses, perkembangan dan
dampak-dampak dari seni musik.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kindeldey tersebut,

musikologi merupakan kegiatan aktivitas ilmiah atau saintifik dalam menyelidiki

perubahan atau dampak yang terjadi dari perkembangan musik. Karena


55

musikologi diartikan sebagai aktivitas ilmiah maka kegiatan musikologi

merupakan kegiatan yang memiliki prosedur yang dilakukan secara tersusun dan

menggunakan landasan teori serta istilah dari musik Barat dalam mengkaji musik.

Siagian (1992:80) memaparkan bahwa musikologi sebagai ilmu memiliki

lima ciri pendekatan utama yaitu:

a. musikologi pada dasarnya mempelajari seni musik Barat

b. musikologi melihat perbedaan mencolok antara “seni musik” dan “musik

primitif” berdasarkan atas ada tidaknya budaya tulis dan “teori yang telah

berkembang”.

c. musikologi bersifat humanistik dan mengesampingkan ilmu-ilmu pengetahuan,

kecuali sebagai bidang-bidang ilmu yang bersinggungan saja.

d. pada dasarnya bersifat historis.

e. objek studi adalah musik sebagaimana adanya.

Sejalan dengan hal tersebut, peneliti menganggap bahwa kegiatan yang

dilakukan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang dapat

ditinjau dari segi musikologi musik karena peneliti bermaksud untuk meneliti satu

karya musik tradisi untuk dianalisis dan dikaji dengan menggunakan acuan dari

teori-teori musik Barat untuk membantu proses penganalisisan musik, kemudian

untuk mentranskripkan hasil analisis yang dilakukan kedalam bentuk notasi balok.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan menganalisis melodi gambus

lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di kabupaten

Sanggau yang difokuskan pada unsur melodi pada alat musik gambus yang
56

didalamnya memuat tiga sub bahasan yaitu tangga nada, frase dan motif serta

kontur melodi.

7. Penelitian Yang Relevan

Sebagai acuan dalam penelitian mengenai “Analisis Melodi Gambus Lagu

Anak Ayam pada Musik Iringan Tari Jepin Senggarong, penelitian menggunakan

penelitian terdahulu mengenai analisis musik yang sebelumnya pernah dilakukan

sebagai tugas akhir semester. Peneliti menggunakan tugas akhir dari Yudhis

mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Pertunjukkan Universitas Tanjungpura yang

berjudul “Analisis Melodi Lagu Donna Lee Karya Charlie Parker Pada Alto

Saxophone”.

Penelitian tersebut berfokus pada analisi melodi Lagu Donna Lee Karya

Charlie Parker Pada Alto Saxophone”, yang didalamnya memuat analisis struktur

melodi, harmoni dan interelasi lagu Donna Lee dengan genre Jazz Bebop. Hasil

dari penelitian tersebut membantu penulis dalam menganalisis struktur melodi

lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten

Sanggau karena sama-sama menganalisi melodi pada instrumen yang

memaminkan suatu lagu. Sedangkan perbedaannya terletak pada melodi yang

dianalisis. Dalam penelitian ini melodi yang akan dianalisis adalah melodi

gambus pada lagu Anak Ayam yang didalamnya memuat analisis mengenai

tangga nada, kemudian motif dan frase melodi serta bentuk kontur melodi.

I. Metodologi penelitian

1. Metode Penelitian

Tujuan operasional dalam penelitian ini adalah :


57

1) Pendeskripsian tangga nada yang digunakan dalam melodi gambus lagu

Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten

Sanggau.

2) Pendeskripsian struktur motif dan frase dalam melodi gambus lagu Anak

Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

3) Pendeskripsian bentuk kontur dalam melodi gambus lagu Anak Ayam

pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

Berdasarkan tujuan diatas maka metode penelitian yang sesuai adalah

metode penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif peneliti mengumpulkan

data dalam bentuk penguraian kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan

data berupa angka-angka (Sugiyono, 2013:21). Hasil penelitian deskiptif yang

tertulis berisi penguraian kata-kata dari data yang diperoleh selama proses

penelitian berlangsung dengan tujuan untuk mengilustrasikan dan menyediakan

bukti presentasi.

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam

peneliti ini, peneliti akan mengamati dan menganalisis melodi gambus lagu

Anak ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong yang berkaitan dengan

penggunaan tangga nada, kemudian pengolahan struktur motif dan frase melodi

serta bentuk kontur melodi gambus dengan hasil analisis yang akan disajikan

dalam bentuk penjelasan dengan menguraikan kata dan gambar agar

memudahkan pembaca untuk memahami hasil dari penelitian ini.

Selain itu peneliti akan menyajikan data berupa notasi balok (partitur)

musik lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong serta sajian
58

data penelitian berupa data dokumentasi foto-foto yang penulis dapatkan selama

proses penelitian berlangsung untuk menguatkan data yang diperoleh serta untuk

mengilustrasikan keadaan yang terjadi ketika penelitian ini dilakukan dan

memperkuat hasil dari penelitian ini.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

penelitian dengan teknik penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono

(2016:8) metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian

naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural

setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya lebih

banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat

kualitatif.

Berdasarkan hal tersebut, bentuk penelitian deskriptif kualitatif merupakan

penelitian yang berisi data pasti artinya data yang diperoleh merupakan data

yang sebenarnya dan apa adanya karena dilakukan pada kondisi yang alamiah

(natural setting) tanpa harus adanya kondisi yang dimanipulasi. Selain itu

bentuk penelitian deskriptif kualitatif sering juga disebut sebagai metode

penelitian entografi yaitu pembahasan tentang ilmu penulisan suku bangsa, atau

menggunakan bahasa yang lebih kontemporer dan merupakan penulisan tentang

kelompok budaya.

Alasan peneliti menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif karena

dalam penelitian ini memuat kritreria yang sesuai dengan kriteria dalam
59

penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan Sugiyono (2016:13), ada beberapa kriteria dalam penelitian ini

yang selaras dengan kriteria penelitian deskriptif kualitatif diantaranya meliputi :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

Dalam penelitian ini, kegiatan yang bertujuan untuk menganalisis melodi

gambus Lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong

dilakukan pada kondisi yang alamiah yang terjadi apada adanya tanpa

adanya manipulasi yang dilakukan oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

mempengaruhi dinamika pada objek yang akan diteliti. Dalam penelitian

kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument,yaitu peneliti

itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki

bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis,

memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas

dan bermakna (Sugiyono, 2016:8).

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk

kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Dalam

penelitian ini, peneliti akan memperoleh data melalui kegiatan wawancara

yang akan peneliti lakukan dengan teknik wawancara tidak terstruktur

kepada Narasumber yang mengetahui sejarah dari lagu Anak Ayam pada

musik iringan Tari Jepin Senggarong. Kemudian melalui kegiatan observasi

tidak terstruktur yang akan peneliti lakukan saat proses ketika narasumber

memainkan lagu anak Ayam serta dari hasil dokumentasi diantaranya


60

berupa rekaman audio, video, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo

serta partitur/full score musik.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau

outcome. Dalam hal ini proses yang dimaksud adalah perencanaan dan

pelaksanaan. Jika dikaitkan dengan penelitian ini proses pelaksanaan yang

peneliti lakukan yaitu dimulai dari perencanaan dalam memilih objek yang

menarik bagi peneliti yaitu lagu Anak ayam pada musik iringan Tari Jepin

Senggarong. Kemudian perencana yang peneliti susun untuk menemukan

perlengkapan yang mendukung peneliti untuk meneliti objek yang telah

peneliti pilih diantaranya terkait dengan siapa yang akan peneliti jadikan

sebagi narasumber primer maupun sekunder, hal-hal apa saja yang akan

peneliti lakukan untuk mendapatkan informasi sehingga peneliti memilih

dengan cara melakukan observasi, wawancara dan mencari dokumen

mengenai objek penelitian serta berkaitan dengan penyusunan pertanyaan

dalam wawancara dan lain-lain sebagainya hingga sampai pada proses

pelaksaan untuk merealisasikan perencaan yang peneliti susun.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. Maksudnya

kegiatan penelitian dimulai dari terjun kelapangan untuk menemukan fakta

empiris yang bersifat khusus keumum dan tidak dimulai dari deduksi teori

atau penyimpulan teori dari umum kekhusus. Dalam penelitian ini, peneliti

turun kelapangan untuk mencari data yang peneliti perlukan yaitu tentang

lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong. Setelah

peneliti menemukan data, maka peneliti akan mencatat data tersebut untuk
61

peneliti analisis dan peneliti tafsirkan dengan menggunakan teori-teori

musik yang perlukan misalnya seperti teori berkaitan dengan tangga nada,

struktur motif dan frase melodi serta kontur melodi untuk menganalisis

melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin senggarong

di Kabupaten Sanggau. Hasil analisis peneliti dalam kesimpulan sementara

kemudian akan peneliti kembangkan dan dirundingkan dengan ahli dan

bukan dari teori yang telah hingga diperoleh analisis data pasti yang akan

tersaji dan dipaparkan secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu

nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif

tidak menekankan pada generalisasi , tetapi lebih menekankan pada makna.

Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.

J. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digunakan oleh peneliti adalah data tertulis dari berbagai sumber

buku, data tuturan hasil wawancara (interview), data hasil observasi, dan data

hasil rekaman video dan foto secara langsung dari narasumber mengenai lagu

Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

Materi atau komponen-komponen yang akan diteliti dapat dilihat dalam tabel

berikut:

1) Tangga Nada dalam melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan
Tari Jepin Senggarong.
Tabel 4.
62

Fokus Komponen Subkomponen


1. Nada dasar (tone)
2. Wilayah nada (range)
3. Jumlah pemakaian
Tangga Nada (scale)
nada (frequency of
melodi gambus lagu Tangga nada (scale)
notes)
Anak Ayam
4. Interval yang dipakai
(prevalent interval)
5. Modus (modes)

2) Motif dan Frase dalam melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan
Tari Jepin Senggarong.
Tabel 5.
Fokus Komponen Subkomponen
1. Pengulangan
(repetisi)
2. Pengembangan
3. Struktur kalimat
Motif dan frase
Motif 4. Pola-pola kadensa
melodi gambus lagu
Frase (cadence patterns)
Anak Ayam
5. Birama(time
signature)
6. Tempo
7. Ritmik

3) Kontur Melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin
Senggarong
Tabel 6.
Fokus Komponen Subkomponen
1. Naik (ascending)
2. Turun (descending)
3. Melengkung
Kontur (contour)
(pendulous)
melodi lagu Anak Kontur (contour)
4. Melangkah (conjuct)
Ayam
5. Berjenjang
(terraced)
6. Melompat (disjuct)
63

2. Sumber Data

Data-data penelitian didapat dari berbagai sumber data, seperti narasumber

yang memiliki kompotensi di bidang terkait. Adapun narasumber pada penelitian

ini antara lain:

a. Muhammad Riva’i Nafis

Beliau merupakan satu diantara beberapa seniman yang masih aktif hingga

saat ini dan sangat dikenal oleh masyarakat luas di Kabupaten Sanggau. Beliau

merupakan pemimpin kelompok Ansambel Melayu Rentak Serumpun di

Kabupaten Sanggau. Beliau mulai tertarik pada dunia kesenian khususnya

kesenian musik sejak beliau berumur 10 tahun. Pada awalnya beliau

mempelajari alat musik gitar dan kemudian tertarik untuk mempelajari alat

musik Gambus. Selain ahli dalam memainkan gambus belaiu juga dikenal mahir

dalam memainkan alat musik lain seperti gitar, accordion dan juga biolal Beliau

merupakan seniman yang banyak berperan dalam mengangkat kembali

kehadiran musik jepin di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Sanggau melalui

berbagai karya musik berupa lagu-lagu yang beliau tulis dan telah beliau

albumkan dengan tujuan untuk melestarikan kesenian musik jepin di Kabupaten

Sanggau.

Selain berbakat dalam bidang musik Beliau juga merupakan seorang

seniman pelukis dengan bakat autodidak yang beliau miliki dan beliau juga

merupakan seniman pembuat kapal Bandong dikabupaten Sanggau. Peneliti

memilih Beliau, karena beliau telah berperan aktif dalam dunia kesenian melayu

khususnya dalam bidang musik yaitu melalui banyaknya lagu jepin Melayu yang
64

beliau tulis dan banyak digunakan oleh penggarap tari sebagai musik pengiring

berbagai tari Jepin di Kabupaten Sanggau. Sehingga hal tersebut menjadi fakta-

fakta yang mendukung bahwa beliau merupakan informan yang dapat peneliti

gunakan untuk mengetahui tentang perkembangan lagu-lagu Jepin khususnya

lagu Anak Ayam pada musik iringan tari jepin Senggarong di Kabupaten

Sanggau.

b. Abang Saka

Beliau merupakan satu diantara beberapa seniman tradisi melayu di

Kabupaten Sanggau yang masih aktif dan beliau merupakan anggota yang

tergabung dalam kelompok Ansambel Melayu Rentak Serumpun. Beliau juga

dikenal sebagai seniman yang mahir dalam gambus dan sangat terkenal di

Kabupaten Sanggau. Hal ini terbukti dari beberapa penghargaan yang telah

beliau dapatkan dalam pertandingan yang diadakan di berbagai acara kesenian

khususnya acara Paradje di keraton Suryanegara.

Beliau juga dikenal sebagai pemain gambus yang pandai bernyanyi. Selain

itu abang Saka juga merupakan pemusik yang tergabung dalam sanggar Nurul

Huda yang mempelajari musik-musik tradisi jepin salah satunya musik jepin

Senggarong yang menjadi objek dalam penelitian ini. Selain bermain gambus

beliau juga ahli bermain musik hadrah dan gendang dalam kelompok musik

tradisi serta merangkap sebagai penari Jepin.

c. Sunaryo

Beliau merupakan seorang penari dan penggarap berbagai tarian di

Kabupaten Sanggau. Beliau banyak menggarap berbagai tarian Jepin yang


65

kemudian beliau ajarkan di Sanggar tempat beliau mengajar yaitu sanggar

Segentar alam kabupaten Sanggau. Selain itu beliau juga merupakan guru

kesenian di salah satu sekolah di Kabupaten Sanggau. Peneliti memilih bapak

Sunaryo sebagai narasumber dalam penelitian ini karena beliau berperan aktif

dalam mengangkat kesenian di kabupaten sanggau khususnya dalam bidang Tari

Jepin, dan beliau merupakan duta kesenian yang telah terpilih ditingkat provinsi

dan Nasional serta sebagai penggarap berbagai tarian khususnya tari jepin.

Selain itu beliau juga memiliki pengetahuan seputar lagu-lagu yang biasanya

digunakan dalam mengiringi berbagai Tari Jepin salah satunya Tari Jepin

Senggarong.

K. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi tidak

terstruktur. Pada observasi tidak terstruktur, fokus penelitian akan berkembang

selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi tidak terstruktur adalah

observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan

diobservasi. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan

instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.

2. Tehnik Wawancara

Tehnik wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2016:233) bahwa

wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti


66

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan

hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam

wawancara tidak terstruktur,peneliti belum mengetahui secara pasti data apa

yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang

diceritakan oleh responden.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Sugiyono, maka peneliti

memilih menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur untuk membantu

penelitian pendahulu serta penelitian yang lebih mendalam untuk mendapatkan

data mengenai lagu Anak Ayam pada musik iringan tari Jepin senggarong.

Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber yang dianggap memiliki

pengetahuan dan keterkaitan dengan objek yang akan peneliti amati.

Narasumber yang peneliti pilih diantaranya terdiri dari tiga narasumber :

a. Muhammad Riva’i Nafis

b. Abang Saka

c. Sunaryo

Proses wawancara yang dilakukan berjalan secara informal. Peneliti sengaja

menciptakan suasana demikian agar proses tanya jawab yang dilakukan dapat

berjalan secara santai dan terbuka sehingga tidak kaku karena hal tersebut akan

membuat narasumber merasa nyaman ketika di wawancarai. Namun Peneliti

tetap memberikan batasan keadaan informal tersebut agar narasumber tetap

merasa dihormati dan batasan dalam hal pembicaraan dengan tujuan agar data
67

yang akan didapatkan tetap mengarah pada bahasan penelitian dan proses

wawancara dapat berjalan secara efektif.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang dapat berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Melalui teknik ini peneliti

mendapatkan data tambahan selain dari data hasil observasi dan wawancara

yang dlakukan dengan beberapa narasumber yang telah peneliti bahasa. Tehnik

dokumentasi peneliti dapatkan melalui hasil dari mencatat maupun merekam

suatu peristiwa yang peneliti anggap sesuai dengan fakta yang diperoleh

mengenai semua keterangan dan informasi yang berkaitan dengan Lagu Anak

Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau untuk

melengkapi data-data hasil observasi dan wawancara serta untuk

mempertimbangkan berbagai informasi yang perlu ditinjau kembali dalam

proses penganalisisan data dengan cara memutar ulang hasil rekaman video

maupun rekaman audio.

b. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalahh

peneliti sendiri. Selain berperan sebagai alat pengumpul data, peneliti juga

memiliki kedudukan sebagai instrumen utama penelitian yang akan melakukan

beberapa tugas , diantaranya :

1. Perencana

Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai perencana yang menyusun rencana

pelaksanaan kegiatan observasi, wawancara dan kegiatan pendokumentasian.


68

Peneliti menyusun waktu dan tempat yang dikoordinasikan dengan narasumber

agar proses kegiatan observasi, wawancara dan dokumentasi berjalan secara

efektif sesuai dengan kesepakatan waktu dan tempat yang telah ditentukan.

2. Pelaksana

Setelah bertindak untuk merencanakan kegiatan observasi, wawancara dan

pendokumentasian, maka peneliti yang akan menjadi pelaksana dari perencanaan

kegiatan tersebut.

3. Pengumpul Data

Dalam melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan, maka peneliti akan

mengumpulkan data dengan mencatat dan merekam informasi-informasi yang

didapatkan dilapangan selama kegiatan observasi, wawancara dan

pendokumentasian dilakukan.

4. Penganalisis

Peneliti sebagai penganalisis data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan

wawancara.

5. Penafsir data

Peneliti melakukan penafsiran data hasil wawancara yang berkaitan dengan lagu

Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau.

6. Pelapor hasil penelitian

Setelah semua hasil data dianalisis dan ditafsirkan maka peneliti akan

melaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan laporan tersebut akan

dibahas pada bab IV.


69

Selain hal-hal diatas peneliti juga menggunakan beberapa alat pengumpul

data lain diantaranya pedoman observasi yang berisi petunjuk atau rambrambu

untuk melakukan observasi agar memudahkan peneliti pada saat mengambil

data. Buku Catatan yang berisi catatan singkat yang telah peneliti tulis mengenai

informasi dan hasil wawancara, kamera dan voice recorder, untuk

pendokumentasian. Serta instrumen Wawancara yang berisi beberapa pertanyaan

penelitian untuk diajukan kepada narasumber.

L. Teknik Penguji Keabsahan Data

1. Triangulasi

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji keabsahan data yang diperoleh

dalam penelitian ini. Menurut Sugiyono (2016:273) triangulasi dalam pengujian

kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan

berbagai cara dan berbagai waktu. Selaras dengan pendapat tersebut, Sugiyono

membagi triangulasi dalam tiga kategori yaitu triangulasi sumber, triangulasi

teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu. Triangulasi teknik ini peneliti

tempuh melalui beberapa cara berikut :

3) Peneliti melakukan kegiatan wawancara kepada narasumber dan

membuktikan data yang diperoleh melalui teknik wawancara dengan data

hasil observasi yang peneliti amati oleh narasumber ketika memainkan lagu

Anak Ayam menggunakan instrumen gambus. Kegiatan wawancara ini

peneliti yang lakukan dengan tiga narasumber yang berbeda. Serta kegiatan

observasi yang dilakukan pada tempat yang berbeda.


70

4) Peneliti membandingkan data hasil wawancara dan observasi yang didapat

dari narasumber yang satu dengan yang lain dengan menerapkan triangulasi

sumber. Triangulasi sumber peneliti lakukan pada tiga narasumber

diantaranya Bapak Muhammad Riva’i Nafis, Bapak Abang Saka , dan Bapak

Sunaryo.

5) Peneliti membandingkan hasil data yang diperoleh melalui teknik wawancara

dan observasi dengan data berupa dokumen yang peneliti dapatkan. Kegiatan

membandingkan data dengan teknik yang berbeda dilakukan sesuai dengan

prinsip triangulasi teknik agar data yang diperoleh dapat menjadi data yang

valid. Kegiatan membandingkan data ini peneliti lakukan dengan

membandingkan contoh permainan gambus lagu Anak Ayam yang peneliti

lihat saat kegiatan observasi dengan video bermain gambus lagu Ayam hasil

dokumentasi yang peneliti dapat.

6) Peneliti membandingkan keadaan perspektif, yaitu melalui perspektif etik dan

perspektif emik.. Perspektif etik yaitu perspektif yang dilakukan tanpa

merubah informasi yang didapat dari para ahli, sedangkan perspektif emik

dilakukan peneliti untuk menyimpulkan informasi yang didapat dari informan

sudah benar dan valid.

2. Perpanjangan Pengamatan

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Sugiyono (2016:270) bahwa

teknik pengujian keabsahan data berupa perpanjangan pengamatan berarti peneliti

kembali ke lapangan, melakukan pengamatan kembali dan melakukan wawancara

kembali dengan narasumber yang pernah ditemui maupun yang baru. Kegiatan
71

perpanjangan pengamatan peneliti lakukan dengan tujuan untuk melakukan

pengecekkan kembali mengenai data yang didapat sebelumnya apakah mengalami

perubahan atau tidak dan sudah benar atau tidak. Apabila ditemukan data yang

tetap sama maka dapat dikatakan bahwa data yang telah diperoleh peneliti sudah

benar dan kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

M. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2016:246) :

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan


data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode
tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap
kredibel.

Berdasarkan hal tersebut maka proses analisis data dalam penelitian sudah

dimulai sejak peneliti melakukan proses pengumpulan data hingga setelah

pengumpuloan data. Berkaitan dengan analisis data dalam penelitian ini , peneliti

menggunakan teknik analisis data model Miles dan Hubermas. Aktivitas analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jebuh, Aktivitas dalam analisis data, yaitu

data redyction, data display, dan conclusion drawing?verification (Miles dan

Hubermas dalam Sugiyono (2016:246)).

Tahap-tahap analisis data yang digunaka dalam penelitian ini yaitu :

1. Reduksi Data ( Data Reduction)

Menurut Sugiyono (2016:247) Mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,


72

dicari tema dan polanya.Dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

Berkaitan dengan hal diatas , data yang akan peneliti peroleh terkait

dengan lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong cukup

banyak karena diperoleh dengan berbagai teknik pengumpulan data yang

beragam diantara observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk

mempermudah peneliti mengumpulkan data, maka data yang telah peneliti

peroleh akan peneliti reduksi yaitu dengan cara merangkum dengan

memilih hal-hal yang pokok dan penting serta memilih data-data yang

memang diperlukan sesuai dengan bahasan dalam penelitian ini yaitu

melodi gambus lagu Ayam Ayam.

2. Penyajian Data (Data Display)

Sugiyono (2016:249) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif,

penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan

hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Berkaitan dengan hal

ini Miles dan Huberman dalam sugiyono (2016:249) menyatakan “the

most frequent from of display data for qualitative research data in the has

been narrative text”.

Berdasarkan hal tersebut setelah melakukan reduksi data dengan

merangkup data-data pokok yang peneliti dapatkan mengenai melodi

gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin Senggarong,

maka tahap selanjutnya peneliti melakukan penyajian data sesuai dengan


73

yang model analisis data Miles dan Hubermas yang peneliti gunakan.

Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk teks naratif

yang memuat bahasan mengenai analisis melodi gambus Anak Ayam

Ayam pada musik iringan tari Jepin Senggarong di kabupaten Sanggau.

Penyajian data merupakan tahap yang bertujuan untuk membantu

peneliti dalam memahami apa yang terjadi sehingga akan memberikan

peneliti gambaran mengenai rencana yang akan dilakukan selanjutnya

berdasarkan apa yang telah peneliti pahami. Dalam melakukan penyajian

data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu berkaitan dengan

huruf besar, huruf kecil dan angka yang harus disusun dalam urutan agar

data yang dihasilkan memiliki struktur yang dapat dipahami. Setelah data

yng didapatkan direduksi dan disajikan maka data ini kemudian dianalisis.

3. Penyimpulan (Conclusion Drawing/verification)

Setelah prose mereduksi data dan menyajikan data untuk dianalisis

dilakukan, maka langkah ketiga yaitu menarik kesimpulan dan verifikasi.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan data hasil analisis

mengenai melodi gambus lagu Anak Ayam pada musik iringan Tari Jepin

Senggarong, setelah itu maka peneliti akan menyimpulkan hasil analisis

yang diperoleh. Kemudian hasil kesimpulan sementara yang peneliti buat

akan peneliti kaji dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada agar

dapat diverifikasi sehingga diperoleh kesimpulan yang kredibel.


74

DAFTAR PUSTAKA

Andani, Yudhis C.2016. Analisis Melodi Lagu Donna Lee Karya Charlie Parker
Pada Alto Saxophone.Tugas Akhir S1.Tidak diterbitkan. Fakultas Keguruan
dan ilmu Pendidikan. Universitas Tanjungpura: Pontianak.

Benward, Bruch dan Marilyn Saker.2008.Music In Theory and Practice Vol 1.


Amerika, New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Crotch, William.1833. Elements of Musical Composition (2nd ed.). Lambeth,


London: William Clowes Ltd.

Harris, Cuthbert.1958. Lessons in Rudiments of Music. London: Warrent and


Phillips, L.T.D.

Hidajat, Robby.2001.Koreografi Tunggal Petunjuk Praktikum Matakuliah


Koreografi Tunggal. Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Sastra.
Universitas Negeri Malang : Malang.

Jamalus.1988. Panduan pengajaran buku pengajaran musik melalui pengalaman


musik/Jamalus. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan tenaga
Kepandidikan.

Jarrett, Scott dan Holly Day.2008.Music Composition For Dummies. Indiana:


Wiley Publishing, Inc.

Kornfeld, Jono.2005. Music Notation and Theory for Intelligent Beginners.


http://www.jkornfeld.net/. Diakses 25 Desember 2017.

Malm, William P.1993. Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia. Terj.
Muhammad Takari. Amerika Serikat: Prentice Hall.

Monson, Ingrid. 1996. Saying Something Jazz Improvisation and Interaction.


United State of America: The University of Chicago Press.

Prier, Karl-Edmund. 2013.Ilmu Bentuk Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Schmidt, Catherine dan Jones.2007.Understanding Basic Music Theory. Amerika


Serikat: Rice University Houston, Texas.

Siagian, Rizaldi.1992. Etnomusikologi Definisi dan Perkembangannya. Surakarta:


Yayasan Masyarakat Musikologi Indonesia.

Soeharto, M.1992. Kamus Musik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.


75

Stein, Leon. 1979. Structure and Style The Study And Analysis of Musical Forms.
United States of America: Summy-Birchard

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2016.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung:


Alfabeta.
76

Lampiran 1

Pedoman Observasi

Fokus Penelitian No. Sub Fokus Aspek-Aspek Sub Fokus

Tinjauan tentang tangga nada


Pendeskripsian tangga
yang digunakan melodi
1. nada melodi gambus
gambus pada lagu Anak
pada lagu Anak Ayam
Ayam
Analisis Melodi
Gambus Lagu Anak 2
Pendeskripsian motif dan Tinjauan tentang motif dan
Ayam Satu diantara frase melodi gambus frase melodi gambus pada
Musik Iringan Tari pada lagu Anak Ayam lagu Anak Ayam
Jepin Senggarong di
Kabupaten Sangau

Pendeskripsian Bentuk Tinjaun tentang bentuk kontur


3. kontur melodi gambus melodi gambus yang ada pada
pada lagu Anak Ayam lagu Anak Ayam
77

Lampiran 2
1.Biodata Narasumber Pertama
Muhammad Riva’i Nafis

Nama : Muhammad Riva’i Nafis

Nama panggilan : Ai Long Pa’i

Tempat , tanggal lahir : Sanggau,4 Juli 1940

Alamat : di Jalan Tanjung Sekayam kawasan

Kampung Wisata Santana Kabupaten Sanggau.

Peran/pengalaman kesenian : Seniman Musik Tradisional, pemimpin kelompok

Ansambel Rentak Melayu Serumpun Kabupaten

sanggau dan Pemain musik ( gambus, accordeon

dan Biola) serta aktif menulis lagu-lagu tradisional

Melayu yang telah dialbumkan di Kabupaten

Sanggau.
78

2. Biodata Narasumber kedua


Abang Saka

Nama Lengkap : Abang Saka

Nama Panggilan : Ai Long Saka

Tempat, tanggal lahir : 5 April 1953

Alamat : Desa Sungai Bongkok

Peran/pengalaman kesenian : Seniman Musik Melayu di Kabupaten Sanggau.

Menjadi anggota kelompok Ansambel Rentak

Melayu Serumpun Kabupaten Sanggau. Pemain

musik (gambus dan gendang) serta sebagai tenaga

pengajar di sanggar kesenian Nurul Huda.


79

3. Biodata Narasumber Ketiga

Bapak Sunaryo

Nama : Sunaryo

Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 22 Mei 1962

Alamat : Jl. Kenanga gg. Sutra no.88

Peran/Pengalaman kesenian : Pernah menjadi Duta Seni Tinggat Provinsi dan

Nasional serta Penggarap tari tingkat Nasional,

Penari dan tenaga pendidik pelajaran Seni Tari

disekolah dan komunitas sanggar kesenian

Segentar Alam.
80

Lampiran 3

Pedoman Wawancara

1. Apa itu Tari Jepin Senggarong?

2. Bagaimana sejarah Tari Jepin Senggarong?

3. Apa fungsi dari Tari Jepin Senggarong?

4. Bagaimna eksistensi tari Jepin Senggarong di Kabupaten Sanggau?

5. Bagaimana musik iringan tari Jepin Senggarong?

6. Apa ciri khas yang membedakan musik iringan Tari Jepin Senggarong dengan

musik iringan Tari yang lain?

7. Apa saja pilihan lagu yang dapat digunakan sebagai musik iringan Tari Jepin

senggarong?

8. Bagaimana format instrumen musik iringan Tari Jepin Senggarong?

9. Apa saja fungsi dari masing-masing instrumen yang ada dalam format musk

iringan Tari Jepin Senggarong?

10. Bagaimana perkembangan yang terjadi pada musik iringan Tari Jepin

Senggarong di kabupaten Sanggau?

11. Bagamana tari Jepin Senggarong dan musik iringan yang ada di Sanggar

Nurul Huda Kabupaten Sanggau?

Anda mungkin juga menyukai