Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dayeuhkolot merupakan kawasan perkotaan di Kabupaten Bandung yang


berada di sisi Sungai Citarum. Berdasarkan sejarah, Dayeuhkolot yang dalam
bahasa sunda berarti kota tua, merupakan ibukota sekaligus pusat pemerintahan
Kabupaten Bandung. Lokasinya sangat strategis yang terletak di pertemuan Sungai
Cikapundung dengan Sungai Citarum sebagai muaranya karena pada saat itu sungai
menjadi jalur transportasi utama. Pada zaman kolonial Belanda, ibukota harus
dipindahkan 10 kilometer ke arah utara atau ke lokasi Kota Bandung sekarang
karena pada saat itu sedang dibangun Jalan Raya Post atau Jalan Raya Anyer –
Panarukan yang membentang dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa untuk
mempermudah keterhubungan kota-kota di Pulau Jawa. Selain itu, banjir yang
sering melanda Dayeuhkolot menjadi alasan utama ibukota kabupaten harus
dipindahkan (Nanda, 2013).

Kota Bandung diubah statusnya menjadi kotamadya dan memiliki sistem


pemerintahan baru. Oleh karena itu, Kabupaten Bandung harus mencari ibukota
baru sebagai pusat perintahannya. Dayeuhkolot tidak dipilih kembali menjadi
ibukota kabupaten dengan alasan sering mengalami banjir. Maka, ibukota
Kabupaten Bandung dipindahkan ke Kecamatan Soreang (Nanda, 2013). Walaupun
demikian, Dayeuhkolot mengalami pembangunan yang pesat. Hal tersebut
dikarenakan Dayeuhkolot merupakan sasaran ekspansi metropolitan Bandung
sekaligus pintu gerbang ke wilayah Bandung Selatan. Dayeuhkolot memiliki
dominasi fungsi permukiman dan perdagangan. Tidak hanya itu, Dayeuhkolot juga
menjadi sasaran beberapa industri besar dan menarik masyarakat untuk bekerja dan
menetap di sana.

Dayeuhkolot merupakan salah satu pusat kegiatan dan memiliki peranan


penting bagi Kabupaten Bandung. Banjir merupakan bencana yang lumrah terjadi
di Dayeuhkolot karena secara geografi berada di kontur yang datar. Namun,

1
semakin lama area yang terendam banjir semakin meluas dan menyebabkan
kerugian yang besar, diantaranya membuat aktivitas masyarakat terganggu,
kerusakan bangunan, munculnya wabah penyakit, terhambatnya kegiatan ekonomi,
dan terganggunya konektivitas antara Kota Bandung dengan wilayah Bandung
Selatan. Banjir disebabkan perkembangan metropolitan cekungan Bandung sangat
pesat. Perkembangan tersebut terlihat dari semakin memadatnya bangunan dan
meningkatkan area kedap air, pembuangan berbagai jenis limbah ke sungai yang
mengakibatkan sedimentasi yang besar di Sungai Citarum, dan eksploitasi air tanah
sehingga terjadi penurunan muka tanah dari tahun ke tahun (Wawa, 2011)

Salah satu cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada di


Dayeuhkolot adalah dengan penataan ruang. Penataan ruang merupakan instrumen
pembangunan yang mengandung upaya untuk penanganan lingkungan,
pembangunan ekonomi, pemerataan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
(Pemerintah RI, 2007). Penataan ruang dengan konsep riverfront city dinilai cocok
untuk Kota Dayeuhkolot yang dilalui oleh Sungai Citarum untuk meminimalkan
tingkat risiko banjir dan permasalahan lainnya serta meningkatkan potensi
kawasan.

1.2. Identifikasi Masalah

Kota Dayeuhkolot berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sehingga


memiliki keterkaitan dan saling berpengaruh dengan Sungai Citarum. Maka
permasalahan utama yang ada di Kota Dayeuhkolot adalah banjir. Banjir tersebut
membuat aktivitas yang ada di Kota Dayeuhkolot menjadi terhambat dan juga
menimbulkan berbagai kerugian fisik, lingkungan, ekonomi, dan juga sosial.
Permasalahan lain yang ada di Kota Dayeuhkolot antara lain:

a. Pencemaran air Sungai Citarum akibat limbah domestik dan industri yang
berada di Wilayah Sungai Citarum; dan
b. Kurangnya sumber air bersih bagi warga Kota Dayeuhkolot akibat tercemarnya
sumur warga dan eksploitasi air tanah oleh industri dan komersial di wilayah
cekungan Bandung.

2
1.3. Tujuan Perencanaan

Tujuan penataan Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot ini meliputi:

a. Meminimalkan tingkat risiko banjir di Kota Dayeuhkolot untuk meminimalisir


kerugian akibat bencana banjir;
b. Mewujudkan pemanfaatan ruang Kota Dayeuhkolot yang serasi dan sesuai
dengan kebutuhan serta kemampuan daya dukung dengan memerhatikan
kelestarian lingkungan;
c. Memanfaatkan Sungai Citarum sebagai aset sumberdaya untuk memfasilitasi
dan memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Dayeuhkolot; dan
d. Menanamkan pola kehidupan masyarakat yang ekologis dan peduli lingkungan
melalui penataan fisik ruang perkotaan.
1.4. Ruang Lingkup Perencanaan
1.4.1. Lokasi Perencanaan

Lokasi perencanaan adalah Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot yang


selanjutnya disebut Kota Dayeuhkolot. Kota Dayeuhkolot secara administratif
berada sebagian besar wilayah Desa Dayeuhkolot dan sebagian kecil wilayah Desa
Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Batas Lokasi

Gambar 1.1. Foto Udara Kota Dayeuhkolot


Sumber: Google Maps (2014)

3
1.4.2. Fokus Perencanaan

Perencanaan ini fokus pada penataan fisik ruang Kota Dayeuhkolot untuk
mengatasi permasalahan banjir dan permasalahan lainnya serta meningkatkan
potensi kawasan. Komponen fisik yang direncanakan adalah tata bangunan dan
guna lahan, ruang terbuka hijau dan vegetasi, sirkulasi, sistem drainase, sistem
sanitasi dan persampahan, serta sistem air bersih.

1.4.3. Waktu Perencanaan

Waktu penyusunan laporan perencanaan diperkirakan berlangsung selama


5 bulan, terhitung mulai Januari 2015 – Mei 2015. Waktu implementasi rencana
diperkirakan berlangsung selama 20 tahun.

1.4.4. Produk Perencanaan

Produk perencanaan berupa peta dengan skala 1:10.000 dan pendetailan titik
lokasi rencana dengan skala 1:100.

1.5. Keaslian Perencanaan

Sepengetahuan penulis, perencanaan terkait penataan ruang di Kota


Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung belum pernah dilakukan. Namun, penelitian
mengenai banjir dan upaya penanganannya di kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya
sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian dan perencanaan terkait banjir dan
penataan kawasan di pinggir sungai yang berhasil penulis rangkum adalah sebagai
berikut.

a. Kajian Pemodelan Spasial Banjir untuk Mendukung Kebijakan Sempadan


Sungai dan Tata Ruang Wilayah (Studi Kasus: Wilayah Pengembangan
Baleendah) oleh Aninda Deviana, dkk. tanpa tahun.

Penelitian ini mengkaji pemodelan secara spasial banjir. Model spasial ini
harus mendukung kebijakan sempadan sungai dan aturan tata ruang. Pemodelan ini
berfungsi untuk mengetahui area terdampak banjir secara periodik di Wilayah
Pengembangan Baleendah, Kabupaten Bandung. Hasil dari penelitian ini berupa
strategi penanggulangan banjir di sempadan sungai.

4
b. Evaluasi Perubahan Perilaku Erosi Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu
dengan Pemodelan Spasial oleh Perbandono dkk. tahun 2006.

Penelitian ini mencoba mengevaluasi perubahan perilaku daerah hulu


Sungai Citarum dengan pemodelan spasial. Daerah hulu Sungai Citarum tergolong
memiliki arus yang kuat dan erosi tidak dapat dihindarkan. Erosi yang terjadi
mengalami perubahan perilaku. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perubahan
guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) berpengaruh pada laju sedimentasi di
sungai.

c. Solusi Aspiratif Penanganan Masalah Sungai Mati (Kasus: Desa Andir,


Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung) oleh Dede Rohmat tahun 2009

Desa Andir adalah desa yang memiliki sungai mati akibat proyek pelurusan
Sungai Cisangkuy. Sungai mati dan area di sekitarnya menjadi lahan kritis yang
tidak berguna dan hanya dimanfaatkan masyarakat untuk pembuangan sampah.
Penelitian ini memberikan suatu solusi dalam penanganan sungai mati yang ada di
lokasi penelitian tersebut. Solusi tersebut berupa penataan fisik sungai yang
disesuaikan dengan kondisi masyarakat di lokasi tersebut.

d. Pengembangan Waterfront City Sungai Cisadane Kota Tangerang oleh


Muhammad Ramadhian Aulia Putra tahun 2012.

Penelitian ini fokus pada kesesuaian pengembangan waterfront city yang


diterapkan di Sungai Cisadane Kota Tangerang. Dampak dari perencanaan konsep
ini terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan dibahas dalam penelitian ini.

e. Studi Pemaksimalan Resapan Air Hujan Menggunakan Lubang Resapan


Biopori untuk Mengatasi Banjir (Studi Kasus: Kecamatan Dayeuhkolot,
Kabupaten Bandung) oleh Reza Wijaya Kesuma tahun 2012.

Kecamatan Dayeuhkolot merupakan salah satu wilayah di Bandung Selatan


yang selalu terkena banjir apabila hujan besar terjadi di Wilayah Bandung. Untuk
meminimalisir terjadinya banjir, maka teknologi lubang biopori perlu diterapkan
karena lubang biopori mampu menyerap air tiga kali lebih cepat dibanding

5
permukaan tanah biasa. Penelitian ini menghasilkan banyaknya kebutuhan lubang
biopori yang perlu ada di lokasi penelitian agar banjir tidak terjadi.

f. Peremajaan Kawasan Tepian Sungai Winongo Kampung Badran yang


Berwawasan Kota Hijau (Green City) oleh Fatimah Azzahra tahun 2014.

Kampung Badran merupakan salah satu kampung yang ada di Kota


Yogyakarta dan berada di area bantaran Sungai Winongo. Permasalahan utama
yang ada di area tersebut adalah pembangunan yang tidak memerhatikan aturan
sepadan sungai sehingga memiliki tingkat risiko bencana longsor sangat tinggi.
Fokus perencanaan yang dilakukan adalah melakukan peremajaan pada area
tersebut agar tercipta ruang yang ekologis dan terbebas dari bencana.

g. Perencanaan Kawasan Wisata Cultural Waterfront dengan Konsep


“Riverwalk” di Sekitar Jembatan Ampera oleh Dendy Rizky tahun 2014

Kawasan Jembatan Ampera merupakan kawasan tepian sungai di Kota


Palembang. Seiring dengan perkembangan Kota Palembang, kawasan tepian
Jembatan Ampera ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke lokasi ini.
Untuk itu perlu ada rencana di kawasan tersebut untuk mendukung wisata yang ada
di kawasan tersebut. Konsep riverwalk dipilih untuk menciptakan kawasan yang
nyaman terhadap pejalan kaki dengan penekanan pada pengembangan cultural
waterfront.

h. Rencana Kawasan Wisata di Pesisir Meuraxa Mengunakan Konsep


Recreational Riverfront oleh Nasril Azmi tahun 2015

Sektor pariwisata di Kota Banda Aceh dinilai terhambat khususnya di


pesisir Kecamatan Meuraxa. Hal ini dikarenakan kurang terkelola dan kurang
terawatnya elemen-elemen fisik pendukung pariwisata di kawasan tersebut.
Melihat dari berbagai permasalahan dan potensi yang mendukung di kawasan
pesisir ini membuat perlu adanya rencana spasial di pesisir pantai ini. Konsep
recreational waterfront dipilih sesuai dengan strategi untuk menjadikan Kawasan
Pesisir Meuraxa menjadi kawasan rekreasi di Kota Banda Aceh.

6
i. Revitalisasi Waterfront Kawasan Pantai Tapak Paderi Kota Bengkulu
dengan Pendekatan Urban Design oleh Satya Ragil Permana tahun 2015

Kawasan Pantai Paderi merupakan kawasan wisata yang cukup potensial di


Kota Bengkulu. Seiring dengan perkembangan waktu, jumlah pengunjung ke
Kawasan Pantai ini semakin meningkat sedangkan ruang wisata yang tersedia tidak
mencukupi. Untuk itu perluasan kawasan wisata perlu dilakukan. Perluasan
kawasan wisata dilakukan menggunakan konsep waterfront yang dapat
mengembangkan wisata di lokasi tersebut.

Tabel 1.1. Daftar Penelitian dan Perencanaan yang Terkait


Judul
No Peneliti Tahun Lokasi Ket.
Penelitian/Perencanaan
Kajian Pemodelan
Spasial Banjir untuk
Mendukung Kebijakan Aninda D.
Sempadan Sungai dan Iwan K. Tanpa WP Baleendah
1 Jurnal
Tata Ruang Wilayah Yadi S. Tahun
(Studi Kasus: Wilayah
Pengembangan
Baleendah)
Evaluasi Perubahan Poerban-
Perilaku Erosi Daerah dono
DAS Citarum
2 Aliran Sungai Citarum Ahmad B. 2006 Jurnal
Hulu
Hulu dengan Pemodelan Agung B.
Spasial Puteri R
Solusi Aspiratif
Penanganan Masalah Desa Andir,
Sungai Mati (Kasus: Dede Kec.
3 2009 Jurnal
Desa Andir, Kecamatan Rohmat Baleendah,
Baleendah, Kabupaten Kab. Bandung
Bandung)
Pengembangan
Waterfront City Sungai M. Rama- Kota Skripsi
4 2012
Cisadane Kota dhian A. Tangerang S1
Tangerang
Studi Pemaksimalan
Resapan Air Hujan
Reza Kec.
Menggunakan Lubang
5 Wijaya 2012 Dayeuhkolot, Jurnal
Resapan Biopori untuk
Kesuma Kab. Bandung
Mengatasi Banjir (Studi
Kasus: Kecamatan
(berlanjut)

7
(lanjutan)
Judul
No Peneliti Tahun Lokasi Ket.
Penelitian/Perencanaan
Dayeuhkolot, Kabupaten
Bandung)
Peremajaan Kawasan
Tepian Sungai Winongo
Fatimah Kota Skripsi
6 Kampung Badran yang 2014
Azzahra Yogyakarta S1
Berwawasan kota Hijau
(Green City)
Perencanaan Kawasan
Wisata Cultural
Waterfront dengan Dendy Kota Skripsi
7 2014
Konsep “Riverwalk” Di Rizky Palembang S1
Sekitar Jembatan
Ampera
Rencana Kawasan
Wisata Di Pesisir
Nasril Kota Banda Skripsi
8 Meuraya Menggunakan 2015
Azmi Aceh S1
Konesp Recreational
Riverfront
Revitalisasi Waterfront
Kawasan Pantai Tapak Satya
Skripsi
9 Paderi Kota Bengkulu Ragil 2015 Kota Bengkulu
S1
dengan Pendekatan Permana
Urban Design
Sumber: Analisis Penulis (2015)

Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis penulis mengenai laporan


penelitian dan perencanaan di atas, maka perencanaan Kawasan Perkotaan
Dayeuhkolot menggunakan konsep riverfront city sebagai upaya penanggulangan
bencana banjir belum pernah dilakukan dan tidak terdapat kesamaan. Perencanaan
ini merupakan pengembangan dari penelitian dan konsep perencanaan yang telah
dilakukan.
1.6. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Memuat latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, ruang lingkup,


perencanaan terkait dalam penataan Kawasan Perkotaan Dayeuhkolot, serta
sistematika penulisan laporan.

8
BAB II Tinjauan Pustaka

Menjelaskan mengenai teori-teori dan best practices yang mendasari dalam


penataan kawasan perkotaan dengan konsep riverfront dan upaya
meminimalkan tingkat risiko banjir.

BAB III Metode Perencanaan

Memaparkan mengenai unit amatan dan unit analisis, alat dan instrumen
perencanaan, cara pengumpulan data, cara analisis data, metode
perencanaan, dan tahapan perencanaan yang akan dilakukan.

BAB IV Kondisi Eksisting dan Analisis Lokasi Perencanaan

Memaparkan hasil analisis permasalahan, mendeskripsikan kondisi


eksisting, dan pemilihan alternatif terbaik di lokasi perencanaan.

BAB V Rencana

Memaparkan konsep perencanaan yang digunakan, visi dan misi, strategi,


serta detail rencana.

BAB VI Penutup

Memaparkan tentang kesimpulan dan saran hasil dari perencanaan yang


telah dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai