Elsa Rahmi-FKIK PDF
Elsa Rahmi-FKIK PDF
SKRIPSI
Farmasi
ELSA RAHMI
1112102000034
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ELSA RAHMI
1112102000034
i
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, karunia serta nikmat iman dan islam yang tak terhingga, Shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW. Syukur atas limpahan nikmat dan kasih
sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Validasi Metode Analisis N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam
Plasma secara In Vitro menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).”
bertujuan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mengarahkan, yaitu
kepada :
1. Kedua orang tua, ibunda tersayang Elmi dan ayahanda Guslimar, yang selalu
memberikan kasih sayang, doa yang tak pernah putus, semangat serta
dukungan baik moril dan materil.
2. Bapak Supandi, M.Si.,Apt selaku pembimbing I dan Ibu Ismiarni Komala,
M.Sc., Ph.D., Apt selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran serta dengan sabar membimbing dan memberikan saran
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Dr.Nurmeilis, M.si.,Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu/Bapak Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan
pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan.
6. Kakak-kakak laboran: Mbak Rani, Kak Eris, Kak Anis, Kak Walid, Kak
Yaenab, Kak Lisna, Mbak Ai, Kak Rahmadi, dan Kak Tiwi, yang telah selalu
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACT ................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................. ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
xi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 42
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 42
5.2 Saran ......................................................................................... 42
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Plasma
Darah terdiri atas plasma dan sel-sel darah. Sebagian besar sel darah
merupakan sel darah merah atau eritrosit, sedangkan jumlah sel darah
putih atau leukosit relatif sangat sedikit, yaitu 0,2% dari jumlah eritrosit.
Disamping eritrosit dan leukosit, ada partikel lain yang disebut trombosit.
Trombosit sangat berguna pada proses penggumpalan darah (Pudjiadi,
1994).
Apabila darah yang sebelumnya telah diberi antikoagulan dilakukan
sentrifugasi, maka sel-sel darah merah akan mengendap sedangkan plasma
akan berada dalam bentuk cairan bening atau supernatan di atasnya
(Pudjiadi, 1994).
Volume rata-rata plasma pada pria adalah 55%, pada wanita 58%
dari volume darah (Sherwood, 1996). Plasma manusia mengandung 90-
92% air. Peranan air dalam darah sangat besar, sebab disamping sebagai
pelarut zat - zat, air diperlukan untuk menjaga tekanan darah, kondisi
osmotik, dan pengatur suhu tubuh dengan meratakan panas tubuh
(Pudjiadi, 1994).
Zat-zat yang terdapat dalam plasma diantaranya adalah protein
darah; garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-
lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik; zat
makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral, dan vitamin); hormon;
dan antibodi/ antitoksin (Syaifuddin, 2006). Protein adalah zat padat yang
paling banyak terdapat di dalam plasma, yaitu antara 6-8% dari plasma.
Protein yang terdapat di dalam plasma antara lain adalah fibrinogen,
globulin, dan albumin. Albumin dan globulin merupakan protein yang
paling banyak terdapat dalam plasma yang berfungsi sebagai zat yang
menentukan besarnya tekanan osmotik (Pudjiadi, 1994). Adapun
fibrinogen merupakan suatu protein darah yang sangat berguna dalam
peristiwa penggumpalan darah. Plasma masih terdapat fibrinogen di
dalamnya, hal ini disebabkan fibrinogen tidak berubah menjadi fibrin
karena penambahan antikoagulan (Sadikin, 2001).
b. Ekstraksi cair-cair
Ekstraksi cair-cair berguna untuk memisahkan analit dari
pengotor dengan menyekat sampel diantara 2 fase larutan yang tidak
tercampurkan. Fase pertama umumnya berupa fase aqueous,
sedangkan fase kedua berupa fase organik. Analit yang akan
diekstraksi harus larut diantara satu fase larutan tersebut. Prinsip
ekstraksi cair-cair ini adalah senyawa yang bersifat lebih hidrofobik
akan cenderung mudah ditemukan di fase organik. Analit yang
terekstraksi ke dalam fase organik akan dengan mudah diperoleh
kembali melalui penguapan, sedangkan analit yang terkstraksi ke
dalam fase aqueous dapat langsung disuntikkan ke dalam kolom
KCKT fase terbalik. Larutan aqueous yang dapat digunakan adalah
air, larutan yang bersifat asam/ basa, garam, dan lainnya. Pelarut
organik yang dapat digunakan adalah heksan, etil asetat, toluen, dan
lainnya. Kelemahan dari metode ini adalah tidak dapat diaplikasikan
ke semua analit, contohnya analit yang bersifat sangat polar akan sulit
menggunakan metode ini (Evans, 2004).
2.4.2 Instrumentasi
Instrumentasi KCKT pada dasarnya terdiri atas delapan
komponen pokok, yaitu wadah fase gerak, sistem penghantaran
fase gerak dan alat untuk memasukkan sampel, kolom, detektor,
wadah penampung buangan fase gerak, dan komputer atau
integrator atau perekam (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4.2.7 Detektor
Detektor pada KCKT dikelompokkan menjadi 2
golongan, yaitu detektor universal (yang mampu
mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan
tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan
detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang
spesifik, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan
elektrokimia.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a. Mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan
reprodusibel,
b. Mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu
mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil,
c. Stabil dalam pengoperasiannya,
d. Mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu
meminimalkan peleburan pita. Untuk kolom
konvensional, selnya bervolume 8 µl atau lebih kecil,
sementara kolom mokrobor selnya bervolume 1 µl
atau lebih kecil lagi,
c. Detektor Flouresensi
Fluoresensi merupakan fenomena luminisensi
yang terjadi ketika suatu senyawa menyerap sinar UV
atau visibel lalu mengemisikannya pada panjang
gelombang yang lebih besar. Tidak semua senyawa
obat mempunyai sifat flouresen sehingga detektor
e. Detektor Elektrokimia
Detektor ini bekerja berdasarkan oksidasi dan
reduksi senyawa organik (termasuk obat) secara
elektrokimia pada elektroda yang cocok.
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2.6.2.5 Akurasi
Akurasi adalah suatu metode analisis yang
menggambarkan kedekatan nilai rata-rata hasil uji yang
diperoleh dengan nilai konsentrasi analit sebenarnya.
Akurasi ditentukan oleh analisis berulang dari sampel yang
telah diketahui kadar analit yang terkandung didalamnya
(Food and Drug Administration, 2001). ICH
merekomendasikan pengukuran minimal menggunakan 3
kali pengukuran (Ravichandranravichandran, V., Shalini S.,
Sundram K. M., Harish Rajak, 2010). Uji akurasi minimal
menggunakan tiga konsentrasi pada rentang yang telah
direkomendasikan, yaitu pada konsentrasi rendah (tiga kali
LLOQ), sedang, dan tinggi dari kurva standar. Perbedaan
nilai rata-rata harus + 15% terhadap nilai sebenarnya,
kecuali pada LLOQ tidak boleh lebih dari 20% (Food and
Drug Administration, 2001).
2.6.2.6 Presisi
Presisi adalah suatu metode analisis yang
menggambarkan kedekatan hasil pengukuran individu analit
ketika suatu metode analisis diulang. ICH
merekomendasikan pengukuran minimal menggunakan 3
kali pengukuran (Ravichandranravichandran, V., Shalini S.,
Sundram K. M., Harish Rajak, 2010). Uji presisi minimal
2.6.2.8 Stabilitas
Stabilitas obat dalam cairan biologis adalah fungsi
dari kondisi penyimpanan, sifat-sifat kimia obat, matriks,
dan sistem penyimpanan. Stabilitas analit dalam suatu
matriks dan sistem penyimpanan hanya relevan pada
e. Stabilitas Post-Preparatif
Stabilitas dari sampel yang telah diproses,
termasuk waktu sampel berada dalam autosampler.
Stabilitas obat dan baku dalam harus ditentukan
selama waktu analisis untuk setiap batch dalam
validasi sampel dengan menentukan konsentrasi
berdasarkan kalibrasi standar.
(Food and Drug Administration, 2001).
3.2.2 Bahan
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida, metanol grade
Liquid Chromatography (Merck), akuabides (Otsuka), plasma
(PMI DKI Jakarta).
LOQ =
LOD =
Tabel. 4.1 Data hubungan antara waktu retensi, jumlah lempeng teoritis dan
asimetrisitas terhadap perubahan komposisi fase gerak
Waktu Lempeng
Fase Gerak (v/v) Retensi Teoritis HETP Asimetri
(menit) (N)
Metanol 100% 1,863 141 1,064 1,36
Metanol-akuabides (70:30) 2,873 77 1,948 2,38
Metanol-akuabides (60:40) 3,800 63 2,381 2,22
Metanol-akuabides (40:60) 7,247 163 0,920 1,57
Volume Injeksi 20 µL
4.5.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi dan Uji Linieritas dalam Plasma secara In Vitro
Kurva kalibrasi merupakan hubungan antrara respon instrumen dan
konsentrasi analit yang diketahui. Untuk analisis N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida dalam plasma, kurva kalibrasi terdiri dari plasma blangko (plasma
tanpa penambahan N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida) dan 6 konsentrasi
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam plasma (termasuk LLOQ) yaitu
5,04 µg/mL; 10,08 µg/mL; 15,12 µg/mL; 20,16 µg/mL; 30,24 µg/mL; dan
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 10 20 30 40 50
Konsentrasi (µg/mL)
sampai 15,045% serta tidak terdapat puncak pengotor plasma yang muncul
pada kromatogram. Data hasil uji selektivitas dapat dilihat pada lampiran 8
tabel 5.4.
Tabel 4.4 Hasil uji akurasi, presisi dan perolehan kembali hari ke-1
Luas Konsentrasi
Konsentrasi KV
area terukur %diff %recovery SD
(µg/mL) (%)
(mAU) (µg/mL)
12,096 2,972 12,967 7,204 107,204 0,150 1,158
18,144 5,106 18,984 4,628 104,628 0,514 2,705
28,224 8,726 29,136 3,230 103,230 0,497 1,707
5.1 Kesimpulan
1. Kondisi optimum untuk analisis N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida menggunakan KCKT dapat dilakukan dengan detektor
DAD, kolom Acclaim® Polar Advantage II C18 dengan panjang
kolom 4,6 x 150 mm ukuran partikel 3 µm; fase gerak metanol
akuabides (40:60); laju alir 1,0 mL/menit; volume injeksi 20 µL;
waktu akuisisi 15 menit dan dideteksi pada panjang gelombang 290
nm.
2. N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam plasma diekstraksi
dengan cara pengendapan protein dengan mencampurkan metanol
pada perbandingan metanol-plasma 4:1, lalu di vortex selama 20 detik
kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
3. Dari hasil validasi diperoleh nilai LLOQ sebesar 5,04 µg/mL, pada
rentang konsentrasi 5,04 – 40,32 µg/mL dihasilkan kurva kalibrasi N-
(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida yang linier dengan koefisien
korelasi (r) 0,9962, akurasi (%diff) dari metode ini antara -2,961%
sampai 11,954% dengan presisi (KV) antara 0,439% sampai 4,306%.
Hasil validasi metode tersebut menunjukkan bahwa metode analisis
telah memenuhi kriteria linieritas, presisi, dan akurasi sesuai ketentuan
yang berlaku sehingga dapat digunakan untuk analisis N-
(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam plasma.
5.2 Saran
1. Disarankan untuk dapat dilakukan pengembangan metode validasi
analisis N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam plasma secara
in vitro yang lebih lengkap.
2. Dapat dilakukan analisis -(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida secara
in vivo untuk penelitian lebih lanjut.
Barus, Rosbina. (2009). Amidasi Etil p-Metoksi Sinamat yang Diisolasi dari
Kencur (Kaempferia galanga, L) melalui Amidasi dengan Dietanolamin.
Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Ganong, W.F. (2001). Fisiologi kedokteran Edisi 20. Terj. Djauhari W, Dewi I,
dan Minarma S. Jakarta: ECG.
Johnson, E.L. dan R.Stevenson. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Terj. Kosasih
Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB Press.
Sherwood, Lauralee. (1996). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi Kedua.
Terj. Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
United States of Pharmacopeia (30th ed). (2006). USA: The United States
Pharmacopeial Convention.
Penetapan metode
Uji kesesuaian sistem
ekstraksi
Kurva
Pengukuran
kalibrasi dan
LLOQ Validasi metode
Uji linearitas
analisis
Keterangan
N-(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida
Konsentrasi : 5,04 µg/mL
Serapan : 0,695
Panjang gelombang maksimum : 290 nm
N-(hidroksietil)-p-metoksi
sinamamida dalam Plasma
Rata-rata luas area (mAU)
15.00
10.00
5.00
0.00
0 10 20 30 40 50
Konsentrasi (µg/mL)
Keterangan :
- Persamaan garis : y = 0,361x - 1,7941
- Koefisien korelasi : r2 = 0,9953
Diketahui :
̄ ⁄
SD = √ = 0,349 LOQ = = 9,675 µg/mL
b = 0,361
⁄ LLOQ = ½ x 9,675 µg/mL
LOD = = 3,193 µg/mL
= ± 5,04 µg/mL
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
15.00
10.00
5.00
0.00
0 10 20 30 40 50
Konsentrasi (µg/mL)
Keterangan :
- Persamaan garis : y = 0,3559x - 1,6435
- Koefisien korelasi : r2 = 0,9962
⁄
LOD = = 2,982 µg/Ml
̄
SD = √ = 0,322 ⁄
LOQ = = 9,037 µg/mL
b = 0,3559
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
(lanjutan)
Kondisi analisis :
Kolom : Acclaim® Polar Advantage II (C18; 3 µm; 4,6 x 150 mm)
Fase Gerak : Metanol : akuabides (40:60)
Laju Alir : 1,0 mL/menit
Teknik : Isokratik
Panjang Gelombang : 290 nm
Volume Injeksi : 20 µL
Suhu Kolom : Ambient
Waktu Akuisisi : 15 menit
Tabel 5.5 Data uji akurasi, perolehan kembali (%recovery), dan presisi N-
(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam plasma, Hari ke-1
Luas Konsentrasi
Konsentrasi KV
area terukur %diff %recovery SD
(µg/mL) (%)
(mAU) (µg/mL)
2,882 12,716 5,127 105,127
12,096 2,983 12,998 7,457 107,457
0,150 1,158
3,050 13,188 9,028 109,028
Rata-rata 2,972 12,967 7,204 107,204
5,435 19,890 9,621 109,621
18,144 5,026 18,740 3,287 103,287
0,514 2,705
4,877 18,321 0,976 100,976
Rata-rata 5,106 18,984 4,628 104,628
8,921 29,683 5,171 105,171
28,224 8,852 29,489 4,482 104,482
0,497 1,707
8,405 28,235 0,038 100,038
Rata-rata 8,726 29,136 3,230 103,230
Tabel 5.6 Data uji akurasi, perolehan kembali (%recovery), dan presisi N-
(hidroksietil)-p-metoksi sinamamida dalam plasma, Hari ke-2
Luas Konsentrasi
Konsentrasi KV
area terukur %diff %recovery SD
(µg/mL) (%)
(mAU) (µg/mL)
2,534 11,738 -2,961 97,039
12,096 3,045 13,173 8,902 108,902
0,548 4,306
3,090 13,299 9,945 109,945
Rata-rata 2,906 12,737 5,295 105,295
4,868 18,295 0,831 100,831
18,144 5,586 20,313 11,954 111,954
0,640 3,307
5,266 19,415 7,007 107,007
Rata-rata 5,240 19,341 6,597 106,597
9,167 30,375 7,623 107,623
28,224 9,289 30,718 8,835 108,835
0,134 0,439
9,151 30,331 7,464 107,464
Rata-rata 9,202 30,475 7,974 107,974
Rumus Formula
S(y/x) ̄
SD = √
LOD ⁄
LOD =
LOQ ⁄
LOQ =
SD ̄
SD = √
KV
̄
C
F
Keterangan :
A : Wadah penampungan fase gerak
B : Pompa
C : Autosampler
D : Oven kolom
E : Detektor DAD (Diode Array Detector)
F : Komputer dengan perangkat lunak Chromeleon®
Gambar 5.7 Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dionex Ultimate® 3000