SKRIPSI
OLEH KELOMPOK 6 :
1. Ovi Saputri
1504012
2. Alfajri Islami 1504016
3. Annisa Shabrina 1604026
4. Silfhany Farokhizar 1604033
5. Ariska Gustin 1604049
6. Lina Permata Sari 1604057
7. Azimah Soleha Drajat 1604119
8. Septa Guna Efi 1604121
9. Else Dian Pramita 1604127
10. Siti Hajir 1604133
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala
limpahan rahmat, hidayah dan kasih sayangNya, serta kekuatan dan kesempatan
penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan tugas kimia farmasi
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan kerja sama pada rekan-rekan
penulis lainnya.
Penulis
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian penetapan kadar hidrokuinon dan asam retinoat
secara simultan terhadap krim pemutih ilegal yang beredar di kota padang dengan
menggunakan metode kckt. Pada penelitian ini sampel di ambil secara acak dan
kemudian dipilih 5 (lima) sampel produk krim pemutih wajah ilegal tanpa nomor
registrasi dari BPOM. Pengujian terhadap sampel uji kesukaan sistem (UKS),
kurva kalibrasi, dan uji penetapan kadar. Hasil penelitian terhadap kelima sampel
krim pemutih wajah, didapatkan sampel A dan C mengandung Asam Retinoat dan
dengan kadar yang masih dibawah batas persyaratan dari Badan POM, pada
hidrokuinon.
ABSTRACT
Simultaneous research has been established on the determination of
the city of Padang using the kckt method. In this study, samples were taken at
random and then selected 5 (five) samples of illegal facial whitening cream
test samples (UKS), calibration curves, and content determination tests. The
results of a study of five facial whitening cream samples, obtained samples A and
C containing Retinoic Acid and with levels that are still below the requirements of
the POM, in hydroquinone testing, all facial whitening cream samples contain
hydroquinone.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
1.1 Latar
belakang .................................................................................... 3
1.2 Rumusan
Masalah .............................................................................. 3
1.3 Tujuan
Penelitian ............................................................................... 4
1.4 Manfaat
Penelitian ............................................................................. 5
5.2 SARAN................................................................................................ 33
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
diri. Memiliki kulit putih dan cerah merupakan dambaan semua orang, terutama
wanita, oleh karena itu setiap orang berusaha untuk menjaga dan memperbaiki
kesehatan kulit mereka agar selalu terlihat menarik. Semakin maju dan
(Tranggano et al,2007)
Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa memiliki kecantikan yang
beaneka ragam pula seperti warna kulit kuning langsat, cokelat, hitam manis, dan
langsing dan tinggi, berkulit putih, paras manis, dan berambut panjang
Dengan dunia semakin modern, bentuk kosmetik semakin praktis dan mudah
hal-hal yang membahayakan karena hanya ditempelkan dibagian kulit luar saja,
pendapat ini tentu saja salah karena ternyata kulit mampu menyerap bahan yang
melekat pada kulit. Absorpsi kosmetik melalui kulit terjadi karena kulit
mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat
diatasnya. Dampak dari absorpsi ini ialah efek samping kosmetika yang dapat
Salah satu kosmetika yang menghasilkan efek toksik yaitu krim pemutih
kulit, produk pemutih kulit sendiri terbagi menjadi 3 golongan yaitu kosmetik,
produk itu mempengaruhi fisiologi kulit dan dapat dibeli secara bebas, contohnya
sabun atau facial wash. Golongan kedua disebut kosmetisikal, jika produk itu
mempengaruhi fisiologi kulit tetapi masih boleh dibeli secara bebas-terbatas tanpa
harus memakai resep dokter, contohnya produk yang mengandung alpha hydroxy
acid (AHA), asam glikolat, arbutin dan hidrokuinon. Golongan ketiga disebut
dibeli dengan resep dokter contohnya hidrokuinon diatas 2% dan asam retinoat
(Andriyani, 2011).
berbahaya bagi kulit, seperti merkuri, asam retinoat, hidrokuinon, resersinol serta
zat warna sintentis seperti Rhodamin B dan Merah K3. Bahan ini sebetulnya telah
dilarang penggunaannya sejak tahun 1998 melalui Peraturan Mentri Kesehatan RI
tergantikan dengan bahan – bahan lainya yang bersifat alami (BPOM RI, 2008).
Dari latar belakang diatas untuk menghindari terjadinya efek samping yang
digunakan karena analisis dengan KCKT cepat, daya pisah baik, peka, penyiapan
sampel mudah, dan dapat dihubungkan dengan detektor yang sesuai (Johnson,
karena zat zat tersebut bersifat polar dan larut dalam air sehingga sulit dipisahkan
menggunakan KCKT fase normal yang menggunakan kolom polar dan fase gerak
2. Berapa kadar hidroquinon dan asam retinoat yang terdapat pada krim pemutih
illegal.
1. Untuk menegtahui apakah krim pemutih illegal yang beredar dikota padang
dalam beberapa merek krim pemutih wajah ilegal yang beredar di kota padang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para penelitian lain dalam hal
menentukan metode yang tepat untuk menentukan kadar hidroquinon dan asam
retionoat secara simultan pada suatu sampel krim pemutih illegal dengan metode
yang lebih efektif dan efisien dan telah divalidasi menggunakan metode
2.1.1. Kosmetika
1. Defenisi Kosmetik
Cosmetic Act tahun 1958 sesuai dengan defenisi dalam Peraturan Menteri
rupa dan tidak termasuk golongan obat. Zat tersebut tidak boleh mengganggu faal
kulit atau kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dalam definisi ini jelas dibedakan
antar kosmetika dengan obat yang dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh
(Hartono, 2009)
Definisi diatas jelas menunjukkan bahwa kosmetik bukan suatu obat yang
lebih kuat dan dalam, sehingga dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh.
Kosmetik ini diolah menurut resep dan cara pengolahan yang turun-temurun
a. Intensitas/ lama kontak dengan kulit, dengan demikian maka pelembab, dasar
b. Lokasi pemakaian. Daerah sekitar mata kulitnya lebih tipis dan lebih sensitif,
oleh karena itu tata rias mata diharapkan lebih banyak memberikan reaksi
kulit. Bahan yang dapat memberikan kelainan pada aplikasi pertama disebut
berulang ulang disebut sensitizer. Dan berikut ini adalah bentuk-bentuk reaksi
a. Reaksi iritasi Reaksi ini dapat disebabkan oleh kosmetika yang mengandung
asam atau basa. Pada umumnya kelainan berbatas tegas dan dapat berupa
Kelainan yang terjadi tidak selalu pada lokasi aplikasi kosmetika; hal ini
terlihat pada dermatitis kelopak mata yang lebih sering disebabkan karena
kosmetika rambut, muka atau kuku daripada karena rias mata sendiri.
c. Reaksi foto sensivitas Reaksi ini terjadi oleh karena aplikasi kosmetika yang
akibat dermatitis kontak alergik atau foto alergik karena bahan pewangi atau
zat pewarna yang terdapat dalam kosmetika. Manifestasi kulit berupa
e. Akne Lesi terutama berbentuk komedo yang ditemukan pada wanita dewasa
alkohol, asam oleat dan zat warna D & Red-dyes yang terdapat dalam pemerah
2.1.2 Hidrokuinon
senyawa organik yang merupakan jenis fenol, memiliki rumus kimia C6H
Hidrokuinon ini atau bagian dalam struktur mereka, seperti koenzim Q, dan dapat
tindakan sebagai agen pereduksi yang larut dalam air. Ini adalah komponen utama
Kedua obat ini dapat menyebabkan iritasi lokal. sensitisasi alergi dari
kedua obat ini dapat timbul, serta dianjurkan untuk melakukan uji patch pada
Sasaran utama dari kerja Hidrokuinon adalah melanin. Dan sebelum mengetahui
tentang melanin ada beberapa istilah yang berkaitan dengan hal tersebut.
diantara sel keranosit utama. Berbeda dengan keranosit, melanosit kurang terkait
a. Genetik (Albinisme)
b. Metabolik
c. Endokrinologik
d. Inflamasi
e. Nutrisi
f. Bahan Kimia
h. Neoplastik
Pembentukan melanin ini dipengaruhi oleh aksi dan interaksi berbagai gen.
Dalam proses pigmentasi melanin pada kulit, dikenal tiga fase penting, yaitu:
baru saja diketahui sebagai langkah konversi dari suatu substrat menjadi melanin
Demikian pula sintesis melanin berkaitan secara erat dengan mutasi struktural
genetik.
hiperpigmentasi.
per mm2 dapat juga akibat stimulasi eksternal. Apabila secara total tidak ada
(Dorland, 2002).
adalah butir-butir pigmen yang menentukan warna kulit (putih, coklat atau hitam).
Pada kulit gelap, kadar melanin lebih banyak dibandingkan kulit kuning
kecoklatan.
vitamin dan mineral lainnya. Bila dalam prosesnya dihambat misalnya dengan
cara menahan pembentukan enzim atau suatu mineral, maka melanin tidak dapat
terbentuk. Dengan tidak terbentuknya melanin tadi, warna kulit akan lebih putih.
Proses pembentukan melanin itu sendiri ada 2 tipe, yaitu proses pembentukan
singkat. Dan secara singkat reaksi pembentukan melanin adalah dari Tirosin
dopaquinon dikonversi menjadi sistein dopa atau glutathione dopa yang pada
menjadikan warna kulit menjadi lebih putih atau lebih hitam dari warna kulit
normal kita. Namun penggunaan dengan kadar tinggi atau tanpa pengawasan
Kelainan pigmen adalah perubahan warna kulit menjadi lebih putih, lebih
hitam, atau coklat, dibandingkan dengan warna kulit normal serta bersifat
warna coklat untuk kulit dan rambut. Sementara pheomelanin menciptakan warna
kulit dari sinar matahari dengan cara menyerap sinar matahari. Peningkatan
produksi melanin juga dikenal sebagai hiperpigmentasi atau sering disebut
kulit dan hormon. Solar lentigenes adalah istilah teknis untuk menggambarkan
Menurut Dr. Retno Iswari Tranggono, Sp.KK, ahli kulit sekaligus ketua
hasilnya memang memuaskan. Kulitnya yang semula agak gelap berubah menjadi
Hidrokuinon dalam kosmetik dapat membuat kulit malah kusam dan timbul
bercak-bercak hitam, ini karena tidak semua melanosit hancur oleh Hidrokuinon.
Sisa-sisa melanosit yang tidak hancur akan membentuk pertahanan hingga kebal
Selain itu penggunaan Hidrokuinon pada kadar yang berlebih juga dapat
menyebabkan :
e. Penyakit Oochronosis.
f. Kelainan pigmen
zat ini terserap dalam darah dan menumpuk hingga sel berubah menjadi ganas.
Tujuan pokok penilaian, pengujian dan pendaftaran obat adalah agar obat
yang beredar terjamin berkhasiat nyata, aman, bermutu baik, serta sesuai
yang beredar harus melalui proses penilaian, pengujian dan pendaftaran terlebih
dulu. Penilaian dan pengujian adalah untuk membuktikan khasiat, aman dan
b. Selain itu hirokuinon digunakan juga dalam pemutih kulit dengan kadar
dibawah 2% untuk obat OTC (obat bebas) dan harus berdasarkan resep dokter
untuk kadar diatas 2% (sebelum dikeluar beredarkan surat larangan dari Badan
merupakan surat keputusan, yang mana disana disebutkan bahwa ”dalam rangka
cosmetik direvtive (ACD) yang diawali pada tanggal 1 januari 2008. Mengingat
Istilah hukum kosmetik adalah sama dengan hukum obat-obatan. Hal ini
disebabkan oleh karena bila kita dalam memakai kosmetik hanya dengan istilah
coba-coba atau karena melihat seseorang memakai cocok lalu kita juga
kulit. Bahkan membuat lebih fatal terhadap kulit atau bagian tubuh yang lain
(Ismayanti, 2007).
keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari
obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras psikotrofika dan narkotika. Untuk
yaitu:
b. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas (dulu disebut daftar
W), yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus
c. Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
dengan resep dokter dan apotik diwajibkan melaporkan jumlah dan macamnya.
Asam retinoat adalah senyawa aktif turunan vitamin A dalam bentuk asam
yang dibentuk dariall-trans retinol (retinoid dalam bentuk alkohol). Asam retinoat
dalam terapi jerawat (Combs, 2008). Struktur kimia asam retinoat dapat dilihat
300,44. Pemerian asam retinoat berupa serbuk hablur, kuning sampai jingga
muda. Asam retinoat tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam
mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal,
memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang berlebihan khususnya pada
wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang
dikandungnya (Badan POM, 2008). Dosis asam retinoat dalam sediaan topikal
a. Pengaktifan reseptor asam retinoat (RAR) Interaksinya dengan RAR pada sel
terluar (epidermis) sehingga asam retinoat secara topikal dengan dosis 0,05
dkk, 2008)
c. Berperan sebagai iritan Asam retinoat juga bekerja sebagai iritan pada epitel
folikel (lapisan pada lubang tumbuhnya rambut) yang memicu peradangan dan
mencegah bergabungnya sel tanduk menjadi massa yang padat sehingga tidak
menyumbat folikel dan tidak menghasilkan komedo. Selain itu, asam retinoat
peradangan pada kulit. Gejala yang sering muncul adalah sensasi rasa agak panas,
dan parakeratosis (persistensi nuklei keratinoasit pada lapisan tanduk) Pada dosis
yang lebih tinggi dari dosis terapi, efek terapinya tidak akan meningkat dan dalam
produksi sebum sehingga kulit semakin kering dan tipis (Badan POM, 2008)
terbukti dapat meningkatkan potensi karsinogen akibat radiasi sinar UV-B dan
UV-A.(1)
Telah dilaporkan bahwa bayi yang terlahir dari seorang wanita yang
mengoleskan asam retinoat 0,05% sebanyak dua kali sehari untuk wajah
wajah seperti kecacatan langit-langit mulut, bibir sumbing, celah kelopak mata
defisiensi lubang hidung kiri dan kelainan sistem saraf pusat serta hidrosefalus.
Kasus lainnya melibatkan seorang wanita yang telah menggunakan krim asam
retinoat 0,05% selama sebulan sebelum menstruasi terakhir dan selama sebelas
minggu pertama kehamilan, dilaporkan bahwa bayi yang terlahir mengalami cacat
telinga eksternal (tanpa lubang dan tidak berfungsi) (Briggs dkk, 2005).
Sifat teratogenik pada asam retinoat umumnya ditandai oleh kelainan pada
telinga eksternal (seperti tidak terbentuk, kecil, atau cacat), kelainan bentuk wajah
hormon paratiroid, serta kelainan jantung (terutama kecacatan pada sekat ventrikel
dan atrium, atau pada lengkung aorta). Kebanyakan bayi yang terlahir dengan
kondisi tersebut akhirnya meninggal. Selain dari itu, kasus keguguran dan
kelahiran prematur telah dilaporkan usai penggunaan asam retinoat (Briggs dkk,
2005).
kulit yang dapat memungkinkan resiko terserapnya asam retinoat ke dalam tubuh.
1. Prinsip KCKT
cairan yang dialirkan dengan sistem pompa bertekanan tinggi. Fase diam
diguankan cairan yang diberi penyangga atau padatan yang disalutkan kedalam
2. Macam-macam KCKT
Berdasarkan interaksi zat terlarutnya KCKT dibagi atas 4 jenis yaitu :
Kromatografi fase normal dipakai jika fase diam bersifat polar sedangkan
kepolaran tinggi dan rendah. Fase diam bersifat hidrofobik sedangkan fase gerak
bersifat polar. Pada kromatografi ino sebagai fase diam berupa kolom berisi
gugus alkil sehingga kolom bersifat non polar. Zat dengan kepolaran rendah akan
teradsorbsi kuat pada kolom, sedangkan zat dengan kepolaran tinggi hanya
teradsorbsi lemah sehingga dengan adanya aliran fase gerak yang bersifat polar,
ikatannya mudah putus. Maka senyawa polar terelusi dan terdeteksi dahulu.
Pemisahan ion yang melibatkan fase gerak berupa larutan ion dalam air
(dapar asam, basa, atau netral) dan fase gerak padat yang mempunyai titik anion
atau kation pada permukaannya yang dapat menukarkan kation dan anion dari fase
gerak.
d) Kromatografi eksklusi
berdasarkan ukuran dan bentuk molekul, memakai fase gerak cair dan fase geram
diam yang sangat berpori (sering gel polimer bersambung silang). Molekul yang
lebih kecil berada lebih lama didalam pori dari pada molekul yang lebih besar,
Reproductibility meningkat
plot kalibrasi menggunakan baku eksternal. Larutan-lautan baku ini disiapkan dan
dianalisis secara terpisah dari kromatografi senyawa tertentu yang ada dalam
kromatografi yang digunakan dan dinalisis dengan cara yang sama. Kosnsentrasi
senyawa tersebut ditentukan dengan metoda grafik dari kurva kalibrasi atau secara
numerik. Keuntungan fokus hanya pada pemisahan komponen target, sedangkan
berbeda dengan analit, meskipun demikian senyawa ini harus terpisah dengan baik
instrumen. Salah satu alasan utama digunakannya baku internal adalah jika suatu
3. Normalisasi internal
tujuan kuantitatif yang mana beberapa smapel dapat ditentukan secara bersama-
diasumsikan bahwa lebar atau tinggi puncak sebanding dengan kosnsentrasi atau
berarti bahwa setiap lebar atau tinggi puncak diekspresikan sebagai suatu
Komposisi relatif dihitung dari respon alat, dan untuk kasus kromatografi
Keterangan :
dipenuhi : semua analit yang berada dalam sampel yang akan dianalisis harus
terelusi dari kolom (tidak ada retensi bolak-balik), dengan resolusi yang cukup,
dan lebih lanjut semua analit harus terdeteksi. Semua koefisien respon harus
diketahui, paling tidak diperoleh secara eksperimental. Metoda ini tidak dapat
campuran jika koefisien respon tidak ada. Pada sisi lain, keuntungan metode ini
diinjeksikan.
kedalam sampel. Dengan menambahakan satua atau lebih alikuot standar, suatu
ditentukan dengan eksrapolasi kurva kalibrasi. Utnuk metoda ini, respon analit
harus linier dikisaran konsentrasi yang diguanakan dalam kurva kalibrasi. Suatu
pendekatan praktek dalam metoda standar adisi adalah dengan membagi sampel
2.1.7 Validasi
Setiap metode yang digunakan dalam analisis baik kualitatif maupun
kuantitatif harus dievaluasi sehingga hasil yang didapatkan bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Proses evaluasi ini disebut validasi metode
analisis. Validasi dilakukan untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan
akan menghasilkan ketepatan dan ketelitian yang memadai. Parameter analitik
yang harus dipertimbangkan untuk tipe prosedur analitik yang berbeda.
Karakteristik validasi dan jenis prosedur analisisnya dapat dilihat pada Tabel II. 3.
Tabel II. 3 Karakteristik validasi dan jenis prosedur analisisnya (11)
Parameter Kategori II
Kategori Kategori Kategori
Performa
I III IV
Analitik Kuantitati
Uji Batas
f
Akurasi Ya Ya * * Tidak
Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak
Spesifisitas Ya Ya Ya * Ya
Batas Deteksi Tidak Tidak Ya * Tidak
Batas
Tidak Ya Tidak * Tidak
Kuantitasi
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak
Rentang Ya Ya * * Tidak
100 1.3
>10 1.9
>1 2.7
>0,1 3.7
0,01 5.3
0,001 7.3
0,0001 (1 ppm) 11
0,00001 (100 ppb) 15
0,000001 (10 ppb) 21
0,0000001 (1 ppb) 30
3. Ketepatan (Akurasi)
Akurasi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan.
Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat
sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk
mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara
mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan
yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik,
pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai
prosedur. Rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi
analit pada matriks dapat dilihat pada Tabel II.5.
Tabel II.5. Rentang Persen Perolehan Kembali (18)
100 98-102
>10 98-102
>1 97-103
>0,1 95-105
0,01 90-107
0,001 90-107
0,0001 (1 ppm) 80-110
0,00001 (100 ppb) 80-110
0,000001 (10 ppb) 60-115
0,0000001 (1 ppb) 40-120
4. Linearitas
Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang
baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang
metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah
ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan
linieritas yang dapat diterima (11).
5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat
dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan
dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas
kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai
kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi
kriteria cermat dan seksama .
BAB III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.2.1 Alat
spatula, pipet ukur, pipet tetes, spuit, mikro pipet, batang pengaduk, timbangan
3.2.2 Bahan
Sampel yang digunakan adalah krim pemutih yang terdapat di Pasar Raya
kota Padang. Pengambilan sampel secara acak didasarkan pada produk krim
Indonesia, tidak memiliki nomor batch serta tidak mencantumkan nomor izin
diambil sudah mewakili populasi sampel yang beredar. Sampel krim pemutih
berisi asetonitril
Timbang seksama 10 mg baku asam retinoat kedalam labu ukur 100 ml.
Timbang seksama 100 mg baku hidrokuinon kedalam labu ukur 100 ml.
Tambahkan 10 ml larutan baku asam retinoat ke dalam labu ukur yang berisi
Buat deret larutan campuran baku hidrokuinon (100, 200, 300, 400, 500)
mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL dan 5 mL. Kedalam masing-masing labu ukur tersebut
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutkan dengan asetonitril 50 ml,
kemudian saring dengan penyaring membran 0,45 μm. Lakukan perlakuan ini
yi b xi
a= n
n xi. yi xi yi
b=
n xi 2 xi
2
n xi. yi xi yi
r=
n xi xi . n yi yi
2 2 2 2
Keterangan :
x : konsentrasi
y : luas puncak
a : intersep, menunjukkan kesalahan system
b : slope, menunjukkan hubungan antara perubahan absis dan ordinat
r : koefisien korelasi
Uji linearitas menggunakan larutan sampel yang telah ditambahkan
sejumlah tertentu baku pembanding pemanis (spiked sampel) dengan
konsentrasi spiked sampel 50 %, 80 %, 100 %, 120 % dan 150 % (masing-
masing duplo), lalu dihitung persamaan garis dan koefisien korelasinya.
Linearitas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi
yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x), data
linearitas dapat diterima bila r ≥ 0,997.
3.4.3 Uji akurasi
Uji perolehan kembali : Untuk menilai ketepatan metode yang digunakan.
Dilakukan dengan menambahkan sejumlah tertentu baku pembanding
kedalam sampel, kemudian ditetapkan kadarnya dengan cara pengerjaan
yang sama seperti pada penetapan kadar larutan uji.
% Perolehan kembali (R) = (A/B) x 100%
Keterangan :
A : Bobot bahan baku yang diperoleh (mg)
B : Bobot bahan baku yang ditambahkan (mg)
Uji akurasi menggunakan larutan sampel yang telah ditambahkan sejumlah
tertentu baku pembanding pemanis (spiked sampel) dengan konsentrasi
spiked sampel 80, 100 dan 120 % (masing-masing triplo), lalu ditetapkan
kadarnya.
3.4.4 Uji presisi
Uji presisi dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah baku
pembanding (konsentrasi 80%, 100%, dan 120% masing-masing triplo) ke
dalam matriks sampel, uji presisi dinyatakan dengan simpangan baku
relatif dalam persen. Untuk menilai ketelitian metode, digunakan
simpangan baku dan simpangan baku relatif :
xi x
2
SB = n 1
SB
100 %
SBR = x
Keterangan :
SB : Simpangan baku
SBR : Koefisien variasi
xi : Kadar tiap pengukuran
x : Kadar rata-rata
n : Jumlah pengukuran
y1 y'1 2
sy / x
n2
3 sy / x 10 sy / x
BD = b BK = b
Keterangan :
y : Luas puncak hasil percobaan
y’ : Luas puncak yang dimasukkan dalam persamaan regresi
n : Jumlah data
BD : Batas Deteksi
BK : Batas Kuantitasi
sy/x : Simpangan baku residual
b : Slope kurva
Uji batas kuantitasi menggunakan larutan sampel yang telah ditambahkan
sejumlah tertentu baku pembanding pemanis (spiked sampel) dengan
konsentrasi spiked sampel 50 %, 80 %, 100 %, 120 % dan 150 % (masing-
masing duplo), lalu dihitung persamaan garis, koefisien korelasinya dan
batas kuantitasinya.
3.4.6 Persamaan Regresi Linear
respon detektor instrumen, digunakan korelasi (r) pada analis regresi linear.
Keterangan :
x : konsentrasi
y : luas puncak
a : intersep, menunjukkan kesalahan sistem
b : slop, menunjukkan hubungan antara perubahan absis dan ordinat
r : koefisien korelasi
3.4.2 Perhitungan Kadar
Data yang diperoleh dari luas area kromatogram sampel krim pelembab
Kurva kalibrasi :
y−b
a
CspxF
Kadar hidrokuinon atau asam retinoat (mg) = w
Keterangan :
Csp : kadar hidrokuinon dan asam retinoat yang diperoleh dari perhitungan
menggunakan persamaan garis y = a + bx (mg/ml)
F : Faktor pengenceran
w : Bobot penimbangan (mg)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil uji kesesuaian sistem (UKS) dari analisis hidrokuinon dan asam
(18600496)
Volume penyuntikan : 20 µL
Hasil uji kesesuaian sistem pada asam retinoat memberikan nilai SBR waktu
retensi = 0,244 % dan SBR luas area = 0,948 % dan rata-rata faktor ikutan
waktu retensi = 0,210 % dan SBR luas area = 0,509 % dan rata-rata faktor ikutan
(tailling factor) = 1,375 . Hasil uji kesesuaian sistem dapat dilihat pada lampiran
Kurva kalibrasi dan linearitas baku pembanding telah dibuat dengan cara
mengukur 1 seri larutan baku pembanding dengan lima konsentrasi berbeda yang
diukur dengan tiga kali pengulangan, kemudian dibuat kurva hubungan antara
konsentrasi baku pembanding (mg/mL) sebagai sumbu x dengan luas area baku
pembanding sebagai sumbu y. Dari hasil kurva kalibrasi didapat persamaan
simultan terhadap lima sampel pelembab wajah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Uji Penetapan Kadar Asam Retinoat dan Hidrokuinon secara
Simultan terhadap Krim Pelembab Wajah :
Penetapan Kadar
No Sampel Asam retinoat Hidrokuinon
(mg) (%) Syarat (mg) (%) Syarat
1 Sampel A 0.203 0.202 19.327 19.327
2 Sampel B - - 31.180 31.180
3 Sampel C 0.509 0.507 ≤ 1,0 % 44.319 44.319 ≤ 2,0 %
Rekoveri Presisi
Hasil Syara SBR Syara
(%) t (%) (%) t (%)
104.0
8
104.5 90-
2.76 5.3
3 107
103.9
0
104.1
7
104.2
8
104.3 90-
0.31 5.3
1 107
104.8
1
104.4
7
104.1
2
104.7 90-
0.32 5.3
6 107
104.7
4
104.5
4
retinoat yang terdapat pada krim pemutih wajah terhadap produk ilegal yang
beredar di kota Padang dan melihat apakah kadar hidrokuinon dan asam retinoat
melebihi ambang batas yang telah ditentukan oleh pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak dan kemudian dipilih 5 (lima) sampel produk krim pemutih
alir 0,5 mL/menit dan diukur pada panjang gelombang 266 nm.
kesesuaian sistem dilakukan untuk memastikan bahwa sistem dan prosedur yang
digunakan dapat memberikan data yang diterima (Gandjar dan Rohman. 2012).
Pada penelitian Hasil uji kesesuaian sistem pada asam retinoat memberikan nilai
SBR waktu retensi = 0,244 % dan SBR luas area = 0,948 % dan rata-rata faktor
ikutan (tailling factor) = 1,519 sedangkan terhadap hidrokuinon didapat nilai SBR
waktu retensi = 0,210 % dan SBR luas area = 0,509 % dan rata-rata faktor ikutan
semakin baik dan keadaan kromatografi yang ideal makin terpenuhi jika N >
yang dihasilkan simetris atau asimetris, semakin besar nilai T maka puncak yang
dihasilkan semakin asimetris, nilai T dipersyaratkan tidak lebih dari 2,0. Untuk
nilai simpangan baku relatif (SBR) United State Pharmacopeia (USP) menetapkan
mayor.
konsentrasi dan luas area yang didapatkan sehingga dapat dipakai untuk
mendapatkan nilai “x” yaitu kadar atau konsentrasi sampel. Sedangkan nilai
sempurna. Nilai yang didapat dari kurva kalibrasi dapat juga dipakai sebagai data
Pada uji penetapan kadar asam retinoat dan hidrokuinon secara simultan
terhadap krim pemutih wajah, sampel ditimbang sebanyak kurang lebih 1 gram,
kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, dilarutkan dengan asetonitril
persamaan regresi yang didapat dari kurva kalibrasi, didapatkan hasil yang terlhat
Dari hasil pengujian terhadap kelima sampel krim pemutih wajah hanya
sampel A dan C yang mengandung Asam Retinoat dan dengan kadar yang masih
dibawah batas persyaratan dari Badan POM, sementara hasil pengujian terhadap
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam bidang farmasi hidrokuinon dan asam retinoat banyak digunakan
sebagai bahan kosmetik. Pada penelitian ini sampel di ambil secara acak dan
kemudian dipilih 5 (lima) sampel produk krim pemutih wajah ilegal tanpa nomor
registrasi dari BPOM . Dari kelima sampel krim pemutih wajah yang telah di uji
hanya sampel A dan C yang mengandung Asam Retinoat, dimana pada sampel A
asam retinoat sebanyak 0,507%, kadar asam retinoat pada sampel A dan C masih
dibawah batas persyaratan dari Badan POM, sedangkan pada hasil pengujian
masih dibawah batas yang dipersyaratkan Badan POM, sementara pada sampel B
POM.
5.2 Saran
Bagi pelaku usaha sebaiknya menjual produk khusus kosmetik pemutih
wajah yang sesuai anjuran dari Menteri Keseharan atau Kepala Badan POM.
Sedangkan bagi konsumen sebaiknya lebih berhati-hati dan lebih teliti dalam
memilih produk kosmetik pemutih wajah. Sebaiknya saat membeli produk lihat
terlebih dahulu apa saja kandungan yang ada didalam komposisi kosmetik dan
jangan tergiur karena harga yang terjangkau. Apabila terdapat efek samping atau
kerugian yang diterima oleh konsumen sebaiknya melapor pada Kepada Badan
POM atau lembaga yang terkait agar segera ditindak lanjuti untuk mencegah
DAFTAR PUSTAKA
American Society of Health-System Pharmacy. 2010. AHFS Drug Information.
ASHP Inc : USA
Andriyani, Vina B. 2011. Identifikasi Asam Retinoat Dalam Krim Pemutih Wajah
Secara Kromotagrafi Lapis Tipis. Universitas Sumatera Utara : Medan
Badan POM. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. CV. Sagung Seto.
Jakarta
Badan POM RI. 2008. Bahan Berbahaya Dalam Kosmetik. In: Kosmetik Pemutih
(Whitening), Naturakos, Vol. III No.8. Edisi Agustus 2008 : Jakarta.
Briggs, Gg, et all. 2005. Drug in Pregnancy and Lactation, seventh edition.
Lippincott William& Wilkins. California.
Combs, GF. 2008. The Vitamin: Fundamental Aspects in Nutrition and health.
Third edition. Elsevier Academic Press. USA.
Evitderma. Bahaya Hidrokuinon Over dan Merkuri pada Kosmetik.
http://eviderma.net/index.phd?
option=com_conten&task=view&id=itemid =2. Diakses: 13 Mei 2010
Damanik B.T. dkk. (2011). Persepsi Remaja Putri di Kota Ambon Tentang Resiko
Terpapar Kosmetik Berbahaya dan Perilakunya Dalam Memilih dan
Menggunakan Kosmetik. Berita Kedokteran Masyarakat. Journal.
Scriptura.Vol.1 (1):14-24
Dorland. 2002. Kamus Saku Kedokteran Dorlan edisi 29. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Gandjar I.G,dkk.2008.Kimia Farmasi Analisa .Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Gandjar I.G dan A.Rohman.2012.Kimia Farmasi Analisa Cetakan X.Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Goenawan F. 2007. Ekonomi Politik Iklan di Indonesia Terhadap Konsep
Kecantikan..Journal.UGM. 27 (1) :1-8
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates
Harmita.2014.Analisa Fisikokimia,Kromatografi Vol.2.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hartono. 2009. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Health Today. 2009. Hati-hati Hidrokuinon Pada Krim Pemutih.
http://a11no4.wordpress.com/2009/12/25/hati-hati-Hidrokuinon-
padakrim-pemutih/. Diakses: 17 Desember 2010
Ibrahim, Slamet. Damayanti, Sophi. Riani, Yeni. 2004 ”Penetapan Kecermatan
dan Keseksamaan Metode Kolorimetri Menggunakan Pereaksi
Floroglusin untuk Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemutih”.
J. Acta Pharmaceutika Indonesia., Vol. XXIX, No. 1
Irawan, Daniel. Merkuri dan Hidrokuinon dalam Kosmetik.
http://danieldokter.Multiply.com/journal/item/63. Diakses: 26 Februari
2010
Ismayanti. 2007. Awas Bahaya Pemutih Pada Kosmetik.
http://cantiksehat.com/news/2007/02/15/awas-bahaya-pemutih-pada-
kosmetik/. Diakses: 26 Februari 2010
Katzung, G Bertram. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VI. Jakarata:
Buku Kedokteran EGC
Meyers R A. 2000. Encyclopedia of analytical chemistry, vol 5, New York :
John Wiley and Sons Ltd : 4066-4067.
Meyers RA. 2000. Enclyclopedia of analytical chemistry, vol 13, New York :
John Wiley and Sons Ltd :11428-11450.
Tranggano R. I, dan Latifah F. 2007.Buku Pegangan Ilmu Pengetauan Kosmetik.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Thiboutot, DM, et all, 2008. Neutrophil gelatinase-associated lipocalin mediates
13-cis retinoic acid-induced apoptosis of human sebaceous gland cells.
Abstract J. of Clinical Investigation.
http://www.fred.psu.edu/ds/retrieve/fred/publication/18317594
Wasitaatmadja M.S. 1997. Penutun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press: Jakarta.