Anda di halaman 1dari 45

Inflasi dan Pengendaliannya

Introduction to Central Bank II

Jakarta, 2018

Bahan ajar ini merupakan milik BI Institute dan digunakan untuk kepentingan pengajaran yang terkait
dengan BI Institute. Penggunaan materi di luar kegiatan BI Institute perlu mendapat persetujuan.
2

Tujuan Pengajaran

Peserta memahami :
1. Konsep dan dasar teori mengenai inflasi
2. Komponen inflasi
3. Faktor-faktor penyebab inflasi
4. Sekilas Kebijakan Bank Indonesia untuk pengendalian
inflasi

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


3

Outline Pengajaran

Pengantar: Konsep dan Teori Inflasi


Inflasi Indonesia:
1. Pengukuran Inflasi di Indonesia
2. Dinamika dan Karakteristik Inflasi
3. Determinan Inflasi
Inflasi Daerah

Pengendalian Inflasi di Indonesia


1. Kebijakan Moneter untuk Pengendalian Inflasi
2. Mekanisme Penetapan Sasaran Inflasi
3. Tantangan Pengendalian Inflasi
4. Mekanisme Kerja Pengendalian Inflasi

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


4

PENGANTAR

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


5
Apakah Tujuan Bank Indonesia?

Stabilitas Thd
Harga Barang Kestabilan nilai rupiah
dan Jasa terhadap barang dan jasa,
Menjaga dan diukur dengan atau tercermin
dari perkembangan laju inflasi
Memelihara Inflasi
Stabilitas Nilai
Stabilitas
Rupiah Terhadap Mata Kestabilan nilai rupiah terhadap
Uang Negara Lain mata uang negara lain, diukur
dengan atau tercermin dari
Nilai Tukar perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


6

Konsep & Definisi Inflasi


Inflasi:
 Kenaikan tingkat harga secara umum dan terus menerus dalam jangka
waktu tertentu
 Suatu keadaan dimana nilai uang mengalami penurunan

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada
barang lainnya.

Aspek penting dalam pengertian inflasi:

terus-menerus
…..perubahan harga yang bersifat

…..kenaikan harga secara umum

6
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
7
Konsep Dan Definisi Inflasi
Mengapa perlu menjaga inflasi yang rendah ?

• Inflasi menurunkan daya beli


• Kesenjangan pendapatan melebar
 Menghambat investasi produktif
• Mengurangi keinginan masyarakat untuk menabung
• Berkurangnya daya saing produk nasional

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


8
8

Indikator Inflasi
 Indeks Harga Konsumen (IHK)
- Indeks harga yang paling umum digunakan
- Menggambarkan perubahan harga dari sekeranjang barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat.

 Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)


- Menggambarkan besarnya perubahan harga di tingkat pedagang
besar (harga grosir) dari komoditi yang diperdagangkan di suatu
negara/daerah

 Indeks Harga Produsen (IHP)


- Menggambarkan perubahan tingkat harga yang terjadi di tingkat
produsen

Catatan: Semua indikator inflasi diukur menggunakan tahun dasar


(base year).

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


9
9

Indikator Inflasi

 Deflator PDB
o Menggambarkan perkembangan harga barang dan jasa final
yang masuk dalam perhitungan PDB.
o Deflator PDB = (PDB nominal / PDB riil )

 Indeks Harga Asset


o Indikator untuk menggambarkan pergerakan harga aset baik
aset properti dan saham

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


10

Teori Inflasi
1. Teori Monetaris (Classical Theory on Inflation)
• Teori Klasik disebut juga dengan Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory Of
Money)
• Tingkat harga secara umum ditentukan dari interaksi antara penawaran
(supply) dan permintaan (demand) dari uang.
• Tingkat harga atau laju inflasi hanya akan berubah apabila jumlah uang
beredar tidak sesuai dengan jumlah yang diminta atau diperlukan oleh
suatu perekonomian.
Interaksi Kurva Permintaan dan Penawaran Uang Dampak Kebijakan Moneter Bank Sentral

10
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
11
11

Teori Inflasi
2. Teori Non-Monetarist (Keynessian Theory dan Stucturalist Theory)

 Teori Keynesians :
• Inflasi terjadi ketika permintaan total (aggregate demand) dari barang dan
jasa melebihi penawaran total (aggregate supply) saat keadaan full
employment atau melebihi output potensialnya.
• Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat harga seperti
pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) pengeluaran untuk investasi (I),
pengeluaran pemerintah (G) dan pajak (T).

 Teori Strukturalist
• Inflasi terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam sistem
perekonomian.
• Merupakan teori inflasi jangka panjang, karena menyoroti sebab-sebab
inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi.
• Inflasi bukan semata-mata fenomena moneter, tetapi juga merupakan
fenomena struktural.

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


12
12

Teori Inflasi
Secara umum perbedaan Pendekatan Keynesian dibandingkan Pendekatan
Monetarist (Klasik) adalah:
Monetarist Keynessian
Output aktual (penawaran agregat) Output potensial ( Yp ) hanya berfungsi
selalu sama dengan output sebagai output nasional (abstrak)
potential ( Ya = Yp ) maksimum dalam jangka pendek
sehingga tidak selalu sama dengan
output aktual.

Kelebihan peningkatan kuantitas Kelebihan peningkatan total


uang adalah satu-satunya pengeluaran (expenditure) seperti
penyebab terjadinya kenaikan investasi (I) dan pengeluaran
harga atau inflasi pemerintah (G) adalah sumber
penyebab kelebihan permintaan total
yang akhirnya menyebabkan inflasi.

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


13

Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari:
 Sisi penawaran (cost push inflation)
 Sisi permintaan (demand pull inflation), dan
 Ekspektasi inflasi.

Cost Push Inflation :


Ciri-ciri: Kenaikan harga barang input dan faktor produksi mendahului kenaikan
harga output Price
S2
 Dapat disebabkan oleh:
S1
 depresiasi nilai tukar,
E2
 dampak inflasi luar negeri terutama P2
negara-negara partner dagang, P1 E1
peningkatan harga-harga komoditas
yang diatur pemerintah (administered D2
price),
D1
 negative supply shocks akibat bencana
alam dan terganggunya distribusi. Q1 Q2 Output

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


14

Determinan Inflasi
Demand Pull Inflation
 Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan barang dan
jasa meningkat.
 Ciri-ciri: Kenaikan harga barang output mendahului kenaikan harga
barang input & faktor produksi.

 Faktor penyebab terjadi demand pull


Price
inflation a.l :
S
 Tingginya permintaan barang dan
jasa relatif terhadap E2
P2
ketersediaannya.
E1
 Dalam konteks makroekonomi, P1
kondisi ini digambarkan oleh output
D2
riil yang melebihi output
potensialnya atau permintaan total D1
(aggregate demand) lebih besar dari Output
Q1 Q2
pada kapasitas perekonomian
(aggregate supply).
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
15

Determinan Inflasi

Ekspektasi Inflasi
 Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif
atau forward looking.

 Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat


produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-
hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan
penentuan upah minimum regional (UMR).

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


16
16

Disagregasi Inflasi
Inflasi umumnya dibagi berdasarkan karakteristik atau sifat perubahan
harga dari kelompok barang dan jasanya. Disagregasi inflasi yang
umum adalah sbb:
1. Inflasi Inti
 Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam
pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental,
seperti:
 Interaksi permintaan-penawaran
 Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi
internasional, inflasi mitra dagang
 Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
 Menggambarkan trend pergerakan inflasi dalam jangka panjang

Inflasi inti mencerminkan karakteristik perkembangan harga


yang bersifat persistent, maka dapat digunakan sebagai salah
satu anchor dalam pelaksanaan kebijakan moneter.

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


17
17

Komponen Inflasi
2. Inflasi Non-Inti
Komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh
faktor non-fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari:
 Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) :
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok
bahan makanan (gangguan alam, gagal panen, perkembangan harga
pangan global, dst.)
 Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices):
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks kebijakan harga
Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan,
tarif pajak, dll.

No Komponen Jumlah Bobot Contoh


Komoditas
1 Inti (Core) 751 61,7% Pakaian, mobil, alat elektronik spt televisi, radio, dsb.
2 Volatile Food (VF) 85 18,51% Beras, bawang merah, bawang putih, cabai, daging sapi,
daging ayam, dsb.
3 Administered 23 19,7% Bensin, Solar, Bahan Bakar Rumah Tangga (LPG, minyak
Prices (AP) tanah), Berbagai Tarif Angkutan, Tarif Tol, Tarif Parkir dsb.
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
1
8

INFLASI DI INDONESIA

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Pengukuran Inflasi Indonesia 19

METODE PERHITUNGAN

 Di Indonesia tingkat inflasi dihitung menggunakan Indeks Harga Konsumen


(IHK)
 Rumus yang digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK)
adalah metode Laspeyers yang dimodifikasi (Modified Laspeyers).

𝑘 𝑃𝑛𝑖
𝑖=1 𝑃 𝑃 𝑛−1 𝑖 . 𝑄𝑖 Dimana :
𝑛−1 𝑖 Inflasin = Inflasi periode n
𝐼𝐻𝐾𝑛 = 𝑘 𝑥100 IHKn = Indeks harga konsumen peride n
𝑖=1 𝑃𝑜.𝑖 . 𝑄0,𝑖 IHKn-1 = Indek harga konsumen periode n-1
RHn = Harga relatif periode n
NK0 = Nilai konsumsi periode th dasar
𝑅𝐻𝑛 𝑥 𝑁𝐾𝑛−1 NKn-1 = Nilai konsumsi periode n-1
𝐼𝐻𝐾𝑛 = Pni = Harga barang i pada periode n
𝑁𝐾0 P(n-1) i. = Harga barang i pada periode n-1
P(n-1),iQ 0,i = Nilai konsumsi barang i pada periode n-1
P0,iQ0,i = Nilai konsumsi barang i periode th dasar
𝐼𝐻𝐾𝑛 − 𝐼𝐻𝐾𝑛−1 K = Jumlah barang dalam keranjang komoditas
𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑛 =
𝐼𝐻𝐾𝑛−1
 Rumus tersebut mengacu pada CPI Manual yang diterbitkan oleh
International Labor Organization (ILO).

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Penghitungan Inflasi 20

Rumus inflasi :

 Bulanan (m-t-m)
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑚𝑡𝑚 = − 1 𝑥 100%
𝐼𝐻𝐾𝑁𝑜𝑣,2016

 Triwulanan (q-t-q)
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑞𝑡𝑞 = − 1 𝑥 100%
𝐼𝐻𝐾𝑆𝑒𝑝𝑡,2016

 Tahunan (y-o-y)
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑦𝑜𝑦 = − 1 𝑥 100%
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2015

 Year-to-date (y-t-d)

𝐼𝐻𝐾𝑀𝑎𝑟,2017 − 𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑦𝑡𝑑 = 𝑥100%
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Data Inflasi 21

Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Sub Kelompok

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


22
Ilustrasi
𝑃
𝐼𝐻𝐾𝑛 = ( 𝑃𝑛 )*100 Dimana 𝑃𝑛 = tingkat harga pada tahun n
0
𝑃0 = tingkat harga pada tahun dasar

Jika tingkat harga pada tahun ke ke n = Rp 250


Tingkat harga pada tahun ke dasar = Rp. 225
Maka indeks harga = 111
Indeks harga pada tahun dasar adalah 100

Tahun Dasar (2012) Tahun 2013


Kelompok Nilai Konsumsi Harga Jumlah Harga Jumlah
Bahan makanan 18,85 8000 1508 8100 1526,85
Makanan jadi, minuman, tembakau 16,19 5000 809,5 5100 825,69
Perumahan 25,37 10000 2537 10100 2562,37
Sandang 7,25 3000 217,5 3050 221,125
Kesehatan 4,73 3000 141,9 3100 146,63
Pendidikan dan olah raga 8,46 5000 423 5200 439,92
Transportasi dan Komunikasi 19,15 2000 383 2100 402,15
Jumlah 100 6019,9 6124,735

Indeks harga tahun 2013 = (6124,7 / 6019,9)*100 = 101,74

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Pengelompokan Inflasi IHK 23

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokkan ke


dalam 7 kelompok pengeluaran (disurvei melalui Survei Biaya
Hidup / SBH ) yaitu :
• Bahan Makanan
• Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
• Perumahan
• Sandang
• Kesehatan
• Pendidikan dan Olah Raga
• Transportasi dan Komunikasi

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Perbandingan Survey Biaya Hidup (SBH) 24
24

Bobot 7 Kelompok IHK

SBH 2002 SBH 2007 SBH 2012


KELOMPOK PENGELUARAN
(%) (%) (%)
UMUM/TOTAL 100,00 100,00 100,00
1. Bahan Makanan 25,50 19,57 18,85

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 17,88 16,55 16,19

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 25,59 25,41 25,37

4. Sandang 6,41 7,09 7,25


5. Kesehatan 4,31 4,45 4,73
6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 6,04 7,81 8,46
7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sertifikasi
14,27 Kebanksentralan
19,12 - 2016
19,15
Rencana SBH 2018 25

BPS akan melakukan SBH 2018 untuk merespon perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi masyarakat, perubahan transaksi ekonomi dari manual ke digital dan dalam
rangka ketersediaan data administrasi yang lebih baik.
• Perubahan pola konsumsi, gaya hidup, dan transaksi mengakibatkan paket komoditas dan
diagram timbang hasil SBH 2012 sudah tidak sesuai lagi untuk menggambarkan keadaan
saat ini secara tepat, dan akan diganti dengan SBH 2018.
• SBH 2018 mencakup lebih banyak kota, pasar online, dan data lembaga
pemerintah/regulator serta pelaku usaha, seperti tarif angkutan udara (Kemenhub dan
operator penerbangan), tarif telekomunikasi (Kemenkominfo dan operator telekomunikasi)
dll.

SBH 2012 SBH 2018


Cakupan Wilayah 82 Kota: 90 Kota:
• 33 Ibukota Provinsi • 34 Ibukota Provinsi
• 49 Kota Besar Lainnya • 56 Kota Besar Lainnya
Paket Komoditas 859 Barang Dan Jasa (Menunggu Hasil Survei)
Lokasi • 198 Pasar Tradisional Selain lokasi di SBH 2012, juga
• 184 Pasar Modern akan memasukkan pasar
• 18210 Outlet/Web online berdasarkan hasil SBH
2018

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Dinamika Inflasi Indonesia 26

Inflasi IHK Indonesia Inflasi Sebelum dan Sesudah Krisis 97/98

% Hyperinflasi
Peristiwa
Gunting
Syafrudin

Boom harga minyak


dunia dan Indonesia
Krisis Moneter
saat itu sbg negara
Asia
pengekspor

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Dinamika Inflasi Indonesia 27

Secara tahunan inflasi IHK Juni’18 mencapai 3,12% (yoy), masih berada dalam kisaran
sasaran inflasi..
• Terkendalinya inflasi IHK didukung oleh tetap rendahnya inflasi inti dan melambatnya inflasi AP di tengah
meningkatnya inflasi VF.
• Inflasi inti Juni melambat menjadi 2,72% (yoy), masih di bawah rezim sangat rendah inflasi inti (sejak
Sept’16) sebesar 3,28% (yoy).
• Perlambatan inflasi AP telah terjadi sejak Juli 2017 seiring berlalunya dampak kenaikan listrik pada 2017.
• Inflasi VF Juni kembali meningkat setelah bulan Mei mengalami perlambatan. Tren peningkatan inflasi VF
terjadi sejak awal tahun.

Perkembangan Inflasi

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Dinamika Inflasi Indonesia 28

Inflasi tercapai sesuai sasarannya dalam tiga tahun terakhir..

• Ke depan, target inflasi ditetapkan Inflasi dan Sasaran Inflasi


menurun (challenging). Pencapaian
dalam 3 tahun terakhir perlu
dipertahankan untuk menjaga
kredibilitas dan ekspektasi inflasi.

• Terlewatinya sasaran inflasi secara


umum disebabkan oleh inflasi AP.
Pada episode lainnya terlewatinya
sasaran inflasi disebabkan oleh inflasi
VF karena gangguan suplai seperti
cuaca dan kebijakan VF sendiri.

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Perbandingan Inflasi di Kawasan 29

Dibandingkan negara anggota ASEAN 5, inflasi IHK Indonesia dan Filipina merupakan
yang tertinggi..
%,yoy Indonesia %,yoy Malaysia Philippines
18,00 %,yoy
5,00
9,00
16,00 4,50
8,00
14,00 4,00
7,00
12,00 3,50 3,51
6,00
10,00 3,00
5,00
8,00 2,50
4,00 3,62
6,00 2,00
3,61 1,50 3,00
4,00
1,00 2,00
2,00 1,00
0,50
0,00 0,00
0,00

2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
%,yoy
Vietnam
%,yoy
Singapore Thailand 25,00
%,yoy
6,00 7,00
5,00 6,00 20,00
5,00
4,00 15,00
4,00
3,00 3,00
2,00 2,00 10,00
0,78
1,00
1,00 0,38
0,00 5,00
0,00 -1,00
-2,00 0,00 2,60
-1,00

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Mengapa Inflasi di Indonesia Lebih Tinggi? 30

Tingginya inflasi IHK di Indonesia salah satunya tercermin dr tingginya level harga beras. Harga beras di Indonesia
lebih tinggi dibandingkan negara lain disebabkan oleh tingginya biaya produksi dan pemasaran beras (IRRI, 2016)
• Komponen terbesar dari biaya produksi
adalah biaya tenaga kerja (akibat Harga Beras
mekanisasi rendah, bukan upah/buruh
yg tinggi) dan sewa lahan.
• Komponen terbesar dari biaya pemasaran
adalah biaya pengeringan, biaya
transportasi, biaya penggilingan dan
biaya penyimpanan. Sementara marjin
relatif lebih rendah dari negara lain.

Biaya Produksi Beras Biaya Pemasaran Beras

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Sumber: IRRI, 2016
Determinan Inflasi Indonesia 31

Ekspektasi inflasi merupakan faktor utama dalam pembentukan inflasi di Indonesia..


• Peran ekspektasi inflasi ke depan semakin Ekspektasi Inflasi
meningkat di tengah peran economic slack dan
harga komoditas non migas impor yang
menurun.
• Meningkatnya peran ekspektasi inflasi ke depan
seiring dengan perbaikan kerangka kebijakan
moneter dan strategi komunikasi yg dilakukan
oleh BI.
• Terjangkarnya ekspektasi inflasi dalam tiga Sumber: Consensus Forecast
tahun terakhir seiring dengan tercapainya
realisasi inflasi.
Determinan Inflasi Indonesia Determinan Inflasi Indonesia

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Sumber: Monetary Policy and Inflation Dynamics in ASEAN Economies, IMF Working Paper, June 2018
32
32

INFLASI DAERAH

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


33

Inflasi Daerah
• Perkembangan inflasi nasional tidak terlepas dari dinamika perkembangan inflasi yang
terjadi di daerah.
• Inflasi nasional merupakan hasil penggabungan (agregasi) dari inflasi di daerah dengan
pembobotan tertentu*). Pada saat ini, penghitungan inflasi nasional oleh BPS
didasarkan atas inflasi di 82 kota dengan bobot terbesar berada di Jawa (64,08%).

23 kota 9 kota
Bobot 5,95% 11 kota
Bobot 18,46% Bobot 5,59% 7 kota
Bobot 1,80%

26 kota
Bobot 64,08% 6 kota
Bobot 4,12%
*) Pembobotan dihitung berdasarkan dari Nilai Konsumsi di suatu daerah yang secara
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
sederhana mencerminkan aktivitas ekonomi di masing-masing daerah
34

Karakteristik Inflasi Daerah


• Perkembangan inflasi di Jawa cenderung berada di bawah inflasi nasional sementara
daerah-daerah di luar Jawa justru berada di atas nasional, terutama di Kalimantan dan
Kawasan Timur Indonesia (KTI)
• Perbedaan inflasi antardaerah mencerminkan adanya karakteristik sumber tekanan harga
yang berbeda a.l. karena perbedaan kualitas infrastruktur logistik, kemampuan produksi
pangan lokal, kebijakan administered price di daerah, dan juga struktur pasar di daerah.

Dinamika Inflasi Daerah Indonesia Per Kawasan Periode 2011-2017

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


35
35

PENGENDALIAN INFLASI DI
INDONESIA

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


36

Koordinasi dalam pengendalian inflasi


BI berperan dalam mengendalikan ekspektasi inflasi, mengelola permintaan dan stabilisasi nilai tukar. Pemerintah
berperan dalam mengendalikan ekspektasi inflasi dan mengelola penawaran (pasokan, distribusi, konektivitas, rantai
perdagangan, subsidi).

Stakeholder
Determinan

Bank Indonesia Output gap


Kebijakan Moneter

Nilai Tukar Rupiah

Inflasi Inti
Harga Global/
Imported Inflation
Pemerintah Pusat
Ekspektasi Inflasi
Kebijakan Fiskal

Pemerintah Daerah
Penyesuaian Harga oleh
(PEMDA) Inflasi Adm Prices Inflasi IHK
Pemerintah

Shocks
Produksi DN

Kementerian dan Inflasi Volatile Food


Kebijakan
Lembaga Sektoral Impor

Permintaan

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


37

Prinsip dasar Kebijakan Moneter


Prinsip dasar kebijakan moneter adalah mengelola kegiatan ekonomi dari sisi
permintaan dalam rangka memperlunak “fluktuasi’ kegiatan ekonomi  dikenal
sebagai kebijakan moneter counter-cyclical
− Menjadi pendorong pemulihan di kala ekonomi mengalami resesi melalui
kebijakan moneter yang ekspansif;
− Menjadi pengendali perlambatan dikala ekonomi mengalami pemanasan
atau overheating melalui kebijakan moneter yang kontraktif;

INTERAKSI PERMINTAAN-PENAWARAN SIKLUS BISNIS

P
(Harga) Penawaran

DP1

Permintaan

DY
Y (Output)

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


38

Kebijakan Moneter untuk Pengendalian Inflasi


Inflasi yang tinggi seperti pada tahun 2005, 2008, 2010, 2013 dan 2015 direspon dengan kebijakan
moneter kontraksioner yaitu dengan meningkatkan suku bunga acuan (BI Rate) untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar. Pada 19 Agustus 2016, mulai berlaku 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai
suku bunga acuan yg baru.

Sumber : Bank Indonesia

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


39
Struktur Tim Pengendalian Inflasi Nasional
Koordinasi Pengendalian Inflasi diperkuat dengan landasan hukum berupa Perpres No.23/2017 tentang Tim
Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN)
Presiden

Keppres No.23/2017 TPI Pusat (TPIP) TPIN


Ketua : Menko Perekonomian Anggota TPIP: 1) Men. Perdagangan, 2) Men.
Wakil I : Gubernur BI Pertanian, 3) Men. Perhubungan, 4) Men. ESDM, 5)
Wakil II : Menkeu
Men. PPN/Ka Bappenas, 6) Men. PUPR, 7) Men.
Wakil III : Mendagri
BUMN, 8) Sekr. Kabinet, 9) Kapolri.
Kepmenko No.148/2017 Anggota : 9 Menteri/Kepala Lembaga
Pokja Pusat Sekretariat Pokja Daerah
Ketua : Kepala BKF, Kemenkeu Ketua : Deputi Koord. Bid. Ekonomi, Makro Ketua : Dirjen Bangda, Kemendagri
Wakil : Kepala DKEM, BI dan Keuangan, Kemenko Wakil : Kepala DKEM, BI
Anggota : 30 Pejabat Eselon I, II, dan III K/L Wakil I : Asdep Mon. & Nrc Pembayaran, Kemenko Anggota : 9 Pejabat Eselon I, II, dan III
anggota TPIP Anggota : 5 Pejabat Eselon II dan III K/L anggota TPIP K/L anggota TPIP, termasuk
termasuk Kadiv DAIN DKEM-BI termasuk Kepala GAE-DKEM-BI Kadiv DAER-DKEM-BI

Kepmendagri No. 500.05-8135/2017


melalui Ketua : Gubernur (pelaksana harian: Sekretaris Daerah
Prov)
melalui
TPID Provinsi TPID Provinsi
Wakil : Kepala KPw BI Provinsi
Sekretaris : Ka Biro yg membidangi Perek. Sekretariat Daerah
Prov
TPID Kab./Kota Anggota : Ka Perangkat Daerah di Prov TPID Kab./Kota
Ketua : Bupati/Walikota (pelaksana harian: Sekretaris Keterangan:
Permenko Wakil
Daerah Kab./Kota)
: Pejabat KPw BI*
mekanisme pelaporan
Forum Rapat Koordinasi:
Sekretaris : Asisten Daerah Kab./Kota yg membidangi Perek.
Anggota : Ka Perangkat Daerah di Kab/Kota
* Bupati/Walikota dalam menunjuk wakil ketua, melakukan koordinasi secara tertulis kepada Kepala KPw BI di wilayahnya masing-masing.
Catatan:
1. Keppres No.23/2017 Tentang Tim Pengendalian Inflasi Nasional (TPIN)
2. Kepmenko No.148/2017 tentang Tugas & Keanggotaan Kelompok Kerja dan Sekretariat TPIP
3. Permenko tentang tentang Mekanismen dan Tata Kerja TPIP, TPID Prov/Kab/Kota
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
4. Kepmendagri No.500.05-8135/2017 tentang Tim Pengendalian Inflasi Daerah
40
Tugas Tim Pengendalian Inflasi Nasional

Tugas Tim Pengendalian Inflasi Nasional


TPID PROVINSI
TPID KABUPATEN/KOTA
1. melakukan pengumpulan data dan
1. melakukan pengumpulan data dan informasi perkembangan harga
TIM PENGENDALIAN INFLASI
informasi perkembangan harga barang kebutuhan pokok dan penting
PUSAT
barang kebutuhan pokok dan serta jasa pada tingkat
1. melakukan koordinasi dan penting serta jasa pada tingkat kabupaten/kota;
sinkronisasi perencanaan, provinsi;
pengendalian, dan 2. menyusun kebijakan pengendalian
pencapaian sasaran inflasi 2. menyusun kebijakan pengendalian inflasi pada tingkat kabupaten/kota
yang ditetapkan oleh inflasi pada tingkat provinsi dengan dengan memperhatikan kebijakan
pemerintah; memperhatikan kebijakan pengendalian inflasi nasional dan
pengendalian inflasi nasional; pengendalian inflasi pada tingkat
2. melakukan langkah-langkah provinsi;
penyelesaian hambatan dan 3. melakukan upaya memperkuat
permasalahan dalam rangka sistem logistik pada tingkat 3. melakukan upaya memperkuat
perencanaan, pengendalian, provinsi; sistem logistik pada tingkat
dan pencapaian sasaran 4. melakukan koordinasi dengan Tim kabupaten/kota
inflasi yang ditetapkan oleh Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim 4. melakukan koordinasi dengan Tim
pemerintah; dan Pengendalian Inflasi Daerah Pengendalian Inflasi Pusat dan Tim
3. melakukan pemantauan dan Kabupaten/Kota; dan/atau Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi;
evaluasi terhadap 5. melakukan langkah-langkah dan/atau
pengendalian dan lainnya dalam rangka penyelesaian 5. melakukan langkah-langkah lainnya
pencapaian sasaran inflasi. hambatan dan permasalahan dalam rangka penyelesaian
pengendalian inflasi pada tingkat hambatan dan permasalahan
provinsi. pengendalian inflasi pada tingkat
kabupaten/kota.
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
Fokus Program Pengendalian Inflasi “4K” 41

• Transparansi proses pembentukan harga (penerapan proses


KETERJANGKAUAN lelang di sentra distribusi/pasar induk).
• Program stabilisasi harga (penguatan peran lembaga daerah
HARGA
dengan pemberian kewenangan dan alokasi anggaran).

• Menjaga ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok.


• Menguatkan komitmen dan merealisasikan kerjasama
KETERSEDIAAN
perdagangan dengan daerah pemasok.
PASOKAN
• Membangun sistem cadangan pangan utk komoditas strategis.

• Peningkatan dan pembenahan infrastruktur barang (akses ke


KELANCARAN pelabuhan dan sentra industri/logistik).
DISTRIBUSI • Kerjasama dengan aparat terkait dalam kelancaran dan
keamanan distribusi barang (termasuk pemberantasan
penimbunan stok).

KOMUNIKASI • Penguatan komunikasi melalui Pengembangan Pusat Informasi


EFEKTIF Harga Pangan Strategis (PIHPS).

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


Mekanisme Penetapan Sasaran Inflasi 42

Dasar Hukum Penetapan Sasaran Inflasi


 UU No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, sebagai amandemen UU No.23/1999.
Penjelasan pasal 10 huruf a: Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Pemerintah. Dalam
menetapkan sasaran laju inflasi, Pemerintah berkoordinasi dengan Bank Indonesia.
 Nota Kesepahaman GBI dgn Menkeu
 Nota Kesepahaman tentang “Mekanisme Penetapan Sasaran, Pemantauan dan
Pengendalian Inflasi di Indonesia” tanggal 1 Juli 2004 oleh Boediono (selaku Menkeu)
dan Burhanuddin Abdullah (selaku GBI).
 Berdasarkan Nota Kesepahaman tsb:
 Bank Indonesia menyampaikan usulan sasaran inflasi kepada Pemerintah secara
tertulis pada bulan Mei tahun sebelum berlakunya periode sasaran inflasi.
 Selanjutnya, Pemerintah menetapkan Sasaran Inflasi melalui Peraturan Menteri
Keuangan dan mengumumkannya kepada publik pada bulan Juli pada tahun
sebelum berlakunya Periode Sasaran Inflasi.
 Sasaran Inflasi yang saat ini berlaku termuat dalam PMK No. 93/PMK.011/2014 ttg
Sasaran inflasi tahun 2016, 2017 dan 2018 yaitu sebesar 4,0% + 1%, 4,0% + 1%, dan 3,5%
+ 1%.
 Sasaran inflasi tahun 2019, 2020 dan 2021 telah ditetapkan yaitu: 3,5% + 1%, 3,0% + 1%,
3,0% + 1% (berdasarkan PMK No. 124/PMK.010/2017 ttg Sasaran inflasi tahun 2019,
2020 dan 2021.

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


43

Dasar Penetapan Sasaran Inflasi


Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penetapan sasaran inflasi
di Indonesia:
1. Karakteristik Inflasi
 Peran sisi supply yang sangat dominan.
 Persistensi inflasi masih cukup tinggi (sekitar 0,8 – 0,9)

2. Transmisi Kebijakan Moneter


 Sensitivitas inflasi thd BI Rate relatif kecil, terutama dalam situasi ekses
likuiditas
 Dinamika inflasi dipengaruhi secara signifikan oleh siklus perkembangan
besaran moneter
3. Faktor Risiko
 Tingginya ketidakpastian ekonomi global yg berpengaruh pd harga komoditas dan
nilai tukar
 Masih tingginya ketidakpastian kebijakan energi nasional dan proyek
infrastruktur
4. Kredibilitas Bank Indonesia
 Dalam kurun 10 tahun (2005 – 2015) sejak implementasi Inflation Targeting
Framework, inflasi berada dalam rentang sasarannya pada 2007, 2009, 2011,
2012, 2015, 2016
 Hasil asesmen : BI dipandang cukup kredibel, terkecuali pada periode adanya
kenaikan administered prices (BBM) Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
44

Terima Kasih

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016


45
Ilustrasi

 Penghasilan anda meningkat dari Rp. 2.000.0000 menjadi Rp.


2.100.000.
 Inflasi sebesar 6%.
 Apakah anda menjadi lebih baik dengan penambahan penghasilan atau
tidak ?

Jawab :
 Peningkatan penghasilan =
(2.100.000−2.000.000)
x 100 % = 5%
2.000.000

 Inflasi 6%
 Kondisi tidak membaik karena kenaikan penghasilan tidak dapat
mengimbangi kenaikan harga2 barang yang sebesar 6%.

Sertifikasi Kebanksentralan - 2016

Anda mungkin juga menyukai