Jakarta, 2018
Bahan ajar ini merupakan milik BI Institute dan digunakan untuk kepentingan pengajaran yang terkait
dengan BI Institute. Penggunaan materi di luar kegiatan BI Institute perlu mendapat persetujuan.
2
Tujuan Pengajaran
Peserta memahami :
1. Konsep dan dasar teori mengenai inflasi
2. Komponen inflasi
3. Faktor-faktor penyebab inflasi
4. Sekilas Kebijakan Bank Indonesia untuk pengendalian
inflasi
Outline Pengajaran
PENGANTAR
Stabilitas Thd
Harga Barang Kestabilan nilai rupiah
dan Jasa terhadap barang dan jasa,
Menjaga dan diukur dengan atau tercermin
dari perkembangan laju inflasi
Memelihara Inflasi
Stabilitas Nilai
Stabilitas
Rupiah Terhadap Mata Kestabilan nilai rupiah terhadap
Uang Negara Lain mata uang negara lain, diukur
dengan atau tercermin dari
Nilai Tukar perkembangan nilai tukar rupiah
terhadap mata uang negara lain
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi
kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada
barang lainnya.
terus-menerus
…..perubahan harga yang bersifat
6
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
7
Konsep Dan Definisi Inflasi
Mengapa perlu menjaga inflasi yang rendah ?
Indikator Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK)
- Indeks harga yang paling umum digunakan
- Menggambarkan perubahan harga dari sekeranjang barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Indikator Inflasi
Deflator PDB
o Menggambarkan perkembangan harga barang dan jasa final
yang masuk dalam perhitungan PDB.
o Deflator PDB = (PDB nominal / PDB riil )
Teori Inflasi
1. Teori Monetaris (Classical Theory on Inflation)
• Teori Klasik disebut juga dengan Teori Kuantitas Uang (Quantity Theory Of
Money)
• Tingkat harga secara umum ditentukan dari interaksi antara penawaran
(supply) dan permintaan (demand) dari uang.
• Tingkat harga atau laju inflasi hanya akan berubah apabila jumlah uang
beredar tidak sesuai dengan jumlah yang diminta atau diperlukan oleh
suatu perekonomian.
Interaksi Kurva Permintaan dan Penawaran Uang Dampak Kebijakan Moneter Bank Sentral
10
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
11
11
Teori Inflasi
2. Teori Non-Monetarist (Keynessian Theory dan Stucturalist Theory)
Teori Keynesians :
• Inflasi terjadi ketika permintaan total (aggregate demand) dari barang dan
jasa melebihi penawaran total (aggregate supply) saat keadaan full
employment atau melebihi output potensialnya.
• Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat harga seperti
pengeluaran konsumsi rumah tangga (C) pengeluaran untuk investasi (I),
pengeluaran pemerintah (G) dan pajak (T).
Teori Strukturalist
• Inflasi terjadi karena adanya ketidakseimbangan dalam sistem
perekonomian.
• Merupakan teori inflasi jangka panjang, karena menyoroti sebab-sebab
inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi.
• Inflasi bukan semata-mata fenomena moneter, tetapi juga merupakan
fenomena struktural.
Teori Inflasi
Secara umum perbedaan Pendekatan Keynesian dibandingkan Pendekatan
Monetarist (Klasik) adalah:
Monetarist Keynessian
Output aktual (penawaran agregat) Output potensial ( Yp ) hanya berfungsi
selalu sama dengan output sebagai output nasional (abstrak)
potential ( Ya = Yp ) maksimum dalam jangka pendek
sehingga tidak selalu sama dengan
output aktual.
Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari:
Sisi penawaran (cost push inflation)
Sisi permintaan (demand pull inflation), dan
Ekspektasi inflasi.
Determinan Inflasi
Demand Pull Inflation
Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan barang dan
jasa meningkat.
Ciri-ciri: Kenaikan harga barang output mendahului kenaikan harga
barang input & faktor produksi.
Determinan Inflasi
Ekspektasi Inflasi
Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat
dan pelaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif
atau forward looking.
Disagregasi Inflasi
Inflasi umumnya dibagi berdasarkan karakteristik atau sifat perubahan
harga dari kelompok barang dan jasanya. Disagregasi inflasi yang
umum adalah sbb:
1. Inflasi Inti
Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam
pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental,
seperti:
Interaksi permintaan-penawaran
Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi
internasional, inflasi mitra dagang
Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen
Menggambarkan trend pergerakan inflasi dalam jangka panjang
Komponen Inflasi
2. Inflasi Non-Inti
Komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena dipengaruhi oleh
faktor non-fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari:
Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) :
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok
bahan makanan (gangguan alam, gagal panen, perkembangan harga
pangan global, dst.)
Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered Prices):
Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks kebijakan harga
Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan,
tarif pajak, dll.
INFLASI DI INDONESIA
METODE PERHITUNGAN
𝑘 𝑃𝑛𝑖
𝑖=1 𝑃 𝑃 𝑛−1 𝑖 . 𝑄𝑖 Dimana :
𝑛−1 𝑖 Inflasin = Inflasi periode n
𝐼𝐻𝐾𝑛 = 𝑘 𝑥100 IHKn = Indeks harga konsumen peride n
𝑖=1 𝑃𝑜.𝑖 . 𝑄0,𝑖 IHKn-1 = Indek harga konsumen periode n-1
RHn = Harga relatif periode n
NK0 = Nilai konsumsi periode th dasar
𝑅𝐻𝑛 𝑥 𝑁𝐾𝑛−1 NKn-1 = Nilai konsumsi periode n-1
𝐼𝐻𝐾𝑛 = Pni = Harga barang i pada periode n
𝑁𝐾0 P(n-1) i. = Harga barang i pada periode n-1
P(n-1),iQ 0,i = Nilai konsumsi barang i pada periode n-1
P0,iQ0,i = Nilai konsumsi barang i periode th dasar
𝐼𝐻𝐾𝑛 − 𝐼𝐻𝐾𝑛−1 K = Jumlah barang dalam keranjang komoditas
𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑛 =
𝐼𝐻𝐾𝑛−1
Rumus tersebut mengacu pada CPI Manual yang diterbitkan oleh
International Labor Organization (ILO).
Rumus inflasi :
Bulanan (m-t-m)
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑚𝑡𝑚 = − 1 𝑥 100%
𝐼𝐻𝐾𝑁𝑜𝑣,2016
Triwulanan (q-t-q)
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑞𝑡𝑞 = − 1 𝑥 100%
𝐼𝐻𝐾𝑆𝑒𝑝𝑡,2016
Tahunan (y-o-y)
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑦𝑜𝑦 = − 1 𝑥 100%
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2015
Year-to-date (y-t-d)
𝐼𝐻𝐾𝑀𝑎𝑟,2017 − 𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
𝐼𝐻𝐾𝑦𝑡𝑑 = 𝑥100%
𝐼𝐻𝐾𝐷𝑒𝑠,2016
3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 25,59 25,41 25,37
BPS akan melakukan SBH 2018 untuk merespon perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi masyarakat, perubahan transaksi ekonomi dari manual ke digital dan dalam
rangka ketersediaan data administrasi yang lebih baik.
• Perubahan pola konsumsi, gaya hidup, dan transaksi mengakibatkan paket komoditas dan
diagram timbang hasil SBH 2012 sudah tidak sesuai lagi untuk menggambarkan keadaan
saat ini secara tepat, dan akan diganti dengan SBH 2018.
• SBH 2018 mencakup lebih banyak kota, pasar online, dan data lembaga
pemerintah/regulator serta pelaku usaha, seperti tarif angkutan udara (Kemenhub dan
operator penerbangan), tarif telekomunikasi (Kemenkominfo dan operator telekomunikasi)
dll.
% Hyperinflasi
Peristiwa
Gunting
Syafrudin
Secara tahunan inflasi IHK Juni’18 mencapai 3,12% (yoy), masih berada dalam kisaran
sasaran inflasi..
• Terkendalinya inflasi IHK didukung oleh tetap rendahnya inflasi inti dan melambatnya inflasi AP di tengah
meningkatnya inflasi VF.
• Inflasi inti Juni melambat menjadi 2,72% (yoy), masih di bawah rezim sangat rendah inflasi inti (sejak
Sept’16) sebesar 3,28% (yoy).
• Perlambatan inflasi AP telah terjadi sejak Juli 2017 seiring berlalunya dampak kenaikan listrik pada 2017.
• Inflasi VF Juni kembali meningkat setelah bulan Mei mengalami perlambatan. Tren peningkatan inflasi VF
terjadi sejak awal tahun.
Perkembangan Inflasi
Dibandingkan negara anggota ASEAN 5, inflasi IHK Indonesia dan Filipina merupakan
yang tertinggi..
%,yoy Indonesia %,yoy Malaysia Philippines
18,00 %,yoy
5,00
9,00
16,00 4,50
8,00
14,00 4,00
7,00
12,00 3,50 3,51
6,00
10,00 3,00
5,00
8,00 2,50
4,00 3,62
6,00 2,00
3,61 1,50 3,00
4,00
1,00 2,00
2,00 1,00
0,50
0,00 0,00
0,00
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
%,yoy
Vietnam
%,yoy
Singapore Thailand 25,00
%,yoy
6,00 7,00
5,00 6,00 20,00
5,00
4,00 15,00
4,00
3,00 3,00
2,00 2,00 10,00
0,78
1,00
1,00 0,38
0,00 5,00
0,00 -1,00
-2,00 0,00 2,60
-1,00
Tingginya inflasi IHK di Indonesia salah satunya tercermin dr tingginya level harga beras. Harga beras di Indonesia
lebih tinggi dibandingkan negara lain disebabkan oleh tingginya biaya produksi dan pemasaran beras (IRRI, 2016)
• Komponen terbesar dari biaya produksi
adalah biaya tenaga kerja (akibat Harga Beras
mekanisasi rendah, bukan upah/buruh
yg tinggi) dan sewa lahan.
• Komponen terbesar dari biaya pemasaran
adalah biaya pengeringan, biaya
transportasi, biaya penggilingan dan
biaya penyimpanan. Sementara marjin
relatif lebih rendah dari negara lain.
INFLASI DAERAH
Inflasi Daerah
• Perkembangan inflasi nasional tidak terlepas dari dinamika perkembangan inflasi yang
terjadi di daerah.
• Inflasi nasional merupakan hasil penggabungan (agregasi) dari inflasi di daerah dengan
pembobotan tertentu*). Pada saat ini, penghitungan inflasi nasional oleh BPS
didasarkan atas inflasi di 82 kota dengan bobot terbesar berada di Jawa (64,08%).
23 kota 9 kota
Bobot 5,95% 11 kota
Bobot 18,46% Bobot 5,59% 7 kota
Bobot 1,80%
26 kota
Bobot 64,08% 6 kota
Bobot 4,12%
*) Pembobotan dihitung berdasarkan dari Nilai Konsumsi di suatu daerah yang secara
Sertifikasi Kebanksentralan - 2016
sederhana mencerminkan aktivitas ekonomi di masing-masing daerah
34
PENGENDALIAN INFLASI DI
INDONESIA
Stakeholder
Determinan
Inflasi Inti
Harga Global/
Imported Inflation
Pemerintah Pusat
Ekspektasi Inflasi
Kebijakan Fiskal
Pemerintah Daerah
Penyesuaian Harga oleh
(PEMDA) Inflasi Adm Prices Inflasi IHK
Pemerintah
Shocks
Produksi DN
Permintaan
P
(Harga) Penawaran
DP1
Permintaan
DY
Y (Output)
Terima Kasih
Jawab :
Peningkatan penghasilan =
(2.100.000−2.000.000)
x 100 % = 5%
2.000.000
Inflasi 6%
Kondisi tidak membaik karena kenaikan penghasilan tidak dapat
mengimbangi kenaikan harga2 barang yang sebesar 6%.