Anda di halaman 1dari 6

Tugas Sekolah

Liburan buah hati sekolah umumnya dibarengi dengan tugas sekolah untuk menyebutkan
pengalaman menyenangkan dikala tamasya. Tetapi sekali-sekali kamu kesusahan dalam merangkai
kata dikala membikin cerita pengalaman pribadi.

Supaya cerita pengalaman tamasya sekolahmu menarik, kamu dapat menghasilkan figur-figur cerita
di bawah ini sebagai inspirasimu dalam menulis.

Cerita Pengalaman Liburan Sekolah Tak Terlupakan di Pantai

Pantai merupakan destinasi tamasya yang ramai dikala tamasya sekolah. Hampir seluruh siswa
pernah ke pantai. Berikut figur karangan tentang pengalaman tamasya ke pantai.

Wisata ke Pantai Bajul Mati dikala Libur Sekolah

Sudah sejak seminggu lalu orangtuaku berencana untuk tamasya ke pantai, mengingat saya dan adik
sedang tamasya sekolah, sekaligus sebagai hadiah sebab kemaren lusa adikku merayakan ulang
tahun.

Jam masih menampakkan pukul 04.56 pagi, tetapi saya dan keluarga sudah bersiap pergi ke pantai
Bajul Mati. Kami berangkat sepagi ini sebab jarak dari rumah ke pantai sekitar 3 jam perjalanan.
Untuk mengganjal perut kami, ibu sudah menyiapkan roti isi telur favoritku.

Perjalanan kami tempuh menerapkan kendaraan beroda empat. Dalam kendaraan beroda empat
ada saya, adik perempuanku, ayah dan ibu. Aku dan adik dilarang membawa handphone oleh ayah
dan ibu supaya lebih menikmati perjalanan dan tamasya itu sendiri. Untuk menghabiskan waktu saya
bermain “tebak nama berdasarkan huruf” bersama adikku yang hanya terpaut 2 tahun dariku.

Langkah pertama dalam permainan ini kami menetapkan temanya dahulu, kali itu tema yang kami
pilih merupakan hewan. Berikutnya Kami minta bantuan ibu untuk menyebutkan huruf depan nama
hewan yang akan kami tebak. Kalau ibu bilang huruf “M” maka saya dan adikku adu kencang dan
adu banyak dalam menyebutkan nama hewan yang mempunyai awalan “M”, seperti simpanse,
merak, merpati dan lainnya.
Setelah tema hewan kami mulai berganti tema menjadi nama buah, nama karakter komik, nama
negara, dan lainnya. Tak jarang ayah tiba-tiba ikut menjawab meski ia bukan peserta resmi
permainan. Tak ku sangka apabila permainan sesederhana ini rupanya semacam itu menyenangkan
dan menghibur.

Tak terasa dua jam sudah berlalu. Kami mulai menjelang tempat perbukitan. Aku dan adik mulai
memperhatikan panorama dengan seksama. Kami terpikat sebab memperhatikan hamparan sawah
di bawah yang semacam itu cantik. Sayangnya saya hanya dapat menikmati panorama tersebut
sebentar saja, sebab setelah itu saya pusing dan mual dampak jalan yang berkelok-liku, naik dan
turun. Ibu memberikanku minyak kayu putih. Bebauannya benar-benar dapat mengurangi mual yang
saya natural.

Akhirnya kami sekeluarga tiba di Pantai Bajul Mati. Pantai ini berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Kami langsung menuju ke gazebo kecil yang ada di beberapa lokasi pantai. Sambil menikmati
angin laut, kami makan bersama dahulu. Menu kami kala itu merupakan ayam goreng dan sosis.
Memang masakan ibuku rasanya enak sekali.

Aku tidak dapat stop takjub memperhatikan menawannya pantai ini. Pantai Bajul Mati memang
belum terlalu familiar, sehingga belum banyak pengunjung yang datang. Tetapi pantainya masih
sungguh-sungguh bersih yang membikin kami sekeluarga nyaman.

Aku dan adikku tidak sabar untuk bermain, jadi kami langsung berlari ke arah tepi pantai. Kami tidak
mengindahkan perkataan ibu yang memerintah kami menerapkan sunblock secara khusus dahulu.
Rasanya segar dikala air laut mengenai kaki kami.

Di tepi pantai saya menemukan ranting kayu yang panjang. Akhirnya saya ambil dan menyeretnya
sepanjang perjalan. Setelah berjalan beberapa dikala kami hingga di muara, merupakan tempat
pertemuan air sungai dan air laut. Kami stop dan memperhatikan ke belakang, kelihatan garis
panjang di pasir hasil ranting kayu yang saya seret daritadi. Entah mengapa saya dan adikku merasa
garis tersebut sungguh-sungguh keren. Berikutnya kami menetapkan untuk berenang dahulu di
muara. Karena arusnya hening tidak seperti di laut.

Kami berenang sekitar 15 menitan, sebelum ayah dan ibu kami memanggil, memerintah kami ke tepi
laut. Kami sekeluargapun bermain air. Saat mengajak kami duduk bersila membelakangi laut. Setelah
ombak datang kami terseret ke pantai. Rasanya sungguh-sungguh mengasyikan, sebab kita tidak
memperhatikan kapan ombak datang. Sementara ibu hanya bermain air di tepi pantai dan memfoto
kami via kameranya.

Setelah puas bermain air, ayah mengajak kami menulis di pasir. Saat yang kami buat dikala itu
merupakan “Happy Family”. Tak memperhatikan hasil potretan ibu di kameranya, rupanya bagus
juga.

Tak terasa sudah jam 12 siang, sang surya sudah sungguh-sungguh terik. Saat dan ibu mengajak kami
untuk membersihkan diri. Setelah bersih, kami shalat dhuhur berjamaah di mushola dekat tempat
kami mandi. Acara dilanjutkan dengan menikmati bakso hangat di warung di pinggir pantai, rasanya
enak sekali makan sambil memperhatikan keindahan pantai.

Setelah perjalanan pulang saya dan adik tertidur pulas. Setelah kami bangun, tahu-tahu kami sudah
berada di rumah. Sungguh menyenangkan tamasya kali ini. Aku tidak sabar ke pantai lagi bersama
ayah, ibu dan adik. Aku bahkan kembali tertidur hingga pagi sebab masih kecapekan.

Baca Juga: Contoh Cerpen Singkat Persahabatan

Cerita Pengalaman Pribadi

pengalaman singkat

Tamasya Menyenangkan di Rumah Kakek dan Nenek

Beberapa besar dari kita pasti pernah mengisi tamasya dengan bermain ke rumah kakek dan nenek.
Tentu bertemu mereka menjadi kegembiraan tersendiri bagi kita dan juga mereka. Sehingga momen
seperti ini selalu dinanti dikala tamasya sekolah tiba.Berikut model cerita pengalaman tamasya di
rumah kakek dan nenek yang menyenangkan dan tidak terlupakan.

Hari Pertama Tamasya di Rumah Kakek dan Nenek di Desa

Saya berbahagia sekali karena semester ini nilai rapot saya baik-baik dan semester depan saya sudah
naik kelas IX SMP. Kesenangan saya bertambah karena selama seminggu ke depan saya bertamasya
ke rumah kakek dan nenek di Wlingi.
Saya tiba di rumah mereka hari Pekan pagi sekitar pukul 09.00. Perjalanan dari rumah saya di Batu
ke rumah kakek dan nenek memerlukan waktu 2,5 jam perjalanan mengaplikasikan bus. Hingga
rumah nenek saya kelaparan karena tidak sempat sarapan sebelum berangkat.

Nenek saya memang paling baik, beliau sudah selesai menyiapkan rendang ayam dikala saya baru ke
rumahnya. Melihat rendang ayam yang yaitu kuliner pamungkas dari nenek, tentu saya langsung
kegirangan.

Ya, umumnya nenek hanya memasak rendang ayam dikala ada reuni keluarga besar dan momen
lebaran. Mungkin nenek memasak rendang ayam karena berbahagia dengan agenda saya
menghabiskan libur disini, mengingat kami memang sudah tidak bertemu hampir 8 bulan lamanya.

Saya memeluk kakek dan nenek dan menanyakan isu mereka. Alhamdulillah mereka semua sehat.
Kami malah makan bersama di lantai, karena memang kami tidak lazim makan di meja makan.

Sambil makan saya bercerita pengalaman saya di sekolah. Mereka ikut serta berbahagia dikala tahu
nilai rapot saya baik. Tak terasa piring saya sudah bersih, saya malah tidak ragu untuk tambah.
Memang dikala makan rendang ayam buatan nenek tidak akan cukup sekiranya hanya makan satu
porsi.

Sesudah menambah dua kali lagi alhasil saya kekenyangan. Kakek dan nenek malah hanya ngakak
melihat saya yang tidak dapat bergerak. Saya memutuskan untuk bergerak menuju tempat favorit
saya di rumah nenek, yaitu bale yang ada di teras rumah.

Sejak dulu, tidak banyak perubahan di desa tempat kakek dan nenek saya tinggal ini. Di depan rumah
nenek masih terdapat lapangan bola dan pohon beringin besar. Di sekelilingnya masih banyak
sawah, tidak tergerus jaman. Berbeda dengan wilayah di tempat saya tinggal yang sawahnya
semakin habis untuk dibangung perumahan.

Panorama yang asri ditambah angin sepoi-sepoi yang bertiup menyebabkan saya mengantuk. Entah
sejak kapan saya sudah tertidur di bale.
Bertepatan dengan adzan Dhuhur saya dibangunkan oleh kakek. Beliau mengajak saya untuk sholat
berjamaah di masjid dekat rumah. Sepulang dari masjid, kakek membelikan saya es degan. Rasanya
demikian itu segar. Siang harinya saya hanya menonton televisi karena kakek dan nenek sedang
tidur siang.

Selepas Ashar saya menuju sawah milik keluarga bersama kakek dan nenek yang lokasinya sekitar
400 meter dari rumah. Saya demikian itu takjub melihat petak sawah kami yang sudah kuning, indah
sekali. Kakek bilang, kemungkinan lusa sawah kami sudah dapat dipanen.

Beliau berkomitmen akan mengajak saya melihat pemanenan padi di sawah. Tentu saja saya
menyetujui ajakan kakek, rasanya jadi tidak sabar menunggu besok lusa. Telah terbayang bagaimana
asyiknya aktivitas ini. Pun saya sudah mengira-ngira berapa karung padi yang akan kami peroleh
setelah panen.

Waktu tamasya memang terasa sangat kencang, tidak terasa hari sudah malam. Kami berdiam di
rumah karena di luar hujan deras. Suasana jadi hangat dikala nenek menyiapkan STMJ yang yaitu
minuman favorit kakek dan juga saya.

Sambil minum STMJ, nenek mulai membuka album foto yang tersimpan rapi di lemari. Nampak foto-
foto saya bersama kakek dan nenek. Saya tersenyum sendiri melihat diri saya di masa kecil, masih
polos dan lucu.

Nenek dan kakek bergantian menceritakan kisah yang ada di foto, mereka tampak demikian itu
bermotivasi. Tak jarang mereka ngakak dikala bercerita perihal tingkah laku saya di masa kecil.
Bersuka rasanya melihat mereka demikian itu berbahagia dikala bercerita. Melainkan ada rasa sedih
juga karena kini kami jarang bertemu, mengingat rumah kami yang berbeda tempat.

Tiga jam berlalu, waktu sudah menampilkan pukul 23.00, kakek dan nenek menghentikan ceritanya
dan menyuruh saya tidur. Tamasya hari pertama sudah selesai, masih ada enam hari lagi saya berada
disini. Semoga tamasya saya semakin menyenangkan tiap harinya.

Saya juga berkeinginan seminggu ini dapat lebih dekat dengan kakek dan nenek lagi agar mereka
juga merasakan kesenangan yang sama dengan saya. Saya alhasil tertidur di kasur yang terletak di
depan televisi.

Anda mungkin juga menyukai